Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PEMULIAAN TANAMAN

TEKNIK PEMULIAAN TANAMAN CABAI

DisusunOleh :
KELOMPOK 8
Kelas B
Mareti Dwi Utami

(155040200111250)

Dyah Arum Purwaningtyas

(155040201111168)

Tsarwah As Sausan

(155040207111029)

Muhammad Jauhar Firdaus

(155040207111135)

DosenPengampu :
Ir. Sri Lestari Purnamaningsih , MS.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu dan tanpa ada halangan yang berarti.Makalah ini
merupakan salah satu tugas pokok mata kuliah Pemuliaan Tanaman Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (Malang).
Ucapan terimakasih kami ucapakan kepada dosen pengampu matakuliah
Pemuliaan Tanaman Ir. Sri Lestari Purnamaningsih , MS. yang telah membimbing
kami dalam mata kuliah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan .Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca.

Malang, 10 Oktober 2016

Pemakalah

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
1.

2.

PENDAHULUAN............................................................................................4
1.1

Latar Belakang..........................................................................................4

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.3

Tujuan........................................................................................................4

PEMBAHASAN...............................................................................................5
2.1

Morfologi Bunga Cabai.............................................................................7

2.2

Metode Pemuliaan Tanaman.....................................................................7

2.3

Tahapan Pemuliaan Tanaman Cabai........................................................10

2.4

Varietas Cabai..........................................................................................13

3.PENUTUP...........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai adalah salah satu komoditas sayuran penting dan memiliki
nilai ekonomi yang tinggi di Indonesia. Pemuliaan pada tanaman cabai
dilakukan untuk memperbaiki daya hasil, memperbaiki karakter-karakter
hortikultura, memperbaiki resistensi terhadap hama dan penyakit serta
memperbaiki terhadap cekaman lingkungan.
Pada umumnya cabai berumur 90 hari untuk siap dipanen.
Permintaan cabai di pasaran sangatlah tinggi maka dari itu perlu dilakukan
pemuliaan pada tanaman cabai untuk menghasilkan tanaman cabai yang
siap panen dalam waktu kurang dari 3 bulan atau bisa disebut cabai
genjah.Selain itu hasil produktivitas cabai yang rendah juga menjadi
masalah atas tingginya permintaan cabai. Oleh karena itu, pemuliaan
tanaman cabai menjadi cabai garda genjah perlu dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas cabai dan agar kebutuhan masyarakat akan
cabai terpenuhi.
1.2 Rumusan Masalah
-

Bagaimana morfologi bunga cabai?


Bagaimana cara persilangan dan penyerbukan sendiri dari tanaman

cabai?
Apa saja varietas cabai yang telah dilepas oleh Kementrian Pertanian?
1.3 Tujuan

Untuk mengetahui morfologi bunga cabai.


Untuk mengetahui cara persilangan dan penyerbukan sendiri dari

tanaman cabai.
Untuk mengetahui macam varietas cabai yang telah dilepas oleh
Mentan.

2. PEMBAHASAN
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran penting dan bernilai ekonomi
tinggi di Indonesia.Tanaman ini dikembangkan baik di dataran tinggi maupun
dataran rendah. Untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat, berbagai
usaha dalam meningkatkan produktivitas cabai sangat perlu dilakukan. Benih
bermutu dari varietas unggul merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan produksi di bidang pertanian, tidak terkecuali cabai.
Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas cabai adalah dengan
perakitan varietas unggul, diantaranya varietas bersari bebas dan varietas
hibrida.Meskipun termasuk tanaman menyerbuk sendiri, namun persentasi
penyerbukan

silangnya

cukup

besar

sehingga

heterosisnya

cukup

besar.Peningkatan hasil hibrida cabai dapat mnecapai 61% lebih tinggi dari
tetuanya (Kalloo dalam Syukur et al., 2015).Fenomena heterosis pada tanaman
cabai sering dianfaatkan dalam membentuk varietas hibrida komersial (Sousa dan
Maluf dalam Syukur et al., 2015).
Tanaman cabai termasuk family Solanacaae, genus capsicum.Capsicum
annuum L. merupakan salah satu spesies dari 20-30 spesies dalam genus
Capsicum. Selain C. annuum spesies lain yang dibudidayakan adalah C.
frutescens, C. baccatum, C. pubescens, C. chinense. C. baccatum dan C.
pubescens mudah diidentifikasi dan dibedakan satu dengan yang lainnya karena
terdapat perbedaan yang jelas pada kedua spesies tersebut.C. annuum, C.
frutescens,

C.

chinense

mempunyai

banyak

sifat

yang

sama,

untuk

membedakannya dapat dengan mengamati bunga dan buah dari masing-masing


spesies.
Capsicum annuum L. adalah spesies yang paling luas dibudidayakan dan
paling penting secara ekonomis. Spesies ini mempunyai berbagai bentuk dan
ukuran dan meliputi buah manis dan pedas. C. annuum L. dikelompokkan dalam
var. longum,

var. abbreviata,

var. grossum dan var. minimum. Spesies ini

diperkirakan mempunyai pusat asal (penyebaran primer) di Meksiko, kemudian


menyebar ke daerah Amerika Selatan dan Tengah, ke Eropa dan sekarang telah

tersebar luas di daerah tropic dan subtropik.Pusat penyebaran sekunder C.


annuum adalah Guatemala. Berdasarkan karakter buahnya, terutama bentuk dan
ukuran buah, spesies C. annuum dapat digolongkan dalam empat tipe, yaitu cabai
besar, keriting, rawit (hijau), dan paprika.
Cabai besar.Permukaan buah cabai besar adalah rata atau licin, diameter
buah tebal, daing buah tebal, umur panen genjah, relative kurang tahan simpan,
relative kurang pedas.Tipe ini banyak diusahakan di Jawa Timur, Jawa Tengah,
Bali dan Sulawesi.
Cabai keriting.Tipe ini mempunyai permukaan buah yang bergelombang
atau keriting, ramping, daging buah tipis, umur panen agak dalam, lebih tahan
simpan, relative pedas.Cabai keriting sangat khas untuk Indonesia.Tipe ini banyak
diusahakan di daerah Jawa Barat dan Sumatra.
Cabai rawit.Tipe ini berukuran kecil, permukaan buah licin dan rasa buah
sangat pedas.Orientasi buah dan bunga cabai rawit mengarah ke atas. Tipe cabai
rawit yang termasuk spesies C. annuum adalah cabai rawit yang muda berwarna
hijau atau putih kekuningan serta bentuk buah langsing. Sementara itu, jika buah
cabai berwarnah putih kekuningan dan umur tanaman tahunan maka cabai rawit
tersebut termasuk spesies C. frutescens atau dikenal dengan nama cabai rawit
putih. Penggolongan spesies ini didasarkan pada spesies biologi.Rawit hijau
sangat mudah bersilang dengan cabai besar, keriting, dan paprika (juga
resiprokalnya).Sehingga digolongkan dalam spesies C. annuum L.
Cabai paprika.Buah tipe ini berbentuk segi empat panjang atau bel.Rasa
buah tidak pedas.Buahnya berwarnah hijau, kuning, oranye, merah atau
ungu.Sering digunakan sebagai campuran salad.Tipe ini termasuk spesies C.
annuum L. var. grossum.Paprika adalah tanaman subtropics sehingga akan lebih
cocok apabila ditanam pada daerah dengan ketinggian diatas 750 m dpl (diatas
permukaan laut). Tidak banyak varietas yang dapat beradaptassi pada dataran
rendah.Tanaman ini banyak diusahakan di daerah Brastagi, Lembang, Cipanas,
Bandung, Dieng dan Purwokerto.

2.1 Morfologi Bunga Cabai


Bunga cabai tergolong bunga lengkap karena terdiri dari kelopak bunga,
mahkota bunga, benang sari dan putik.Kelopak bunga berjumlah 6 helai berwarna
kehijauan. Mahkota bunga terdiri atas 5-7 petal berwarna putih susu atau kadangkadang ungu. Posisi bunga menggantung; panjang bunga biasanya 0,8-1,5 cm;
lebar 0,5 cm; dan penjang tangkai bunga antara 3-8 cm. Tangkai putik berwarna
putih panjangnya sekitar 0,5 cm. Kepala putik berwarna kekuning-kuningan.
Tangkai sari berwarna putih dengan panjang sekitar 0,5 cm. Kepala sari yang
belum matang berwarna biru atau ungu (Berke dalam Syukur et al., 2015). Dalam
satu bunga terdapat satu putik dan 5-7 benang sari.
Bunga cabai umumnya merupakan bunga tunggal (kecuali pada spesies
tertentu berbunga ganda), terletak pada hampir setiap ruas (nodus).C. annuum
(cabai besar) mempunyai satu bunga/ruas.C. frutescens (cabai rawit) mempunyai
1-3 bunga/ruas.C. pubescens (cabai gendot) mempunyai 1-5 bunga/ruas.
C. baccatum (cabai ubatuba) mempunyai 1-5 bunga/ruas.C. chinense
mempunyai 2-5 bunga/ruas.Bunga cabai cenderung berkarakter protogyny dan
tepung sari keluar dari kotak sari pada saat bunga mekar (Kusandriani dalam
Syukur et al., 2015). Bunga cabai menyerbuk sendiri, tetapi penyerbukan silang
secara alami dapat terjadi dengan bantuan lebah dengan presentase persilangan
berkisar 7,6-38,6% (Greenleaf dalam Syukur et al., 2015). Bunga pertama
terbentuk pada umur 23-31 hari setelah tanam (HST).
2.2 Metode Pemuliaan Tanaman
Metode pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri menurut Soemardjo (1988)
yang sering digunakan ada 3 macam.Metode ini telah dibuktikan paling sesuai dan
member hasil yang cukup memuaskan.Ketiga metode tersebut adalahIntroduksi,
Seleksi dan Hibridasi yang dilanjutkan dengan seleksi.
1. Introduksi
Introduksi merupakan salah satu metode pemuliaan tanaman dengan cara
mendatangkan tanaman dari tempat lain. Masalah yang dihadapi pada tanaman
introduksi, baik sebagai sumber keragaman maupun sebagai calon varietas baru

adalah

penanganan

dalam

mempertahankan

sebagai

koleksi

dan

evaluasinya.Untuk itu diperlukan lembaga yang bertugas menanganinya dengan


konsekuensi tenaga dan biaya yang di butuhkan.Tanaman introduksi harus
diketahui dan diadakan pencatatan terutama dari mana asal tanaman tersebut, sifat
adaptasi dan sifat penting lainnya dari tanaman tersebut.Kemudian tanaman
introduksi dibagi menjadi tiga yaitu kelompok tanaman yang sudah dimuliakan,
tanaman asli, dan tanaman liar.Masing-masing dari kelompok tersebut memiliki
manfaat dalam pemuliaan, bisanya di butuhkan untuk memperbaiki sifat yang
dianggap kurang melalui hibridisasi.
2. Seleksi
Tanaman budidaya pada dasarnya merupakan hasil seleksi yang telah
berlangsung selama berabad-abad.Seleksi ini dapat berlangsung secara alami
maupun buatan, berdasarkan individu maupun kelompok dari populasi
campuran.Efektivitas seleksi sangat tergantung pada adanya keragaman genetik
dari populasi campuran ini.Sumber keragaman dapat berupa jenis lokal, koleksi
ataupun populasi bersegregasi dan hasil persilangan silang. Seleksi yang dapat
dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri antara lain adalah seleksi galur murni
dan seleksi masa.
A. Seleksi galur murni
Seleksi ini merupakan seleksi yang dilaksanakan untuk memperoleh
individu homozigot.Sebagai bahan seleksi adalah populasi yang memang sudah
mempunyaai tanaman-tanaman homozigot didalamnya.Dengan demikian
seleksi dilakukan untuk memilih tanaman yang homozigot tadi. Pemilihan
berdasarkan fenotip yang sama sehingga penyeleksi sering mendapatkan
kesulitan apabila faktor dominan pada suatu pasangan gen karena tidak dapat
membedakan pasangan yang homozigot dan heterozigot.
Populasi campuran sebagai bahan seleksi dapat berupa varietas lokal yakni
varietas yang telah beradaptasi dengan baik pada suatu daerah dan merupakan
campuran berbagai galur serta populasi tanaman yang bersegregasi

yakni

keturunan dari persilangan yang melakukan penyerbukan sendiri beberapa


generasi. Keberhasilan seleksi tergantung pada ragam tanaman homozigot pada
suatu populasi bahan seleksi.Makin banyak atau makin beragam tanaman yang
homozigot pada suatu populasi itu maka makin banyak kemungkinan
memperoleh individu tanaman yang diharapkan.

Hasil seleksi berupa galir murni akan dapat berubah kemurniannya oleh
beberapa sebab, yakni; tercampurnya dengan biji varietas lain, terjadi
persilangan alam dengan varetas lain atau terjadi mutasi. Oleh karena itu
seleksi tetap harus dilakukan detelah galur murni ditanam beberapa tahun
B. Seleksi massa
Seperti halnya seleksi galur murni, bahan seleksi massa juga berupa
populasi yang didalamnya sudah terdapat beberapa tanaman homozigot.
Seleksi dilakukan pada sekelompok tanaman yang mempunyai kesamaan
penampakan.Penilaian dilakukan dengan berdasarkan fenotipe yang kemudian
dicampur tanpa diadakan uji keturunan. Seleksi massa sering digunaan untuk
memurnikan varietas campuran. Melalui seleksi ini varietas yang dihasilkan
biasanya masih mempunyai kemampuan beradaptasi dan penampilan yang
tidak berbeda dengan varietas campuran. Varietas yang berasal dari seleksi
massa tidak seseragam varietas yang dihasilkan dari selaksi galur murni, tetapi
mempunyai ketahanan terhadap perubahan lingkungan atau lingkungan yang
ekstrim. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan genotype pada baris seleksi
massa, sehingga mempunyai sifat penahan lebih tinggi dibanding dengan
varietas galur murni yang hanya terdiri dari satu macam genotip.
Seleksi massa pada tanaman menyerbuk sendiri mempunyai kelemahan antara
lain :
a. Tanamana homozigot dan heterozigot mempunyai fenotip yang sama
untuk sifat dominan. Dalam hal ini, tanaman heterozigot akan mengalami
degregasi, sehingga perlu dilakukan seleksi ulang.
b. Lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan penampakan tanaman,
sehingga menyulitkan penilaian apakah tanaman yang terlihat baik
disebabkan oleh genotip atau lingkungan.
3. Hibridisasi
Metode ini lebih banyak dilakukan pada pemulaiaan tanaman menyerbuk
sendiri.Dengan hibridisasi dapat menggabungkan sifat dari sepasang atau lebih
dari tetua, sehinggan mungkin diperoleh tanaman yang mempunyai kombinasi
sifat yang diharapkan dan lebih unggu ladi varietas yang sudah ada.
Langkah awal dari hibridisasi adalah pemuliaan tetua. Secara umum cara
pemilihan tetua didasarkan atas tujuan dari program pemuliaan untuk tujuan
9

produksi akan berbeda dengan tujuan peningkatan kualitas atau ketahanan atau
kandunga protein. Agar pemuliaan tetua dapat menyesuaikan dengan tujuan maka
perlu diperlukan keragaman galur yang cukup besar dan hai ini dapat diperoleh
dari koleksi plasma nutfah.
2.3 Tahapan Pemuliaan Tanaman Cabai
Tahapan pemuliaan tanaman cabai menurut Syukur (2010)adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan (koleksi) plasma nutfah dan mengkarakterisasi
2. Seleksi atau memilih genotipe yang diinginkan, diikuti dengan pemurnian
(penggaluran)
3. Hibridisasi atau persilangan diantara genotipe terpilih (sebagai tetua)
4. Evaluasi terhadap hasil seleksi dan atau hibridisasi
1) Mengumpulkan (koleksi) plasma nutfah dan mengkarakterisasi
Mengumpulkan plasma nutfah tanaman cabai dapat dilakukan dengan cara
eksplorasi atau mencari berbagai genotipe cabai (kultivar, landras, tipe liar) dari
pelosok tanah air, dan introduksi yaitu mendatangkan dari luar negeri. Selanjutnya
berbagai genotip cabai tersebut dikarakterisasi berdasarkan pedoman atau
panduan Descriptors for Capsicum yang ditetapkan oleh International Plant
Genetic Resources Institute (IPGRI, 1995).
2) Seleksi atau memilih genotipe yang diinginkan, diikuti dengan pemurnian
(penggaluran)
Seleksi atau pemilihan plasma nutfah yang telah dikoleksi, berdasarkan
karakterisasi yang sudah dilakukan. Oleh karena itu plasma nutfah yang dikoleksi
harus banyak dan beragam, sehingga akan memudahkan kita dalam memilih. Pada
tanaman cabai, seleksi atau pemilihan dapat diarahkan untuk mendapatkan
varietas yang diinginkan dengan menggunakan metode pemuliaan yang baku.
Disamping itu, seleksi plasma nutfah dilakukan untuk memilih genotipe genotip
yang akan dijadikan tetua sebagai bahan persilangan. Dalam proses seleksi, diikuti
dengan pemurnian (penggaluran) yaitu melakukan selfing (penyerbukan sendiri)
dengan menutup individu tanaman dengan sungkup kasa atau dengan mengisolasi
individu bunga yang masih kuncup menggunakan selotip. Penyungkupan atau
isolasi dilakukan sebelum tanaman berbunga untuk menghindari masuknya serbuk
sari dari tanaman lain.
3) Hibridisasi atau persilangan diantara genotipe terpilih (sebagai tetua)

10

Berdasarkan hasil seleksi pada kegiatan sebelumnya, dapat diidentifikasi


genotip tanaman cabai yang diinginkan sebagai tetua.Misalnya, suatu genotipe
tanaman cabai (A) mempunyai karakter hortikultura yang unggul namun tidak
tahan terhadap penyakit.Sementara itu, ada genotipe tanaman cabai (B) yang
tahan terhadap peyakit. Oleh karena perlu dilakukan pemindahan gen pengendali
ketahanan penyakit dari tanaman (B) ke tanaman (A) melalui proses hibridisasi
(persilangan). Kemudian dipilih metode yang sesuai untuk melaksanakan kegiatan
pemuliaan tanaman cabai tahan penyakit ini. Pada garis besarnya persilangan
cabai terdiri atas pekerjaan: 1) Persiapan, 2) Kastrasi, 3) Emaskulasi atau
pengebirian, 4) Polenisasi (penyerbukan), 5) Isolasi, 6) Labelisasi (Pelabelan).
a. Persiapan
Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan silang perlu
disediakan alat-alat sebagai berikut : pisau kecil yang tajam, gunting kecil,
pinset dengan ujung yang tajam, alkohol (75-85%) atau spiritus dalam botol
kecil untuk mensterilkan alat-alat tersebut, gelas atau cangkir untuk tempat
benang sari, kuas untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik. Untuk
membungkus bunga sesudah dilakukan penyerbukan dapat dipakai kantong
isolatif. Selain daripada itu perlu disediakan label dari kertas yang tebal dan
diberi nomor urut. Untuk keperluan penyerbukan silang antara jenis-jenis
tertentu sebaiknya kertas label itu mempunyai warna tertentu, misalnya untuk
persilangan A X B warna labelnya merah, untuk A X C warna labelnya putih,
untuk D X B warnanya hijau dan seterusnya dengan warna lain.
b. Kastrasi
Kastrasi adalah membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga
yang akan diemaskulasi, dari kotoran, serangga, serta mahkota dan kelopak.
Alat kastrasi adalah gunting atau pinset.Kastrasi dilakukan sesaat sebelum
emaskulasi.Kastrasi dimulai dengan memotong bagian ujung dari kuncup
bunga dengan pisau silet atau gunting, sehingga kepala putiknya kelihatan
jelas dari atas.Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai
putiknya turut terpotong atau rusak.Kemudian mahkota dari kuncup bunga
dibuka perlahan-lahan satu per satu dengan menggunakan sebuah pinset
sampai semua benang sari terlihat jelas dari luar.Bila perlu semua mahkota
dibuang.
c. Emaskulasi

11

Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua


betina,

sebelum

bunga

mekar

atau

sebelum

terjadi

penyerbukan

sendiri.Emaskulasi dilakukan pada tanaman berumah satu yang hermaprodit


dan fertil.Dengan sebuah pinset benang sari cabai dapat dibuang satu per satu
sampai habis. Baik pinset, maupun gunting kecil dan alat lain yang dipakai
untuk mengebiri bunga harus steril. Setiap kali hendak di pakai, alat tersebut
perlu dicelupkan ke dalam spiritus atau alkohol 75-85% dan kemudian dilap
sampai kering dan bersih.Setelah melakukan emaskulasi, pada tangkai bunga
segera digantungkan sebuah label yang telah diberi nomor.
d. Penyerbukan
Penyerbukan adalah peletakan serbuk sari ke kepala putik.Teknik
penyerbukan biasanya dilakukan dengan menggunakan kuas, pinset, atau
tusuk gigi yang steril.Alat tersebut dicelupkan ke kumpulan polen (polen
yang sudah dikumpulkan) dan dioleskan ke stigma. Dalam melakukan
persilangan harus diperhatikan: 1) penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam
tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat berbunganya dan
masaknya (anthesis dan reseptif) waktunya bersamaan. 2) Waktu emaskulasi
dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan,
seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu
tersebut polen telah jatuh ke stigma.Juga waktu penyerbukan harus tepat
ketika stigma reseptif.

e. Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diserbuki tidak terserbuki oleh
serbuk sari asing.Dengan demikian betina harus ditutup, misalnya dengan
isolatif.
f. Pelabelan
Ukuran dan bentuk label berbeda, tergantung janis tanamannya. Pada
dasarnya label terbuat dari kertas keras tahan air, atau plastik. Pada label
antara lain tertulis informasi tentang: 1) Nomor yang berhubungan dengan
lapangan, 2) waktu persilangan, 3) Nama tetua jantan dan betina, 4) Kode
pemulia/penyilang.
4) Evaluasi terhadap hasil seleksi dan atau hibridisasi

12

Hasil seleksi (pada no 2) dan hibridisasi (No 3) dalam masing-masing


metode yang diterapkan, perlu tahapan evaluasi.Prosedur untuk evaluasi cabai
baik di kebun percobaan maupun kebun petani, digunakan panduan tertentu.
2.4 Varietas Cabai yang Ingin Dicapai
Dalam usaha perbaikan hasil juga dilakukan dengan perbaikan komponen
hasil. Dalam hal ini dilakukan dengan mentransfer karakter fasiculate untuk
meningkatkan jumlah bunga per ruas. Karakter fasiculate adalah karakter tanaman
cabai dengan buku memendek dan terdapat 4-8 bunga atau buah dalam satu ruas.
Karakter ini dikendalikan satu gen resesif, yaitu fa, dan bias dipindahkan kedalam
cabai besar. Selain itu, juga dilakukan persilangan untuk mengintroduksi karaktter
percabangan kompak dengan harapan dapat memperbanyak jumlah ruas sehingga
jumlah bunga lebih banyak.
Umur panen genjah. Umur panen merupakan salah satu karakter yang
digunakan untuk mengukur keunggulan suatu varietas. Varietas yang di inginkan
adalah varietas yang memiliki umur panen lebih awal (genjah). Umur tanaman
berkaitan dengan lamanya tanaman dilapang. Semakin singkat taaman berada
dilapang akan semakin baik karena dapat mengurangi intensitas serangan hama
dan penyakit. Umumnya umur panen cabai adalah 90-120 Hari Setelah Semai.
Contoh varietas geenjah yang dapat dijadikan sebagai bahan persilangan adalah
Bhaskara,Elegance, yang panen pertamanya dapat dilakukan 65hst.
Produktivitas tinggi. Produktivitas cabai merupakan

karakteristik

keunggulan yang sangat penting. Penanaman cabai menggunakan varietas unggul


mempunyai produktivitas dapat meningkatkan produktivitas hasil. Sebagai contoh
pada lahan sempit (100 m2) dengan populasi 300 tanaman, jika produksivitas
tanaman mencapai 1 kg maka hasil yang diperoleh 300 kg. Potensi produktivitas
tanaman cabai besar hibrida mencapai 1,2 kg/tanaman/musim tanam;cabai kriting
hibrida 1 kg/tanaman/musim tanam;cabai rawit hibrida 0,6 kg/tanaman/musim
tanam;dan paprika hibrida 3,7 kg/tanaman/musim tanam. Potensi hasil harus
ditunjang oleh kualitas buah yang baik seperti ukuran, penampilan kulit, dan
kepedasan.
Daya hasil merupakan karakter kuantitatif dan dikendalikan oleh banyak
gen. oleh karena itu, perbaikan daya hasil karakter-karakter kuantitatif yang lain
memerlukan waktu yang cukup lama. Metode yang dapat diterapkan untuk tujuan
13

ini adalah dengan seleksi galur murni dan seleksi pedigree. Persilangan dilakukan
antarvarietas lokal atau antargenotipe sesuai dengan keinginan.
Dari kedua keunggulan diatas dapat dijadikan sebagai bahan persilangan
tanaman cabai. Sehingga dapat menghasilkan varietas baru dengan sifat unggul
yaitu umur genjah dan prosuktifitas tinggi.

14

3.PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang dikembangkan baik
di dataran tinggi maupun dataran rendah.Salah satu alternatif untuk meningkatkan
produktivitas cabai adalah dengan perakitan varietas unggul, diantaranya varietas
bersari bebas dan varietas hibrida. Metode yang sering digunakan ada 3 macam
yaitu introduksi, merupakan salah satu metode pemuliaan tanaman dengan cara
mendatangkan tanaman dari tempat lain. Metode yang kedua adalah metode
seleksi, dimana pada dasarnya tanaman merupakan hasil seleksi yang telah
berlangsung selama berabad-abad.Seleksi ini dapat berlangsung secara alami
maupun

buatan.Metode

yang

ketiga

adalah

hibridisasi

yaitu

dapat

menggabungkan sifat dari sepasang atau lebih dari tetua.


Tahapan pemuliaan tanaman cabai yaitu engumpulkan (koleksi) plasma
nutfah dan mengkarakterisasi, seleksi atau memilih genotipe yang diinginkan,
diikuti dengan pemurnian (penggaluran), evaluasi terhadap hasil seleksi dan atau
hibridisasi, dan hibridisasi atau persilangan diantara genotipe terpilih (sebagai
tetua) yang masing-masing memiliki proses yang berbeda.

15

DAFTAR PUSTAKA
Poespodarsono, Soemardjo. 1988. Dasar Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor.
Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor, Lembaga Sumberdaya
Informasi IPB.
Syukur, M. S.Sujiprihati dan R. Yunianti. 2010. Teknik Pemuliaan Tanaman
Cabai. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Syukur, M., Sriani S., Rahmi Y. 2015. Tekni Pemuliaan Tanaman Edisi Revisi.
Jakarta : Penebar Swadaya.

16

Anda mungkin juga menyukai