Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman cabai (Capsicum annuum) adalah tumbuh-tumbuhan perdu yang

berkayu dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin.

Saat ini cabai menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak di butuhkan

masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap harinya

permintaan akan cabai, semakin bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk di berbagai negara. Budidaya ini menjadi peluang usaha yang masih

sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang

untuk memenuhi pasar ekspor (Santika, 2008).

Tanaman cabai (Capsicum annuum). Merupakan tumbuhan dari ordo

solanales dan famili solanaceae. Cabai merupakan buah yang memiliki rasa pedas

dan begitu populer di kalangan masyarakat Asia Tenggara. Buah ini dapat

digolongkan sebagai sayur maupun bumbu, tergantung ingin digunakan sebagai

apa. Didaerah tropis cabai tumbuh sebagai tanaman tahunan, sedangkan didaerah

subtropis cabai tergolong sebagai tanaman semusim. Selain itu, buah cabai

memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak,

karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C (Prayudi, 2010).

Masuknya cabai di Indonesia dibawa oleh pelaut Portugis yang bernama

Ferdinand Magelhaens yang sedang melakukan perjalanan pelayaran pada

tahun (1480-1521) dan tahun 1519 Ferdinand Magelhaens mendarat di pulau

Maluku. Agar lebih mengenal cabai, maka kita perlu tahu klasifikasi dan

morfologi lengkap tanaman cabai (Capsicum annum) (Prayudi, 2010).

Klasifikasi Tanaman Cabai

Devisi : Spermatofita
4
Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dikotiledon

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum sp.

Tanaman cabai membutuhkan tanah yang gembur dan banyak

mengandung unsur hara serta dapat tumbuh optimal pada tanah regosol dan

andosol dengan pH tanah antara 6-7. Untuk menghindari genangan air pada lahan,

untuk penanaman cabai lebih baik pada lahan yang agak miring dengan tingkat

kemiringan tidak lebih dari 250. Lahan yang terlalu miring dapat menyebabkan

erosi dan hilangnya pupuk, karena tercuci oleh air hujan (Rahman, 2010).

Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya mencapai 1,5-2 m dan lebar

tajuk tanaman dapat mencapai 1,2 m. Daun cabai pada umumnya berwarna hijau

cerah pada saat masih muda dan akan berubah menjadi hijau gelap bila daun

sudah tua. Daun cabai ditopang oleh tangkai daun yang mempunyai tulang

menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong dan oval dengan ujung

runcing. Bunga cabai berbentuk terompet atau campanulate, sama dengan bentuk

bunga keluarga Solonaceae lainnya. Bunga cabai merupakan bunga sempurna

dan berwarna putih bersih, bentuk buahnya berbeda-beda menurut jenis dan

varietasnya (Prabowo, 2011).

Morfologi daun pada cabai memiliki bentuk daun yang bermacam-macam

sesuai dengan spesies dan varietasnya. Bentuk daun cabai ada yang lonjong, bulat,

maupun lanset. Pada permukaan bagian atas daun, ada yang berwarna hijau muda,
5
hijau tua, hijau kebiru-biruan, bahkan hijau hampir kehitam-hitaman. Sedangkan

pada permukaan bagian bawah daun memiliki warna hijau, hijau pucat, dan hijau

muda. Permukaan daun cabai ada yang halus dan ada juga yang berkerut-kerut.

Daun cabai memiliki ukuran panjang antara 3-11 cm dan lebar sekitar 1-5 cm

(Sunaryono, 2003).

Morfologi batang cabai adalah bagian utama tumbuhan yang ada di atas

tanah dan mendukung bagian-bagian lain dari tumbuhan yakni daun, bunga dan

buah. Fungsi batang adalah sebagai lintasan air dan mineral dari akar menuju

daun, dan lintasan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tumbuhan. Selain itu

batang adalah bagian pembentuk dan penyangga daun. Cabai merupakan tanaman

perdu dengan batang tidak berkayu. Batang cabai akan tumbuh sampai ketinggian

tertentu kemudian akan menghasilkan banyak cabang. Batang cabai memililki

warna bervariasi, mulai dari hijau, hijau muda, sampai hijau tua. Sedangkan

batang yang sudah tua memiliki warna coklat dan keras seperti kayu, karena

pengerasan jaringan parenkim (Sunaryono, 2003).

Morfologi buah cabai memiliki bentuk yang bervariasi, ada yang bulat, dan

bulat memanjang dengan ujung runcing. Selain itu, bentuk dalamnya berpolong

dengan rongga diantara plasenta dan dinding buah. Pada buah yang masih muda

memiliki warna putih kekuningan.  Sedangkan buah yang sudah tua memiliki

warna yang mencolok yaitu kuning atau merah yang licin dan mengkilap

(Sunaryono, 2003).

Buah cabai bulat sampai bulat panjang, mempunyai 2-3 ruang yang berbiji

banyak. Buah yang telah tua (matang) umumnya berwarna kuning sampai merah

dengan aroma yang berbeda sesuai dengan varietasnya. Bijinya kecil, bulat pipih
6
seperti ginjal dan berwarna kuning kecoklatan. Morfologi tanaman cabai terdiri

dari, morfologi daun, batang, akar, bunga, biji dan buah (Sunaryono, 2003).

Warna buah tersebut juga tergantung dari varietasnya. Bagi buah yang

masih muda tidak berasa pedas, dan ketika buah sudah tua memiliki rasa yang

pedas dan menyengat. Panjang buah cabai berkisar 9-15cm dengan diameter 1-

1,75 cm, dengan berat 7,5- 15 gram per buah. Buah mengantung pada tangkai

buah yang berwarna hijau dengan panjang tangaki berkisar antara 3,5-4,5 cm yang

keluar dari ketiak daun (Sunaryono, 2003).

Morfologi akar pada tanaman cabai, akar adalah salah satu bagian

tumbuhan dan tumbuhnya di dalam tanah. Fungsi utama akar, yaitu untuk

menghisap air dan garam mineral dari dalam tanah. Selain itu akar juga berfungsi

sebagai penyokong dan memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya.

Tanaman cabai memiliki perakaraan serabut dengan cabang akar yang banyak dan

serabut pada permukaan. Biasanya pada akar terdapat bintil-bintil yang

merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Akar tanaman cabai

hanya mampu menembus tanah secara dangkal dengan kedalaman 20-40 cm.

Meski tanaman cabai tidak memiliki akar tunggang, akan tetapi ada beberapa akar

yang tumbuh ke arah bawah berfungsi sebagai akar tunggang semu (Sunaryono,

2003).

Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum) bakteri penyebab penyakit

layu bakteri biasanya hidup di dalam jaringan batang, sehingga menyebabkan

pemucatan tulang daun sebelah atas dan menyebabkan tangkai menunduk. Layu

bakteri umumnya dikendalikan dengan mengkondisikan bedengan selalu kering


7
atau pencelupan bibit ke larutan bakterisida, misal Agrymicin 1,2 gram/liter

(Hewindati, 2006).

Layu Fusarium (Fusarium oxysporium F. sp.) penyakit ini biasanya

menyerang tanaman cabai yang ditanam pada tanah dengan pH rendah atau

masam akibat dari gangguan spora cendawan. Gejala penyakit ini ditandai dengan

pucatnya bagian tulang daun di sebelah atas kemudian diikuti tangkai menunduk.

Apabila batas antara akar dan batang dipotong atau dikelupas terlihat cincin

berwarna coklat kehitaman serta berkas pembuluh menjadi busuk dan basah.

Pengendalian penyaki ini dengan cara pengapuran pada lahan sebelum

penamaman untuk menaikkan pH yang diperlukan (Soedarya, 2009).

Anda mungkin juga menyukai