1.Mempelajari dan mempraktekan cara berbudidaya Bawang Merah
2.Mengkaji perlakuan benih (pemogesan) terhadap pertumbuhan tanaman bawang
merah
B. Tinjauan Pustaka
Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk
rumput, berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh karena itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah mempunyai aroma yang spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena kandungan minyak eteris alliin. Batangnya berbentuk cakram dan di cakram inilah tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga bawang merah berbentuk bongkol pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya. Bawang merah berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan tiga ruangan dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji yang agak lunak dan tidak tahan terhadap sinar matahari (Sunarjono, 2009). Salah satu unsur penunjang keberhasilan usaha produksi bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) adalah penggunaan benih bermutu. Benih merupakan komponen teknologi yang signifikan meningkatkan produksi bawang merah, karena itu penciptaan varietas diprioritaskan pada perbaikan hasil, daya tahan terhadap hama dan penyakit, dan memiliki adaptasi tinggi terhadap agroekosistem wilayah setempat. Petani bawang merah menggunakan bermacammacam varietas baik yang lokal maupun impor. Beberapa varietas lokal yang dominan ditanam adalah Kuning Tablet, Bima Curut, Bima Juna, Batu, Bima Karet, Samosir, Tuk-tuk dan Sumenep. Benih impor didatangkan dari Filipina, Vietnam dan Thailand (Erytrina, 2013). Bawang Merah (Allium cepa var. ascalonicum) termasuk family Liliaceae dan sistimatika klasifikasinya secara rinci sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spematophyta Kelas : Monocotyledonal Ordo : Liliaceae 7 Famili : Liliaceae Genus : Allium Spesies : Allium cepa var. ascalonicum Sumber : Rahayu dan Berlian (1999) dalam Dewi (2012) Deskripsi dari bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum), habitus termasuk herba, tanaman semusim, tinggi 40-60 cm. Tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Berumbi lapis dan berwarna merah keputih-putihan. Daun tunggal memeluk umbi lapis, berlobang, bentu lurus, ujung runcing. Bunga majemuk, bentuk bongkol, bertangkai silindris, panjang ± 40 cm, berwarna hijau, benang sari enam, tangkai sari putih, benang sari putih, kepala sari berwarna hijau, putik menancap pada dasar mahkota, mahkota berbentuk bulat telur, ujung runcing (Silalahi, 2009). Menurut Sumarni dan Hidayat (2009), untuk keberhasilan budidaya bawang merah selain menggunakan varietas unggul, perlu dipenuhi persyaratan tumbuhnya yang pokok dan teknik budidaya yang baik,seperti pengolahan tanah yang dimana di beri pupuk dasar berupa pupuk kandang,penanaman dimana terjadi pemogesan ,pemeliharaan dengan melakukan penyiraman dan pemupukan dan yang terakhir adalah panen. Salah satu unsur penunjang keberhasilan usaha produksi bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) adalah penggunaan benih bermutu. Benih merupakan komponen teknologi yang signifikan meningkatkan produksi bawang merah, karena itu penciptaan varietas diprioritaskan pada perbaikan hasil, daya tahan terhadap hama dan penyakit, dan memiliki adaptasi tinggi terhadap agroekosistem wilayah setempat. Petani bawang merah menggunakan bermacammacam varietas baik yang lokal maupun impor. Beberapa varietas lokal yang dominan ditanam adalah Kuning Tablet, Bima Curut, Bima Juna, Batu, Bima Karet, Samosir, Tuk-tuk dan Sumenep. Benih impor didatangkan dari Filipina, Vietnam dan Thailand (Erytrina, 2013)