Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN IDENTIFIKASI TANAMAN CABAI

MATA KULIAH SISTEM PERTANIAN


BERKELANJUTAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

1. Dr. Eny Wahyuning P, SP., MP Ach.


2. Nizar SST, M.Sc

Disusun Oleh :

Nama : AHMAD ROSI


Kelas :PPB 1B
Nim :04.01.21.731
Prodi :Penyluhan Pertanian Berkelanjutan

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PENYULUHAN


PERTANIAN BERKELANJUTAN MALANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan identifikasi tanaman
cabai dengan baik. Laporan ini berisi tentang ’’membudidayakan tanaman cabai “. Pada laporan
ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi serta pengarahan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan hasil analisis ini
masih jauh dari kata sempurna.Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga laporan hasil analisis ini dapat
memberikan manfaat untuk kami khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman cabai (capsicum annum L.) adalah tumbuhan perdu yang berkayu, dan
buahnya yang pedas disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Saat ini cabai menjadi salah satu
komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan masyarakat,baik masyarakat maupun
internasional, setiap harinya permintaan akan cabai, makin bertambah seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk diberbagai negara. Budaya ini menjadi peluang usaha yang
masih sangat menjanjikan, bukan hanya pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk
memenuhi pasar ekspor (santika, 2008).
Jenis cabai juga cukup berfariasi, beberapa jenis dibedakan berdasarkan ukuran,
bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya, di indonesia tanaman cabai yang banyak
dibudidayakan antara lain cabai kriting,cabai besar, cabai rawit, dan cabai paprika (Anonim,
2013).
Dalam budidaya tanaman cabai suatu hal penting yang perlu diperhatikan untuk
meningkatkan produksi adalah pemilihan jenis cabai. Cabai kriting mempunyai kelebihan
tahan terhadap kelembapan udara. Cabai kriting juga banyak memiliki banyak manfaat selain
dijadikan sebagai bahan penyedap makanan, cabai kriting juga bisa dimanfaatkan menjadi
berbagai olahan seperti saos cabai, sambel cabai, pasta cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan
bumbu instan. Bahkan produk produk tersebut sudah berhasil diekpor ke Singapura,
Hongkong, Saudi Arabia, Brunai Darussalam dan India.
Budidaya tanaman cabai memberi keuntungan yang menarik tetapi budidaya cabai
juga seirng mengalami kegagalan dan kerugian besar. Untuk menghindari kegagalan tersebut,
digunakan aplikasi yang tepat dan guna, yaitu Teknologi Enzymatis merupakan teknologi
baru yang sangat tepat untuk menghadapi permasalahan yang ada pada budidaya tanaman
cabai (Santika, 2008).
B. Tujuan
1. Melatih mahasiswa agar mempu dan mengetahui tantang tanaman cabai criting
2. Menambah pengalaman tentang jenis jenis tanah
3. Melatih mahasiswa agara berpikir secara kritis
4. Memehami cara pengendalian hama terpadu
5. Mengaplikasikan jenis pestisida dan pupuk organik secara efisien dan tepat sasaran
C. Manfaat
1. Mendapat pengetahuan tentang tanaman cabai kriting
2. Memahami tentang ilmu tanah, serta jenis jenis pupuk ataupun pestisida
3. Wawasan tentang pengendalian hama

iii
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Botani tanaman cabai

Cabai merupakan tanaman semusim (annual) yang tumbuhnya tegak dengan batang
berkayu dan bercabang serta tergolong tumbuhan yang menghasilkan biji (spermatophyta)
dalam dunia tumbuhan plantanum. Menurut Rahman (2010), tanaman cabai dapat
diklasifikasikan sebgai berikut :

Kindom : Plantae (tumbuhan)

Sub Kindom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Familia : Solanacaeae

Famili : Solanaceae (Suku terung-terungan)

Genus : Capsicum

Spesies :capsicum annus L.

Berdasarkan pertumbuhan akarnya, cabai kriting memiliki akar tunggan yang kuat dan
membentuk percabangan kesamping yang disebut akar serabut, akar tersebut bisa menembus
tanah hingga kedalaman 50 cm dan perkembangan kesamping selebar 45 cm (setiadi 2006).
Hal ini tidak berbeda jauh dengan pendapat prajnata (2007) dalam arifin (2010) yang
menyatakan bahwa perakaran tanaman cabai cenderung kepada kar tunggang yang terdiri dari
atas akar utama (primer)dan akar lateral (skunder). Akar lateral mengeluarkan serabut-serabut
akar (akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35-50 cm dan akar lateral menyebar
sepanjang sekitar 35- 45 cm.
Pertumbuhan batang utama cabai keriting yaitu tegak lurus dan kokoh mencapai tinggi
sekitar 30 ‐ 37,5 cm dengan diameter batang antara 1,5‐ 3 cm. Batang utama tanaman cabai
keriting berkayu dan berwarna coklat kehijauan serta pembentukan kayu pada batang utama mulai
terjadi mulai umur 30 hari setelah tanam (HST). Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru
yang dimulai pada umur 10 hari setelah tanam, namun tunas‐tunas ini sebaiknya dihilangkan
sampai batang utama menghasilkan bunga pertama tepat diantara cabang primer. Cabang primer
ini yang terus dipelihara dan tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari batang utama ke
cabang primer berbentuk huruf Y dan cabang primer akan menghasilkan  cabang sekunder

iii
(Prajnanta, 2007 dalam Arifin, 2010).
Pertambahan panjang cabang menurut Prajnanta (2007) dalam Arifin (2010) diakibatkan
oleh pertumbuhan kuncup ketiak daun secara terus‐menerus dan pertumbuhan ini disebut
pertumbuhan simpodial. Dari cabang sekunder akan membentuk percabangan tersier dan
seterusnya. Pada akhirnya terdapat kira‐kira 7 ‐ 15 cabang per tanaman (tergantung varietas). Jika
tanaman masih sehat maka pembungaan pertama dapat dilanjutkan ke tahap pembungaan kedua,
sehingga jumlah cabang mencapai 21 – 23.
Daun cabai keriting berwarna hijau muda sampai hijau gelap (tergantung varietasnya)
dengan panjang 4 - 10 cm dan lebar 1,5 - 4 cm . Daun ditopang oleh tangkai daun dan tulang daun
berbentuk menyirip. Secara keseluruhan bentuk daun cabai adalah lonjong dengan ujung daun
yang meruncing (Hadiyanto, 2005).
Posisi bunga cabai keriting biasanya menggantung dengan warna mahkota bunga putih dan
memiliki 5 – 6 kelopak bunga dengan panjang bunga 1 – 1,5 cm, lebar 0,5 cm dan panjang
tangkainya 1 - 2 cm. Tangkai putik berwarna putih, panjangnya sekitar 0,5 cm. Warna kepala
putik kuning kehijauan, tangkai sari berwarna putih, tetapi yang dekat dengan warna kepala sari
ada bercak kecoklatan. Panjang tangkai sari 0,5 cm dengan warna kepala sari berwarna biru atau
ungu (Hadiyanto, 2005).
Panjang  buah cabai keriting dari  tangkai  hingga  ujung  buah mencapai 3,7 – 5,3 cm, dan
buahnya berukuran kecil. Biji cabai keriting yang  masih  muda  berwarna  kuning, namun setelah 
tua berubah warna  menjadi  coklat. Biji cabai keriting berbentuk  pipih dengan diameter  ± 4  mm
serta memiliki rasa  buah  yang  pedas dan dapat mengeluarkan air mata bagi orang yang
menciumnya. Cabai keriting memiliki rasa yang pedas karena mengandung capsicol (Setiadi,
2006).
Tanaman cabai keriting sangat cocok ditanam pada ketinggian 0 – 500 m dpl dengan suhu
antara 190 – 300 C dan curah hujan 1.000 – 3.000 m m/tahun.
Tanaman cabai membutuhkan tanah yang gembur dan banyak mengandung unsur hara serta
dapat tumbuh optimal pada tanah regosol dan andosol dengan pH tanah antara 6 - 7. Untuk
menghindari genangan air pada lahan, Untuk penanaman cabai keriting lebih baik pada lahan
yang agak miring dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 25 0. Lahan yang terlalu miring dapat
menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk, karena tercuci oleh air hujan (Rahman, 2010).

B. Varietas Cabai :
1. TM-999
Varietas cabai keriting Hibrida ini memiliki pertumbuhan yang sangat kuat dan kokoh. Jenis
ini memiliki keunggulan fisik tahan hama dan buah cabai yang optimal. Pembungaannya
berlangsung terus-menerus sehingga dapat dipanen dalam jangka waktu yang panjang. Ukuran
buahnya 12,5 cm x 0,8 cm dengan berat buah 5-6 gram. Rasanya sangat pedas, cocok untuk
digiling dan dikeringkan. Hasil per tanaman berkisar 0,8-1,2 kg.

2. TM 888
Varietas hibrida ini memiliki sosok tanaman yang besar dan daun lebih lebar dari TM 999.
Adaptasi yang baik terhadap kondisi lingkungan yang panas, tahan
serangan Phytophthora danAntraknosa. Panjang buah 13,5 x 1,4 cm dengan berat buah 7-8 gram.

iii
3. SALERO
Berpenampilan menarik seperti umumnya cabai keriting lokal. Varietas ini memiliki adaptasi
penanaman yang cukup luas dengan produktivitas per hektar cukup tinggi.
4. TARO
Varietas Taro mempunyai ukuran buah yang sedikit lebih besar dibandingkan cabai keriting
TM-999. Sosok tanamannya besar dan kekar dengan ruas percabangan panjang. Tanaman ini
mampu berproduksi baik di dataran rendah sampai menengah ( sampai 1000 m dpl). Hasil per
tanaman berkisar 0,75-1,2 kg, tergantung kondisi terakhir tanaman.
5. KUNTHI
Mempunyai bentuk buah keriting, kulit kasar, ujung runcing, rasa pedas dan seragam seperti
cabai keriting lokal. Tanaman kokoh dan dapat beradaptasi di dataran rendaah, sedang sampai
tinggi. Masa panennya panjang sehingga produksi buahnya pun tinggi dengan potensi hasil 20 ton
per hektar. Kualitas buah yang bagus menyebabkan varietas ini dikonsumsi segar dalam bentuk
cabai hijau maupun merah dan dapat dikeringkan.
6. CTH-01
 Cabai keriting hibrida ini mempunyai bentuk buah yang benar-benar keriting. Cabai ini mulai
banyak ditanam petani, meskipun selama ini pengembangannya masih bertumpu pada daerah
dataran rendah, namun cabai CTH-01 sebenarnya mampu berproduksi dan tumbuh dengan baik di
dataran menengah hingga tinggi. Selain itu tahan terhadap penyakit antraknose buah dan mudah
perawatannya. Cabai ini cocok untuk konsumsi segar maupun dikeringkan, dengan produksi per
hektanya mampu mencapai lebih dari 20 ton.
7. HOT BEAUTY
Varietas cabai besar ini sering disebut dengan cabai TW. Buahnya mempunyai ukuran 13 x
1,4 cm dengan bobot 7,5 gram per buah. Rasa kurang pedas dan warna merah menggiurkan.
Bentuk buah besar dan daging buah yang tipis. Tetap segar selama satu minggu sejak petik. Masa
panen lebih panjang dan dapat ditanam di dataran rendah atau tinggi.
8. LONG CHILI
Ukuran buah lebih besar dari hot beauty dan hero. Buah berukuran 18 x 2 cm dan bobot 18
gram per buah. Warna buah merah menyala saat masak. Bentuk buah ramping, kulit mulus dan
berdaging tebal. Mampu berproduksi 2 kg per tanaman. Hanya mampu berproduksi di dataran
tinggi 800-1500 m dpl.
9. HERO
Varietas ini berukuran 15 x 1.8 cm dan bobot rata-rata 16 gram per buah. Mampu berpraduksi
1,9-2,1 kg pertanaman. Cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 400-800 m dpl, tapi bisa juga
beradaptasi di dataran rendah
50-200 m dpl. Peka terhadap antraknosa, sehingga lebih baik ditanam pada musim kemarau.
10. PRABU
Varietas ini sangat cocok dikembangkan di dataran rendah sampai menengah (0-800 m dpl).
Penampakan tanaman kokoh dengan percabangan banyak serta bertajuk lebat dan kompak.
Varietas ini mempunyai kemurnian genetis tinggi sehingga dalam satu hamparan pertanaman
tampak seragam. Tahan terhadap serangan hama trips dan penyakitAntraksnosa. Buahnya silindris
lurus, ujung runcing, padat, daging tebal, rasa pedas dan warnanya merah tua mengkilap pada saat
masak. Panen perdana berlangsung sekitar 70-75 HST (hari setelah tanam) dengan hasil 1.0-1.5

iii
Kg/tanaman atau sekitar 18-27 ton/ha. Buahnya tahan terhadap pengangkutan jarak jauh.
11. MARATON
Varietas Maraton cocok di tanam di dataran rendah sampai menengah. Penampakan fisik
tegak dan kokoh serta memiliki tajuk yang lebih lebat dan kompak. Varietas ini mempunyai
kemurnian genetik tinggi, tahan terhadap seranaan penyakit layuPseudomonas, Antraksnosa, dan
bercak daun bakteri. Sangat cocok ditanam pada akhir musim kemarau atau musim hujan. Berat
rata-rata per buah mencapai 12,5-14,3 gram. Panen perdana berlangsung sekitar 70-75 HST
dengan hasil 1,0-1,5 Kg/tanaman atau sekitar 18-27 ton/ha. Buahnya tahan dalam penyimpanan
dan transportasi jarak jauh.
12. ARIMBI-513.
Memiliki penampilan yang kokoh serta cabang yang kekar dan lebar. Varietas ini relatif tahan
terhadap serangan hama dan penyakit, terutama layu bakteri. Buahnya besar, halus ujung lancip,
panjang 13 cm, diameter 2 cm, warna merah, kompak dan sangat berkualitas. Produksi buah
berlangsung terus-menerus dan mulai dapat dipanen pada umur 80 HST. Rata-rata produksi 1,25-
1,5kg/tanaman atau 22,5-27,0 ton dengan populasi 18.000 tanaman per hektar. Buahnya tahan
pengangkutan jarak jauh dan dapat dipasarkan lokal maupun ekspor.
13. CAKRA PUTIH
 Varietas cabai rawit ini berwarna putih kekuningan yang berubah merah cerah saat masak.
Pertumbuhan tanaman sangat kuat dengan membentuk banyak percabangan. Posisi buah tegak ke
atas dengan bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Mampu menghasilkan buah 12 ton per
hektarnya dengan rata-rata 300 buah pertanaman, di panen pada umur 85-90 HST. Cakra putih ini
tahan terhadap serangan penyakitAntraksnosa.
14. CAKRA HIJAU
Varietas cabai rawit ini mampu beradaptasi dengan baik di dataran rendah maupun tinggi.
Saat tanaman muda buahnya berwarna hijau dan setelah masak berubah merah. Potensi hasilnya
600 gramper tanaman atau 12 ton per hektar. Rasanya pedas, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit yang biasa menyerang cabai. Masa panen yang lebih singkat sekitar  80-85 hari.

iii
BAB III
TEMPAT PELAKSANAAN IDENTIFIKASI
TANAMAN CABAI

A. Tempat pengamatan
Dilaksanakan di Desa Sumberwaru, Kecamatan Binakal, Kabupaten Bondowoso.
B. Waktu pengamatan
Pengamatan dilaksanakan pada hari kamis tanggal 04_11_2021
C. Metode penelitian / pengamatan
Diakukan dengan obserfasi dilapangan atau dilahan tanaman cabai kriting
D. Hasil obserfasi atau identifikasi pada tanaman cabai

iii

Anda mungkin juga menyukai