Anda di halaman 1dari 3

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Literatur Komoditas

1. Cabai
Tanaman cabai tergolong tanaman perdu dengan perakaran tunggang sebagai
penegak pohon yang memiliki kedalaman ±200 cm dengan tinggi 45-100 cm. Sistem
perakaran tanaman menyebar dengan panjang 25-35 cm yang berfungsi untuk
menyerap air dan zat-zat makanan. Batang tanaman cabai dibedakan menjadi batang
utama dan percabangan. Batang utama berwarna cokelat kehijauan, berkayu, dengan
panjang berkisar 20-28 cm dan diameter 1,5-2,5 cm. Percabangan berwarna hijau
dengan panjang antara 5-7 cm dan diameter 0,5-1 cm (Swastika et al., 2017).
Tanaman cabai pada umumnya termasuk dalam famili Solanaceae yang mempunyai
banyak varietas. Sedangkan untuk klasifikasi tanaman cabai terdiri dari kingdom
Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonenae,
subkelas Sympetalae, ordo Solanales, famili Solanaceae, genus Capsicum, species
Capsicum annum L (Harpenas dan Darmawan, 2010). Tanaman cabai memiliki batang
tegak dengan bentuk bulat beruas-ruas dan dibatasi oleh buku-buku dengan panjang
tiap ruas antara 5-10 cm. Batang tanaman cabai dapat tumbuh sekitar 50-150 cm
(Swastika et al., 2017).
Daun cabai merupakan daun tunggal dengan bentuk oval dan ujung meruncing.
Tulang daun menyirip dengan warna hijau tua pada bagian adaksial dan bagian
abaksial berwarna hijau muda. Daun tumbuh pada tunas-tunas samping yang
berurutan dan tersusun spiral pada batang utama. Bunga cabai termasuk ke dalam
bunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga,
alat kelamin jantan, dan alat kelamin betina. Alat kelamin jantan dan bertina bunga
cabai terdapat di dalam satu bunga sehingga bunga cabai disebut juga bunga
hermafrodit. Bunga cabai keluar dari ketiak daun dengan posisi menggantung atau
tegak, memiliki mahkota bunga berwarna putih atau ungu dengan kelopak seperti
lonceng (Undang et al., 2015). Buah cabai berbentuk kerucut memanjang dengan
permukaan buah yang licin mengkilap dan meruncing pada bagian ujungnya. Panjang
buah berkisar antara 9- 15 cm dengan diameter 0,6-0,8 cm. Buah cabai memiliki warna
ungu, putih atau hijau gelap saat belum masak kemudian warna buah berubah menjadi
jingga hingga merah jika masak. Biji cabai berbentuk bulat pipih dan tersusun
berkelompok. Biji melekat di sepanjang plasenta di dalam buah dengan diameter
sekitar 4 mm. Biji memiliki warna putih kekuningan ketika muda dan berubah warna
menjadi kecokelatan ketika buah masak (Wijaya et al., 2020).
Komoditas tanaman cabai memiliki syarat tumbuh tertentu. Menurut Harpenas
dan Dermawan, (2010) mengatakan syarat tumbuh komoditas cabai sebagai berikut:
1. Keadaan iklim
Cabai dapat ditanam pada dataran rendah hingga daerah ketinggian 1.300 m
dpl. Penanaman di dataran tinggi memerlukan teknik budidaya tersendiri serta
pemilihan benih yang adaptif terhadap lingkungan dataran tinggi. Cabai membutuhkan
iklim yang tidak terlalu dingin dan tidak pula terlalu lembab. Cabai dapat beradaptasi
dengan baik pada temperatur 25°- 30°C. Kelembaban udara kurang dari 80%. Setiap
varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan
tumbuh.
2. Tanah
Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian
cocok pula bagi tanaman cabai. Tanaman cabai dapat ditanaman pada tanah sawah
maupun tegalan. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai
lebih baik ditanam pada tanah yang subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah
becek (menggenang), dan bebas OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Kisaran
pH tanah yang ideal adalah 6,5 - 6,8. Pada pH di bawah 6,5 atau diatas 6,8
pertumbuhan cabai akan terhambat yang berakibat rendahnya produksi. Pada tanah
yang tergenang seringkali menyebabkan gugur daun dan tanaman mudah terserang
penyakit layu.
3. Sumber air
Air berfungsi sebagai pelarut dan pengangkut unsur hara ke organ tanaman,
air berperan dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) dan proses respirasi
(pernafasan). Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu
dan akhirnya mati. Menurut Rosdiana et al., (2011) curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan tanaman cabai sekitar 600-1.250 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu
tinggi dapat mempengaruhi tingginya kelembapan udara. Kelembapan yang tinggi atau
di atas 80% akan merangsang tumbuhnya jamur yang berpotensi menyerang dan
merusak tanaman, seperti bunga rontok dan busuk buah.
Dafpus

Harpenas, Asep & R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Swastika, S., Pratama, D., Hidayat, T., & Andri, K. B. (2017). Buku Petunjuk Teknis
Teknologi Budidaya Cabai Merah (Rustam & O. Ekalinda (eds.)). Riau: Badan
Penerbit Universitas Riau UR PRESS.

Undang, Syukur, M., & Sobir. (2015). Identifikasi spesies cabai rawit (Capsicum spp.)
berdasarkan daya silang dan karakter morfologi. Jurnal Agronomi Indonesia
(Indonesian Journal of Agronomy), 43(2), 118.

Wijaya, C. H., Harda, M., & Rana, B. (2020). Diversity and potency of Capsicum spp.
grown in Indonesia. In IntechOpen.

Rosdiana, Asaad, M., & Mantau, Z. (2011). Teknologi budidaya cabai rawit. Gorontalo:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo.

Tqqq Hannn…. :)

Anda mungkin juga menyukai