Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae.)
yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa
dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan
populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di
Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di
Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang
menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa
Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird’s eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat
matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia
dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000 pada
skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas
cabai lainnya.
Cabai rawit dapat tumbuh baik didataran tinggi , maupu di dataran rendah
. bertanam cabai rawit dapat memberikan nila ekonomi yang cukup tinggi
apabila diusahakan dengan sungguh – sungguh .Satu hektar tanaman cabai
rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabai rawit karena tanaman cabai rawit
dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim
tanam .
Tanaman cabai rawit menyukai daerah kering, dan ditemukan pada
ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100
cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal,
bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing,
pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar
1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk
bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih,
putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-
kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing,
panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah
muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masa.k

1
Aser Nerotouw
berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm,
berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik
yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek
domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda
berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar,
selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan
sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus
untuk lalap.Cabal rawit dapat diperbanyak dengan biji.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalah yang
dapat kami susun adalah sebagai berikut :
a. Apa funsi dari cabai rawit?
b. Seberapa besar kegunaan cabe rawit di Indonesia?
c. Seberapa besar keuntungan menanam cabe rawit?
d. Bagaimana bercocok tanam cabe rawit yg baik dan benar?
e. Hal – hal apa saja yang berhubugan dalam pembudidayaan cabai rawit?

1.3. Tujuan Penulisan


Dalam rumusan masalah diatas terdapat beberapa tujuan dan manfaat
yang dapat kami petik diataranya :
a. Untuk mengetahui keuntungan budidaya cabe rawit.
b. Bisa mengetahui peluang pasar dari budidaya cabe rawit.
c. Bisa mengetahui bagaimana menanam cabe rawit yang baik dan benar.

1.4. Metode Penelitian


Metode yang diambil oleh penulis dalam penyusunan makalah ini dalam
penelitian cabe rawit adalah sebagai berikut :
a. Terjun langsung ke lapangan.
b. Melakukan wawancara dengan narasumber
c. Praktek langsung dalam pembudidayaan cabe rawit.

2
Aser Nerotouw
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biologi Tanaman Cabe Rawit


2.1 Morfologi
a. Batang
Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu,
berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak.
Batang utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah
batang tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30-45 cm. cabang
tanaman beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).
b. Daun
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata
(tidak bergerigi/berlekuk) ukuran daun lebih kecil dibandingkan
dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan daun tunggal
dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip dan
tangkai tunggal yang melekat pada batang/cabang. Jumlah daun cukup
banyak sehingga tanaman tampak rimbun.
c. Bunga
Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk
bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun dengan mahkota
bunga berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan
sendiri (self pollinated crop), namun dapat juga terjadi secara silang,
dengan keberhasilan sekitar 56%.
d. Buah
Buah cabai rawit akan terbentuk stelah terjadi penyerbukan. Buah
memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa
buah. Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung
runcing/berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya
cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara 2-2,5 cm
dan lebar 5 mm. sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki
ukuran yang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm.
Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda berwarna hijau/putih
sedangkan buah yang telah masak berwarna merah menyala/merah

3
Aser Nerotouw
jingga (merah agak kuning) pada waktu masih muda, rasa buah cabai
rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.
e. Biji
Biji cabai rawit berwarna putih kekuningan-kuningan, berbentuk bulat
pipih, tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada
empulur. Ukuran biji cabai rawit lebih kecil dibandingkan dengan biji
cabai besar. Biji-biji ini dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman
(perkembangbiakan).
f. Akar
Perakaran cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh lurus ke
pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping.
Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman hanya dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous (mudah
menyerap air) dan subur.

2.2 Klarifikasi / Sistemarika


Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan erpembuluh)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (biji berada dalam buah dan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo (bangsa) : Corolliforea / Solanales
Famili (suku) : Solanaceae ( suku terung-terungan )
Genus (marga) : Capsium
Spesies : Capsium frustescens L.

2.2 Jenis-Jenis Cabe Rawit


a. CABE RAWIT CENGEK, cabai jenis ini buahnya agak panjang dan
bentuknya langsing. Untuk panjangnya sekitar 4-6 cm dengan diameternya
0,5-1 cm. Ketika masih muda cabai rawit ini berwarna putih dan apabila
sudah matang akan berubah menjadi merah kekuning-kuningan. Untuk
rasanya sangat pedas.

4
Aser Nerotouw
b. CABE RAWIT JEMPRIT, untuk buahnya berbentuk kecil dan pendek,
memiliki panjang sekitar 1-2 cm dengan diameternya 0,5-1 cm. Warnanya
hijau, setelah masak akan menjadi warna merah tua. Biasanya disantap saat
buah tersebut masih berwarna hijau, rasanya tidak begitu pedas. Cabai rawit
jenis ini sering kita makan dengan gorengan, misal tahu goreng, bakwan
goreng dan yang lainnya.
c. CABE RAWIT CEPLIK, untuk buahnya sedikit lebih pendek dari cabai
rawit cengek, namun cabai ini lebih gemuk dengan diameternya 1-1,5 cm.
Jika masih muda cabai ini berwarna hijau dan apabila sudah masak menjadi
merah. Untuk rasanya jangan ditanya lagi, ini yang paling pedas dan juga
menyengat. Cabai jenis ini biasa untuk campuran masakan acar, ikan bumbu
kuning dan lainnya.

2.3. Keuntungan Budidaya Cabe Rawit


Saat ini cabe menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak
dibutuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Setiap
harinya permintaan akan cabe, semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Sehingga budidaya sayur
ini menjadi peluang usaha yg masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk
pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor. Cabe
bukan merupakan tanaman asli Indonesia , walaupun hampir setiap hari
penduduk Indonesia makan dengan cabe. Cabe berasal dari Meksiko, Peru dan
Bolivia , tetapi sekarang sudah tersebar diseluruh dunia. Cabe merupakan
komoditas pertanian yang merakyat seperti halnya bawang merah karena
dibutuhkan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Sehingga tidak
mengherankan bila volume peredarannya di pasaran sangat besar. Walaupun
volumenya sangat besar dan dibutuhkan oleh semua kalangan, tetapi sampai
sekarang harga cabai tidak pernah mantap (fluktuatif).
Di beberapa daerah sentra produksi, harga berubah hampir setiap waktu,
tergantung jumlah barang dan permintaan. Bila barang tidak ada karena iklim
yang tidak mendukung , maka harga cabai akan melonjak tinggi. Sebaliknya
bila barang sedang membanjir harga bisa turun drastis. Penurunan harga yang
sangat tajam juga terjadi bila cuaca mendung dan kondisi lembab karena mutu
cabe menurun dan cabe tidak tahan lama disimpan.

5
Aser Nerotouw
Tanaman yg berasal dari daerah tropis di benua Amerika ini, sekarang
banyak dibudidayakan di Indonesia. peluang usaha cabe yang cukup
menguntungkan, menarik minat para petani di daerah dataran tinggi, dataran
rendah, hingga daerah pesisir pantai untuk membudidayakan sayuran ini. Jenis
cabe juga cukup bervariasi, beberapa jenis dibedakan berdasarkan ukuran,
bentuk, rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia sendiri jenis cabe yang
banyak dibudidayakan antara lain cabe keriting, cabe besar, cabe rawit, dan
cabe paprika. Sebab menyesuaikan permintaan konsumen, yg banyak
menggunakan jenis cabe tersebut sebagai penyedap masakan. Selain dijadikan
sebagai bahan penyedap makanan, cabe juga bisa dimanfaatkan menjadi
berbagai macam produk olahan seperti saos cabe, sambel cabe, pasta cabe,
bubuk cabe, cabe kering, dan bumbu instant. Bahkan produk-produk tersebut
sudah berhasil di ekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Brunei
Darussalam dan India.

2.4. Cara Bercocok Tanam Cabe Rawit


Pertumbuhan tanaman cabai rawit yang baik dan hasil produksinya tinggi
merupakan dambaan dan harapan kita semua . untuk mencapai tahapan tersebut
kita harus melakukan kegiatan bercocok tanam cabai rawit yang menggunakan
tahapan – tahapan sebagai berikut:
1. Pengolahan Tanah
Dapat dilakukan membajak atau mencangkul sedalam 25 – 30 cm hingga
tanah menjadi gembur . setelah itu biarkan 7 – 14 hari untuk mendapatkan
sinar matahari.
a. Pembuatan Bendeng
 lebar bedeng 100 – 120 cm
 tinggi bedeng 20 – 30 cm
 jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 30 – 45 cm .
b. Syarat pupuk kandang yang baik
 Tidak berbau
 Tidak panas
 Berwarna kehitam hitaman , dan
 Benar – benar sudah matang
c. Jarak Tanaman Cabai Rawit
 50 x 100 cm

6
Aser Nerotouw
 60 x 70 cm
 50 x 90 cm
d. Cara Pembuatan Jarak Tanaman
 Pasang tali kenca ( pelurus ) sejajar dengan panjang bedeng , kira
– kira 10 cm dari tepi bedeng
 Ukur jarak tanaman yang diinginkan pada sepanjang tali kencana
tersebut
 Buat lubang tanaman sesuai dengan jarak tanaman tersebut ,
kemudian beri pupuk besar

2. Pesemaian
Pesemaian merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit tanaman atau
calon tanaman yang baik . adapun tahapan pesemaian adalah sebagai
berikut :
a. Membuat bedeng atau tempat persemaian.
Ukuran bedeng persemaian sebagai berikut :
 Lebar bedeng 1 – 1,2 m
 Panjang bedeng 3 – 5 m
 Tingi bedeng 15 – 20 cm
b. Penyemaian Benih
Kebutuhan benih untuk satu hektar berkisar antar 300 – 500 benih .
sebelum benih disemai atau ditabur , tempat pesemaian disiram
merata. beberapa cara menyemai benih cabai rawit sebagai berikut :

 semai bebas atau ditabur merata


 semai dalam baris
 semai berkelompok
3. Penanaman
Bibit tanaman cabai rawit yang telah berumur 1 bulan segera ditanam .
penanaman sebaiknya pada sore hari agar tanaman tidak layu.
a. Ciri – ciri bibit yang siap tanam adalah sebagai berikut :
 telah berumur satu bulan
 tidak terserang hama dan penyakit
 pertumbuhan tanaman seragam
b. Cara Penanaman

7
Aser Nerotouw
 siram bibit yang akan ditanam
 pilih bibit yangakan ditanam
 lepaskan bumbung atau pelastik dari bibit
 padatkan tanah disekeliling tanaman bibit yang telah dimasukan
kelubang agar tidak rebah
4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari atau di sesuaikan dengan keadaan
tanah.

b. Penyiangan
Rumput liar yang tumbuh disekita tanaman harus dicabit atau di
siang dengan kored atau sabit.
c. Pemupukan
Jumlah pupuk yang dibutuhkan dalam satu hektar adalah:
 urea = 200 kg
 TSP = 200 kg
 KCI = 150 kg
d. Hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman cabai rwit adalah sebagai
berikut :
 tungau marah
 kutu daun berwarna kuning
 kutu gurem atau thrips
Tanda – tanda tanaman terserang diantaranya :
 tanaman berwarna seperti perak
 tanaman tampak pucat
 daun menjadi layu
Pengendalian.
 cabut tanaman yang terserang berat
 kumpulkan bagian tanaman yang terserang ,lalu dibakar

8
Aser Nerotouw
2.5. Proses Pemanenan Cabe Rawit
Panen merupakan kegiatan yang dinanti – nanti untuk menikmati jerih
payah selama penanaman , produksi cabai rawit hampir sama dengan cabai
besar , hanya saja umur cabai rawit lebih lama yaitu 2 – 3 tahun , sehingga
produksi cabai rawit lebih tinggi dari pada cabai besar . Cabai rawit dapat
dipanen hijau ( muda ) dan dipanen merah atau sudah masak . bila cabai rawit
di panen hijau, cabai kelihatan bernas dan berisi. Pemanenan cabai rawit dapat
dilakukan 4 – 7 hari sekali atau tergantung pada situasi harga pasaran .

9
Aser Nerotouw
BAB III
ASPEK PRODUKSI

3.1. Gambaran dari Produk


Cabai rawit (Capsicum sp.) merupakan tanaman hortikultura sayur–
sayuran buah semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan oleh seluruh
lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan dan penghangat badan.
Kebutuhan terhadap mata dagangan ini semakin meningkat sejalan dengan
makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini.
Selain itu, cabai rawit sebagai rempah-rempah merupakan salah satu mata
dagangan yang dapat mendatangkan keuntungan bagi petani dan pengusaha.
Karena selain dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga
termasuk mata dagangan yang mempunyai peluang pemasaran ekspor non
migas yang sangat baik.

3.2. Kecocokan Lokasi


Pada umumnya tanaman cabai rawit dapat ditanam di daerah dataran
tinggi maupun di dataran rendah, yaitu lebih dari 500 – 1200 m di atas
permukaan laut, yang terdapat di seluruh Indonesia terutama di Pulau Jawa.
Meskipun luasan lahan yang cocok untuk cabe masih sangat luas, tetapi
penanaman cabai di dataran tinggi masih sangat terbatas. Pengembangan
tanaman cabai rawit, lebih diarahkan ke areal pengembangan dengan ketinggian
sedikit di bawah 800 m di atas permukaan laut. Terutama pada lokasi yang air
irigasinya sangat terjamin sepanjang tahun. Di Indonesia, menurut catatan
terakhir tersedia lahan yang cocok untuk tanaman cabai seluas 7.570.600 ha.
Dari jumlah tersebut yang telah dimanfaatkan 162.283 ha (1991), dan sampai
akhir 1995 menjadi 173.161 ha, meningkat sebesar 12,5%. Peningkatan luas
tanam ini tidak diikuti oleh peningkatan luas panen, sehingga jika diukur dari
rata-rata luas panen cabai selama kurun 1991 sampai 1995, maka dari total luas
lahan yang cocok untuk cabai, baru teroleh sebanyak 167.722 ha atau hanya
sekitar 0,45% (Tabel 4).

3.3. Pola Tanam


Budidaya atau usaha tani tanaman cabai rawit selama ini dilakukan secara
monokultur dan pola rotasi tanaman. Pada pola rotasi tanaman. Pada pola rotasi

10
Aser Nerotouw
tanaman maka pola yang lazim dianut para petani adalah dengan melakukan
pergiliran tanaman pola 1 : 2 yaitu satu kali tanaman cabai rawit dan 2 – 3 kali
tanaman palawija/sayuran lainnya yang tidak sama family tanamannya dengan
cabai rawit. Untuk model kelayakan ini digunakan monokultur cabai merah
sepanjang tahun, dengan masa lahan kosong selama 1 bulan di antara siklus
tanam.

3.4. Aspek Teknik Budidaya


Keberhasilan usaha produksi cabai rawit sangat ditentukan oleh aspek
taknis budidaya di lapangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dengan baik
dalam pelaksanaan teknis budidaya tanaman cabai merah adalah sebagai
berikut:
a. Pemakaian benih cabai rawit yang unggul yang tidak terkontaminasi
virus.
b. Ketersediaan air yang cukup sepanjang periode tanam/sepanjang tahun.
c. Pola tanaman yang baik dan sesuai dengan iklim.
d. Pengolahan tanah yang disesuaikan dengan kemiringan lereng dan arah
lereng.
e. Pemberantasan hama dan penyakit tanaman cabai merah dilaksanakan
secara teratur
f. sesuai dengan kondisi serangan hama dan penyakit
g. Cara panen serta penanganan pasca panen cabai merah yang baik dan
benar.
Keberhasilan produksi cabai rawit sangat dipengaruhi oleh dan ditentukan
oleh kualitas benih yang digunakan. Sifat unggul tersebut dicerminkan dari
tingginya produksi. Ketahanan terhadap hama dan penyakit serta tingkat
adaptasi tinggi terhadap perubahan iklim. Musim tanam di daratan tinggi
dilakukan antara bulan April – Mei untuk periode tanam pertama dan antara
bulan September – Oktober untuk periode tanam ke dua. Tanah yang baik untuk
pertanaman cabai rawit yaitu lahan yang tanahnya berstruktur remah atau
gembur, subur dan kaya akan bahan organik, pH tanah antara 6.0 dan 7,0. Oleh
karena itu pengolahan tanah yang baik dengan menggunakan traktor atau
menggunakan cangkul, harus mencapai kedalaman olah Aspek Produksi

11
Aser Nerotouw
3.5. Luas Model dan Beban Biaya
Uraian mengenai unit luasan kebun dan biaya-biaya dalam usaha tani
cabai merah ini ditentukan berdasarkan asumsi-asumsi kemampuan seorang
petani dalam menangani budidaya tanaman cabai merah hibrida (hot beauty).
Unit luasan lahan kebun untuk usaha tani cabai merah tersebut ditetapkan satu
hektar. Bilamana diasumsikan bahwa petani rata-rata saat ini memiliki lahan
seluas 0,5 ha, maka perlu menyewa 0,5 hektar lagi. Beban biaya yang
diperlukan pada periode awal untuk usaha tani cabai merah seluas satu hektar
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Biaya Proyek per 1 Ha
No Komponen Biaya Produksi Rupiah
1 Biaya Pra Investasi 20.000
2. Biaya Investasi 5.500.000
3. Biaya Investasi modal Kerja 15.099.000
Total Biaya Proyek 20.619.000

Modal sendiri yang diasumsikan harus dimiliki petani adalah Rp.


619.000,-, sehingga besarnya permohonan pembiayaan untuk modal usaha
(investasi dan modal kerja) adalah sebesar Rp. 21.019.000,-, di mana Rp.
400.000 diantaranya untuk keperluan pembayaran premi asuransi.

3.6. Prasarana dan Sarana yang Diperlukan


Prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam usaha tani cabai rawit
mencakup dua hal pokok yaitu:
a. Investasi yang berupa tanah, peralatan dan administrasi.
b. Alat dan Bahan produksi kerja termasuk di dalamnya bibit, mulsa plastik,
pupuk, pestisida, tenaga kerja, gaji pengelola, transportasi dan traktor

3.7. Program Pendampingan


Organisasi dan manajemen usaha tani cabai rawit dalam pola kemitraan
ini terdiri dari unsur-unsur proyek sebagai berikut:
a. Petani cabai merah sebagai anggota suatu KUD
Dalam hal ini kedudukan petani cabai rawit sudah jelas sebagai anggota
organisasi suatu Koperasi Unit Desa (KUD) dengan hak dan kewajiban yang
jelas, serta dapat memanfaatkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas

12
Aser Nerotouw
permodalan berupa pembiayaan perbankan (dengan dana yang berasal dari
KLBI dan yang non KLBI) non perbankan.
b. Petani cabai rawit sebagai anggota Kelompok Usaha Bersama Agribisnis
(KUBA). Kelompok usaha bersama agribisnis cabai merah memiliki
organisasi dan manajemen yang sederhana, tentunya ada anggota dan ketua
kelompoknya, kelompok ini bisa dibawah KUD bisa juga di luar
keanggotaan KUD.
c. Perusahaan Besar
Baik yang bergerak di hulu dan di hilir KUD dan para anggotanya, yang
memasok kebutuhan produksi maupun sebagai pengolah/distributor lebih
lanjut cabai merah yang dihasilkan para petani produsen cabai merah. Dalam
rangka keterkaitan usaha (Modal Kelayakan PKT), maka umumnya para
pengusaha swasta besar (baik yang diposisikan di hulu maupun yang di hilir
atau yang berfungsi ganda) menyediakan program pendampingan. Program
tersebut di mulai dari proses seleksi, pemberian informasi dan melaksanakan
penyuluhan sehingga pelaksanaan budidaya cabai merah s/d pemasaran yang
dilaksanakan para petani produsen, dapat terlaksana secara baik dan benar.

3.8. Titik – Titik Rawan Dalam Aspek Produksi


Ketidakberhasilan dalam memproduksikan cabai rawit mencakup sebab-
sebab sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan pertani untuk mengikuti program perbaikan budidaya
tanaman cabai yang dirumuskan oleh MK PKT ini.
b. Serangan hama dan penyakit, kekeringan dan banjir yang sulit diatasi.
c. Pasar tidak mampu menyerap hasil panen sehingga harga jauh lebih rendah
dari rencana serta pembayaran yang tidak lancar.
Semua faktor di atas dapat merupakan penyebab rawannya kesinambungan
proses produksi tanaman cabai.

13
Aser Nerotouw
BAB IV
METODE PENELITIAN

Dalam metode ini saya menggunakan metode untuk terjun langsung


kelapangan dan mengikuti tahap demi tahap dari setiap penanaman cabe rawit. Serta
melakukan wawancara dengan narasumber yang berprofesi sebagai petani cabe rawit.
Penelitian ini bertempat tinggal di desa Sukorejo kecamatan Banyuputih RT 02 RW
06 kabupaten Situbondo. Dengan nara sumber Bapak Badrie ( profile narasumber
sebagaimana terlampir).
Bapak Badrie ini menggeleti usaha sebagai petani cabe rawit kurang lebih 15
tahun sejak tahun 1996 – sekarang. Dan mempunyai 8 ( delapan ) kapling dengan
ukuran perkapling 20 X 20 m. Dengan jumlah tenaga kerja kurang lebh 10 orang
dengan tugas yang berbeda diantaranya adalah 2 orang bertugas dalam pengairan, 3
orang bertugas dalam pembenihan 5 orang bertugas sebagai pemanenan.
Pemasaran dalam pembudidayaan cabe rawit ini Bapak Badrie terkumpul
dalam himpunan petani cabe rawit sekecamatn banyuputih. Yaitu suatu kelompok
tani yang khusus untuk membudidayakan tanaman cabe rawit. Yang didalamnya ada
struktur kepengurusan yang terdiri dari ketua, sekeratrasis, bendahara dan kemudian
diikuti beberapa anggota dari berbagai desa sekecamatan Banyuputih. Kelompok ini
juga menampung hasil panen dari setiap anggota untuk dipasok kembali ke produsen
besar diluar kota untuk di distribusikan kembali kemasyarakat luas. Sehingga setiap
anggota tidak perlu mencari sendiri pembeli dari hasil panennya. Cukup menyetorkan
kepada kelompok tani tersebut.

14
Aser Nerotouw
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan dan Saran


Dalam mengembangkan dan pembudidayaan cabe rawit tidak hanya sekedar
menanam sesuai dengan keadaan yang ada. Karena kita harus mempertimbangkan
dan bisa mengetahui hal – hal yang munkin terjadi dalam proses pengembangan
budidaya cabe rawit tersebut. Baik dalam hal biaya maupun kemampuan dalam
mengolah cabe rawit tersebut. Karena hal – hal yang awalnya dianggap remeh dan
dirasa tidak penting justru itu yang akan berdampak besar kedepannya. Maka dari itu
saran saya bagi yang ingin bergerak dalam bidang ini harus mempertimbangkan betul
hal positif dan negatifnya baik dari segi keuangan maupun kemampuan dan
keterampilan dalam mengolah tanaman ini. Dan juga tidak lupa untuk meninjau
prospek pemasarannya maksudnya ketika setelah dipanen mau di suplai kemana hasil
cabe rawit. Agar tidak terjadi penimbunan yang tidak berguna yang akhirnya akan
membusuk dan ujung- ujungnya kerugian yang akan kita dapat.

15
Aser Nerotouw
DAFTAR PUSTAKA

http://ihsanland.blogspot.com/2012/05/makalah-agrobisnis-cabe-rawit.html

http://www.scribd.com/doc/75101107/BUDIDAYA-CABAI-RAWIT#scribd

http://dindaqoernia.blogspot.com/2013/08/makalah-cabe-rawit.html

16
Aser Nerotouw

Anda mungkin juga menyukai