Oleh
Kelompok 1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
Selain itu, caisim juga termasuk jenis sayuran daun yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
di Indonesia maupun beberapa negara di dunia. Pengembangan budidaya sawi hijau
mempunyai prospek baik untuk mendukung upaya peningkatan pendapatan petani,
peningkatan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis,
peningkatan pendapatan negara melalui pengurangan impor dan memacu laju
pertumbuhan ekspor (Rukmana, 1994).
Oleh sebab itu, pada praktikum teknik budidaya tanaman ini kami menanam caisim karena
caisim memiliki keunggulan komperatif pada kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat
cocok ditanami komoditas tersebut.
1.2 Tujuan
Caisim termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong ke dalam tanaman
semusim (berumur pendek). Tanaman tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 27
cm - 37 cm, tergantung dari varietasnya. Caisim berakar serabut yang tumbuh
dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah,
perakarannya sangat dangkal. Caisim memiliki batang pendek dan tegap, bersifat
tidak keras dan berwarna kehijauan atau keputih-putihan, serta memiliki ukuran
panjang yang bervariasi. Batang caisim berfungsi sebagai alat pembentuk dan
penopang daun (Fahrudin, 2009).
Struktur daun caisim halus dan tidak berbulu, tidak mampu membentuk krop
(telur). Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya
lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan
sedikit rasa pahit. Pelepah daun caisim tersusun saling membungkus dengan
pelepah daun yang lebih muda, dan memiliki tulang daun yang menyirip dan
bercabang-cabang. Struktur bunga caisim tersusun dalam tangkai bunga
(inflorescentia) yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Tiap kuntum
bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota, bunga
berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang
berongga dua. Penyerbukan bunga caisim dapat dilakukan dengan bantuan lebah
maupun manusia. Hasil penyerbukan terbentuk buah yang berisi biji.
Buah caisim termasuk tipe buah polong yang berbentuk memanjang dan
berongga. Tiap buah berisi 2-8 butir biji. Biji caisim berbentuk bulat kecil dan
berwarna coklat atau coklat kehitaman (Herawati, 2012).
1. Varietas Tosakan
Varieta tosakan ini mempunyai ciri-ciri: termasuk jenis tanaman yang jenis daun
nya termasuk daun tidak lengkap, karena daunnya hanya memiliki helaian dan
tangkai. Ujung daun (Apex Folii) yaitu membulat (rotundatus) yaitu tidak
membentuk sudut sama sekali hingga ujung daun merupakan semacam suatu
busur. Daun tanaman ini juga mempunyai cirri bangun bulat. Pangkal daun
varietas tosakan ini yaitu membulat (rotundatus) sama halnya dengan varietas
kumala. Tulang-tulang cabang daunnya atau urat-urat daun mencapai tepi daun
sama dengan varietas yang lain, susunan tulang daun varietas ini menyirip
(penninervis), yaitu daun yang mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari
pangkal keujung, dan merupakan terusan tangkai daun, dari ibu tulang ini
kesamping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunananya mengingatkan kita
kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Tepi daun varietas tosakan ini adalah rata.
Daging daun varietas ini tipis lunak (herbaceous) seperti varietas yang lain.
Warna daun varietas ini adalah hijau tua, permukaan daunnya licin (laevis).
(Tjitrosoepomo, 2009)
Caisim varietas Tosakan dapat dipanen pada umur 22 hari setelah tanam, tinggi
tanaman 40 cm, warna tangkai putih kehijauan, jumlah daun 12 helai, bentuk
daun eliptik, memiliki potensi hasil rata-rata 400 gram per tanaman, ciri yang
paling khas caisim varietas Tosakan disbanding dengan tanaman caisim varietas
lain adalah memiliki warna daun hijau muda, biasanya tanaman caisim yang
banyak di budidayakan adalah tanaman casim warna daunnya hijautua. Selain
warna daun, ciri khas dari varietas Tosakan adalah memiliki rasa daun yang tidak
pahit, sehingga varietas Tosakan ini banyak digemari oleh masyarakat (Syafri dan
Yusri, 2009).
2. Varietas Kumala
Varietas ini memiliki ciri-ciri: termasuk jenis tanaman yang jenis daunnya
termasuk daun tidak lengkap, karena daunnya hanya memiliki helaian dan
tangkai. Ujung daun (Apex Folii) yaitu tumpul (obtusus), yaitu tepi daun yang
semula masih agak jauh dari ibutulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan,
hinga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 900C). Daun tanaman ini juga
mempunyai cirri bangun bulat telur terbalik atau bangun sudip. Pangkal daun
varietas kumala ini yaitu membulat (rotundatus). Tulang-tulang cabang daunnya
atau urat-urat daun mencapai tepi daun, susunan tulang daun varietas ini menyirip
(penninervis), yaitu daun yang mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari
pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun, dari ibu tulang ini
kesamping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita
kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Tepi daun varietas kumala ini adalah
berombak (repandus) yaitu jika sinus dan angulus sama-sama tumpul, dan inilah
salah satunya yang membedakan dari varietas tosakan dan dora. Daging daun
varietas ini tipis lunak (herbaceous). Warna daun varietas ini adalah hijau tua,
permukaan daunnya licin (laevis). Dan yang membedakan varietasini dengan
varietas yang lain adalah daunnya lebih panjang, ramping dari yang lain.
Tanaman ini mempunyai akar serabut yang berwarna putih kecoklatan.
(Tjitrosoepomo, 2009)
3. Varietas Dora
Varietas Dora memiliki ciri-ciri: termasuk jenis tanaman yang jenis daunnya
termasuk daun tidak lengkap, karena daun nya hanya memiliki helaian dan
tangkai. Tanaman kecil dibandingkan varietas lain. Ujung daun (Apex Folii) yaitu
tumpul (obtusus) sama dengan varietas kumala, yaitu tepi daun yang semula
masih agak jauh dari ibutulang, cepat menujuk kesuatu titik pertemuan, hinga
terbentuk sudut yang tumpul (lebihbesardar 900C). Daun tanaman ini juga
mempunyai cirri bangun bulat telur. Pangkal daun varietas dora ini yaitu tumpul
(obtusus). Tulang-tulang cabang daun nya atau urat-urat daun mencapai tepi daun
sama dengan varietas yang lain, susunan tulang daun varietas ini menyirip
(penninervis), yaitu daun yang mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari
pangkal keujung, dan merupakan terusan tangkai daun, dari ibu tulang ini
kesamping keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunanan yamengingatkan kita
kepada susunan sirip-sirirp pada ikan. Tepi daun varietas dora ini adalah bergerigi
halus (serratus) yaitu jika sinus danang ulus sama-sama lancipnya tetapi toreh-
toreh sinus dan angulusnya kecil, dan inilah salah satunya yang membedakan dari
varietas tosakan dan kumala. Daging daun varietas ini tipis lunak (herbaceous)
seperti varietas yang lain. Warna daun varietas ini adalah hijau muda, permukaan
daunnya licin (laevis). Dan yang membedakan varietas ini dengan varietas yang
lain adalah daunnya lebih membulat, kecil dari yang lain. Tanaman ini
mempunyai akar serabut yang berwarna putih kecoklatan (Tjitrosoepomo,2009)
4. Varietas Shinta
Varietas ini memiliki ciri-ciri : tipe tanaman tegak dengan bentuk daun menarik,
tepi daun rata dan berwarna hijau cerah, rasa daun enak, tekstur daun lembut,
tekstur batang renyah dan tidak berserat. Varietas shinta cocok ditanam di dataran
rendah dan menengah pada berbagai jenis tanah. Umur panen 25 hari setelah
tanam dengan potensi hasil 400 500 gram per tanaman (Untung, 2001).
5. Varietas Christina
Varietas ini memiliki ciri-ciri : tanaman tegap, berdaun lebar dengan warna hijau
cerah; tanaman sangat adaptif, dapat tumbuh hampir di semua lokasi. Tanaman
dapat dipanen umur 30 hari setelah tanam dan panen dapat ditunda sampai umur
40 hari setelah tanam tanpa keluar bunga. Christina dapat ditanam sepanjang
tahun dan toleran terhadap penyakit jamur. Cocok untuk berbagai macam
masakan dan enak rasanya (Campbel, 2008).
Kandungan nutrisi yang terdapat dalam 100 g bahan antara lain : 95 g air, 1.2 g
protein, 0.2 g lemak, 1.2 g karbohidrat, 5800 IU vitamin A, 0.04 mg vitamin B1,
0.07 mg vitamin B2, 0.5 mg niasin, 53 mg vitamin C, 102 mg kalsium, 2.0 mg zat
besi, 27 mg magnesium, 37 mg fosfor, 180 mg kalium dan 100 mg natrium
(Karida, 2007).
Hama yang sering menyerang tanaman caisim adalah Jangkrik hama ini
menyerang daun, membuat daun menjadi berlubang-lubang sehingga mengganggu
perkembangan dan pertumbuhan caisim. Indikasinya yaitu daun berlubang-
lubang, jika serangan terus berlanjut maka daun akan habis. Pengendalian dengan
melakukan penyemprotan dengan insektisida organik yang berupa campuran
larutan minyak cengkeh, air tembakau, bawang putih dan minyak sereh..
Burung, hama ini menyerang benih sawi caisim yang baru mulai berkecambah.
Indikasinya seluruh benih sawi caisim habis dimakan burung. Pengendalian tutup
benih menggunakan daun pisang atau plastik saat petang, saat pagi dibuka agar
mendapat sinar matahari yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sawi. Kutu daun, hama kutu ini menyerang daun,
membuat daun menjadi layu dan mengering. Indikasi tanaman layu kemudian
mengering dan banyak terdapat kutu pada daun.Pengendalian petik daun yang
terserang hama, kemudian diberi pestisida organik yang berupa campuran minyak
cengkeh, air tembakau, bawang putih dan minyak sereh. Ulat daun, hama ini
menyerang daun, merupakan hama yang sangat merusak yang jika tidak
ditanggulangi dengan cepat maka daun akan habis dalam waktu singkat dan
tanaman kemudian akan mati. Indikasi daun berlubang-lubang dan lama-lama
daun akan habis. Pengendalian petik daun yang sudah berlubang. Kumpulkan ulat
daunnya dan musnahkan dan segera lakukan penyemprotan dengan pestisida
organik (Rahmawati, 2012).
Layu Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang menyerang akar. Indikasi tanaman
terlihar layu pada siang hari, terutama saat terkena sinar matahari. Penyakit ini
dapat menyebabkan kematian tanaman. Pengendalian tanaman yang layu dicabut
kemudian dibakar. Kapang daun, penyakit ini disebabkan oleh jamur
Cladosporum fulvus cke yang menyerang daun. Indikasi seluruh permukaan daun
dipenuhi spora berwarna cokelat. Pengendalian tanaman disemprot secara teratur
menggunakan pestisida organik. Bercak daun, penyakit ini disebabkan oleh jamur
Cercospora carotae yang menyerang daun. Indikasi daun yang diserang memiliki
bercak cokelat kehitaman. Pengendalian lakukan penyemprotan secara teratur
menggunakan pestisida organik (Rahmawati, 2012).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
Waku pelaksaan praktikum ini yaitu dimulai pada Jumat, 8 September 2017
sampai Senin, 6 November 2017 di Laboratorium Lapangan Terpadu, Universitas
Lampung.
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu cangkul, koret, sabit, selang,
karung dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih Caisim
(Brassica rapa), pupuk kandang, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, air , kamera
dan alat tulis.
4.2 Pembahasan
1. Pembenihan
Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram.Benih
sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras.
Warna kulit benih coklat kehitaman (Fahrudin, 2009).
2. Pengolahan Tanah.
3. Pembibitan.
4. Penanaman.
5. Pemeliharaan
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi.
Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea
berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2,
merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah
menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan
tertutup rapat.
Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100
kg urea mengandung 46 kg Nitrogen. Kegunaan pupuk Urea Unsur hara Nitrogen
yang dikandung dalam pupuk Urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan, antara lain:
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau
daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat panting dalam proses
fotosintesa
2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-
lain)
3. Menambah kandungan protein tanaman
4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,
tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.
Gejala kekurangan unsur hara Nitrogen :
1. Daun tanaman berwarna pucat kekuning-kunigan
2. Daun tua berwarna kekuning-kuningan dan pada tanaman padi warna ini
dimulai dari ujung daun menjalar ke tulang daun
3. Dalam keadaan kekurangan yang parah daun menjadi kering dimulai dari daun
bagian bawah terus ke bagian atas
4. Pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil
5. Perkembangan buah tidak sempurna atau tidak baik, sering kali masak sebelum
waktunya (Djamaan, 2006).
Pemberian bahan organik saat ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas tanah. Pemberian bahan organik diharapkan dapat memperbaiki
sifat fisik, kimia maupun biologi tanah sehingga respon tanaman terhadap
pemberian pupuk dapat ditingkatkan (Sarief, 1989).
Kandungan hara pupuk organik relatif kecil maka dalam penggunaannya masih
tetap perlu pupuk anorganik (Murbandono, 1990). Pupuk organik lebih ditujukan
untuk memperbaiki kondisi tanah seperti perbaikan aerasi tanah, yang mana
kemampuan ini tidak dimiliki oleh pupuk an-organik (Hardjowigeno, 2003).
Selain itu, setengah dari kapasitas tukar kation tanah berasal dari bahan organik,
dan bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro tanah (Soepardi,
1983).
6. Panen
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah umur panen dan
cara panennya.
- Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari (Fahrudin,
2009). Umur panen caisim ketika dipanen adalah 32 hari setelah pemindahan.
- Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.
Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan
dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau
tajam (Karida, 2007). Cara panen yang digunakan adalah mencabut seluruh
tanaman beserta akarnya. Hasil panen yang diapatkan sebanyak 8,9 kg.
7. Pascapanen
- Hama
- Penyakit
Penyakit akar pekuk, bercak daun alternaria, busuk basah (soft root).Penyakit
embun tepung (downy mildew).Penyakit rebah semai (dumping off).Busuk
daun.busuk Rhizoctonia (bottom root).Bercak daun.Virus mosaik. Lakukan
penyemprotan larutan WT Bakterisidadosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10
ml/lt air & WT Ajuvant dosis2 ml/lt air (Rahmawati, 2012). Tidak ditemukan
penyakit pada tanaman ini.
V. KESIMPULAN
1. Cara budidaya dari caisim ini adalah dengan melakukan pengolahan lahan dan
pemberian pupuk kandang, lalu menyemai bibit pada pinggir lahan, pindah
tanam semaian pada jarak tanam 15x15 cm, dipelihara setiap harinya dengan
penyiraman dan penyiangan gulma, dilakukan pengamatan dan pengukuran
pada 10 sampel caisim, saat sudah berumur 14-29 hari caisim pun siap panen.
2. Pemberian pupuk kandang dan urea+NPK bertujuan untuk meningkatkan
kondisi fisik dan biologi tanah agar menjadi lebih baik serta memberi
kecukupan nutrisi bagi tanah untuk pertumbuhan tanaman.
3. Hasil yang diperoleh yaitu caisim seberat 8,9 kg dan diikat menjadi 55 ikat
caisim dengan isi 3-4 caisim/ikat dan dijual diperoleh hasil penjualan sebesar
Rp. 40.000,00 dengan harga perikatnya Rp. 700,00
4. Pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman caisim,
karena memiliki unsur N yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Karida. 2007. Bercocok Tanam Sawi atau Caisim. Departemen Pertanian LIPTAN
Press. Riau.
Rahmawati, R. 2012. Cepat dan Tepat Berantas Hama dan Penyakit Tanaman
Pertanian Perkebunan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syafri, E dan Yusri ,A. 2009. Budidaya Sawi Secara Semi Organik. Agroinovasi
Press. Bogor.
Perhitungan
= 200x300/15x15
= 60000/225
= 266 tanaman
Penggunaan pupuk
20
y = 0.1152x + 12.667
15 R = 0.0321
Series1
10
Linear
5 (Series1)
0
0 5 10 15
40
y = 0.0848x + 31.933
35 R = 0.0128
30
Series1
25
20
Linear
15
(Series1)
10
5
0
0 5 10 15
Tabel Hasil Penjualan
Jumlah Ikatan Caisim Harga per Ikat Jumlah Penjualan