Anda di halaman 1dari 17

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gulma adalah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu

tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai

bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat

diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak

juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada

karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya

(Sebayang, 2005).

Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan

istilah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput-rumputan. Sedangkan

gulma dari golongan dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula

jenis gulma lain yang berasal dari golongan teki-tekian (atau golongan sedges)

(Moenandir, 2003).

Teki mempunyai batang berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat dantidak

berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua. Gulma ini mempunyai

sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya

membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman pada lingkungan tertentu

(Sukman dan Yakup, 2002).

Kentang merupakan kelompok sayuran yang berasal dari umbi akar yang

berdaging tebal, berbentuk bulat atau lonjong. Dalam hidangan kontinental selain

disajikan sebagai bahan tambahan dalam hidangan, kentang juga berfungsi

sebagai pelengkap hidangan utama yang disebut dengan side dish/ accompaniment

dish (Cahyana, 2007).


2

Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari

sebagian atau seluruh cara-cara ini: 1) Membandingkan gulma tersebut dengan

material yang telah diidentifikasi di herbarium, 2) Konsultasi langsung, dengan

para ahli di bidang yang bersangkutan, 3) Mencari sendiri melalui kunci

identifikasi, 4) Membandingkannya dengan determinasi yang ada.

(Tjitrosoedirdjo et al., 2004).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari paper ini ialah untuk mengetahui kompetisi rumput

teki (Cyperus rotundus) dengan.tanaman kentang (Solanum toberasum L.).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari paper ini ialah sebagai salah satu syarat untuk dapat

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Ilmu Gulma Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta sebagai sarana

informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kentang termasuk divisi:

spermatophyta, sub-divisi: angiospermae, kelas: dicotyledoneae, ordo: tubiflorae,

famili: solanaceae, genus:solanum, spesies: Solanum tuberosum L. (Pitojo,2004).

Perakaran tanaman kentang berada pada tanah lapisan atas, berpautan

dengan partikel tanah untuk memperkokoh berdirinya tanaman. Perakaran ini

memiliki fungsi utama sebagai penyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah.

Batang tanaman kentang berada di atas permukaan tanah dan berwarna hijau,

kemerahan, atau ungu tua. Warna tersebut dipengaruhi olehumur tanaman,

lingkungan, dan keadaan air di dalam permukaan tanah (Suryana, 2013).

Daun pertama tanaman kentang, baik tanaman yang bersal dari biji

maupun umbi, berupa daun tunggal. Daun-daun yang tumbuh selanjutnya berupa

daun majemuk dengan anak daun primer dan anak daun sekunder. Tanaman

kentang termasuk tanaman berjenis kelamin dua atau berbunga sempurna. Setelah

penyerbukan, bakal buah akan membesar dan menjadi buah (Pitojo,2004).

Buah berbentuk bulat dengan diameter 2,5 cm; berwarna hijau sampai

keunguan; dan akan masak setelah 6-8 minggu setelah penyerbukan bunga

(Suryana, 2013).

Biji kentang berukuran kecil (diameter 0,5 mm) lebih kecil dibandingkan

biji tomat, biji terung, atau biji paprika (Pitojo,2004).


4

Syarat Tumbuh

Iklim

Faktor iklim meliputi komponen suhu udara, curah hujan, kelembaban,

sinar matahari, dan angina yang saling berkaitan. Suhu udara berhubungan erat

dengan ketinggian tempat, tiupan angin, serta kelembaban udara. Sementara itu,

kelembaban udara berhubungan erat dengan curah hujan, penguapan tanah, serta

vegetasi di daerah itu. Tanaman kentang menghendaki suhu udara harus dingin,

antara 15-22° C (optimumnya 18-20° C ) dengan kelembaban udara 80-90%

(Sunarjono, 2007).

Kentang yang dapat tumbuh di daerah sub-tropis tetap saja membutuhkan

daerah yang berhawa dingin atau sejuk. Suhu udara ideal untuk kentang berkisar

anatara 15-18°C pada malam hari dan 24-30°C di siang hari. Namun, kentang

masih bisa hidup di daerah yang suhu udaranya, terutama pada malam hari, di

bawah suhu ini, seperti daerah sekitar Bromo, Pegunungan Tengger, Jawa Timur.

Ukuran iklim ini cukup dingin bagi Indonesia yang tergolong negara tropis

(Setiadi,2009).

Daerah yang mempunyai suhu udara maksimal 30°C dan suhu udara

minimum 15°C adalah sangat baik untuk pertumbuhan tanaman kentang daripada

daerah yang mempunyai suhu relative konstan yaitu rata-rata 24°C (Utama, 2013).

Tanah

Menjaga mutu tanah diakui sebagai landasan untuk mempertahankan

potensi produksi tanaman. Pengelolaan tanah yang berhasil ditunjukkan

dengan adanya peningkatkan karakteristik mutu tanah, serta lazimnya dapat

mengurangi variasi hasil panen dari tahun ke tahun. Untuk mempertahankan agar
5

hasil panen kentang tetap tinggi dan tidak berfluktuasi dari waktu ke waktu,

diperlukan pengelolaan kesuburan tanah. Perhitungan kebutuhan perlu dikoreksi

dengan mempertimbangkan tingkat kesuburan yang ada sekarang. Oleh karena itu

perlu dilakukan analisis tanah untuk mengetahui tingkatkesuburan tanah dan

ketersediaan hara yang diperukan oleh tanaman kentang (Yuwono, 2012).

Keadaan tanah yang baik dan sesuai untuk tanaman kentang adalah yang

berstruktur remah, gambur, banyak mengandung bahan organik subur, mudah

mengikat air, dan memiliki solum tanah dalam. Sementara tekstur tanah yang

cocok adalah tanah lempun ringan dengan sedikit kandungan pasir (Samadi,2007).

Lapisan keras tanah akan menyebabkan genangan air dan gerakan kentang

tidak dapat menembus lapisan kedap air. Tanaman kentang lebih menyukai hidup

di tanah-tanah vulkanis yang gembur dan banyak mengandung humus atau tanah

subur. Tanah lembung berpasir dan subur, rasa umbi kentang lebih enak dan

kandungan karbohidratnya lebih tinggi (Yuwono, 2012).

Botani Gulma

Klasifikasi tanaman rumput teki sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta; Class : Monocotyledoneae; Ordo : Cyperales;

Family : Cyperaceae; Genus : Cyperus; Species : Cyperus rotundus L.

(Sugati, 2001).

Akar rumput teki yang pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak

tunas yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-

pahitan dan baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun

(Asiamaya, 2007).
6

Batang rumputnya berbentuk segitiga (tringularis) (Gambar 1) dan dapat

mencapai ketinggian 10 - 75 cm. Arah tumbuh batangnya tegak lurus. Daunnya

berbentuk pita, berwarna mengkilat dan berjumlah 4 -10 a b 11 yang berkumpul

pada pangkal batang membentuk roset akar dengan pelepah daun yang tertutup di

bawah tanah. Ujung daun meruncing, lebar helaian daun 2-6 cm

(Wijayakusuma, 2000).

Rumput teki memiliki daun berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri

dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan

pelepah daun tertutup tanah (Sugati, 2001).

Bunga rumput teki ini berwarna hijau kecoklatan yang terletak pada ujung

tangkai dengan tiga tunas kepala benang sari berwarna kuning jernih, membentuk

bungabunga berbulir mengelompok menjadi satu berupa payung. Tangkai putik

bercabang tiga. Rumput teki memiliki buah berbentuk kerucut besar pada

pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 - 4,5

cm dengan diameter 5 - 10 mm. Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak

tunas yang menjadi umbi berwarna coklat dan hitam, rasanya sepat kepahit –

pahitan dan baunya wangi (Asiamaya, 2007).

Rumput teki memiliki buah yang berbentuk kerucut besar pada

pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat, dengan panjang 1,5 - 4,5

cm dengan diameter 5 - 10 mm (Wijayakusuma, 2000).

Biji rumput teki memiliki berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap

seperti bulu yang digunakan untuk proses penyerbukan (Asiamaya, 2007).


7

KOMPETISI RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus) DENGAN


TANAMAN KENTANG (Solanum toberasum L.)
Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang tidak sesuai dengan tempatnya atau

tanaman yang tumbuh bukan pada tempatnya. Gulma merupakan tanaman yang

keberadaan atau kehadirannya dapat mengganggu tanaman lain. Gulma

mempengaruhi banyak fase pengusahaan tanaman dan menyebabkan kerugian-

kerugian yang serius dalam hasil dan kualitas dan meningkatkan biaya

produksinya. Kerusakan yang langsung disebabkan karena adanya gulma di dalam

dan dekat lahan yang ditanamai berupa gulma dalam lahan tanaman yang

mengurangi hasil dan kualitas (Hariana, 2007).

Menurut definisi ekologis gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang

telah beradaptasi dengan habitat buatan dan menimbulkan gangguan terhadap

segala aktivitas manusia. Gulma sering di tempatkan dalam kompetisi atau

campur tangannya terhadap aktivitasmanusia atau pertanian (Sastroutomo, 2000).

Pengamatan komposisi gulma berguna untuk mengetahui ada tidaknya

pergeseran jenis gulma yaitu keberadaan jenis gulma pada suatu areal sebelum

dan sesudah percobaan/perlakuan. Some Dominance Ratio (SDR) atau Nisbah

Jumlah Dominan (NJD) berguna untuk menggambarkan hubungan jumlah

dominansi suatu jenis gulma dengan jenis gulma lainnya dalam suatu komunitas,

sebab dalam suatu komunitas sering dijumpai spesies gulma tertentu yang tumbuh

lebih dominan dari spesies yang lain (Mas’ud, 2009).

Gulma mampu berkembang biak secara vegetatif maupun generatif dengan

biji yang dihasilkan. Kemampuan yang dimiliki oleh jenis-jenis gulma menahun

untuk memperbanyak diri dari bagian-bagian vegetatif menyebabkan jenis-jenis


8

ini menjadi sangat kompetitif dan sukar untuk dikendalikan. Produksi organ

perbanyakan vegetatifjuga erat kaitannya dengan kandungan karbohidrat yang

tersimpan (Soekisman, 2004).

Gulma dikenal sebagai tumbuhan yang mampu beradaptasi pada ritme

pertumbuhan tanaman budidaya. Pertumbuhan gulma cepat, daya regenerasinya

tinggi apabila terluka, dan mampu berbunga walaupun kondisinya dirugikan oleh

tanaman budidaya.Secara fisik, gulma bersaing dengan tanaman budidaya untuk

ruang, cahaya, dan secara kimiawi untuk air, nutrisi, gas-gas penting, dan dalam

peristiwa allelopati.Beberapa jenis gulma dapat memperbanyak diri dengan tuber

(modifikasi dari akar yang berisi cadangan makanan) (Nurjanah, 2013).

Rumput Teki (Cyperus rotundus)

Rumput teki tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 1000 m di atas

permukaan laut. Umumnya rumput teki tumbuh liar di Afrika Selatan, Korea,

Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Indonesia, dan Kawasan Asia Tenggara. Rumput

teki banyak tumbuh di tempat terbuka atau tidak terkena sinar matahari secara

langsung seperti tumbuh di lahan pertanian yang tidak terlalu kering, ladang,

kebun, tegalan, pinggir jalan, yang hidup sebagai gulma karena sangat susah

untuk diberantas (Gunawan,2008).

Rumput teki banyak ditemukan pada tempat yang menerima curah hujan

lebih dari 1000 mm pertahun yang memiliki kelembapan 60 – 85 %. Suhu terbaik

untuk pertumbuhan rumput teki adalah suhu dengan rata-rata 25˚C, pH tanah

untuk menumbuhkan rumput teki berkisar antara 4,0 – 7,5 (Lawal, 2009).

Rumput teki merupakan rumput semu menahun tapi bukan termasuk

keluarga rumput-rumputan. Batang rumputnya berbentuk segitiga (tringularis) dan


9

dapat mencapai ketinggian 10 - 75 cm. Arah tumbuh batangnya tegak lurus.

Daunnya berbentuk pita, berwarna mengkilat dan berjumlah 4 -10 yang

berkumpul pada pangkal batang membentuk roset akar dengan pelepah daun yang

tertutup di bawah tanah. Ujung daun meruncing, lebar helaian daun 2-6 cm

(Wijayakusuma, 2000).

Umbi rumput teki memiliki rasa yang pedas, sedikit pahit, dan manis.

Umbi rumput teki dapat berkhasiat menormalkan siklus haid, melancarkan vital

energi yang tersumbat, tonik pada lever, meredakan nyeri (analgesik), dan

antibakteri. Teki merupakan tumbuhan obat penting untuk gangguan vital energi

dan penyakit pada organ kandungan wanita (Hariana, 2007).

Tanaman ini biasanya tumbuh liar di kebun, ladang ataupun tempat lain

dengan ketinggian sampai 1000 m dari permukaan laut. Ciri khasnya terletak pada

buah-buahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, Umbi-umbi ini

biasanya mengumpul berupa rumpun (Balasoka, 2012).

Pengendalian Gulma

Efektifitas pemberian herbisida antara lain ditentukan oleh dosis dan

waktu pemberiannya. Dosis herbisida yang tepat akan dapat mematikan gulma

sasaran, tetapi jika dosis herbisida terlalu tinggi maka dapat merusak bahkan

mematikan tanaman yang dibudidayakan. Pemakaian herbisida sistemik seperti

glifosat memerlukan waktu untuk translokasi ke seluruh bagian gulma sehingga

terjadi keracunan pada gulma (Nurjanah, 2002).

Herbisida berbahan aktif parakuat diklorida mampu mengendalikan gulma

berdaun lebar, sempit dan teki. Herbisida ini bersifat kontak karena mematikan

gulma pada bagian yang terkena herbisida, bersifat non selektif karena
10

mempengaruhi semua jenis tumbuhan yang terkena herbisida ini, sering

digunakan untuk mengendalikan gulma yang dapat memberikan pengaruh

kompetisi pada tanaman (Anwar, 2007).

Pengendalian gulma dengan cara mencabut gulma memerlukan tenaga dan

waktu yang banyak. Namun, tindakan ini menimbulkan gangguan yang minim

terhadap tanaman budidaya hanya saja terkadang terjadi pengikisan atau

pengurangan luas tanah karena tanah menempel pada akar-akar gulma yang

dicabut. Pada percobaan-percobaan pengendalian gulma, tindakan mencabut

gulma biasanya digunakan sebagai perlakuan pembanding (Henry, 2010).

Persiapan lahan dengan olah tanah diharapkan dapat mematikan gulma

yang ada melalui kegiatan pencangkulan atau pembajakan . Budidaya tanpa olah

tanah mempunyai keuntungan, mengemukakan bahwa tanpa olah tanah populasi

gulma lebih rendah dan menghasilkan kualitas tanah yang lebih baik secara fisik

maupun biologi baik kandungan bahan organik tanah, kemantapan agregrat dan

infiltrasi (Nurjanah, 2002).

Pengendalian gulma secara manual merupakan salah satu bagian dari

pengendalian gulma secara mekanis. Pengendalian gulma secara manual tidak

menggunakan alat berat, dapat dilakukan dengan cara mencabut gulma,

menggunakan alat sederhana seperti parang maupun arit (Henry, 2010).

Penyebaran Gulma

Mekanisme perbanyakan gulma termasuk salah satu yang paling efisien di

alam. Efisiensi seperti ini diperoleh melalui seleksi alam dan adaptasi ekologi.

Perkembangbiakan dapat dilakukan dengan biji atau dengan organ vegetatif. Pada

gulma semusim, perkembangbiakan dilakukan melalui produksi biji. Biji


11

dihasilkan dalam jumlah banyak dan sebagian besar memiliki dormansi. Biji

mengandung semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk memindahkan sifat -

sifat keturunan yang diperoleh dari tumbuhan induknya, mampu mempertahankan

hidup kecambahnya meskipun hanya sementara sehingga dapat menyerap

makanannya sendiri (Soetikno, 2000).

Perkembangan gulma ditinjau dari segi mekanisme perkembangannya

diperhatikan jauh lebih efisien dari tanaman budidaya. Gulma berkembang biak

secara generatif (biji) maupun secara vegetatif. Secara umum gulma semusim

berkembang biak melalui biji. Biasanya produksi biji sangat banyak bahkan dapat

menghasilkan 40.000 biji dalam semusim (Sukman dan Yakub, 2005).

Herbisida merupakan bahan kimia atau kultur hayati yang dapat

menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan. Herbisida tersebut

mempengaruhi satu atau lebih proses-proses (proses pembelahan sel,

perkembangan jaringan, pembentukan klorofil, fotosintesis, respirasi,

metabolisme nitrogen, aktivitas enzim dan sebagainya) yang sangat diperlukan

tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (Sembodo, 2010).

Rumput teki adalah salah satu gulma yang adaptif, dimana ini berarti

bahwa rumput teki sebagai gulma dapat dengan cepat beradaptasi dengan

linkungannya sehingga dapat berkembangbiak dengan cepat dan dapat

mempertahankan dirinya di berbagai lingkungan (seperti lingkungan panas atau

lingkungan berair) sehingga penyebarannya sangat cepat. Keberadaan rumput teki

bagi petani sangat tidak menguntungkan karena dapat mengganggu tumbuhan

utama dalam proses memperoleh kebutuhannya seperti mendapat air dan garam -

garam mineral kerna lebih dulu diserap oleh rumput ini (Soetikno, 2000).
12

Gulma musiman yang paling mengganggu adalah gulma yang dapat

menumbuhkan tumbuhan baru dari potongan-potongan akar, rhizome, stolon atau

struktur yang lain di dalam tanah. Sedangkan jenis gulma baru yang muncul pada

petak percobaan adalah Paspalum conjugatum (paitan), Phylanthus urinaria L.

(meniran) dan Ludwigia perenis (cecabean). Pengendalian gulma dengan cara

penyiangan kurang efektif dalam mengendalikan jenis gulma A. conyzoides L

(wedusan), C. rotundus (teki), C. odorata L (krinyu), D. sanguinalis (sunduk

gangsir), E. hieracifolia (sintrong) dan E. indica (lulangan). Hal ini karena gulma

selalu muncul pada setiap petak percobaan (Sukman dan Yakub, 2005).

Kompetisi Rumput Teki (Cyperus rotundus) Dengan Tanaman Kentang


(Solanum toberasum L.)
Berdasarkan analisis vegetasi, gulma yang tumbuh sebelum penanaman

kentang terdapat 17 jenis gulma. Jenis gulma yang tumbuh di areal tanam kentang

sebelum tanam adalah Ageratum conyzoides L. (wedusan), Alternanthera

philoxeroides (kremah), Bidens biternata (ajeran), Bidens leucorrhiza (ketul),

Chromolaena odorata L. (krinyu), Cynodon dactylon (grinting), Cyperus

rotundus (teki), Digitaria sanguinalis (sunduk gangsir), Elusin indica (lulangan),

Erechtites hieracifolia (sintrong), Leersia hexandra (kolomento), Oxalis

lathifolia (cembicenan), Sonchus Arvenis L. (tempuyung) dan Synedrella

nodiflora (legetan). Gulma yang mendominasi sebelum tanam adalah gulma

sintrong. Pada umur 21-63 hst gulma yang mendominasi adalah Ageratum

conyzoides L. (wedusan), Cyperus rotundus (teki), Cynodon dactylon (grinting),

Chromolaena odorata L. (krinyu), Digitaria sanguinalis (sunduk gangsir),

Erechtites hieracifolia (sintrong) dan Eleusin indica (lulangan)

(Schonbeck, 2011).
13

Pengendalian yang dilakukan secara teratur akan dapat mengurangi

pertumbuhan gulma, sedangkan pemakaian herbisida pra tumbuh oksifluorfen

sangat efektif dalam mengendalikan pertumbuhan gulma di awal pertumbuhan

tanaman. Pada pengamatan umur 63 hst menunjukkan perlakuan herbisida

oksifluorfen memiliki bobot kering gulma yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan bebas gulma dan pengendalian gulma pada umur 21 dan 49 hst. Hal ini

disebabkan pengaruh bahan aktif oksifluorfen dalam tanam mengalami

penurunan, sehingga apabila bahan aktif oksifluorfen menurun gulma akan

semakin cepat dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Monaco, 2001).

Umur 21hst, perlakuan bebas gulma (pengendalian gulma 7 hari sekali

sampai panen) + N 130 kg ha-1 apabila dibandingkan dengan perlakuan herbisida

pra tumbuh oksifluorfen + N 130 kg ha-1 maka dapat meningkatkan rata-rata

tinggi tanaman sebesar 20.72%. Sedangkan pada umur 49 hst, perlakuan bebas

gulma (pengendalian gulma tujuh hari sekali sampai panen) akan dapat

meningkatkan rata-rata tinggi tanaman sebesar 20.02%, 19.14% dan 20.76%

(Sutater, 2003).

Umur 49 hst, pada perlakuan herbisida pra tumbuh oksifluorfen + N 130

kg ha-1 dapat meningkatkan jumlah cabang sebesar 37.49%, 21.42% dan 28.60%

Umbi dengan ukuran > 60-90 gram menghasilkan 31.36% jumlah cabang lebih

banyak dibandingkan umbi ukuran > 30-60 gram (Putra, 2006).

Terdapat jenis gulma yang mendominasi yaitu gulma Cyperus rotundus

(teki) dan Ageratum conyzoides L. (wedusan), sedangkan gulma baru yang

muncul adalah Paspalum conjugatum (paitan), Phylantus urinaria L. (meniran)

dan Ludwigia perenis (cecabean). Perlakuan herbisida pra tumbuh oksifluorfen


14

efektif dalam menekan pertumbuhan gulma dari 0 sampai 49 hst, dan perlakuan

herbisida pra tumbuh oksifluorfen tidak berbeda secara nyata dengan perlakuan

bebas gulma (pengendalian gulma 7 hari sekali sampai panen). Perlakuan

herbisida pra tumbuh oksifluorfen dapat menekan pertumbuhan gulma sebesar

74.28% pada umur 0 sampai 49 hst dibandindingkan dengan perlakuan

pengendalian gulma umur 21 dan 49 hst (Schonbeck, 2011).


15

KESIMPULAN

1. Gulma merupakan tumbuhan yang tidak sesuai dengan tempatnya atau

tanaman yang tumbuh bukan pada tempatnya

2. Rumput teki tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 1000 m di atas

permukaan laut.

3. Efektifitas pemberian herbisida antara lain ditentukan oleh dosis dan

waktu pemberiannya.

4. Mekanisme perbanyakan gulma termasuk salah satu yang paling efisien di

alam.

5. Berdasarkan analisis vegetasi, gulma yang tumbuh sebelum penanaman

kentang terdapat 17 jenis gulma.


16

DAFTAR PUSTAKA

Anwar R. 2007. Uji Berbagai Herbisida Dalam Pengendalian Gulma Tanaman


Karet. Publikasi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Prof, Dr.
Hazairin. Bengkulu
Asiamaya. 2007. Kandungan Nutrisi Daun Teki. PT Rineka Cipta. Jakarta

Balasoka, 2012. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Gramedia. Jakarta

Cahyana, C. 2007. Buku Pintar Pengolahan Hidangan Kotinental. PT Grasindo.


Jakarta
Gunawan, 2008. Ilmu Obat Alam (Farmakologis) Jilid 1. Penebar Swadana.
Jakarta
Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri 2. Penebar Swadaya.
Jakarta
Henry. 2010. Pengendalian Gulma secara Kimiawi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Lawal, 2009. Chemical Composition of The Essential Oils of Cyperus Rotundus
L. From South Africa. Journal Molecules
Mas’ud, Hidayati. 2009. Komposisi dan Efisiensi Pengendalian Gulma Pada
Pertanaman Kedelai dengan Penggunaan Bokashi . Jurnal Agroland 16
(2) : 118 – 123.
Moenandir, J. 2003. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Monaco, 2001, Weed Science: Principle and Practice John Willey and Sons. Inc
N. Y. pp. 419
Nurjanah, U. 2002. Pergeseran Gulma dan Hasil Jagung Manis pada Tanpa Olah
Tanah Akibat Dosis dan Waktu Pemberian Glyphosat. Publikasi. Fakultas
Pertanian. Universitas Bengkulu. Bengkulu\
Nurjanah. 2013. Penuntun Praktikum Pengendalian Gulma. FAPERTA UNIB.
Bengkulu.
Pitojo, S. 2004. Benih Kentang. Penerbit Kansius. Yogyakarta

Putra, 2006. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.)
Di Dataran Medium Dengan Perlakuan Ukuran Bibit Dan Pemupukan.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang J. Prod. Tanaman 10(3)
p. 6
Samadi, B. 2007. Kentang dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kansius.
Yogyakarta
17

Sastroutomo, S. S. 2000. Ekologi Gulma. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Schonbek, M. E. Convergence of solutions to nonlinear dispersive equations.


Communication in Partial Differential Equations, (1982), No. 7, pp. 959-
1000.
Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit
Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang
Setiadi, L. 2009. Budi daya Kentang. Penerbit Swadaya. Jakarta

Soekisman. 2004. Pengolahan Gulma. Buku. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Soetikno, S. 2000. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sembodo, D. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta

Sugati, 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Depkes RI. Jakarta

Sukman, Y. dan Yakup. 2005. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. CV Rajawali


Press. Jakarta.
Sunarjono, H. 2007. Petunjuk Praktis Budi daya Kentang. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta Selatan
Suryana, D. 2013. Menanam Kentang. Penerbit Erlangga. Jakarta

Sutater, 2003. Pengaruh Ukuran Bibit dan Jarak Tanam terhadap Produksi Umbi
Mini Tanaman Kentang Kultivar Knebbec. Bul.Penel.Horti. XXII (2): 12-
18
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 2004. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta
Utama, R. 2013. Penggunaan Mulsa dan Umbi Bibit Pada Tanaman Kentang
Variates Granola. Universitas Brawijaya. Malang
Wijayakusuma, 2000. Ramuan Tradisional untuk pengobatan Darah Tinggi.
Penebar Swadaya. Jakarta
Yuwono, N. 2012. Kesuburan Tanah Lahan Petani Kentang di Dataran Tinggi
Dieng. Universitas Gadjah MMada. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai