TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) adalah tanaman perdu dengan rasa
buah pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicin. Secara umum cabai memiliki
banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, kabohidarat,
Usahatani cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik, tetapi
untuk mengusahakan tanaman cabai diperlukan keterampilan dan modal cukup memadai.
Masa panen cabai berkisar antara 2 - 3 bulan setelah pemanenan perdana. Lamanya
panen cabai berbeda-beda tergantung varietas cabai yang ditanam dan kondisi tanamannya.
Pemanenan cabai sebaiknya dilakukan secara serentak dalam satu hamparan dan dilakukan
pada kondisi buah cabai sudah tidak basah karena embun. Untuk menjaga kualitas buah,
tempat hasil panen buah sehat harus dipisahkan dengan tempat untuk buah sakit. Dengan
demikian tidak terjadi penularan buah sakit ke buah sehat selama pengangkutan dan
penyimpanan.
Buah cabai hasil panen setelah terkumpul selanjutnya dipilah-pilah (sortasi) antara
buah yang bagus dan cacat. Pengkelasan buah (grading) dilakukan sesuai keperluan pembeli,
1
setelah itu dikemas menurut keperluan. Pengemasan cabai untuk pasar lokal, pasar swalayan
menggunakan karung plastik berlubang, kardus rokok, atau plastik khusus. Pengkelasan
buah cabai dan pengemsannya untuk ekspor akan berbeda pula penanganannya
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran penting yang memiliki peluang bisnis
prospektif. Aneka macam cabai yang dijual di pasar tradisional dapat digolongkan dalam
dua kelompok, yakni cabai kecil (Capsicum frustescens) dan cabai besar (Capsicum
annuum). Cabai kecil biasa disebut cabai rawit, sedangkan yang besar dinamakan cabai
Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis tanaman
hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan selain cabai
memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai ekonomis tinggi yang
banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan industri
makanan (Jannah,2010).
Menurut Marliah (2011) Cabai merah memberikan warna dan rasa yang dapat
membangkitkan selera makan, banyak mengandung vitamin dan dapat juga digunakan
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
2
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Sympetale
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solonaceae 5
Genus : Capsicum
(Purnamawati,2011)
Bagian-bagian utama tanaman cabai meliputi bagian akar, batang, daun, bunga dan
1. Akar Tanaman cabai mempunyai akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan
akar lateral (sekunder). Akar lateral mengeluarkan serabut-serabut akar yang disebut akar
tersier. Akar tersier menembus kedalaman tanah sampai 50 cm dan melebar sampai 45 cm.
Rata-rata panjang akar primer antara 35 cm sampai 50 cm dan akar lateral sekitar 35 sampai
2. Batang Batang cabai umumnya berwarna hijau tua, berkayu, bercabang lebar dengan
jumlah cabang yang banyak. Panjang batang berkisar antara 30 cm sampai 37,5 cm dengan
diameter 1,5 cm sampai 3 cm. Jumlah cabangnya berkisar antara 7 sampai 15 per tanaman.
Panjang cabang sekitar 5 cm sampai 7 cm dengan diameter 0,5 cm sampai 1 cm. Pada
3
daerah percabangan terdapat tangkai daun. Ukuran tangkai daun ini sangat pendek yakni
3. Daun Daun cabai merupakan daun tunggal berwarna hijau sampai hijau tua dengan helai
daun yang bervariasi bentuknya antara lain deltoid, ovate atau 7 lanceolate (IPGRI, 1995).
Daun muncul di tunas-tunas samping yang berurutan di batang utama yang tersusun sepiral
4. Bunga Bunga cabai merupakan bunga tunggal dan muncul di bagian ujung ruas tunas,
mahkota bunga berwarna putih, kuning muda, kuning, ungu dengan dasar putih, putih
dengan dasar ungu, atau ungu tergantung dari varietas. Bunga cabai berbentuk seperti
bintang dengan kelopak seperti lonceng. Alat kelamin jantan dan betina terletak di satu
bunga sehingga tergolong bunga sempurna. Posisi bunga cabai ada yang menggantung,
5. Buah Buah cabai memiliki plasenta sebagai tempat melekatnya biji. Plasenta ini terdapat
pada bagian dalam buah. Pada umumnya daging buah cabai renyah dan ada pula yang lunak.
Ukuran buah cabai beragam, mulai dari pendek sampai panjang dengan ujung tumpul atau
Cabai merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang luas, sehingga dapat
ditanam di lahan sawah, tegalan, dataran rendah, maupun dataran tinggi (sampai ketinggian
1.300 m dpl). Tanaman cabai umumnya tumbuh optimum di dataran rendah hingga
menengah pada ketinggian 0-800 m dpl dengan suhu berkisar 20-25 0C. Pada dataran tinggi
4
(di atas 1.300 m dpl), tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi pertumbuhanya lambat dan
Tanah yang ideal bagi pertumbuhan cabai adalah tanah yang memiliki sifat fisik
gembur, remah, dan memiliki derainase yang baik. Jenis tanah yang memiliki karakteristik
tersebut yaitu tanah andosol, regosol, dan latosol. Derajat keasaman 8 (pH) tanah yang ideal
bagi pertumbuhan cabai berkisar antara 5,5 - 6. Pertumbuhan cabai pada tanah yang
memiliki pH kurang dari 5,5 kurang optimum. Hal tersebut dikarenakan, tanah masam
memiliki kecenderungan menimbulkan keracunan unsur almunium, zat besi, dan mangan
Curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman cabai berkisar antara 600
mm/tahun sampai 1.2500 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan
gampang terserang penyakit. Selain itu, pukulan air hujan bisa menyebabkan bunga dan
bakal buah berguguran yang berakibat pada penurunan produksi (Pratama et al., 2017).
Cabai paling ideal ditanam dengan intensitas cahaya matahari antara 60% sampai
70%. Lama penyinaran yang paling ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah 10-12 jam
5
Ulat tanah merusak tanaman yang baru ditanam atau tanaman muda. Tanda serangan
pada tanaman muda berupa gigitan larva pada pangkal batang atau sama sekali
Serangan berat pada tanaman cabai muda (umur < 3 minggu) bila infestasinya tinggi
daun akan berkerut keriting, tanaman akan tumbuh kerdil, layu dan kemudian mati.
Gejala serangan : Stadium Thrips yang sangat merugikan adalah stadium nimfa dan
imago. Thrips menyerang tanaman dengan jalan menggaruk permukaan daun dan bunga,
selanjutnya mengisap cairan sel tanaman. Gejala serangan pada daun akan terlihat
bercak-bercak klorosis berwarna putih keperakan pada permukaan bagian bawah daun
yang akan menyebabkan daun berkerut dan terpuntir. Bila serangan berat permukaan
daun akan berkerut atau sedikit menggulung yang di dalamnya benyak ditemukan
Thrips.
Serangan berat dapat terjadi apabila infestasi terjadi pada tanaman muda (< 3
minggu), dengan gejala daun berkerut keriting, tanaman akan tumbuh kerdil, layu dan
kemudian mati.
Gejala serangan lalat buah pada buah cabai ditandai dengan titik hitam pada pangkal
buah, kemudian buah membusuk dan jatuh ke tanah. Hal ini disebabkan belatung
6
memakan bagian dalam dan daging buah sehingga terjadi saluran-saluran di dalam buah.
Larva makan dengan cara menyayat permukaan dau. Gejala serangan yang
ditimbulkan adalah bercak-bercak putih transparan pada daun, karena bagian daging
daun dimakan sedangkan bagian epidermis atas ditinggalkan. Ulat dewasa memakan
seluruh bagian daun dengan meninggalkan bagian tulang daunnya. Pada serangan berat
Tanda kerusakan yang tampak pada bagian tanaman di atas permukaan tanah adalah
tampak pertumbuhan yang kerdil, daun klorosis, pada cuaca panas daun-daun cepat layu
dibanding tumbuhan sehat, daun-daun banyak yang gugur, tumbuhan tampak gundul,
1. Layu Fusarium
Jamur ini awalnya menyerang dari akar kemudian berkembang ke lewat jaringan
pembuluh. Tanaman tomat yang terkena penyakit ini akan berubah menjadi layu dan
mati.
2. Busuk daun
serangan pada daun terjadi bercak coklat hingga hitam. Awalnya menyerang ujung dan
7
sisi daun, kemudian meluas ke seluruh permukaan daun hingga ke tangkai daun.
Tanaman yang terserang penyakit ini harus segera dicabut dan dibakar, jangan di kubur.
3. Anthracnose buah.
Gejala awalnya adalah kulit buah akan tampak mengkilap, selanjutnya akan timbul
bercak hitam yang kemudian meluas dan akhirnya membusuk. Untuk pengendaliannya
4. Busuk Phytopthora
Gejalanya adalah bagian tanaman yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman
dan lama kelamaan membusuk. Penyakit ini dapat menyerang tanaman cabe pada
Victory 80WP konsentarsi 2 sampai 4 gram / liter dicampur dengan fungisida sistemik
adalah Phytium sp. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan perlakuan benih
dengan Saromyl 35SD dan menyemprot fungisida sistemik Starmyl 25WP saat
dipersemaian dan saat pindah tanam dengan konsentrasi 0,5 sampai 1 gram / liter..
berwarna putih pada tengahnya dan coklat kehitaman pada tepinya. Pencegahannya
8
dapat dilakukan dengan menyemprot fungisida Kocide 54WDG konsentrasi 1,5 sampai
3 gram / liter bergantian dengan fungisida Victory 80WP konsentrasi 2 sampai 4 gram /
7. Mozaik virus.
Saat ini belum ada pestisida yang mampu mengendalikan penyakit mozaik virus ini.
Hama dan penyakit tanaman – adalah semua jenis organism pengganggu tanaman
yang dapat menimbulkan kerusakan fisik yang dianggap merugikan dan tidak diinginkan
Hama adalah organism pengganggu tanaman yang kasat mata yaitu serangga atau
hewan (kutu, belalang, wereng, ulat, burung, dsb). Sedangkan penyakit adalah organism
pengganggu tanaman yang tidak kasat mata (jamur, bakteri dan virus).
Untuk mencegah kerugian atau melindungi tanman dari gangguan hama dan
penyakit diperlukan tindakan secara tepat dan benar. Konsep pengendalian hama dan
9
penyakit tersebut harus sehat dan ramah lingkungan yang dikenal sebagai sitem
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) – adalah suatu
konsep atau cara berpikir dalam upaya pengendalian yang dipadukan dalam satu-
kesatuan utuk mencegah kerusakan tanaman dan timbulnya kerugian secara ekonomi
efektifitas dan efisiensi rendah tetapi tidak berpengaruh negative terhadap lingkungan
bercocok tanam.
10
6. Pengendalian dengan peraturan/regulasi/karantina – pencegahan penyebaran hama
Pengendalian hayati adalah pengendalian serangga hama dengan cara biologi, yaitu
predator, parasit dan patogen. Pengendalian hayati adalah suatu teknik pengelolaan hama
tanpa campur tangan manusia, tidak ada proses perbanyakan musuh alami
(Sunarno 2018).
tanpa pengendalian.
Pengendalian hayati dalam bidang hama dan penyakit tanaman sudah dirintis sejak
lama. Beberapa aspek yang terkait dalam pengendalian sistem terpadu seperti
penggunaan agen predator, antagonist, parasit, patogen, virus, pemakaian materi organik,
ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan
keseimbangan ekosistem (Heviyanti, 2016). Lebih lanjut dikatakan bahwa musuh alami
yang terdiri atas parasitoid, predator dan patogen merupakan pengendali alami utama
hama yang bekerja secara "terkait kepadatan populasi" sehingga tidak dapat dilepaskan
dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Adanya populasi hama yang meningkat
lingkungan yang kurang memberi kesempatan bagi musuh alami untuk menjalankan
fungsi alaminya. Apabila musuh alami kita berikan kesempatan berfungsi antara lain
berbagai dampak negatif terhadap musuh alami, musuh alami dapat melaksanakan
Keberhasilan pengendalian hayati memang sukar untuk diduga dan dianalisis secara
tepat karena kerumitan dan dinamika agroekosistem. Predator dan parasitoid mempunyai
banyak kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keberhasilan
berdasarkan pada informasi dasar yang mencukupi tentang berbagai aspek biologi dan
12
Teknik pengendalian hayati dengan menggunakan parasitoid dan predator yang
dilakukan sampai saat ini dapat dikelompokkan dalam 3 kategori yaitu, Konservasi,
Rukmana. dan sugandi, (2002). Musuh alami mempunyai andil yang sangat besar dalam
cukup tinggi dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena
Trichoderma sp. telah lama dikenal sebagai agensia hayati untuk mengendalikan
pemanfaatan nutrisi (Harman, 2000; Harman et al., 2004). Trichoderma sp. adalah
cendawan antagonis yang digunakan dalam pengendalian beberapa patogen tular tanah
Rhizoctonia (Papavizas, 1985), dan Aspergillus flavus karena selain mempunyai daya
kompetisi yang tinggi, 10 memiliki daya tahan hidup lama dan Trichoderma sp. juga
berikut:
Diviso : Amastigomycota
Kelas : Deuteromycetes
13
Ordo : Monilialles
Family : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Umumnya Trichoderma sp. hidup pada daerah yang agak lembab, sedangkan pada
kondisi tanah yang kering populasi Trichoderma sp. akan menurun setelah
14
beberapa waktu yang cukup lama. Jamur ini juga menyukai kondisi tanah yang asam
dan termasuk peka terhadap sinar atau cahaya langsung. Biakan Trichoderma sp. yang
telah diinkubasi selama 4 hari diamati secara makroskopis dan secara mikroskopis seperti
Gambar 2.1 : Trichoderma sp. (A. Konidiat Trichoderma. sp., B. Biakan Trichoderma sp.
Sumber : Google)
Koloni Trichoderma sp. pada media agar pada awalnya terlihat berwarna putih
selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian besar
berwarna hijau ada di tengah koloni dikelilingi miselium yang masih berwarna putih dan
pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau (Umrah, 1995). Penampakan secara
mikroskopis isolat ini bewarna hijau, tangkai fialid pendek, konidia berwarna hijau muda.
Trichoderma sp. memiliki konidia bercabang-cabang teratur, bersel satu, dalam kelompok
15
Upaya pengendalian alternatif yang mempunyai potensi untuk mengurangi
penggunaannya pun dapat lebih praktis dalam bentuk sediaan tablet (Umrah dan Rosmini,
2004). Spora dari Trichoderma sp. ditumbuhkan pada media PDA sehingga diperoleh
biakan murni. Selanjutnya diperbanyak pada media seperti pupuk kandang, dedak, beras
atau jagung. Dalam penelitian ini, media yang digunakan dalam perbanyakan
Trichoderma sp. adalah pupuk kandang. Dalam hal ini pupuk kandang berperan sebagai
carrier (media pembawa). Selain itu, perbanyakan Trichoderma sp. menggunakan media
pupuk kandang sebagai carrier bertujuan untuk menambah nilai ekonomis dan nilai jual
Trichoderma sp. di pasaran. Pupuk kandang ber-Trichoderma sp. lebih praktis dijual, lebih
Trichoderma sp. adalah jenis jamur yang tersebar luas di tanah dan mempunyai sifat
jamur Trichoderma sp. meliputi (a) kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain dalam jumlah
terbatas tetapi tidak diperlukan oleh OPT, (b) antibiosis sebagai hasil dari pelepasan
antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya bagi OPT,
dan (c) predasi, hiperparasitisme, dan mikroparasitisme. Sedangkan menurut Trianto et al.
(2013) mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme,
antibiosis dan lisis. Akan tetapi dari ketiga pendapat tersebut mekanisme pengendalian
16
penyakit yang paling banyak dipelajari ialah antagonisme termasuk antibiosis,
tanaman yang berdampak positif pada pertumbuhan tanaman serta sistem perakaran
tanaman dimana keduanya memiliki peran dalam peningkatan laju fotosintesis tanaman.
Koloni Trichoderma sp. dapat masuk ke lapisan epidermis akar yang kemudian
menghasilkan atau melepaskan berbagai zat yang dapat merangsang pembentukan sistem
pertahanan tubuh di dalam tanaman sehingga jelas bahwa jamur ini tidak bersifat patogen
atau parasit bagi tanaman inangnya (Novandini, 2007). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tanaman yang terdapat koloni Trichoderma sp. pada permukaan akarnya hanya
membutuhkan kurang dari 40% pupuk nitrogen dibandingkan dengan akar yang tanpa
Penambahan Trichoderma sp. dalam media tanam selain berfungsi sebagai agensia
pengendali penyakit Fusarium pada tanaman, ternyata juga berperan dalam proses
penguraian bahan organik didalam tanah. Affandi et al. (2001) yang menyatakan bahwa
Trichoderma sp. memainkan peran kunci dalam proses dekomposisi senyawa organik
seperti lignosellulose. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa perbaikan tanah
Ultisol dapat dilakukan dengan menamba hkan bahan organik ke dalam tanah. Untuk
mempercepat penguraian bahan organik tersebut perlu diberikan Trichoderma sp. sehingga
dapat menyediakan unsur hara pada saat dibutuhkan tanaman, sehingga dapat
17
Menurut Hanafiah (2005), jumlah total mikrobia dalam tanah digunakan sebagai
indeks kesuburan tanah tanpa mempertimbangkan hal-hal lain, karena pada tanah yang
subur jumlah mikrobianya tinggi. Pemberian Trichoderma sp. dengan dosis tertentu ke
dalam tanah bertujuan meningkatkan jumlah total mikrobia dalam tanah. Diharapkan
dengan meningkatnya jumlah mikrobia ini kecepatan perombakan bahan organik dalam
berpotensi sebagai agen hayati adalah pertumbuhannya cepat, mudah dikulturkan dalam
18