Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Genjer {Limnocharis flava (L.) Buchenau.} merupakan salah satu jenis sayuran yang
biasa dikonsumsi masyarakat lokal banyak tumbuh dirawa atau kolam berlumpur dengan air
melimpah (Hermantoet al., 2011). Genjer di Sumatra dikenal dengan nama haleyo dan
eceng, sedangkan di Pulau Jawa dikenal dengan nama saber dan centongan. Adanya
peningkatan popularitas genjer sebagai sayuran, terbukti dari tersedianya menu genjer di
banyak restoran ternama terutama di daerah Jawa Barat dan Jakarta. Daun genjer asal
Kabupaten Lebak, Banten, banyak dikirim ke restoran-restoran Sunda di Jakarta karena
permintaan konsumen meningkat. Biasanya, petani memanen genjer yang tumbuh liar di sawah
untuk kebutuhan sendiri maupun untuk dijual ke pasar lokal. Umumnya budidaya genjer belum
biasa dilakukan; walaupun ada juga petani di beberapa daerah (Kuningan, Bogor) yang sengaja
menanamnya di sawah dalam skala kecil sekitar 2 𝑚2 di pinggiran petak padinya atau di kolam
dangkal. Meskipun belum umum dibudidayakan, namun pengamatan di lapangan pada tahun
2011 menunjukkan beberapa petani di desa Sukadarma dan desa Sukamulya, Kecamatan
Sukatani, Bekasi, membudidayakan genjer dalam skala cukup luas (Juhaeti et al., 2011).

Daun dan bunga genjer memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan sudah dijual baik di
pasar tradisional maupun modern walaupun dalam jumlah yang terbatas. Bagian yang
dikonsumsi dari genjer adalah tangkai daun dan daun muda serta tangkai bunga dan bunga
yang belum mekar. Tidak hanya di Indonesia, genjer juga biasa dikonsumsi sebagai sayuran di
Thailand dan dijual di pasar local dan dikenal dengan nama talabhat reusi. Di Malaysia, genjer
juga biasa dikonsumsi (Saupi et al., 2009). Kandungan gizi genjer cukup baik untuk sayuran
konsumsi. Siemonsma dan Piluek (1994) menerangkan bahwa dalam 100 g bagian yang dapat
dimakan dari genjer terkandung protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 0,5 g, vitamin A 5000 IU,
vitamin B 10 IU dan nilai energi 38 kJ
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Tanaman Genjer

Genjer bukan tumbuhan asli Indonesia, melainkan berasal dari Amerika Tropis (Amerika
Tengah dan Selatan). Tanaman ini masuk ke Indonesia, dibawa oleh bangsa Portugis, dan
Belanda, sebagai tanaman hias. Daun genjer yang berwarna hijau kekuningan, memang
tampak seperti berlapis beludru halus. Itulah sebabnya tanaman ini disebut Yellow velvetleaf.
Selain daunnya yang menawan, bunga genjer yang berwarna kuning, juga dianggap eksotis
bagi masyarakat Eropa abad XVI, dan XVII. Maka mereka pun membawanya dari Amerika
Tropis ke Asia, dan juga Afrika. Sama dengan eceng gondok (Eichhornia crassipes), yang
mereka datangkan dari Afrika sebagai tanaman hias, dan kemudian menyebar sebagai gulma
air. Genjer menyebar ke seluruh lahan basah dataran rendah dan menengah di Indonesia,
terutama di lahan sawah. Bersama dengan tanaman air lainnya, genjer kemudian menjadi
gulma bagi tanaman padi sawah.

Dahulu pada masa orde baru, genjer pernah dipersoalkan di negeri kita. Bukan karena
tanaman ini beracun, tetapi karena nama tumbuhan gulma tersebut dicap sebagai
soundtracknya Partai Komunis Indonesia (PKI).Sesungguhnya, lagu yang berjudul "Genjer-
genjer" ini tercipta karena keprihatinan para seniman yang melihat penderitaan rakyat lantaran
krisis pangan yang terjadi pada masa itu. Kemiskinan dan kekurangan panganlah
yang membuat rakyat akhirnya mengkonsumsi genjer yang banyak tumbuh di sawah-sawah di
kawasan Banyuwangi Jawa Timur.

2.2 Taksonomi Tanaman Genjer

Klasifikasi Genjer (Limnocharis flava)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Alismatales
Familia : Limnocharitaceae

Genus : Limnocharis

Spesies : Limnocharis flava

Morfologi Tanaman Genjer

1. Daun
Daun genjer merupakan daun yang lengkap, yaitu memiliki daun, pelepah daun,
dan helaian daun. Jumlah helaian daun pada genjer masuk pada kategori daun tunggu (
folium simplex). Bentuk helaian daun adalah tunggal, memiliki tangkai persegi, lunak,
panjang sekita 15 – 25 cm, ujung helaian daun lonjong dan meruncing. Sedangkan
pangkalnya tumpul, tepi rata dengan panjang 5 – 50 cm dan lebar 4 – 25 cm dengan
pertulangan sejajar berwarna hijau. Daun pada tanaman genjer tersusun dari tulang
daun yang melengkung, bagian tengah daun genjer melebar pada setiap helaian daun.
Pada ujung helaian daun meruncing (acuminatus). Daun pada tanaman genjer hanya
terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain dari tumbuhan.
Bagian batang dimana daun itu melekat disebut dengan buku-buku (nodus). Daun
biasanya tipis, melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil, oleh
karena itu daun biasanya kebanyakan berwarna hijau, dan dari ciri umum itu memang
sudah selaras dengan.fungsi daun bagi tumbuhan, yaitu sebagai pengambilan zat
makanan (resorbsi) terutama gas 𝐶𝑂2 , pengolahan zat makanan (asimilasi), penguapan
air (transpirasi), pernafasan (respirasi). Adanya perbedaan warna daun yang beragam
pad tanaman genjer karena adanya pigmen kloroplas pada warna daun antar aksesi
yang diamati (Rifai, 1996). Keragaman warna daun diduga kandungan klorofil dalam
tanaman berbeda-beda yang diduga dipengaruhi oleh umur dan jenis tanaman serta
faktor lingkungan (Nobel, 2005).

2. Batang
Batang yang dimiliki tanaman genjer adalah batang yang terlihat secara jelas.
Batang tanaman genjer termasuk kategori batang basah (herba) karena batang tersebut
mengandung air, tidak memiliki kayu dan berwarna hijau. Berbeda dengan acaulis,
selain tidak terlihat batangnya biasanya acaulis leatak daun – daunnya sangat merapat.
Bentuk pada batang genjer adalah bundar (globosus) yang tumbuh tegak ke atas.
Warna batang tanaman genjer menunjukkan adanya variasi perbedaan warna batang
tanaman, yaitu: warna hijau, hijau tua, hijau muda, kuning kehijauan dan hijau
kecoklatan. Hal ini disebabkan adanya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
tanaman. Faktor internal merupakan faktor dalam yang terdapat pada tanaman yang
dapat diwariskan, sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh dari luar yang tidak
dapat diwariskan pada tanaman (Chaidir, 2016).
3. Akar
Tanaman genjer adalah salah satu tumbuhan yang hidup di air, maka genjer
memiliki akar serabut yang tumbuh dari pangkal batang. Akar genjer bermanfaat untuk
membantu proses penyerapan nutrisi dalam tanah. Akar lembaga dari tanaman genjer
dalam perkembangan selanjutnya mati atau disusul oleh sejumlah akar yang kurang
lebih sama besar dan semuanya keluar dari pangkal batang.
4. Bunga
Bunga pada tanaman genjer termasuk pada bunga yang lengkap karena
memiliki kelopak, benang sari, putik, dan mahkota. Bunga tanaman genjer tumbuh pada
ketiak daun (flos lateris). Bunga tersebut termasuk bunga majemuk berbentuk seperti
paying sebanyak 3 – 15 kuntum bunga. Setipa tangkai bunga sepanjang 15 – 25 cm
berwarna hijau. Kelopak berwarna hijau dan memiliki bentuk seperti kuku. Jumlah
benang sarinya 3, tangkai putik berwarna kuning sedangkan kepala putik berbentuk
bulat. Mahkota bunga ujungnya melengkung ke dalam berwarna kuning. Bunga pada
tanaman genjer memiliki sifat seperti daun.

5. Buah dan Biji


Buah yang dimiliki oleh tanaman genjer adalah buah semu, yaitu buah tersebut
tumbuh dengan melibatkan jaringan lain ketika membentuknya. Pada tumbuhan
genjer buah yang dimiliki tidak akan mengalami perkembangan dengan
berdaging. Biji dari tanaman genjer berbentuk kecil, bulat, dan berwarna hitam.
2.3 Kandungan Tanaman Genjer

Tanaman genjer (Limnocharis flava) yang mengandung gizi cukup lengkap dari protein,
lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin (Wirakusumah, 2007). Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa dalam 100 g bagian yang dapat dimakan dari genjer terkandung air 90 g,
energy 35 kkal, protein 1,7 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 7,7 g, abu 0,4 g, kalsium 62 mg, fosfor
33 mg, besi 2,1 mg, karoten total 3800 µg, tiamin 0,07 mg dan vitamin C 54 mg (Mahmud dan
Zulfianto, 2009). Potensi gizi lainnya diantaranya kandungan asam amino dari tanaman ini perlu
diungkap untuk melengkapi pengetahuan tentang nilai gizi tanaman ini untuk diversifikasi
konsumsi sayuran. Kandungan serat kasar yang tinggi pada daun dan bunga genjer masing-
masing 1.56% dan 1.42%. Nilai ini lebih tinggi dibanding bayam 0.7% dan caisin 1.2% (Mahmud
dan Zulfianto, 2009). Dalam diet, tingginya kadar serat ini akan menguntungkan dalam
melancarkan buang air besar (Kubmarawa et al., 2009). Kandungan asam amino esensial
histidin, treonin, valin, metionin dan lisin pada daun lebih tinggi dibandingkan pada bunga.
Asam amino esensial tertinggi adalah treonin pada daun (0,1062%), sedangkan yang terendah
adalah histidin pada bunga (0,0086). Asam amino non esensial asam glutamat menunjukkan
persentase paling tinggi yakni 0,3546% pada bunga dan 0,3420 pada daun. Kandungan asam
amino nonesensial berupa asam aspartat, glisin, alanin, prolin, tirosis dan sistein lebih tinggi
pada daun dibandingkan pada bunga.
2.4 Aspek Sosial dan Budaya

Anda mungkin juga menyukai