Anda di halaman 1dari 28

TEKNIK BUDIDAYA CAISIM ( Brassica rapa )

DI LABORATORIUM LAPANGAN TERPADU


(Laporan Akhir Praktikum Teknik Budidaya Tanaman)

Oleh

Kelompok 1

Nada Citra Delvia 1614121117


Andhi Tarmuji 1614121118
Wahyu Wijiati 1614121119
Hilda Indhira 1614121102

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak


bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari
aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di
antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim (Brassica rapa)
karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan
memanfaatkannya (Rukmana, 1994).

Selain itu, caisim juga termasuk jenis sayuran daun yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
di Indonesia maupun beberapa negara di dunia. Pengembangan budidaya sawi hijau
mempunyai prospek baik untuk mendukung upaya peningkatan pendapatan petani,
peningkatan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis,
peningkatan pendapatan negara melalui pengurangan impor dan memacu laju
pertumbuhan ekspor (Rukmana, 1994).

Oleh sebab itu, pada praktikum teknik budidaya tanaman ini kami menanam caisim karena
caisim memiliki keunggulan komperatif pada kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat
cocok ditanami komoditas tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui cara budidaya caisim (Brassica rapa).
2. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap tanah untuk pertumbuhan
tanaman caisim (Brassica rapa).
3. Mengetahui hasil produksi tanaman caisim (Brassica rapa).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Varietas Tanaman Caisim

Kedudukan tanaman caisim (Brassica juncea L.) diklasifikasikan sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta.
Kelas : Dicotyledonae.
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : Brassica Juncea L (Tjitrosoepomo, 2009).

Caisim termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong ke dalam tanaman
semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 27
cm - 37 cm, tergantung dari varietasnya. Caisim berakar serabut yang tumbuh
dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah,
perakarannya sangat dangkal. Caisim memiliki batang pendek dan tegap, bersifat
tidak keras dan berwarna kehijauan atau keputih-putihan, serta memiliki ukuran
panjang yang bervariasi. Batang caisim berfungsi sebagai alat pembentuk dan
penopang daun (Fahrudin, 2009).

Struktur daun caisim halus dan tidak berbulu, tidak mampu membentuk krop
(telur). Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya
lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan
sedikit rasa pahit. Pelepah daun caisim tersusun saling membungkus dengan
pelepah daun yang lebih muda, dan memiliki tulang daun yang menyirip dan
bercabang-cabang. Struktur bunga caisim tersusun dalam tangkai bunga
(inflorescentia) yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Tiap kuntum
bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota, bunga
berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang
berongga dua. Penyerbukan bunga caisim dapat dilakukan dengan bantuan lebah
maupun manusia. Hasil penyerbukan terbentuk buah yang berisi biji.
Buah caisim termasuk tipe buah polong yang berbentuk memanjang dan
berongga. Tiap buah berisi 2-8 butir biji. Biji caisim berbentuk bulat kecil dan
berwarna coklat atau coklat kehitaman (Herawati, 2012).

Tanaman caisim memiliki beberapa varietas seperti tanaman lainnya. Diantaranya


adalah sebagai berikut :

1. Varietas Tosakan
Varieta tosakan ini mempunyai ciri-ciri: termasuk jenis tanaman yang jenis daun
nya termasuk daun tidak lengkap, karena daunnya hanya memiliki helaian dan
tangkai. Ujung daun (Apex Folii) yaitu membulat (rotundatus) yaitu tidak
membentuk sudut sama sekali hingga ujung daun merupakan semacam suatu
busur. Daun tanaman ini juga mempunyai cirri bangun bulat. Pangkal daun
varietas tosakan ini yaitu membulat (rotundatus) sama halnya dengan varietas
kumala. Tulang-tulang cabang daunnya atau urat-urat daun mencapai tepi daun
sama dengan varietas yang lain, susunan tulang daun varietas ini menyirip
(penninervis), yaitu daun yang mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari
pangkal keujung, dan merupakan terusan tangkai daun, dari ibu tulang ini
kesamping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunananya mengingatkan kita
kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Tepi daun varietas tosakan ini adalah rata.
Daging daun varietas ini tipis lunak (herbaceous) seperti varietas yang lain.
Warna daun varietas ini adalah hijau tua, permukaan daunnya licin (laevis).
(Tjitrosoepomo, 2009)

Caisim varietas Tosakan dapat dipanen pada umur 22 hari setelah tanam, tinggi
tanaman 40 cm, warna tangkai putih kehijauan, jumlah daun 12 helai, bentuk
daun eliptik, memiliki potensi hasil rata-rata 400 gram per tanaman, ciri yang
paling khas caisim varietas Tosakan disbanding dengan tanaman caisim varietas
lain adalah memiliki warna daun hijau muda, biasanya tanaman caisim yang
banyak di budidayakan adalah tanaman casim warna daunnya hijautua. Selain
warna daun, ciri khas dari varietas Tosakan adalah memiliki rasa daun yang tidak
pahit, sehingga varietas Tosakan ini banyak digemari oleh masyarakat (Syafri dan
Yusri, 2009).

2. Varietas Kumala
Varietas ini memiliki ciri-ciri: termasuk jenis tanaman yang jenis daunnya
termasuk daun tidak lengkap, karena daunnya hanya memiliki helaian dan
tangkai. Ujung daun (Apex Folii) yaitu tumpul (obtusus), yaitu tepi daun yang
semula masih agak jauh dari ibutulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan,
hinga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 900C). Daun tanaman ini juga
mempunyai cirri bangun bulat telur terbalik atau bangun sudip. Pangkal daun
varietas kumala ini yaitu membulat (rotundatus). Tulang-tulang cabang daunnya
atau urat-urat daun mencapai tepi daun, susunan tulang daun varietas ini menyirip
(penninervis), yaitu daun yang mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari
pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun, dari ibu tulang ini
kesamping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita
kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Tepi daun varietas kumala ini adalah
berombak (repandus) yaitu jika sinus dan angulus sama-sama tumpul, dan inilah
salah satunya yang membedakan dari varietas tosakan dan dora. Daging daun
varietas ini tipis lunak (herbaceous). Warna daun varietas ini adalah hijau tua,
permukaan daunnya licin (laevis). Dan yang membedakan varietasini dengan
varietas yang lain adalah daunnya lebih panjang, ramping dari yang lain.
Tanaman ini mempunyai akar serabut yang berwarna putih kecoklatan.
(Tjitrosoepomo, 2009)

3. Varietas Dora
Varietas Dora memiliki ciri-ciri: termasuk jenis tanaman yang jenis daunnya
termasuk daun tidak lengkap, karena daun nya hanya memiliki helaian dan
tangkai. Tanaman kecil dibandingkan varietas lain. Ujung daun (Apex Folii) yaitu
tumpul (obtusus) sama dengan varietas kumala, yaitu tepi daun yang semula
masih agak jauh dari ibutulang, cepat menujuk kesuatu titik pertemuan, hinga
terbentuk sudut yang tumpul (lebihbesardar 900C). Daun tanaman ini juga
mempunyai cirri bangun bulat telur. Pangkal daun varietas dora ini yaitu tumpul
(obtusus). Tulang-tulang cabang daun nya atau urat-urat daun mencapai tepi daun
sama dengan varietas yang lain, susunan tulang daun varietas ini menyirip
(penninervis), yaitu daun yang mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari
pangkal keujung, dan merupakan terusan tangkai daun, dari ibu tulang ini
kesamping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunanan yamengingatkan kita
kepada susunan sirip-sirirp pada ikan. Tepi daun varietas dora ini adalah bergerigi
halus (serratus) yaitu jika sinus danang ulus sama-sama lancipnya tetapi toreh-
toreh sinus dan angulusnya kecil, dan inilah salah satunya yang membedakan dari
varietas tosakan dan kumala. Daging daun varietas ini tipis lunak (herbaceous)
seperti varietas yang lain. Warna daun varietas ini adalah hijau muda, permukaan
daunnya licin (laevis). Dan yang membedakan varietas ini dengan varietas yang
lain adalah daunnya lebih membulat, kecil dari yang lain. Tanaman ini
mempunyai akar serabut yang berwarna putih kecoklatan (Tjitrosoepomo,2009)

4. Varietas Shinta
Varietas ini memiliki ciri-ciri : tipe tanaman tegak dengan bentuk daun menarik,
tepi daun rata dan berwarna hijau cerah, rasa daun enak, tekstur daun lembut,
tekstur batang renyah dan tidak berserat. Varietas shinta cocok ditanam di dataran
rendah dan menengah pada berbagai jenis tanah. Umur panen 25 hari setelah
tanam dengan potensi hasil 400 500 gram per tanaman (Untung, 2001).

5. Varietas Christina
Varietas ini memiliki ciri-ciri : tanaman tegap, berdaun lebar dengan warna hijau
cerah; tanaman sangat adaptif, dapat tumbuh hampir di semua lokasi. Tanaman
dapat dipanen umur 30 hari setelah tanam dan panen dapat ditunda sampai umur
40 hari setelah tanam tanpa keluar bunga. Christina dapat ditanam sepanjang
tahun dan toleran terhadap penyakit jamur. Cocok untuk berbagai macam
masakan dan enak rasanya (Campbel, 2008).

2.2 Syarat Tumbuh dari Tanaman Caisim

Kandungan nutrisi yang terdapat dalam 100 g bahan antara lain : 95 g air, 1.2 g
protein, 0.2 g lemak, 1.2 g karbohidrat, 5800 IU vitamin A, 0.04 mg vitamin B1,
0.07 mg vitamin B2, 0.5 mg niasin, 53 mg vitamin C, 102 mg kalsium, 2.0 mg zat
besi, 27 mg magnesium, 37 mg fosfor, 180 mg kalium dan 100 mg natrium
(Karida, 2007).

Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae (Kubis-kubisan). Tanaman ini


bukan asli tanaman Indonesia, melainkan berasal dari daerah Medeterania. Seperti
tanaman lainnya caisim juga memiliki beberapa varietas, salah satunya adalah
varietas Tosakan. Caisim varietas Tosakan dapat dipanen pada umur 22 hari
setelah tanam, tinggi tanaman 40 cm, warna tangkai putih kehijauan, jumlah daun
12 helai, bentuk daun eliptik, memiliki potensi hasil rata-rata 400 gram per
tanaman, ciri yang paling khas caisim varietas Tosakan dibanding dengan
tanaman caisim varietas lain adalah memiliki warna daun hijau muda, biasanya
tanaman caisim yang banyak di budidayakan adalah tanaman casim warna
daunnya hijau tua. Selain warna daun, ciri khas dari varietas Tosakan adalah
memiliki rasa daun yang tidak pahit, sehingga varietas Tosakan ini banyak
digemari oleh masyarakat (Tjitrosoepomo, 2009).

Caisim mempunyai sifat menyerbuk silang, bahkan sulit menyerbuk sendiri.


Sulitnya penyerbukan sendiri disebabkan caisim mempunyai sifat self
incompatible. Tanaman caisim bertangkai daun panjang dan daunnya berbentuk
lonjong. Caisim dapat ditanam sepanjang tahun di daerah subtropika dan tropika
pada kisaran suhu optimum 25oC 36oC. Pemberian cahaya dan drainase yang
baik serta jenis tanah lempung berpasir atau lempung berliat yang subur baik
untuk pertumbuhan tanaman caisim, kemasaman tanah yang baik untuk tanaman
caisim berkisar antara pH 5.5 6.5 (Mahat, 2011).
Kelembaban media pertumbuhan yang baik mendukung pertumbuhan dan
perkembangan tanaman caisim yang cepat. Penyiraman air dua sampai tiga kali
sehari diperlukan untuk mendukung pertumbuhan tanaman muda. Agar dapat
tumbuh optimal tanaman caisim harus ditanam di lahan yang memiliki unsur
hara makro dan mikro yang cukup tinggi dan kondisi tanah yang gembur, salah
satu unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh sayuran ini adalah unsur
nitrogen, karena nitrogen merupakan unsur pokok pembentuk protein, asam
nukleat, dan klorofil yang berguna dalam proses fotosintesis (Suprijadi, 2009).

2.3 Hama dan Penyakit Caisim serta Pengendalian

Hama yang sering menyerang tanaman caisim adalah Jangkrik hama ini
menyerang daun, membuat daun menjadi berlubang-lubang sehingga mengganggu
perkembangan dan pertumbuhan caisim. Indikasinya yaitu daun berlubang-
lubang, jika serangan terus berlanjut maka daun akan habis. Pengendalian dengan
melakukan penyemprotan dengan insektisida organik yang berupa campuran
larutan minyak cengkeh, air tembakau, bawang putih dan minyak sereh..
Burung, hama ini menyerang benih sawi caisim yang baru mulai berkecambah.
Indikasinya seluruh benih sawi caisim habis dimakan burung. Pengendalian tutup
benih menggunakan daun pisang atau plastik saat petang, saat pagi dibuka agar
mendapat sinar matahari yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sawi. Kutu daun, hama kutu ini menyerang daun,
membuat daun menjadi layu dan mengering. Indikasi tanaman layu kemudian
mengering dan banyak terdapat kutu pada daun.Pengendalian petik daun yang
terserang hama, kemudian diberi pestisida organik yang berupa campuran minyak
cengkeh, air tembakau, bawang putih dan minyak sereh. Ulat daun, hama ini
menyerang daun, merupakan hama yang sangat merusak yang jika tidak
ditanggulangi dengan cepat maka daun akan habis dalam waktu singkat dan
tanaman kemudian akan mati. Indikasi daun berlubang-lubang dan lama-lama
daun akan habis. Pengendalian petik daun yang sudah berlubang. Kumpulkan ulat
daunnya dan musnahkan dan segera lakukan penyemprotan dengan pestisida
organik (Rahmawati, 2012).

Penyakit yang dapat menyerang tanaman sawi, sebagai berikut:


Daun mozaik, penyakit ini disebabkan oleh virus mozaik. Virus mulai masuk
biasanya ketika tanaman masih berupa bibit. Virus ini menyerang daun tanaman
sawi. Indikasi pada daun terdapat corak bergaris-garis atau belang hijau kuning.
Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus belum ada obat yang efektif.
Untuk menghindari penularan lebih luas maka tanaman yang terkena penyakit ini
harus segera dicabut dan dibakar, dan lakukan penyulaman jika diperlukan.

Layu Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang menyerang akar. Indikasi tanaman
terlihar layu pada siang hari, terutama saat terkena sinar matahari. Penyakit ini
dapat menyebabkan kematian tanaman. Pengendalian tanaman yang layu dicabut
kemudian dibakar. Kapang daun, penyakit ini disebabkan oleh jamur
Cladosporum fulvus cke yang menyerang daun. Indikasi seluruh permukaan daun
dipenuhi spora berwarna cokelat. Pengendalian tanaman disemprot secara teratur
menggunakan pestisida organik. Bercak daun, penyakit ini disebabkan oleh jamur
Cercospora carotae yang menyerang daun. Indikasi daun yang diserang memiliki
bercak cokelat kehitaman. Pengendalian lakukan penyemprotan secara teratur
menggunakan pestisida organik (Rahmawati, 2012).
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waku pelaksaan praktikum ini yaitu dimulai pada Jumat, 8 September 2017
sampai Senin, 6 November 2017 di Laboratorium Lapangan Terpadu, Universitas
Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul, koret, sabit, selang,
karung dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih Caisim
(Brassica rapa), pupuk kandang, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, air , kamera
dan alat tulis.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Penyemaian Benih Caisim


Penyemaian benih dilakukan dengan cara ditabur, lalu ditutupi tanah setebal
1 2 cm, lalu disiram dengan air secukupnya, kemudian diberi naungan.
3.3.2 Pengolahan Tanah
Digunakan cangkul untuk menggemburkan tanah dan pembuatan bedengan.
3.3.3 Penanaman Bibit Caisim
Digunakan kayu untuk membuat jarak tanam 15x15 cm pada lahan seluas
2x3m, selanjutnya bibit yang berasal dari persemaian dipindahkan ke lubang
tanam dengan jumlah 3 bibit tanaman per lubang, kemudian ditutup dengan
tanah lalu disiram air secukupnya.
3.3.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara disiram dengan air secukupnya
menggunakan selang secara
periodik dan digunakan koret untuk menggemburkan tanah serta
membersihkan lahan dari gulma.
3.3.5 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara dibuat larikan antar baris tanaman
kemudian dimasukkan pupuk lalu ditutup dengan tanah , selanjutnya
disiram dengan air secukupnya.
3.3.6 Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan cara diukur tinggi tanaman dan dihitung
jumlah daunnya kemudian dicatat hasil pemngamatannya.
3.3.7 Pemanenan
Pemanenan Caisim dilakukan dengan cara tanaman dicabut secara perlahan
dari tanah kemudian tanaman dibersihkan dari tanah lalu ditimbang
beratnya.
3.3.8 Pasca Pnen
Pasca panen dilakukan dengan cara disortir kemudian diikat untuk dijual ke
pengepul sayuran.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Tabel Pengamatan Vegetatif

Sampel Jumlah daun Tinggi


1 12 32 cm
2 14 35 cm
3 11 30 cm
4 13 34 cm
5 16 30 cm
6 16 33 cm
7 10 29 cm
8 13 32 cm
9 14 36 cm
10 14 33 cm
Rata-rata 11 28,7 cm

4.2 Pembahasan

Luas lahan yang diberikan berukuran 2 m x 3 m. Lahan ini ditanami komoditas


Caisim (Brassica rapa). Jarak tanam yang digunakan pada komoditas ini adalah
15 cm x 15 cm. Luas lahan 6 m2dapat ditanami Caisim (Brassica rapa)
sebanyak 266 tanaman. Teknik budidaya tanaman caisism yang kami lakukan
meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Pembenihan

Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram.Benih
sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras.
Warna kulit benih coklat kehitaman (Fahrudin, 2009).
2. Pengolahan Tanah.

Tanah diukur menggunakan meteran dengan ukuran 2 m x 3 m. Kemudian diberi


tanda. Lahan dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang
tumbuh. Selain itu, harus bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka
pada cahaya matahari secara langsung.Pengolahan tanah secara umum melakukan
penggemburan dan pembuatan bedengan (Herawati, 2012).

Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah


dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta
kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita
gunakan.Kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm (Rukmana,
1994).

Pemberian pupuk kandang fermentasi 3 - 5 ton/ha.. Pupuk kandang fermentasi


diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang
akan kita gunakan(Anonim, 2013).Pada lahan yang berukuran 2 m x 3 m
membutuhkan pupuk sebanyak lima kilogram. Sebelum ditebar, lahan dibuatkan
jarak tanamnya. Kemudian, pupuk ditebar mengikuti alur jarak tanam tersebut.

Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan


pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2
sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan
penggemburan tanah yaitu 2 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis
kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2)
(Mahat, 2011).

3. Pembibitan.

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk


penanaman. Hal ini dikarena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi
terhadap lingkungannya.Jika curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi
bedengan 20 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai
berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 2 cm, lalu disiram.Setelah
berumur 3 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan
(Karida, 2007).

4. Penanaman.

Tinggi bedeng 20 30 cm dengan jarak antar bedeng 25 cm, seminggu sebelum


penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 35
ton/ha, TSP 40 kg/ha, Kcl 15 kg/ha(Anonim, 2013). Namun, yang dilakukan
hanya menggunakan pupuk kandang sebanyak 5kg/petak. Jarak tanam yang
digunakan adalah 15 cm x 15 cm. Bibit dipindahkan di lahan. Bibit yang
dipindahkan yang sudah cukup besar, diambil menggunakan kayu atau benda
lainnya untuk menusuk tanah supaya akarnya tidak putus.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman ini meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan,


pemupukan, dan penyemprotan. Penyiraman ini tergantung pada musim, bila
musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air
yang ada. Bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan
tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan
sehari cukup sekali sore atau pagi hari.Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Namun, pada praktikum ini tidak dilakukan penjarangan (Herawati, 2012).

Penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru.


Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit
diganti dengan tanaman yang baru (Syafri dan Yusdi, 2009). Hal ini dilakukan
pada praktikum ini.

Penyiangan biasanya dilakukan 24 kali selama masa pertanaman sawi,


disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya
penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu
dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan(Mahat,
2011).

Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 20


kg/ha (Suprijadi, 2009). Namun, pada praktikum ini pemupukan dilakukan ketika
tanaman sudah tegak. Pupuk yang digunakan yaitu NPK dan Urea. Pupuk NPK
sebanyak 120 gram dan Urea sebanyak 120 gram. Cara pemupukan yang
dilakukan adalah dengan mencampurkan kedua pupuk tersebut. Larikan dibuat
diantara tanaman caisim, lalu pupuknya diletakkan dilarikan tersebut. Kemudian
ditutup kembali oleh tanah. Sebelum dan sesudah pemupukan harus dilakukan
penyiraman.

Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi.
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea
berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2,
merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah
menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan
tertutup rapat.

Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100
kg urea mengandung 46 kg Nitrogen. Kegunaan pupuk Urea Unsur hara Nitrogen
yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau
daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses
fotosintesa
2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-
lain)
3. Menambah kandungan protein tanaman
4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,
tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.
Gejala kekurangan unsur hara Nitrogen :
1. Daun tanaman berwarna pucat kekuning-kunigan
2. Daun tua berwarna kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini
dimulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun
3. Dalam keadaan kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari daun
bagian bawah terus ke bagian atas
4. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
5. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, sering kali masak sebelum
waktunya (Djamaan, 2006).

Pemberian bahan organik saat ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas tanah. Pemberian bahan organik diharapkan dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia maupun biologi tanah sehingga respon tanaman terhadap
pemberian pupuk dapat ditingkatkan (Sarief, 1989).

Kandungan hara pupuk organik relatif kecil maka dalam penggunaannya masih
tetap perlu pupuk anorganik (Murbandono, 1990). Pupuk organik lebih ditujukan
untuk memperbaiki kondisi tanah seperti perbaikan aerasi tanah, yang mana
kemampuan ini tidak dimiliki oleh pupuk an-organik (Hardjowigeno, 2003).
Selain itu, setengah dari kapasitas tukar kation tanah berasal dari bahan organik,
dan bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro tanah (Soepardi,
1983).

Penyemprotan dengan larutan POC WarungTani I dosis 10 ml/lt air, WT


Bakterisida dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Gliodosis 10 ml/lt air scr periodik 1
minggu sekali sampai masa panen. Pada praktikum ini tadak ilakukan
peyemprotan dikarenakan hama tidak terlalu banyak dan dirasa belum mencapai
ambang ekonomi, sehingga belum perlu dilakukan pengendalian (Rahmawati,
2011).

6. Panen

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah umur panen dan
cara panennya.

- Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari (Fahrudin,
2009). Umur panen caisim ketika dipanen adalah 32 hari setelah pemindahan.
- Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.
Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan
dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau
tajam (Karida, 2007). Cara panen yang digunakan adalah mencabut seluruh
tanaman beserta akarnya. Hasil panen yang diapatkan sebanyak 8,9 kg.

7. Pascapanen

Pascapanen sawi yang perlu diperhatikan adalah :

1. Pencucian dan pembuangan kotoran.


2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penyimpanan.
5. Pengolahan (Rukmana, 1994).

Pascapanen yang dilakukan hanya pencucian dan pembuangan kotoran. Sortasi


dilakukan, namun tidak begiti detil. Pengemasan tidak dilakukan, hanya dengan
mengikatnya untuk dijual. Uang yang didapatkan sebesar Rp 22.000,00.

HAMA DAN PENYAKIT

- Hama

Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).Ulat tritip (Plutella


maculipennis).Siput (Agriolimas sp.).Ulat (Thepa javanica).Cacing bulu (cut
worm). Lakukan penyemprotan larutan WT Bvr dosis 10 ml/lt air,WT Trico/Glio
dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air (Rahmawai, 2012). Hama yang
terdapat pada tanaman caisim yaitu, ulat, bapak pucung, dan serangga yang sangat
kecil berwarna hitam kebiruan mengkilap seperti kumbang (belum diketahui
namanya).

- Penyakit
Penyakit akar pekuk, bercak daun alternaria, busuk basah (soft root).Penyakit
embun tepung (downy mildew).Penyakit rebah semai (dumping off).Busuk
daun.busuk Rhizoctonia (bottom root).Bercak daun.Virus mosaik. Lakukan
penyemprotan larutan WT Bakterisidadosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10
ml/lt air & WT Ajuvant dosis2 ml/lt air (Rahmawati, 2012). Tidak ditemukan
penyakit pada tanaman ini.
V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Cara budidaya dari caisim ini adalah dengan melakukan pengolahan lahan dan
pemberian pupuk kandang, lalu menyemai bibit pada pinggir lahan, pindah
tanam semaian pada jarak tanam 15x15 cm, dipelihara setiap harinya dengan
penyiraman dan penyiangan gulma, dilakukan pengamatan dan pengukuran
pada 10 sampel caisim, saat sudah berumur 14-29 hari caisim pun siap panen.
2. Pemberian pupuk kandang dan urea+NPK bertujuan untuk meningkatkan
kondisi fisik dan biologi tanah agar menjadi lebih baik serta memberi
kecukupan nutrisi bagi tanah untuk pertumbuhan tanaman.
3. Hasil yang diperoleh yaitu caisim seberat 8,9 kg dan diikat menjadi 55 ikat
caisim dengan isi 3-4 caisim/ikat dan dijual diperoleh hasil penjualan sebesar
Rp. 40.000,00 dengan harga perikatnya Rp. 700,00
4. Pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman caisim,
karena memiliki unsur N yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Teknis Budidaya Tanaman Sawi/Caisim.


http://www.petanihebat.com/2013/04/teknis-budidaya-tanaman-
sawicaisim.html. Diakses tanggal 18 Desember 2017.

Campbel. 2008. Biology. Erlangga. Jakarta.

Djamaan. 2006. Pemberian Nitrogen (Urea) terhadap Pertumbuhan dan Hasil


Selada (lactuca sativa l). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sumatera
Barat

Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim (Brassica Juncea L.) Menggunakan Ekstrak


Teh Dan Pupuk Kascing. Jurnal Pertanian.Vol.5 (2):8-14.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.

Herawati, W. D.2012.Budidaya Caisim. Javalitera. Jogjakarta

Karida. 2007. Bercocok Tanam Sawi atau Caisim. Departemen Pertanian LIPTAN
Press. Riau.

Mahat, Z. 2011. Menanam Sawi Secara Mudah. Erlangga. Jakarta.

Murbandono. 1990. Membuat Kompos. Cetakan Keenam. PT Swadaya Jakarta.

Rahmawati, R. 2012. Cepat dan Tepat Berantas Hama dan Penyakit Tanaman
Pertanian Perkebunan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta.


Sarief, S. 1989. Kesuburan dan pemupukan tanah pertanian. Pustaka Buana.
Bandung.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suprijadi. 2009. Sistem Kontrol Nutrisi Hidroponik Dengan Menggunakan Logika


Fuzzy.J.Oto.Ktrl.Inst,1(1):31-35.

Syafri, E dan Yusri ,A. 2009. Budidaya Sawi Secara Semi Organik. Agroinovasi
Press. Bogor.

Tjitrosoepomo, G.2009. Taksonomi Tumbuhan. UGM-Press. Yogyakarta.

Untung, O. 2001. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Penebar Swadaya. Jakarta.


LAMPIRAN
Tabel Kegiatan
Foto kegiatan Deskripsi kegiatan
Pengolahan lahan dan pemupukan dengan
menggunakan pupuk kandang

Penyiraman secara periodic

Pemeliharaan bibit yang telah disemai


dengan penyiraman
Penyiangan gulma

Hasil penyemaian bibit

Pindah tanam bibit yang sudah berumur


sekitar 2 minggu pada jarak tanam 15x15
cm
Penyulaman pada lubang tanam yang tidak
tumbuh ataupun rusak

Pemupukan dengan pencampuran urea dan


NPK sebanyak 240 g yang berbanding 1:1
yaitu 120 g urea dan 120 g NPK dengan
cara dibenamkan di garis sela jarak tanam

Pengukuran dan pengamatan pada 10


sampel tanaman
Pemanenan setelah penanaman selama
sebulan

Pascapanen dengan cara dicuci bersih,


ditimbang dan diikat

Perhitungan

Banyaknya populasi = Luas lahan/jarak tanam

= 200x300/15x15

= 60000/225

= 266 tanaman

Penggunaan pupuk

NPK dibutuhkan 2 ton/ha. Sehingga untuk lahan 6 m2 adalah

(Luas lahan/1 ha) x 200.000 gram = 120 gram NPK

Urea dibutuhkan 2 ton/ha. Sehingga untuk lahan 6 m2 adalah

(Luas lahan/1 ha) x 200.000 gram = 120 gram Urea


Tabel Pengamatan
Sampel Jumlah daun Tinggi
1 12 32 cm
2 14 35 cm
3 11 30 cm
4 13 34 cm
5 16 30 cm
6 16 33 cm
7 10 29 cm
8 13 32 cm
9 14 36 cm
10 14 33 cm
Rata-rata 11 28,7 cm

Grafik Pengamatan Jumlah Daun

20
y = 0.1152x + 12.667
15 R = 0.0321
Series1
10
Linear
5 (Series1)

0
0 5 10 15

Grafik Pengamatan Tinggi Tanaman

40
y = 0.0848x + 31.933
35 R = 0.0128
30
Series1
25
20
Linear
15
(Series1)
10
5
0
0 5 10 15
Tabel Hasil Penjualan
Jumlah Ikatan Caisim Harga per Ikat Jumlah Penjualan

55 ikat (1 ikat berisi 3-4 Rp. 700,00 Rp. 40,000,00


caisim)

Anda mungkin juga menyukai