Anda di halaman 1dari 13

GULMA YANG ADA DI TUMBUHAN-TUMBUHAN

1. Buah Paprika
a. Deskripsi :
Paprika adalah tumbuhan penghasil buah yang berasa manis dan sedikit pedas.
Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman berumur pendek,
umur tanaman paprika yaitu 125 hari (Allen, dkk., 1998), Tanaman cabai paprika
tumbuh sebagai perdu atau semak, dengan ketinggian mencapai empat meter.
Menurut Gunawan (2009), paprika dikelompokkan berdasarkan 4 warna utama,
yaitu merah, hijau, kuning dan jingga. Bentuk buah paprika mirip lonceng
sehingga dinamakan bell pepper. Meskipun aroma buah paprika pedas menusuk,
namun rasanya tidak pedas, bahkan cenderung manis sehingga disebut sweet
pepper.
b. Klasifikasi
Tanaman Paprika Klasifikasi paprika adalah sebagai berikut (Cahyono, 2003) :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annum
Varietas : Grossum (L) Sendt.
c. Morfologi
Menurut Cahyono (2007) Secara morfologi, bagian penting tanaman cabai
paprika yaitu :
1) Akar Tanaman cabai paprika memiliki akar tunggang yang tumbuh
lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke
samping (horizontal). Perakaran tanaman tidak dalam dan dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous (mudah
menyerap air), dan subur (Cahyono, 2003).
2) Batang Menurut Cahyono (2003) tanaman paprika memiliki batang
yang keras dan berkayu, berbentuk bulat, halus, berwarna hijau gelap,
dan memilki percabangan dalam jumlah yang banyak. Batang utama
tanaman tumbuh tegak dan kuat. Cabang tanaman beruas-ruas, setiap
ruas ditumbuhi daun dan tunas. Percabangan pada tanaman paprika
lebih kompak dan lebih rimbun dibandingkan dengan percabangan pada
cabai rawit atau cabai jenis lain.
3) Daun paprika berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun
rata (tidak bergerigi/berlekuk). Daun merupakan daun tunggal dan
memiliki tulang daun menyirip. Kedudukan daun agak mendatar. Daun
memiliki tangkai daun yang melekat pada batang atau cabang. Jumlah
daun dalam satu tanaman relatif banyak sehingga tanaman tampak
rimbun. Daun tanaman paprika memilki ukuran yang lebih besar
dibandingkan dengan daun tanaman cabai rawit (Cahyono, 2003).
4) Bunga paprika merupakan bunga tunggal (soliter) berbentuk bintang,
dengan mahkota bunga berwarna putih. Bunga tumbuh menunduk pada
ketiak daun. Penyerbukan bunga terjadi melalui penyerbukan sendiri
(self pollinated), namun dapat juga terjadi penyerbukan secara silang,
dengan tingkat keberhasilan sekitar 56% (Cahyono, 2003). Buah Buah
akan terbentuk setelah terjadi penyerbukan.
5) Buah paprika memilki keanekaragaman bentuk, ukuran, warna, dan
rasa. Pada umumnya, buah paprika berbentuk seperti tomat, tetapi
dengan permukaan bergelombang lebih bulat dan pendek, atau
berbentuk seperti genta besar atau bersegi-segi sangat jelas. Buah
paprika berongga pada bagian dalamnya. Ukuran buah bervariasi, ada
yang berukuran besar, panjang, atau pendek. Buah berdaging tebal
(ketebalan sekitar 0,5 cm), agak manis, dan tidak pedas, walaupun
memiliki bau pedas yang menusuk (Cahyono, 2003).
6) Biji paprika tersedia dalam jumlah yang sedikit, berbentuk bulat pipih,
dan berwarna putih kekuning-kuningan. Biji tersusun berkelompok dan
saling melekat pada empulur. Ukuran biji paprika lebih besar
dibandingkan dengan biji cabai rawit. Biji ini dapat digunakan sebagai
benih dalam perbanyakan tanaman (Cahyono, 2003).
d. Kegunaan

Teknologi fogger dapat membantu petani untuk melakukan usahatani paprika


ketika musim kemarau dan teknologi fogger dapat mengusir serangan hama trips
yang akan menganggu proses budidaya paprika. Teknologi fogger digunakan
ketika suhu di dalam screen house melebihi 27 0 c. Teknologi fogger terdiri dari
beberapa komponen seperti nozel, selang konektor, konektor pipa, water pump

e. Pengendalian

Media tanam yang digunakan yaitu menggunakan arang sekam dan cocopeat
dengan dosis 50:50. Teknologi fogger dirangkai di atas kawat tali dengan ukuran
1,5m x 1,5m. pengolahan tanah dilakukan untuk memperbaikai struktur tanah dan
membersihkan gulma. Pembuatan bedengan digunakan untuk meletakan polybag
dan proses pembuatan bedengan dilakukan dengan menggunakan alat bantu
cangkul. Lebar bedengan yaitu 75cm dengan tinggi bedengan 10cm–15cm, jarak
antar bedengan 60cm dan jarak drainase 100cm. Pemasangan mulsa dilakukan di
atas bedengan yang telah dibuat dan pemasangan mulsa mempunyai tujuan
sebagai pengendali gulma serta menjaga kelembaban tanah. . Penyusunan polybag
dengan panjang 35 cm dan lebar 50 cm dan setiap bedengan terdapat 2 banjar.
Kawat land berada di bawah dengan diikat ujung kawat pada bambu dan setiap 2
m ditancapkan bilah bambu kemudian diikat kawat land dengan bambu sebagai
penahan tali rambat. Jarak antar tali rambat adalah 25 cm dengan ketinggian tali
rambat 4 m. Tinggi tali rambat yaitu 4 m dengan jarak antar tali rambat yaitu 25
cm

2. Buah Sawo
A. Deskripsi
Sawo (Manilkara zapota) adalah tanaman buah yang termasuk dalam famili
Sapotaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko. Tanaman sawo
termasuk tumbuhan tropis yang mudah beradaptasi pada berbagai suhu, curah
hujan, tanah, dan salinitas tanah (Balai Penelitian Tanah, 2008). Tanaman sawo
sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara termasuk di Indonesia, sawo
banyak diusahakan di lahan pekarangan dan sangat mudah dijumpai di pasaran
(Nastasha dan Mufti, 2017). Sawo adalah pohon buah yang berumur panjang.
Pohon dan buahnya dikenal dengan beberapa nama seperti sawo, sauh atau sauh
manila. Tanaman sawo akan hidup dan berproduksi dengan baik pada ketinggian
700 mdpl, ketinggian maksimal untuk menanam pohon ini adalah 1.200 mdpl.
Pohon yang besar dan rindang dapat tumbuh hingga 30-40 m, bercabang rendah,
batang sawo berkulit kasar abu-abu kehitaman sampai coklat tua. Seluruh
bagiannya mengandung lateks, getah berwarna putih susu yang kental. Daun
tunggal terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting. Helai daun
bertepi rata sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk bundar telur jorong
sampai agak lanset 1,5-7 x 3,5-15 cm, pangkal dan ujungnya bentuk baji,
bertangkai 1-3,5 cm, tulang daun utama menonjol disisi sebelah bawah (Juwita
dan Jessy, 2013)
B. Klasifikasi
Tanaman sawo dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Ebenales
Famili : Sapotaceae
Genus : Achras atau Manilkara
Spesies : Acrhras zapota. L sinonim dengan Manilkara achras
C. Morfologi
Tanaman sawo (Manilkara zapota) adalah anggota Sapotaceae yang
banyak dibudidayakan diperkarangan dan banyak kegunaan. Kandungan zat gizi
dalam buah sawo, yaitu glukosa, vitamin, karbohidrat dan serat pangan.Bagian
lain dari tanaman sawo memiliki banyak manfaat seperi pada getahnya digunakan
untuk pembuatan permen karet, daunnya dapat digunakan sebagai obat batuk,
diare, demam, antibiotik, dan antimikroba, serta sangat baik untuk jantung dan
pembuluh darah, kayunya bermanfaat untuk bangunan atau furniture, bunganya
sebagai bahan kosmetik, buahnya digunakan sebagai makanan olahan dan
manfaat utama dari tanaman ini adalah sebagai peneduh dan tanaman hias dalam
pot (Ridho, 2017). Beberapa tumbuhan memiliki aktivitas antidiabetes, salah
satunya adalah Manilkara zapota.
Hal tersebut diperkuat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Effatul Afifah (2015), hasilnya menyatakan bahwa ekstrak air buah sawo dapat
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih yang sebelumnya telah
diinduksi diabetes mellitus, dengan hasil signifikan pada minggu ke-3. Bagian
lain tanaman sawo yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah buah muda, kulit
batang, dan daun (Nurhayati dan Yuliani, 2015). Buah muda, kulit batang, dan
daun sawo secara tradisional digunakan masyarakat sebagai obat antidiare, karena
senyawa tanin yang terkandung didalamnya dapat menghambat dan membunuh
sejumlah bakteri seperti Shigella, Salmonela thypii, dan Escherichia coli (E. coli).
Daun sawo mengandung zat-zat aktif seperti saponin, tanin, dan flavonoid .
Berdasarkan penelitian yag telah dilakukan oleh Nur dkk (2013)
menunjukkan adanya aktivitas antibakteri Salmonella typhi pada buah
sawo (Manilkara zapota). Bakeri Salmonella typhi dapat menyebabkan penyakit
demam tipoid, bakteri tersebut dibawa oleh manusia yang terinfeksi de dalam
saluran darah dan saluran pencernaan yang menyebar ke orang lain melalui
makanan dan air minum yang terkontaminasi dengan kotoran yang terinfeksi (Ali,
dkk, 2016). Tingkat kekerasan pada buah sawo dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti ketegangan buah, ketealan kulit luar buah, total padatan dan kandungan
pati yang terdapat pada buah. Ketika buah sawo berada pada fase matang maka
tingkat kemanisan buah akan berbanding terbalik dengan kadar kemasaman. Saat
mengalami proses pematangan, tingkat kemasaman buah akan cenderung rendah
(Kusumiyati dkk, 2017).
D. Keuntungan dan kerugian Gulma di pohon sawo
1) Lalat buah (Dacus sp.)
Gejala: terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam atau cokelat pada permukaan
kulit, tetapi dagin buah sudah membusuk.
2) Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat
(Saissetia nigra)
Menyerang ranting muda dan daun tanaman sawo dengan cara menghisap cairan
yang terdapat di dalamnya. Selain menghisap cairan, kutu-kutu ini juga
menghasilkan embun madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan
jelaga.embun madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan jelaga.
E. Pengendalian gulma sawo
Pengendalian: (1) membersihkan(sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman
dan kebun; (2) membungkus buah sejak stadium muda; (3) memasang perangkap
lalat buah yang mengandung bahan metyl eugenol, misalnya M-Atraktan, dalam
botol plastik bekas; (4) menyemprotkan perangkap lalat buah, seperti Promar
yang dicampur dengan insektisida kontak atau sistemik; (5) menginfus akar
tanaman dengan larutan insektisida sistemik, seperti Tamaron, dengan konsentrasi
3-5% pada fase sebelum berbunga; (6) menyemprot tanaman dengan insektisida
kontak, seperti Agrothion 50 EC dengan dosis 3-4 cc/liter air.
3. Buah Rambutan
A. Deskripsi
Rambutan (nama botani: Nephelium Lappaceum L.) adalah sejenis pokok
buah saka. Rambutan juga merupakan tanaman tropis yang tergolong ke dalam
suku lerak-lerakan atau sapindaceae, berasal dari daerah kepulauan di Asia
Tenggara. Kata rambutan berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit
menyerupai rambut. Penyebaran tanaman rambutan pada awalnya sangat terbatas
hanya di daerah tropis saja, saat ini sudah bisa ditemui di daratan yang
mempunyai iklim subtropis.
Hal ini disebabkan oleh karena perkembangan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan berhasil diciptakannya rumah kaca. Hingga saat ini
rambutan banyak terdapat didaerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia,
Amerika Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka.
(Mahirworo, dkk, 1989) Rambutan (Nephelium sp.) merupakan tanaman buah
hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini
dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia.
Hingga saat ini telah menyebar luar di daerah yang beriklim tropis seperti
Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang
mempunyai iklim sub-tropis melalui penyebaran alamiah salah satunya dengan
menggunakan biji buah rambutan.
Rambutan (Nephelium lappaceum) merupakan salah satu jenis buah-
buahan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh manusia. Tanaman
buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang
mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat
protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan
nonesensial, vitamin dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga,
tetapi adapula masyarakat yang memanfaatkannya sebagai pohon pelindung di
pekarangan sebagai tanaman hias.
Rambutan dapat tumbuh baik di daerah dengan ketinggian sampai 500
meter di atas permukaan laut dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Meski
kurang baik tumbuh pada daerah yang banyak genangan air, namun rambutan
perlu daerah dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun atau sistem
pengairan yang teratur.
Tanaman rambutan dapat tumbuh dan menghasilkan walau dibiarkan
tanpa perhatian. Namun bila menghendaki hasil yang optimum, tanaman
rambutan juga membutuhkan pemeliharaan yang tidak memerlukan perhatian
yang intensif. Pemeliharaannya hanya meliputi pemberian pupuk bila diperlukan,
penyiangan tanah sekitar tanaman, dan pemangkasan yang biasanya dilakukan
usai pemanenan
B. Klasifikasi Rambutan
Klasifikasi ilmiah daun rambutan :
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Nephelium
Spesies : Nephelium lappaceum L.
C. Morfologi Rambutan
Rambutan mempunyai bunga majemuk dengan susunan malai atau
panicula. Satu malai terdiri dari satu tangkai utama dengan panjang 15-20 cm dan
banyak cabang. Pohon rambutan berukuran sedang dengan tinggi 12-25m, batang
bulat/ tidak teratur, lurus, banyak cabang, diameter 40-60 cm, dan berwarna
kelabu kecokelatan.
Rambutan memiliki daun majemuk dengan susunan menyirip beranak
daun 5-9, masing-masing daun berbentuk bulat telur, tepi rata, ujung dan pangkal
daun runcing, pertulangan menyirip, berwarna hijau, dan seringkali mengering
karena pengaruh ketersediaan air (Dalimartha, 2005).
Buah rambutan berbentuk bulat lonjong, panjang 3-5 cm, dan terdapat duri
(rambut) tempel dengan struktur lemas/ kaku. Kulit buah berwarna hijau, dan
akan berubah menjadi kuning/ merah apabila buah masak. Dinding buah tebal.
Daging buah berwarna putih transparan, dapat dimakan, rasa bervariasi dari
masam sampai manis, dan mengandung banyak air. Biji terbungkus daging buah,
berbentuk elips dengan kulit tipis berkayu (Dalimartha, 2005).
Berdasarkan survei ditemukan 22 jenis rambutan baik yang berasal dari
galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur
yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifat
buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut).
Dari berbagai jenis rambutan tersebut, hanya beberapa varietas rambutan yang
digemari orang dan dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis relatif tinggi,
diantaranya rambutan Rapiah,
rambutan Aceh Lebak Bulus, rambutan Cimacan, rambutan Binjai, dan
rambutan Sinyonya (Menristek, 2000). Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan antara lain iklim, media tanam dan ketinggian tempat
(Menristek, 2000). a. Iklim 1) Angin berperan dalam penyerbukan bunga pada
budidaya rambutan. 2) Intensitas curah hujan yang cocok untuk pohon rambutan
berkisar antara 1.500- 2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. 3) Sinar
matahari harus mengenai seluruh areal penanaman karena intensitas pancaran
sinar matahari berkaitan dengan suhu lingkungan.
D. Keuntungan Kerugian Gulma Rambutan
1. Ulat penggerek bunga (Prays citry) Ulat ini menyerang tanaman yang baru
berbunga, terutama bagian kuncup bunga dan calon buah. Ciri : ulat ini warna
tubuhnya hijau dan kepalanya merah coklat, setelah menjadi kupu-kupu berwarna
merah sawo agak kecoklatan, abu-abu dan bertubuh langsing. Gejala : Kuncup
bunga yang terserang akan rusak dan putiknya banyak yang berguguran.
Demikian pula, benang sari dan tajuk bunganya pun rusak semua, sedangkan
kuncup dan putik patah karena luka digerek ulat. Penularan ke tanaman lain
dilakukan oleh kupu-kupu dari hama tersebut. Pengendalian: dengan
menyemprotkan obat-obatan seperti Supracide 40 EC, nuvacrom SWC,
Perfekthion 400 EC (Eimetoat 400 gram/liter)
2. Kutu perisai Gejala : Daya tahan pohon menjadi hilang atau lemah sama sekali,
pertumbuhan terhambat, daun menjadi kuning, dan akhirnya pohon mati.
Serangan hama ini terjadi pada pohon rambutan yang masih muda, yaitu pada
masa pertumbuhan awal. Pengendalian : Dengan disemprot mengunakan
insektisida dengan konsentrasi 2 ml/liter air, dilakukan jika terlihat gejala
serangan. Untuk pencegahan, lakukan penyemprotan secara kontinu 2 kali setiap
tahunnya
3. Codot Hama codot menyerang pohon rambutan dengan memakan buah
rambutan pada malam hari, dalam jumlah kecil tidak bermasalah, tetapi jumlah
komulatif yang dimakan dapat mengurangi produksi buah. Pengendalian : Dengan
membiarkan semut kerankeng hidup disela daun rambutan, memasang kitiran
angin berpeluit, dan jika memungkinkan dengan melindungi pohon rambutan oleh
jaring. ( Arief Prahasta, 2009)
E. Pengendalian Gulma
Pemeliharaan meliputi pemupukan dan pemangkasan. Pemupukan
diperlukan untuk menyuburkan tanaman sedangkan pemangkasan bertujuan
dalam pembentukan tajuk tanaman serta penjarangan, agar tanaman tidak terlalu
rimbun karena bila terlalu rimbun, daun-daun akan saling menaungi pertumbuhan
tunas kurus dan kurang sehat. Kerimbunan akan mengundang kelembapan, dan
akhirnya mengundang jamur. Akibat selanjutnya tentu bisa kita duga, yaitu
tanaman menjadi sakit, ranting menjadi tidak sehat, sehingga tanaman menjadi
mati (Setiadi, 1985). Pemberian pupuk hijau dilakukan dengan tujuan
menyuburkan tanah dan menjaga kelembapan tanah. Pemupukan dilakukan dua
kali, yaitu pada awal musim hujan dan pada saat menjelang musim kemarau.
Dosisnya meningkat sesuai umur tanaman.Waktu pemupukan dibagi menjadi
pupuk dasar dan pemupukan susulan. Pemupukan dasar dilakukan pada saat
pengolahan tanah atau pembuatan bedegan tanaman. Adapun pemupukan susulan
dilakukan setelah rambutan ditanam dikebun atau tegalan (Arief Prahasta, 2009).
4. Buah Belimbing
A. Deskripsi
Belimbing merupakan salah satu tanaman buah eksotis yang cukup banyak
digemari berbagai lapisan masyarakat. Manfaat utama tanaman ini adalah sebagai
penghasil buah segar, bahan buah olahan, dan juga obat tradisional. Menurut
sejarah, tanaman belimbing berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar
luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia, termasuk
Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan,
sebagai usaha sambilan atau tanaman peneduh di halaman-halaman rumah.
Klasifikasi
B. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Oxalidales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Species : Averrhoa carambola L. (Saputra dan Manik, 2016)
C. Morfologi
Belimbing manis adalah salah satu buah yang memiliki kandungan gizi yang
banyak sehingga bermanfaat bagi manusia. Kandungan gizi belimbing manis
dapat dilihat pada Tabel 1. Manfaat belimbing manis antara lain mengandung
Vitamin C yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai anti oksidan,
meningkatkan daya tahan tubuh, dan mencegah sariawan. Banyak penelitian telah
membuktikan bahwa vitamin C mampu meningkatkan penyerapan zat besi dalam
lambung sehingga akan meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Belimbing
manis juga mengandung kalium yang tinggi dan natrium yang rendah sehingga
dapat digunakan sebagai anti hipertensi. Manfaatnya yang lain adalah mampu
melancarkan pencernaan karena mengandung banyak serat, dan juga mampu
menurunkan kolesterol (Hariana, 2005 dalam Mulati, 2013). Menurut Arifin
(2021) buah belimbing manis memiliki senyawa golongan flavonoid, alkaloid,
serta saponin, dengan kandungan utamanya adalah flavonoid.
D. Keuntungan atau Kerugian Gulma Pada Belimbing
Menurut Pangestika (2015), hama dan penyakit yang biasanya menyerang buah
belimbing manis yaitu:
A. Lalat Buah Hama ini termasuk jenis serangga yang menyerang pada buah
kemudian menyebabkan bercak hitam pada kulit buah. Kemudian didalamnya
terdapat belatung atau telur lalat yang terlihat apabila buah sudah dibelah. Larva
atau belatung ini akan memakan daging buah sebagai makanannya sehinga buah
akan membusuk (Pangestika, 2015).
B. Larva Nacolelia octasema Kulit buah yang terserang hama ini menjadi bercak-
bercak seperti kudisan, warnanya abu-abu kecoklatan, menebal, keras, dan pecah-
pecah. Pada tingkat serangan yang bobot buah menjadi tidak normal
pertumbuhannya, yaitu menjadi keriput, kering dan kempes C. Ngengat dari
famili pyralidae ham aini Pada awal serangan terlihat lubang kecil dipermukaan
kulit buah, semakin lama daerah disekitar lubang ini berubah menjadi coklat.
Pada akhirnya, bagian yang coklat ini meluas dan disekitarnya tampak butiran-
butiran merah yang semakin lama semakin bertambah banyak. D. Cendawan
Bagian tanaman yang terserang cendawan akan terlihat bercak-bercak putih
keabuan atau kehitaman. Apabila buah yang terserang cendawan maka buah akan
menjadi lunak, kecoklatan, berair dan busuk. Buah dengan kondisi seperti ini
berpotensi sebagai sumber patogen baru.
E. Pengendalian
Pemeliharaan bibit selama di pesemaian dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a) Penyiraman (pengairan) secara kontinyu 1-2 kali sehari atau tergantung
keadaan cuaca. b) Pemupukan dengan pupuk Nitrogen (Urea, ZA) ataupun NPK
yang dilarutkan dalam air dengan dosis 10 gram/10 liter untuk disiramkan pada
media pesemaian setiap 3 bulan sekali. c) Pengendalian hama atau penyakit
dengan cara memotong bagian yang terserang parah, perbaikan drainase tanah dan
penyemprotan pestisida pada konsentrasi rendah antara 30–50 % dari yang
dianjurkan.
Daftar pustaka

- Cahyono, B. 2003. Cabai Paprika. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta.
- Soekartawi. 2016. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia (UI-Press). ISBN 979-456-
132-0. Jakarta. 110 hlm.
- Juwita dan Jessy. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Muda, Daun dan Kulit
Batang Sawo Manila (Manilkara zapota) Terhadap Vibrio Cholerae dan Clostridium
Perfringens. Tesis. Progam S1 Fakultas Teknik biologi Universitas Atma Jaya
Yogyakarta (UAJY). Yogyakarta
- Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : PT. Penebar Swadaya
- Dalimartha, S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta: Penerbit Puspa
Swara.
- Menristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2000. Rambutan (Nephelium sp.). http://warintek.ristekdikti.go.id/pertanian/rambutan.pdf
(Diakses 30-11- 2016)
- Arief prahasta, 2009. Agrisbisnis Rambutan. Pustaka Grafika. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai