Anda di halaman 1dari 68

ANALISIS SUASANA TOKO (Store Atmosphere), VARIASI PRODUK DAN

KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN


DI CAFE OFFICE COFFEE BANJARMASIN

PROPOSAL SKRIPSI

Program Studi Agribisnis

Oleh :
Aulia Rahmawati
NPM. 18.42.0067

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2024
ANALISIS SUASANA TOKO (Store Atmosphere), VARIASI PRODUK DAN
KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN
DI CAFE OFFICE COFFEE BANJARMASIN

PROPOSAL SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana S-1


Program Studi Agribisnis

Oleh :
Aulia Rahmawati
NPM. 18.42.0067

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2024
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Store Atmosphere Dan Variasi Produk, Kualitas


Produk Terhadap Loyalitas Konsumen di Cafe Office Coffee
Banjarrmasin
Nama : Aulia Rahmawati
NPM : 18.42.0067
Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh :
Dr. Ir. Ilhamiyah, MM.

Pembimbing I
Fuzi Maulana Ashari, S.Pt., M.P

Pembimbing II

Penguji I

Penguji II

Diketahui Oleh :

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Aam Gunawan, MP., IPU Fuzi Maulana Ash’ari, S.Pt., MP
NIP.19670415 199403 1 003 NIK.061 1911 1177
Tangga Ujian:

i
ii
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Aulia Rahmawati
NPM : 18.42.0067

Program Studi : Agribisnis

Skripsi Berjudul : Analisis Suasana Toko (Store Atmosphere), Variasi Produk


dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen di Cafe
Office Coffee Banjarmasin

Dengan ini menyatakan:

Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya saya sendiri dan tidak

menjiplak karya orang lain, selain nama-nama yang tercantum isi dan tertulis di

daftar pustaka dalam skripsi ini.

Apabila dikemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis terbukti hasil plagiat

maka saya akan bersedia menanggung segala risiko yang akan saya terima.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran dan tidak ada

paksaan dari pihak manapun.

Banjarmasin, 10 Januari 2024

Yang Menyatakan,

Aulia Rahmawati
18.42.0067

ii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Aulia Rahmawati, lahir di Marabahan Kecamatan

Marabahan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan pada Tanggal 24

November 1999. Penulis merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dari

pasangan suami istri Bapak Sugeng dan Ibu Norbaiti. Penulis sekarang bertempat

tinggal di Handil Bakti Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 2 MARABAHAN lulus

pada Tahun 2012, dan melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 MARABAHAN

lulus pada Tahun 2015, setelah itu melanjutkan pendidikan ke SMAN 1

MARABAHAN dan lulus pada Tahun 2018, kemudian melanjutkan ke jenjang

perkuliahan pada Tahun 2018 di Universitas Islam Kalimantan Muhammad

Arsyad Al Banjari Banjarmasin, pada Fakultas Pertanian Program Studi

Agribisnis. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti program Kampus Merdeka

yaitu magang selama 6 bulan di Balai Besar Pertanian (BBPP) Binuang.

Penulis akan melaksanakan penelitian skripsi dari Bulan November sampai

dengan Februari 2024, di Kecamatan Banjarmasin Tengah dengan judul Analisis

Store Atmosphere dan Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen di

Office Coffe Banjarmasin Kalimantan Selatan.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayah–Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan skripsi ini yang berjudul “Analisis Suasana Toko (Store Atmosphere),

Variasi Produk dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen di Cafe Office

Coffee Banjarmasin”. Laporan skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi

persyaratan dalam menyelesaikan program S-1 Agribisnis.

Keberhasilan dan kelancaran dalam penulisan laporan skripsi ini juga tidak

terlepas dari peran serta bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.

2. Ibu selaku Pembimbing I Dr. Ir. Ilhamiyah, MM.

3. Bapak selaku Pembimbing II Fuzi Maulana Ashari, S.Pt., M.P

Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan segala kekurangan yang ada. Akhir kata penulis berharap

semoga laporan skripsi ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak yang

berkepentingan.

Banjarmasin, 9 Januari 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i

PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT........................................ii

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

I. PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................4
1.3. Manfaat Penelitian...................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................5

2.1. Store Atmosphere....................................................................................5


2.2. Variasi Produk.........................................................................................9
2.3. Kualitas Produk.....................................................................................12
2.4. Loyalitas Konsumen..............................................................................16
2.5. Hasil Penelitian Sebelumnya.................................................................27

METODE PENELITIAN....................................................................................32

3.1. Tempat Waktu Penelitian......................................................................32


3.2. Jenis dan Sumber Data..........................................................................32
3.2. Populasi dan Sampel..............................................................................33
3.3. Teknik Pengumpulan Data....................................................................34
3.4. Analisis Data..........................................................................................35
3.5. Definisi Operasional Variabel...............................................................39

iv
\

3.5.1. Variabel Loyalitas Konsumen (Y)...............................................39


3.5.2. Variabel Store Atmoshpere (X1).................................................40
3.5.3. Variabel Variasi Produk (X2)......................................................42
3.5.4. Variabel Kualitas Produk (X3)....................................................42

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................46

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


1. Data Produksi Kopi di Indonesia (BPS, 2018-2021)..........................................1
2. Tabulasi Interprestasi.........................................................................................35

vii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budaya minum kopi di Indonesia saat ini tidak hanya dimiliki para orangtua

saja, tetapi sudah menjadi keseharian bagi anak-anak muda di Indonesia dan akrab

dilakukan sebagai teman obrolan pelepas penat dari padatnya rutinitas mereka.

Konon, kopi dianggap dapat menyegarkan tubuh para penikmatnya dan juga

menghilangkan letih dan rasa kantuk guna menyeimbangi padatnya rutinitas dan

banyaknya tugas. Budaya ini pun membuat industri kopi di Indonesia semakin

meningkat selain memiliki nilai komersil yang tinggi, bahkan saat ini komoditas

perkebunan kopi di Indonesia turut serta menjadi penghasil devisa bagi negara.

Tabel 1. Data Produksi Kopi di Indonesia (BPS, 2018-2021)


Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
2018 1.241,5 722,5 0,58
2019 1.258,0 761,1 0,60
2020 1.242,8 753,9 0,61
2021 1.258,8 774,6 0.61
2022 1.285,8 794,8 0,62

Menurut Badan Pusat Statistik (2019-2023), produksi kopi Indonesia

mencapai 794,8 ribu ton pada 2022, meningkat sekitar 1,1% dibanding tahun

sebelumnya sebesar 786,2 ribu ton. Volume produksi kopi nasional juga konsisten

meningkat tiap tahun sejak 2020. Pada 2022 Sumatera Selatan menjadi provinsi

penghasil kopi terbesar, yakni 212,4 ribu ton atau 26,72% dari total produksi kopi

nasional. Selanjutnya ada Lampung dengan produksi kopi 124,5 ribu ton, Sumatra

Utara 87 ribu ton, dan Aceh 75,3 ribu ton. Kepulauan Bangka Belitung,

Gorontalo, dan Papua Barat menjadi provinsi dengan produksi kopi paling sedikit,

yaitu hanya 0,1 ton atau 100 kilogram (kg).

1
2

Data diatas membuat industri kedai kopi (coffee shop) pun meningkat.

Kedai kopi merupakan tempat yang menyediakan minuman kopi dan teh yang

kemudian disajikan dengan cepat. Tetapi, seiring dengan kebutuhan konsumen

yang kompleks dan budaya ngopi yang mengalami perubahan membuat kedai

kopi tak hanya memberikan aktivitas konsumtif konsumennya tetapi dituntut juga

untuk memberikan pelayanan lebih agar dapat digunakan untuk mengisi waktu

luang, diskusi, rapat kerja dan lain lain. Perilaku konsumtif ini pun membuat

kedai kopi berkembang melakukan inovasi konsep yang lebih modern agar dapat

mempertahankan pelanggannya dan tetap dapat bertahan di dalam persaingan.

Selain itu, kedai kopi juga harus fokus terhadap konsumen dengan terus

meningkatkan kualitas menu, pelayanan dan harga agar dapat unggul dalam

persaingan.

Cafe Office Coffee merupakan kedai kopi modern dengan cita rasa khas

Indonesia, mulai dari biji kopi yang diambil dari petani kopi di Indonesia,

peralatan dan metode yang digunakan pun merupakan metode modern. Konsep

kedai dengan gaya modern merupakan salah satu keunikan yang ditawarkan kedai

kopi ini, didesain industrial dengan berbagai macam peralatan seduh digital yang

menambah kesan modern pada kedai kopi ini.

Cafe Office Coffee adalah salah satu kedai kopi yang masih bertahan di

Banjarmasin dan Banjarbaru yang mampu bersaing diantara sekian banyak kedai

kopi atau coffeshop lainnya. Hal tersebut tidak terlepas dari peran pelanggan setia

Cafe Office Coffee yang mengonsumsi produk yang ditawarkan. Cafe Office

Coffee di Banjarmasin memiliki konsep dengan gaya modern, yang menjadikan


3

salah satu keunikan yang ditawarkan kedai kopi ini. Hal tersebut merupakan salah

satu daya tarik dari sisi store atmosphere

Menurut Angger dan Nurafni, (2015) Store atmosphere berpengaruh secara

signifikan terhadap minat pembelian ulang, dengan demikian store atmosphere

mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi

pembelian secara berulang. Selain faktor store atmosphere, faktor yang dianggap

dapat mempengaruhi loyalitas konsumen adalah variasi produk dan kualitas

produk. Variasi produk merupakan kumpulan seluruh produk dan barang yang

ditawarkan penjual kepada pembeli (Kotler 2017). Sedangkan kualitas produk

adalah suatu bentuk barang atau jasa yang diukur dalam ketingkatan standar mutu

keandalan, keistimewaan standaran, kadar, rasa, serta fungsi kinerja dari produk

tersebut yang dapat memenuhi ekspansi pelanggan, sehingga adanya kualitas yang

baik akan membuat para pelanggan merasa puas dengan barang atau jasa tersebut.

Terkait dengan hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian dan

diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan edukasi mengenai Analisis

Suasana Toko (Store Atmosphere), Variasi Produk dan Kualitas Produk Terhadap

Loyalitas Konsumen Pada Cafe Office Coffee Di Banjarmasin.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti memiliki rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah Suasana Toko (Store Atmosphere) berpengaruh terhadap Loyalitas

Konsumen Cafe Office Coffee di Banjarmasin?


4

2. Apakah variasi produk berpengaruh terhadap Loyalitas Konsumen Cafe

Office Coffee di Banjarmasin?

3. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap Loyalitas Konsumen Cafe

Office Coffee di Banjarmasin?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh Suasana Toko (Store Athmosphere) terhadap

Loyalitas Konsumen Cafe Office Coffee di Banjarmasin.

2. Untuk menganalisis pengaruh variasi produk terhadap Loyalitas Konsumen

Cafe Office Coffee di Banjarmasin.

3. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap Loyalitas Konsumen

Cafe Office Coffee di Banjarmasin.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diberikan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar sarjana S1 pada

program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan

Muhammad Arsyad Al Banjari.

2. Bagi pengusaha, sebagai sumbangan pemikiran atau masukan kepada

pengusaha coffeshop di Banjarmasin

3. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Store Atmosphere

Adanya perubahan budaya harus dimanfaatkan produsen untuk sebanyak-

banyaknya meraup profit seperti dengan adanya konsep-konsep kreatif dalam

layanan maupun susunan layout yang dapat memberikan rasa nyaman sehingga

konsumen merasa senang. Menurut Meldarianda (2018) store atmosphere

mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan atau mempengaruhi

pembelian. Perasaan emosional akan menimbulkan perasaan senang dan perasaan

ingin yang besar setelahnya.

Menurut Agusta (2013), store atmosphere meliputi:

1. Exterior (bagian luar toko) Karakteristik eksterior mempunyai pengaruh

yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan dengan

sebaik mungkin. Kombinasi dari eksterior ini dapat membuat bagian luar

toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol, dan mengundang orang

untuk masuk dalam toko, adapun elemen-elemennya adalah:

a. Storefont (bagian muka toko)

b. Marque (simbol)

c. Extrance (pintu)

d. Display window (tampilan jendela)

e. Height and size building (tinggi dan ukuran gedung)

f. Uniqueness (keunikan)

g. Surrounding area (lingkungan sekitar)

h. Parking (tempat parkir)

5
6

2. General Interior (bagian dalam toko) Yang paling utama yang dapat

membuat penjualan setelah pembeli berada di dalam toko adalah display.

Desain interior di dalam toko haruslah dirancang untuk memaksimalkan

visual merchandising. Display yang baik adalah display yang dapat menarik

perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati,

memeriksa, memilih barang, dan akhirnya melakukan pembelian. Ada

banyak hal yang mempengaruhi persepsi konsumen pada toko tersebut.

Menurut Berman dan Evans (2017). Elemen-elemen dalam interior meliputi:

a. Flooring (lantai)

b. Color and lightening (warna dan pencahayaan)

c. Scent and sound (aroma dan musik)

d. Fixture (penempatan)

e. Wall texture (teksture tembok)

f. Temperature (suhu udara)

g. Width of aisless (lebar gang)

h. Dead area (ruang mati)

i. Personel (pramusaji)

j. Service level (tingkat pelayanan)

k. Price (harga)

l. Cash refister (kasir)

m. Techonology modernization (teknologi)

n. Cleaness (kebersihan)
7

3. Store Layout (tata letak toko) Pengelola harus mempunyai rencana dalam

penentuan lokasi dan fasilitas toko. Pengelola toko juga harus

memanfaatkan ruangan toko yang seefektif mungkin, hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam perancangannya meliputi:

a. Allocation of floor space for selling, personal, and customer

1. Selling space (ruang penjualan)

2. Personel space (ruang pegawai)

3. Customer space (ruang pelanggan)

b. Traffic flow

1. Grid layout (pola lurus)

2. Loop/ racetrack layout (pola memutar)

3. Spine layout (pola berlawanan arah)

4. Free-flow layout (pola bebas)

4. Interior Point Of Purchase (POP) Display Mempunyai dua tujuan utama

dalam penataannya yaitu memberikan informasi kepada konsumen dan

menambah store atmosphere. Hal ini dapat meningkatkan penjualan dan

laba toko. Interior POP Display terdiri dari: 1) Theme setting display

(dekorasi sesuai tema) 2) Wall decoration (dekorasi ruangan)

Pan, Su & Chiang (2018), store atmosphere dikategorikan menjadi

lima kategori yang terdiri dari:

1. Eksterior yang meliputi papan nama dan tanda-tanda penunjuk di luar toko,

bentuk dan gaya bangunan, serta lingkungan sekitarnya.


8

2. Interior yang meliputi layout secara umum, pewarnaan, pencahayaan, musik

latar, bau ruangan dan temperatur.

3. Penempatan dan alokasi area pengunjung. Sebaiknya mengutamakan

pengunjungnya agar dapat dengan mudah mengakses dan bergerak di dalam

area.

4. Penataan pajangan yang meliputi alat-alat promosi, tanda-tanda penunjuk

dalam toko, logo, slogan, instruksi, label harga dan lain-lain.

5. Grup yang berinteraksi dalam toko, misalkan interaksi antara pelayan atau

sales dengan pengunjung termasuk karakteristik dan sikap dari grup tersebut

Menurut Meldarianda (2018) store atmosphere terdiri dari beberapa

elemen sebagai berikut :

1. Internal layout

Merupakan keadaan tata letak ruangan didalam toko yang meliputi

meja kasir, meja sekaligus kursi pengunjung, pendingin ruangan atau suhu

ruangan, tata letak lampu dan volume musik di sound. Keadaan internal

layout yang baik dan benar dapat membuat konsumen merasa nyaman dan

centerung tahan berlama-lama didalam toko yang efeknya dapat

menimbulkan perasaan ingin membeli selain itu pemilik toko pun bisa

mendapatkan perilaku konsumen yang diharapkan.

2. Exterior atau bagian luar

Bagian luar toko yang unik dapat menarik perhatian konsumen untuk

singgah dan menimbulkan minat pembelian. Selain bagian luar yang unik,

desain
9

yang menonjol pun dapat menjadi salah satu daya tarik konsumen untuk sebuah

toko.

3. General interior

Jumlah penjualan akan dipengaruhi dengan diambilnya keputusan

membeli oleh konsumen. Display yang bagus ialah ketika dapat

memberikan pilihan menu ketika konsumen berada didalam toko, oleh

karena itu suasana didalam toko harus dirancang sedemikian rupa seperti

dengan memaksimalkan visual marchendaiseing agar semakin dapat

memberikan pilihan terhadap konsumen mengenai tawaran menu yang

tersedia, Sehingga ketika konsumenmasuk kedalam toko , ada banyak hal

yang akan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap toko tersebut,

dalam hal ini kedai kopi Office Coffe Banjarmasin.

4. Interior (Point of Purchase) Display

Elemen ini harus membeikan pelaggan informasi dan memberikan

pelayanan informasi tentang promosi yang sedang disediakan toko dengan

targetnya adalah untuk menimbulkan minat beli ulang terhadap konsumen

sehingga dapat meningkatkan penjualan agar laba toko dapat terus

meningkat dengan pelayanan informasi yang tersedia.

2.2. Variasi Produk

Menurut Kotler dan Keller (2018) variasi produk (produck mix)

adalah kumpulan seluruh produk dan barang yang ditawarkan penjualan

tertentu kepada konsumen. Bauran produk atau variasi produk suatu

perusahaan dapat diklasifikasikan menurut lebar, panjang, kedalaman dan


9

konsistensi. Menurut Kotler (2018) variasi produk adalah sebagai bauran

produk yang disebut juga


10

dengan pilihan produk adalah kumpulan semua produk dan barang yang

ditawarkan dan dijual oleh penjual tertentu.

Sedangkan menurut (Indrasari, 2019) variasi produk adalah kondisi

yang tercipta dari ketersediaan barang dalam jumlah dan jenis yang sangat

variatif, sehingga menimbulkan banyaknya pilihan dalam proses belanja

konsumen. Berdasarkan kedua uraian diatas maka variasi produk adalah

keberagaman produk yang ditawarkan oleh perusahaan untuk terciptanya

ketersediaan barang yang bervariatif untuk menimbulkan pilihan produk

yang lebih bervariasi kepada konsumen sesuai dengan kebutuh pribadi

para konsumen

Menurut Ichsannudin & Purnomo (2021) variasi produk

memungkinkan konsumen mempunyai banyak alternatif pilihan. Tentu

harapannya ada banyak pilihan produk yang dianggap cocok, sesuai

dengan harapan dan keinginan konsumen. Kesesuaian inilah dapat

menimbulkan rasa senang dan meningkatkan keputusan pembelian, serta

diharapkan konsumen kembali lagi membeli atau merekomendasikan

kepada orang lain untuk membeli di tempat yang sama.

Menurut Indrasari (2019) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi variasi produk, antara lain :

5. Kelompok kebutuhan. Kebutuhan inti yang mendasari keberadaan suatu

kelompok produk.

6. Kelompok produk. Semua kelas produk yang dapat memenuhi kebutuhan

inti dengan cukup efektif


10

7. Kelas produk. Sekumpulan produk di dalam kelompok yang dianggap

memilikiikatan fungsional tertentu.


11

8. Lini produk. Sekumpulan produk dalam kelas produk yang saling terkait

erat,karena fungsinya yang sama atau karena dijual pada kelompok

konsumen yang ada atau karena dipasarkan melalui saluran distribusiyang

sama, atau karena berada dalam skala yang sama.

9. Tipe produk adalah barang atau hal yang berada dalam lini produkdan

memiliki bentuk tertentu dari sekian banyak kemungkinan bentuk.

10. Merek adalah nama yang dapat dihubungkan dengan suatu ataulebih barang

atau hal yang melihat dalam lini produk dan digunakanuntuk mengenal

sumber atau ciri barang/hal tersebut.

11. Jenis produk adalah sesuatu yang khusus di dalam suatu merek atau lini

produk yang dapat dibedakan dengan ukuran, harga, penampilan, atau

atribut yang lain

Menurut Groover (2018) mengatakan bahwa variasi produk dapat

diartikan sebagai produk yang memiliki desain atau jenis berbeda dan

diproduksi oleh perusahaan. Variasi produk merupakan yang membedakan

produk antara perusahaan dikategori produk yang sama. Menurut Kotler

dan Keller (2018) indikator variasi produk adalah sebagai berikut:

1. Ukuran didefinisikan sebagai bentuk, model dan struktur fisik dari suatu

prodok yang dilihat dengan nyata dan dapat diukur.

2. Harga adalah sejumlah uang yang mempunyai nilai tukar untuk memperoleh

keuntungan dari memiliki atau menggunkan sebuah produk atau jasa.

3. Tampilan adalah segala sesuatu yang ditampilkan oleh produk tersebut,

tampilan merupakan daya tarik produk yang dilihat secara langsung oleh
12

konsumen. Tampilan dalam sebuah kemasan produk dapat diartikan sebagai

sesuatu yang terlihat dengan mata dan bersifat menarik konsumen untuk

melakukan keputusan pembelian terhadap produk tersebut. Tampilan dalam

kemasan produk memiliki desain, kesesuaiann warna sehingga dapat

menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

4. Ketersedian produk yaitu banyaknya macam barang yang tersedia didalam

toko membuat para konsumen semakin tertarik untuk melakukan keputusan

pembelian dalam toko tersebut telah habis dirak maka dapat diisi lagi.

2.3. Kualitas Produk

Salah satu nilai utama yang diharapkan oleh pelanggan dari

produsen adalah kualitas produk yang tertinggi. Kualitas produk

merupakan bagaimana menggambarkan produk tersebut dapat

memberikan sesuatu yang dapat memuaskan konsumen. Kotler dan Keller

(2017) menyatakan bahwa kualitas produk adalah kemampuan suatu

produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, keandalan,

ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan serta atribut bernilai lainnya.

Seorang konsumen cenderung mencari produk dengan melihat kualitas

yang ditampakkan. Semakin tinggi kualitas yang ditawarkan perusahaan

atas produk maka minat konsumen terhadap produk akan besar. Karena

konsumen saat ini sangat kritis dalam memilih dan memilah produk yang

akan mereka beli. Mereka sangat detail dalam mencari informasi terhadap

produk yang diminatinya tersebut. Pada umumnya konsumen akan


12

mencari tahu kualitas produk dari teman atau keluarga karena mereka

lebih percaya kepada orang terdekatnya. Cara yang


13

biasa dilakukan adalah mencoba, merasakan tekstur, melihat bahan baku yang

dipakai dan atribut lain yang ada pada produk.

Kualitas produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh

setiap perusahaan jika ingin yang dihasilkan dapat bersaing di pasar untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kotler dan Armstrong

(2018) mendefinisikan kualitas produk adalah karakteristik suatu produk

atau jasa yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan

pelanggan. Menurut Assauri (2018), kualitas produk merupakan faktor-

faktor yang terdapat dalam suatu barang atau hasil yang menyebabkan

barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau hasil

itu dimaksudkan. Beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk dalam memenuhi

keinginan pelanggan. Keinginan pelanggan tersebut diantaranya keawetan

produk, keandalan produk, kemudahan pemakaian serta atribut bernilai

lainnya.

Menurut Kotler dan Armstrong (2018) kualitas produk (product

quality) adalah salah satu sarana positioning utama pemasar. Kualitas

mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa. Oleh karena

itu, kualitas erat hubungannya dengan nilai dan kepuasan pelanggan.

Dalam arti sempit, kualitas dapat didefinisikan sebagai bebas dari

kerusakan. Sementara itu menurut Purba (2019) apabila perusahaan ingin

mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan

harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen
13

untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk

pesaing.
14

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan kualitas produk

merupakan salah satu nilai utama yang sangat diharapkan oleh konsumen

dari pihak produsen untuk menciptakan kualitas produk atau jasa yang

memiliki nilai tinggi atau baik. Kualitas produk yang tinggi atau baik

dapat memberikan sesuatu yang dapat memuaskan konsumen. Kualitas

produk adalah hal penting yang harus di terapkan oleh setiap perusahaan

jika ingin bersaing dengan perusahaan lainnya untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen.

Menurut Assauri (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Suatu Produk Suatu produk yang dihasilkan hendaknya

memperhatikan fungsi untuk apa produk tersebut digunakan sehingga

produk yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut.

Oleh karena pemenuhan fungsi tersebut mempengaruhi keputusan

konsumen untuk membeli. Sedangkan tingkat keputusan tertinggi tidak

selamanya terpenuhi atau tercapai, maka tingkat kualitas suatu produk

tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi keputusan pengguna yang dapat

dicapai.

2. Wujud luar produk salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan

oleh konsumen dalam melihat produk pertama kalinya untuk menentukan

kualitas produk tersebut adalah wujud luar produk. Walaupun produk yang

dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju tetapi tidak bila wujud
14

luarnya kurang menarik akan sulit diterima, maka hal ini dapat

menyebabkan produk tersebut tidak disenangi konsumen.


15

3. Biaya produk tersebut umumnya biaya dan harga suatu produk akan dapat

menentukan kualitas produk tersebut. Hal ini terlihat dari produk yang

mempunyai biaya atau harga yang mahal menunjukkan bahwa kualitas

produk tersebut relatif lebih baik. Demikian sebaliknya produk yang

mempunyai harga yang murah dapat menunjukkan bahwa kualitas produk

tersebut relatif lebih murah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

merupakan elemen yang terpenting dari sebuah pemasaran dengan upaya

untuk memuaskan para konsumen atas keinginan dan kebutuhannya.

Sementara itu Harjuno (2018) menyatakan pada umumnya kualitas produk

memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor

tersebut ada dua hal, yaitu sebagai berikut:

1. Teknologi, faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk adalah mesin,

bahan baku dan perusahaan.

2. Sumber daya manusia, faktor kedua yang dapat mempengaruhi kualitas

produk adalah operator, mandor dan personal lain dari perusahaan.

Apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan

kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa

saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang

dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Kualitas mencerminkan

semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits)

bagi pelanggan. Menurut Sopiah dan Sangadji, (2016) kualitas produk

terdiri dari beberapa indikator, yaitu:


16

1. Performance (kinerja), merupakan elemen kualitas produk yang berkaitan

langsung dengan bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya

untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

2. Reliabilitas (keandalan), merupakan daya tahan produk selama dikonsumsi.

3. Feature (fitur), merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada

suatu produk.

4. Durability (daya tahan), menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus

produk, baik secara teknis maupun waktu.

5. Konsisten, menunjukkan seberapa jauh suatu produk dapat memenuhi

standar atau spesifikasi tertentu.

6. Desain, merupakan aspek emosional dalam memengaruhi kepuasan

konsumen sehingga desain kemasan ataupun bentuk produk akan turut

mempengaruhi persepsi kualitas produk tersebut.

2.4. Loyalitas Konsumen

Loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen untuk berbelanja

suatu produk tertentu Utami, (2016). Loyalitas konsumen adalah konsep

multidimensi yang merupakan jenis preferensi pelanggan produk dan jasa

yang terbentuk lama terkait dengan aspek kognitif, afektif dan konatif dari

perilaku konsumen Shijie & Lingfang, (2013). Konsumen yang loyal tetep

berkomitmen melakukan pembelian pada merek yang sama, bersedia

membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk merek produk atau jasa

dan selalu mempromosikan merek tersebut Natarajan & Sudha, (2016)


17

Oliver R.L menyatakan bahwa loyalitas konsumen sebagai

komitmen bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau

melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten

dimasa yang akan datang meskipun pengaruh situasi dan usaha – usaha

pemasaran mempunyai potensi menyebabkan perubahan perilaku Huriyati,

(2016).

Loyalitas diartikan sebagai pembelian ulang yang terus menerus pada merek

yang sama atau dengan kata lain adalah tindakan seseorang yang membeli suatu

merek dan memberikan perhatian hanya pada merek tertentu (Sondakh, 2014).

Griffin (2016) berpendapat bahwa seorang konsumen dikatakan setia atau loyal

apabila konsumen menunjukkan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat

suatu kondisi mewajibkan konsumen membeli paling sedikit dua kali dalam

selang waktu tertentu.

Faktor yang menentukan loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa

tertentu adalah pembelian berulang. Empat jenis loyalitas yang berbeda muncul

bila keterikatan rendah dan tinggi diklasifikasi silang dengan pola pembelian

ulang yang rendah dan tinggi. Griffin (2016) mengklasifikasikan loyalitas

kedalam empat jenis sebagai berikut :

1. Untuk beberapa alasan beberapa konsumen tidak mengembangkan loyalitas

terhadap suatu barang atau jasa tertentu. Keterikatan yang rendah

dikombinasikan dengan tingkat pembelian berulang yang rendah

menunjukkan tidak adanya loyalitas. Secara umum perusahaan harus


17

membidik pembeli jenis ini karena tidak akan pernah menjadi pelanggan

yang loyal dan hanya berkontribusi sedikit bagi perusahaan.


18

2. Loyalitas yang lemah, keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian

berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah. Pelanggan jenis

ini membeli suatu barang karena faktor kebiasaan. Pada jenis loyalitas ini

perusahaan dapat mengubah loyalitas lemah kedalam bentuk loyalitas yang

lebih tinngidengan aktif mendekati pelanggan dan meningkatkan

diferensiasi positif dibenak pelanggan mengenai produk perusahaan

dibandingkan dengan pesaingnya.

3. Loyalitas tersembunyi, pada jenis loyalitas ini tingkat keterikatan relatif

tinggi digabungkan dengan pembelian berulang yang rendah dapat

menunjukkan loyalitas tersembunyi. Bila konsumen memiliki loyalitas

tersembunyi maka yang mempengaruhi pembelian berulang bukan pengaruh

sikap melainkan pengaruh situasi.

4. Loyalitas premium merupakan loyalitas yang paling ditingkatkan., karena

keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang tinggi pula.

Jenis loyalitas ini merupakan jenis yang paling disukai untuk semua

konsumen disetiap perusahaan. Pada tingkat preferensi tersebut konsumen

dengan bangga membagi pengetahuan tentang produk atau jasa yang

digunakan kepada rekan atau keluarganya

Loyalitas menunjukkan perilaku dan sikap pelanggan pada

pembelian berulang serta menunjukkan preferensi untuk suatu produk atau

jasa tertentu dari waktu ke waktu (Bowen dan Shoemaker, 1998).

Loyalitas menunjukkan kecenderungan pelanggan untuk menggunakan


18

suatu merek tertentu dengan tingkat konsistensi yang tinggi Neria, (2012).

Loyalitas konsumen adalah


19

kesetiaan konsumen yang dipresentasikan dalam pembelian yang

konsisten terhadap produk atau jasa sepanjang waktu dan ada sikap yang

baik untuk merekomendasikan orang lain untuk membeli produk Harahap,

Soegoto, & Rutinsulu, (2014).

Berdasarkan pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan loyalitas

konsumen adalah sikap konsumen terhadap merek suatu produk atau jasa

yang tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten. Loyalitas

konsumen ini tidak terbentuk dalam waktu yang singkat terkait dengan

aspek kognitif, afektif dan konatif berdasarkan pengalaman dari pembelian

konsisten sepanjang waktu kemudian merekomendasikannya pada orang

lain untuk membeli produk.

Loyalitas konsumen terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Mardalis (2016) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

loyalitas konsumen yaitu :

1. Kepuasan pelanggan sebagai perasaan suka atau tidak suka seseorang

terhadap suatu produk setelah konsumen membandingkan prestasi produk

tersebut dengan harapannya Tjiptono, (2017). Loyalitas terjadi karena

adanya pengaruh kepuasan atau ketidakpuasan dengan produk kemudian

berakumulasi secara terus menerus disamping adanya persepsi tentang

kualitas produk Mardalis, (2016)

2. Kualitas jasa salah satu faktor penting yang membuat konsumen puas adalah

kualitas jasa Mardalis, (2016). Produsen hendaknya meningkatkan kualitas


19

jasa untuk mengembangkan loyalitas pelanggannya. Produk yang

berkualitas rendah akan menanggung resiko pelanggan menjadi beralih, jika


20

kualitas diperhatikan loyalitas pelanggan akan mudah diperoleh Mardalis, (2016).

3. Citra sebagai perangkat keyakinan,ide,kesan yang dimiliki seseorang

terhadap suatu objek Kottler dan Keller, (2018). Berdasarkan hasil

penelitian Mardalis (2016) menyimpulkan bahwa citra mempunyai dampak

langsung yang signifikan terhadap loyalitas konsumen dan ada pula yang

menyatakan dampak tak langsung namun melalui variabel lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasugian (2015) mengemukakan ada

lima faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen yaitu :

1. Nilai (harga dan kualitas) penggunaan suatu merek dalam waktu lama akan

mengarahkan pada loyalitas karena itu pihak perusahaan harus bertanggung

jawab untuk menjaga merek tersebut. Pengurangan standar kualitas dari

suatu merek akan mengecewakan konsumen bahkan konsumen yang paling

loyal sekalipun (Marconi, 2018).

2. Citra dari perusahaan dan merek diawali dengan kesadaran. Produk yang

memiliki citra yang baik akan dapat menimbulkan loyalitas konsumen

terhadap merek tersebut.

3. Kenyamanan dan kemudahan dalam mendapatkan merek.

4. Kepuasan yang dirasakan konsumen.

5. Pelayanan dan garansi serta jaminan yang diberikan oleh merek.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan faktor-

faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen adalah kepuasan, kualitas

jasa, citra, harga,


21

kenyamanan dan kemudahan dalam mendapatkan merek, pelayanan dan garansi

serta jaminan yang diberikan oleh merek.

Proses seorang calon konsumen menjadi konsumen yang loyal

terhadap produk atau jasa tertentu terbentuk melalui beberapa tahapan

menurut (Griffin, 2016) yaitu:

1. Terduga (suspects) meliputi semua orang yang mungkin akan membeli

barang atau jasa perusahaan, tetapi sama sekali belum mengenal perusahaan

dan produk atau jasa yang ditawarkan.

2. Prospek (prospects) yaitu orang-orang yang memiliki kebutuhan akan

produk atau jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membelinya,

meskipun belum melakukan pembelian, para prospek telah mengetahui

keberadaan perusahaan dan produk atau jasa yang ditawarkan karena telah

direkomendasikan oleh seseorang.

3. Prospek terdiskualifikasi (disqualified prospects) yaitu prospek yang telah

mengetahui keadaan produk atau jasa tertentu tetapi tidak mempunyai

kebutuhan akan produk atau jasa tersebut.

4. Konsumen awal (first time customer) yaitu pelanggan yang membeli untuk

pertama kalinya. Mereka masih menjadi pelanggan yang baru.

5. Konsumen berulang (repeat customer) yaitu konsumen yang telah membeli

produk yang sama sebanyak dua kali atau lebih atau membeli dua macam

produk yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula.

6. Klien membeli semua produk atau jasa yang ditawarkan dan dibutuhkan.

Mereka membeli secara teratur. Hubungan dengan jenis konsumen ini sudah
22

kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh

dengan produk pesaing.

7. Pendukung (advocates) yaitu konsumen yang membeli produk atau jasa

yang ditawarkan dan dibutuhkan, serta melakukan pembelian secar teratur.

Selain itu mereka mendorong teman-teman mereka agar membeli produk

atau jasa perusahaan atau merekomendasikan produk perusahaan tersebut

pada orang lain.

8. Mitra merupakan bentuk hubungan yang paling kuat antara pelanggan dan

perusahaan, berlangsung secara terus menerus karena kedua belah pihak

melihatnya sebagai sebuah hubungan yang saling menguntungkan

Menurut Mardalis (2016) loyalitas pelanggan terdiri dari empat

tahap yaitu :

1. Kognitif

Loyalitas kognitif menjadi dasar atas kepercayaan terhadap citra merek

tersedianya atribut informasi bagi para pelanggan yang menunjukan bahwa

suatu merek lebih baik daripada alternatif merek lainnya. Pelanggan yang

mempunyai loyalitas tahap pertama ini menggunakan informasi keunggulan

suatu produk atas produk lainnya. Loyalitas kognitif lebih didasarkan pada

karakteristik fungsional terutama biaya, manfaat dan kualitas. Jika ketiga

faktor tersebut tidak terpenuhi maka pelanggan akan mudah pindah ke

produk lain. Pelanggan yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya dapat

dihipotesiskan sebagai pelanggan yang paling rentan terhadap perpindahan

karena adanya rangsangan pemasaran dari produk lain Mardalis, (2016).


23

2. Afektif

Pada tahap ini loyalitas lebih sulit diubah karena loyalitas sudah masuk ke

dalam benak konsumen sebagai afek yang tidak mudah berubah. Afektif

didefinisikan sebagai beragam perasaan yang dialami oleh orang, dan dapat

dialami dalam bentuk emosi dan suasana hati Robbins, (2018). Munculnya

loyalitas ini didorong oleh faktor kepuasan yang menimbulkan kesukaan

dan menjadikan objek sebagai preferensi. Umumnya kepuasan konsumen

berkorelasi tinggi dengan niat membeli ulang di waktu mendatang. Namun

demikian masih tetap belum menjamin adanya loyalitas. Pada loyalitas

afektif kerentanan pelanggan lebih banyak terfokus pada tiga faktor yaitu

ketidakpuasan dengan merek yang ada, persuasi dari pesaing, dan upaya

mencoba produk lain Sondakh, (2014).

3. Konatif

Menurut Mardalis (2016) loyalitas konatif merupakan suatu loyalitas yang

mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Kata

“konatif” sendiri memiliki arti niat melakukan atau komitmen untuk

melakukan sesuatu. Komitmen melakukan menunjukkan suatu keinginan

untuk menjalankan tindakan. Keinginan untuk membeli ulang atau menjadi

loyal itu hanya merupakan tindakan yang terantisipasi tetapi belum

terlaksana.

4. Tindakan Tahap ini merupakan hasil pertemuan dua kondisi, yaitu kondisi

yang mengarah pada kesiapan bertindak dan keinginan untuk mengatasi

hambatan untuk mencapai tindakan tersebut. Loyalitas tindakan ini hanya


24

sedikit bahkan tidak sama sekali memberi peluang kepada pelanggan untuk

berpindah ke produk lain.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

tahapan loyalitas menurut Griffin (2016) adalah terduga, prospek, prospek

terdiskualifikasi, konsumen awal, konsumen berulang, klien, pendukung

dan mitra sedangkan menurut Mardalis (2016) tahapan loyalitas dibagi

menjadi kognitif, afektif, konatif dan tindakan.

Tjiptono (2018) mengemukakan bahwa pada hakikatnya loyalitas

dapat diibaratkan sebuah “perkawinan” antara perusahaan dengan

konsumen. Jalinan relasi ini akan berlangsung dnegan baik jika dilandasi

oleh prinsip – prinsip loyalitas sebagai berikut :

1. Kemitraan yang didasarkan pada etika dan integritas yang utuh.

2. Nilai tambah (kualitas, biaya, waktu siklus, teknologi, profitabilitas) dalam

kemitraan antara konsumen dengan pemasok.

3. Sikap saling percaya antara manajer dan karyawan serta perusahaan dengan

konsumen.

4. Keterbukaan antara konsumen dengan pemasok.

5. Pemberian bantuan secara aktif dan konkret.

6. Tindakan berdasarkan semua unsur antusiasme konsumen. Untuk berupa

fisik unsur-unsur tersebut meliputi kualitas, keandalan, ketersediaan,

karakteristik, dan keamanan ekspektasi masa depan. Operasional : layanan

sebelum penjualan, layanan sesudah penjualan, pengiriman dan reputasi.


25

7. Fokus pada faktor-faktor yang tidak terduga yang bisa menghasilkan

kesenangan konsumen (customer delight).

8. Kedekatan dengan konsumen internal dan eksternal.

9. Pembinaan relasi dengan konsumen pada tahap punabeli

10. Antisipasi kebutuhan dan harapan konsumen dimasa datang

Selain beberapa prinsip loyalitas yag dikemukakan diatas terdapat

lima prinsip loyalitas konsumen menurut Lawfer (2017) yaitu :

1. Membangun hubungan bisnis dengan konsumen merupakan hal yang

mutlak dilakukan oleh perusahaan. Konsumen yang merasa diperhatikan

akan menunjukkan sikap yang loyal.

2. Deferensiasi produk suatu merek dapat menuntun konsumen untuk

membedakan produk yang satu dengan produk pesaingnya.

3. Nilai adalah persepsi yang dimiliki konsumen ketika akan memilih suatu

produk atau jasa. Jaminan adalah ketertarikan untuk melakukan pembelian

berulang oleh konsumen terhadap suatu merek dan mereka tidak berpikir

untuk berpindah pada produk yang lain.

4. Komunikasi yang efektif merupakan kunci utama yang menentukan

hubungan antara perusahaan dengan konsumen untuk masa yang akan

datang.

5. Fokus dapat mempengaruhi loyalitas dalam tiga cara yaitu bagaimana anda

memikirkan bisnis anda, bagaimana anda memposisikan konsumen anda,

dan bagaimana anda memikirkan tujuan anda.


26

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip –

prinsip loyalitas konsumen diantaranya kemitraan yang didasarkan pada

etika dan integritas yang utuh, nilai tambah, sikap saling percaya antara

manajer dan karyawan, keterbukaan, kedekatan dengan konsumen,

pembinaan relasi dengan konsumen, deferensiasi dan fokus.

Rahmayanty (2013) memberikan indikator pada loyalitas konsumen ke

dalam tiga buah indikator, yaitu:

1. Pembelian ulang adanya suatu dorongan yang membentuk perilaku membeli

secara berulang-ulang yang menciptakan suatu loyalitas konsumen

2. Kebiasaan mengkonsumsi merek yaitu kebiasaan konsumen untuk

menggunakan suatu jenis merek tertentu untuk produk-produk sejenis

3. Selalu menyukai merek kepuasan yang dirasakan oleh konsumen selama

menggunakan suatu produk dimana konsumen tidak pernah merasa kecewa

dan selalu menyukai merek tersebut.

4. Tidak ingin mencoba produk pesaing. Sikap konsumen yang tidak berminat

untuk mencoba produk dari perusahaan pesaing, sehingga konsumen akan

tetap menggunakan produk perusahaan tanpa berkeinginan untuk mencoba

produk dari pesaing

5. Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik. Keyakinan konsumen bahwa

merek yang selama ini digunakan adalah merek terbaik sehingga konsumen

merasa keputusannya telah tepat

6. Merekomendasi merek tersebut pada orang lain. Ketersediaan konsumen

untuk merekomendasikan produk yang digunakan kepada orang lain, baik


27

itu teman, sahabat, maupun keluarga. Ketersediaan untuk

merekomendasikan suatu produk merupakan suatu cerminan kepuasan

seorang konsumen, sehingga konsumen berkeinginan agar orang-orang

terdekatnya juga ikut serta menggunakan produk tersebut.

2.5. Hasil Penelitian Sebelumnya

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang relean dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis :

Muhammad Ilyas Syahroni, 2020, Pengaruh Kualitas Produk Dan Store

Atmosphere Terhadap Kepuasan Pelanggan Dan Pengaruhnya Terhadap Loyalitas

Pelanggan Kafe Keibar (Studi Kasus Kafe Keibar Pamulang). Inovasi merupakan

salah satu kunci untuk bertahan di tengah pesatnya pertumbuhan dunia bisnis.

Keibar sebagai salah satu kafe tertua di Pamulang juga melakukannya. Salah satu

inovasi yang dilakukan adalah pada kualitas produk dan store atmosphere

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas produk dan store

atmosphere terhadap kepuasan konsumen dan pengaruhnya terhadap loyalitas

konsumen pada kafe Keibar. Sampel yang digunakan adalah 100 responden dari

masyarakat yang pernah berkunjung dan membeli produk Keibar sebanyak dua

kali atau lebih. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis path. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa setiap variabel eksogen (kualitas produk dan store

atmosphere) berpengaruh terhadap variabel endogen (kepuasan dan loyalitas

pelanggan) secara parsial dan simultan. Implikasinya, Keibar harus meningkatkan

beberapa aspek perusahaan, seperti tampilan makanan, peletakan plang toko,


28

meningkatkan pemenuhan harapan pelanggan, serta meningkatkan hubungan

dengan pelanggan dan masyarakat.

Dian Retno Intan, 2021, Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Kepuasan

Dan Loyalitas Konsumen. Persaingan dalam bidang industri makanan dan

minuman semakin meningkat seiring perkembangan kebutuhan dan pola hidup

masyarakat. Salah satu bidang industri makanan dan minuman yang sedang

berkembang adalah cafe. Penyebabnya karena perubahan tren gaya hidup

masyarakat Indonesia yang coffee culture. Banyak cafe dengan pengelolaan tidak

efisien dan tanpa strategi unik ke luar dari industri ini, sehingga pemasar mulai

berfokus pada strategi penciptaan dan pengembangan hubungan dengan

konsumen dan menumbuhkan kepuasan serta loyalitas. Konsep baru

menggabungkan hiburan, musik latar, dan menyediakan tempat menyenangkan

mulai diteliti hubungannya dengan kepuasan dan loyalitas konsumen. Penelitian

bertujuan mengetahui hubungan antara store atmosphere, kepuasan, dan loyalitas

konsumen. Populasi penelitian adalah konsumen usaha cafe X di Medan dan

berkunjung ke cafe X. Sampel ditentukan menggunakan non probability sampling

yaitu teknik consumer intercept surveys. Responden berjumlah 60 orang. Analisis

data kuantitatif berupa skala Likert diolah menggunakan Structural Equation

Model (SEM). Hasil: terdapat hubungan pengaruh store atmosphere terhadap

kepuasan dan loyalitas dengan arah yang positif dan signifikan.

R. Iim Takwim, 2022, Pengaruh kualitas layanan dan store atmosphere

terhadap customer loyalty. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan

konsumen mengenai pengaruh Kualitas layanan dan Store atmosphere terhadap


29

loyalitas konsumen pada coffe shop Surjoy Kota Bandung. Populasi dalam

penelitian ini adalah konsumen caffe sedjati di Kota Bandung sebanyak 101

orang, yang mana sampel dalam penelitian ini juga adalah populasi tersebut. Data

diperoleh melalui wawancara, observasi, studi literatur, dan penyebaran

kuesioner. Analisis linear berganda. Metode yang dugunakan adalah deskriptif

verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil dalam penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh antara store atmosphere dan kualitas layanan terhadap

loyalitas konsumen. Hasil ini diukung oleh penelitian Dahmiri (2020) bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan kedua variabel tersebut terhadap loyalitas

konsumen. Penelitian ini menekankan bahwa kedua variabel tersebut harus

dikelola dengan baik oleh organisasi, terutama ketika persaingan semakin

meningkat.

Febby Febriani, 2021, Pengaruh Store Atmosphere Dan Kualitas Produk

Terhadap Kepuasan Pelanggan (Survey Pada Café Patroli Kopi Karawang).

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji serta menganalisis tentang Pengaruh

Store Atmosphere dan Kualitas Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan Café

Patroli Kopi Karawang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

kuantitatif dengan analisis verifikatif yakni mengumpulkan, mengemukakan,

menganalisis, dan melakukan pengujian hipotesis, dan membuat kesimpulan.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 265 dengan menggunakan teknik Non

Probability Sampling dengan metode Sampel Insidental. Teknik analisis data yang

digunakan yaitu teknik analisis kualitas data yaitu uji validitas dan reliabilitas, uji

normalitas, analisis korelasi, analisis jalur, koefisien determinasi, dan uji


30

hipotesis. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, koefisien korelasi antara

variabel store atmosphere dengan kualitas produk diperoleh nilai sebesar 0,744

yang berarti mempunyai tingkat korelasi yang kuat, positif dan signifikan.

Pengaruh secara parsial kualitas produk terhadap kepuasan pelanggan Café Patroli

Kopi sebesar 39,6% lebih besar dari pengaruh parsial store atmosphere terhadap

kepuasan pelanggan Café Patroli Kopi yaitu sebesar 25,8% maka bisa dinyatakan

bahwa kualitas produk lebih banyak memberikan kontribusi terhadap kepuasan

pelanggan dibandingkan store atmosphere. Pengaruh secara simultan store

atmosphere dan kualitas produk tehadap kepuasan pelanggan sebesar 65,5%

sedangkan sisanya 34,5% merupakan kontribusi variabel lain yang tidak diteliti.

Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis dengan kriteria uji nilai sig. (0,000) <

(0,05) dan f hitung > f tabel (248,772 > 3,030), maka keputusannya adalah Ho

ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian hal ini membuktikan bahwa Store

Atmosphere (X1) dan Kualitas Produk (X2) bersama-sama berkontribusi secara

simultan terhadap Kepuasan Pelanggan (Y).

Israk Fabian Hasan, 2022, Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga Dan

Suasana Toko Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan Pada Coffee Shop

(Non Franchise) Di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas produk, harga dan store atmosphere

pada coffee shop non franchise di kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Analisis yang

digunakan menggunakan program aplikasi AMOS versi 26.0. Penelitian ini

dilakukan di kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Penelitian ini merupakan

penelitian kausalitas dengan variabel yang meliputi kualitas produk, harga dan
31

store atmosphere dan variabel tergantung meliputi kepuasan dan loyalitas

pelanggan. Populasi yang digunakan adalah semua pelanggan yang menjadi

pengunjung coffee shop (non franchaise) yang ada di kota Bukittinggi, Sumatera

Barat. Teknik pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling, yaitu

purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 300 responden dan

dianalisis dengan pendekatan SEM. Hasil analisis data menunjukkan bahwa

kualitas produk, harga dan store atmosphere berpengaruh positif dan signifikan

terhadap loyalitas pelanggan. Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan pelanggan. Kualitas produk dan suasana toko berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Kepuasan berpengaruh positif

namun tidak signifikan tergadap loyalitas pelanggan.


30

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan November 2023 sampai dengan

Februari 2024. Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen di Cafe Office Coffee

di Banjarmasin, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kota Banjarmasin.

3.2. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian yang

dilakukan dengan parameter tertentu. Jenis data dalam penelitian adalah :

a. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah jenis data yang berwujud simbol, angka atau

bilangan dapat terukur dan nilainya jelas.

b. Data Kualitatif

Data Kualitatif data yang berupa data informasi yang berbentuk

deskripsi atau kalimat verbal. Untuk mendapatkan data kualitatif lebih

banyak makan waktu dan dan sulit dikerjakan karena harus melakukan

wawancara, observasi, atau pengamatan.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

aslinya. Data primer secara khusus dikumpulkan untuk menjawab

32
33

pertanyaan penelitian. Data primer biasanya diperoleh dari survei

lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data

ordinal.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung

dari sumbernya. Data sekunder biasanya telah dikumpulkan oleh

lembaga pengumpul data dan dipublikasikan pengguna data seperti

publikasi, jurnal, buku, dan situs web.

3.2. Populasi dan Sampel

Menurut Sulistiyono (2011) populasi merupakan wilayah atau daerah yang

secra keseluruhan mempunyai karakteristik dari obyek atau subyeknya yang

memiliki karakteristik dan kualitas yang diperlukan guna menunjang peneliti

dalam melakukan penelitian. Pendapat diatas menjadi acuan untuk peneliti dalam

menentukan populasi penelitian, yaitu adalah konsumen Cafe Office Coffee di

Banjarmasin.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Dalam penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling, yang artinya teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu Sugiyono (2016).

Teknik Purposive Sampling dipergunakan yaitu dengan menetapkan

pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi

oleh sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
34

yang menjadi sampel yaitu yang memenuhi kriteria tertentu. Adapun kriteria yang

dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu:

Konsumen yang sudah beberapa kali membeli kopi di Cafe Office Coffee Di

Banjarmasin minimal 3 kali, hal tersebut dianggap konsumen sudah mengetahui

beberapa produk yang ditawarkan

Konsumen yang sudah berumur diatas 17 tahun, hal tersebut disebabkan

sudah memiliki kemampuan untuk menganalisa citra rasa kopi

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner, yaitu dengan cara menyampaikan kuisioner kepada 100

responden untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Untuk setiap pertanyaan akan diberi nilai dengan menggunakan Skala Likert

1 - 5 sesuai dengan pendapat Ghozali (2018), untuk mendapatkan data yang

bersifat interval sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) =5

Setuju (S) =4

Ragu (R) =3

Tidak Setuju (TS) =2

Sangat Tidak Setuju (STS) =1


35

Tabel 2. Tabulasi Interprestasi


No Interval Koefisien Tingkat Hubungan
1 1,00 – 1,79 Sangat Tidak Setuju
2 1,80 – 2,59 Tidak Setuju
3 2,60 – 3,39 Ragu
4 3,40 – 4,19 Setuju
5 4,20 – 5,0 Sangat Setuju
Sumber : Sugiyono (2019)

2. Wawancara

Pengumpulan data dengan memeberikan pertanyaan-pertanyaan kepada

responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan

tersebut. Dalam penelitian ini tujuannya dilakukannya wawancara adalah

untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai variabel penelitian.

3. Observasi

Observasi merupakan sebuah proses mengamati, memahami pola, norma

dan makna perilaku dari suatu obyek tertentu.

4. Kepustakaan/Literatur

Mempelajari teori-teori dari buku, Jurnal, Skripsi, Tesis dan studi

terhadap literatur-literatur pendukung lainnya, serta dari instansi terkait.

3.4. Analisis Data

Merupakan sebuah metode mengolah data menjadi informasi agar informasi

dari karakteristik data dalam penelitian ini menjadi mudah dibaca dan dipahami

dan agar dapat menemukan solusi dari masalah dari penelitian ini. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kuantitatif dengan

menyusunnya menjadi statistik setelah data dari berbagai sumber terkumpul.

Teknik analisis data kuantitatif yang peneliti gunakan adalah uji validitas, uji

reabilitas, uji asumsi klasik dan uji regresi linear berganda.


36

Adapun untuk menjawab uji 1, 2, dan 3 menggunakan SPSS dengan

menganalisis data sebagai berikut :

1. Uji validitas

Merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan

dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam

penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah kesioner. Suatu kuesioner

dikatakan sah atau valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk

mengungapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut Ghozali

(2016). Kriteria penpenilaian uji validitas adalah apabila r hitung > r tabel,

maka item tersebut dapat dikatakan valid sedangkan apabila r hitung < r

tabel, maka dapat dikatakan item kuesioner tersebut tidak valid.

2. Uji realibilitas

Adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur reliabel atau terpercaya

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel. Menurut

Ferdinand (2006) sebuah instrumen dan data yang disebut reliabel atau

terpecaya apabila instrumen tersebut secara konsisten memunculkan hasil

yang sama setiap kali dilakukan pengukuran. Mengukur realibilitas dapat

dilakukan dengan one shot atau sekali pengukuran saja yang kemudian

hasilnya dapat dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi

antar jawaban pertanyaan. Alat untuk mengukur realibilitas adalah Conbach

Alpha. Apabila hasil koefisien α lebih dari taraf signifikansi 0,60 maka

variabel tersebut adalah variabel yang dapat dipercaya atau reliabel


37

sedangkan apabila hasil koefisien α kurang dari taraf signifikansi 0,60 maka

variabel tersebut tidak reliabel Ghozali (2006).

3. Uji asumsi klasik

a. Uji Normalitas

Uji yang bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang

digunakan dalam model regresi. Syarat ketentuan penerimaan variabel

berdistribusi normal adalah ketika diketahui nilai sig lebih besar dari

0,05 dengan demikian disimpulkanlah bahwa populasi nilai variabel X

berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ikhsan (2014) uji multikolinearitas digunakan untuk

mengetahui apakah terjadinya korelasi yang kuat diantara variabel

independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model, untuk

mengetahui model yang mengalami multikolinearitas adalh dengan

menggunakan variance inflation factor (VIF) dan jika diketahui

variabel independen mempunyai nilai VIF tidak lebih 4 atau 5 berarti

tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah terjadi

heterokedastisitas varian dari residual pengamatan ke pengamatan

lain. Menurut Iksan (2014) untuk mengetahui penelitian bebas dari

heterokedastisitas adalah dengan tidak adanya variabel bebas yang

signifikan pada tingkat 5% pada hasil uji gletsjer.


38

4. Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi berganda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat. Rumus yang digunakan yaitu :

Y = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + e

Dimana :

Y = Loyalitas Konsumen (variabel dependen)

a = Konstanta

X1 = Variabel Store Athmosphere (variabel independen)

X2 = Varibel Variasi Produk (variabel independen)

X3 = Varibel Kualitas Produk (variabel independen)

b1 = koefisien regresi variabel Store Atmosphere

b2 = koefisien regresi variabel Variasi Produk

b2 = koefisien regresi variabel Kualitas Produk

5. Uji Parsial (uji t)

Menurut Ghozali (2012), uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa

jauh pengaruh satu variabel penjelas independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Tujuan pengujian ini adalah untuk

mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi

variabel dependen secara signifikan. Pengujian dapat dilakukan melalui

pengamatan signifikansi t pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini

menggunakan α sebesar 5%). Analisis didasarkan pada perbandingan antara

nilai signifikan t dengan nilai signifikansi 0,05 dimana syarat-syaratnya

adalah sebagai berikut :


39

a. Jika signifikansi t < 0,05 maka H0 ditolak. Artinya variabel

independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika signifikansi t > 0,05 maka H 0 diterima. Artinya variabel

independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.5. Definisi Operasional Variabel

3.5.1. Variabel Loyalitas Konsumen (Y)

Loyalitas Konsumen adalah kesetiaan konsumen untuk berbelanja suatu

produk tertentu. Rahmayanty (2013) memberikan indikator pada loyalitas

konsumen ke dalam tiga buah indikator, yaitu:

1. Adanya suatu dorongan yang membentuk perilaku membeli secara

berulang-ulang yang menciptakan suatu loyalitas konsumen.

2. Kebiasaan konsumen untuk menggunakan suatu jenis merek tertentu

untuk produk-produk sejenis.

3. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen selama menggunakan suatu

produk dimana konsumen tidak pernah merasa kecewa dan selalu

menyukai merek tersebut.

4. Sikap konsumen yang tidak berminat untuk mencoba produk dari

perusahaan pesaing, sehingga konsumen akan tetap menggunakan

produk perusahaan tanpa berkeinginan untuk mencoba produk dari

pesaing.

5. Keyakinan konsumen bahwa merek yang selama ini digunakan adalah

merek terbaik sehingga konsumen merasa keputusannya telah tepat.


40

6. Ketersediaan konsumen untuk merekomendasikan produk yang

digunakan kepada orang lain, baik itu teman, sahabat, maupun

keluarga. Ketersediaan untuk merekomendasikan suatu produk

merupakan suatu cerminan kepuasan seorang konsumen, sehingga

konsumen berkeinginan agar orang-orang terdekatnya juga ikut serta

menggunakan produk tersebut

3.5.2. Variabel Store Atmoshpere (X1)

Store Atmoshpere merupakan adanya perubahan budaya harus dimanfaatkan

produsen untuk sebanyak-banyaknya meraup profit seperti dengan adanya

konsep-konsep kreatif dalam layanan maupun susunan layout yang dapat

memberikan rasa nyaman sehingga konsumen merasa senang. Menurut

Meldarianda (2018) store athmosphere terdiri dari beberapa elemen sebagai

berikut :

1. Internal layout

Merupakan keadaan tata letak ruangan didalam toko yang meliputi meja

kasir, meja sekaligus kursi pengunjung, pendingin ruangan atau suhu

ruangan, tata letak lampu dan volume musik di sound. Keadaan internal

layout yang baik dan benar dapat membuat konsumen merasa nyaman dan

centerung tahan berlama-lama didalam toko yang efeknya dapat

menimbulkan perasaan ingin membeli selain itu pemilik toko pun bisa

mendapatkan perilaku konsumen yang diharapkan.


41

2. Exterior atau bagian luar

Bagian luar toko yang unik dapat menarik perhatian konsumen untuk

singgah dan menimbulkan minat pembelian. Selain bagian luar yang unik,

desain yang menonjol pun dapat menjadi salah satu daya tarik konsumen

untuk sebuah toko.

3. General interior

Jumlah penjualan akan dipengaruhi dengan diambilnya keputusan membeli

oleh konsumen. Display yang bagus ialah ketika dapat memberikan pilihan

menu ketika konsumen berada didalam toko, oleh karena itu suasana

didalam toko harus dirancang sedemikian rupa seperti dengan

memaksimalkan visual marchendaiseing agar semakin dapat memberikan

pilihan terhadap konsumen mengenai tawaran menu yang tersedia,

Sehingga ketika konsumenmasuk kedalam toko , ada banyak hal yang akan

mempengaruhi persepsi konsumen terhadap toko tersebut, dalam hal ini

kedai kopi Office Coffe Banjarmasin.

4. Interior (Point of Purchase) Display

Elemen ini harus membeikan pelaggan informasi dan memberikan

pelayanan informasi tentang promosi yang sedang disediakan toko dengan

targetnya adalah untuk menimbulkan minat beli ulang terhadap konsumen

sehingga dapat meningkatkan penjualan agar laba toko dapat terus

meningkat dengan pelayanan informasi yang tersedia


42

3.5.3. Variabel Variasi Produk (X2)

Variasi produk (produck mix) adalah kumpulan seluruh produk dan barang

yang ditawarkan penjualan tertentu kepada konsumen. Menurut Kotler dan Keller

(2018) indikator variasi produk adalah sebagai berikut:

1. Ukuran didefinisikan sebagai bentuk, model dan struktur fisik dari suatu

prodok yang dilihat dengan nyata dan dapat diukur.

2. Harga adalah sejumlah uang yang mempunyai nilai tukar untuk memperoleh

keuntungan dari memiliki atau menggunkan sebuah produk atau jasa.

3. Tampilan adalah segala sesuatu yang ditampilkan oleh produk tersebut,

tampilan merupakan daya tarik produk yang dilihat secara langsung oleh

konsumen. Tampilan dalam sebuah kemasan produk dapat diartikan sebagai

sesuatu yang terlihat dengan mata dan bersifat menarik konsumen untuk

melakukan keputusan pembelian terhadap produk tersebut. Tampilan dalam

kemasan produk memiliki desain, kesesuaiann warna sehingga dapat

menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.

4. Ketersedian produk yaitu banyaknya macam barang yang tersedia didalam

toko membuat para konsumen semakin tertarik untuk melakukan keputusan

pembelian dalam toko tersebut telah habis dirak maka dapat diisi lagi

3.5.4. Variabel Kualitas Produk (X3)

Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan

fungsinya, meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan

perbaikan serta atribut bernilai lainnya. Seorang konsumen cenderung mencari

produk dengan melihat kualitas yang ditampakkan. Semakin tinggi kualitas yang
43

ditawarkan perusahaan atas produk maka minat konsumen terhadap produk akan

besar. Menurut Sopiah dan Sangadji, (2016) kualitas produk terdiri dari beberapa

indikator, yaitu:

1. Performance (kinerja), merupakan elemen kualitas produk yang

berkaitan langsung dengan bagaimana suatu produk dapat

menjalankan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

2. Reliabilitas (keandalan), merupakan daya tahan produk selama

dikonsumsi.

3. Feature (fitur), merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan

pada suatu produk.

4. Durability (daya tahan), menunjukkan suatu pengukuran terhadap

siklus produk, baik secara teknis maupun waktu.

5. Konsisten, menunjukkan seberapa jauh suatu produk dapat memenuhi

standar atau spesifikasi tertentu.

6. Desain, merupakan aspek emosional dalam mempengaruhi kepuasan

konsumen sehingga desain kemasan ataupun bentuk produk akan turut

mempengaruhi persepsi kualitas produk tersebut.

7. Cafe Office Coffee adalah kedai kopi yang mempunyai tiga cabang

yaitu: Banjarmasin, Banjarbaru dan Bandara Internasional Syamsudin

Noor. Didirikan untuk membangun budaya minum kopi yang

diadaptasi dari perkembangan tren coffeeshop.


44

8. Uji Validitas adalah pengujian yang dilakukan guna mengukur dari

tingkat keefektifan pada suatu alat ukur atau media ukur guna

memperoleh data.

9. Uji Realibilitas merupakan indeks yang akan menunjukkan perihal

sejauh mana sebuah alat ukur mampu dipercaya atau diandalkan.

10. Uji Asumsi Klasik adalah persyaratan statistic yang harus dilakukan

pada analisi regresi linier beganda yag berbasis ordinary lest square.

11. Uji Normalitas yaitu uji yang bertujuan untuk ngetahui normal atau

tidaknya yang digunakan dalam model regresi.

12. Uji Multikolinearitas yaitu hubungan linier yang sempurna antara

beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi.

13. Uji Heterokedastisitas yaitu uji yang digunakan untuk menguji apakah

terjadi heterokedastisitas varian dari residual pengamatan ke

pengamatan lain.

14. Analisis Regresi Linier Berganda adalah regresi berganda yang

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat.

15. Uji Parsial (uji t) adalah uji untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen secara independen mempengaruhi variabel

dependen secara signifikan.

16. Café Office Coffee Banjarmasin adalah kedai kopi yang didirikan

untuk membangun budaya minum kopi yang diadaptasi dari

perkembangan tren coffeeshop.


45

17. Uji Validitas adalah pengujian yang dilakukan guna mengukur dari

tingkat keefektifan pada suatu alat ukur atau media ukur guna

memperoleh data.

18. Uji Realibilitas merupakan indeks yang akan menunjukkan perihal

sejauh mana sebuah alat ukur mampu dipercaya atau diandalkan.

19. Uji Asumsi Klasik adalah persyaratan statistic yang harus dilakukan

pada analisi regresi linier beganda yag berbasis ordinary lest square.

20. Uji Normalitas yaitu uji yang bertujuan untuk ngetahui normal atau

tidaknya yang digunakan dalam model regresi.

21. Uji Multikolinearitas yaitu hubungan linier yang sempurna antara

beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi.

22. Uji Heterokedastisitas yaitu uji yang digunakan untuk menguji apakah

terjadi heterokedastisitas varian dari residual pengamatan ke

pengamatan lain.

23. Analisis Regresi Linier Berganda adalah regresi berganda yang

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat.

24. Uji Parsial (uji t) adalah uji untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen secara independen mempengaruhi variabel

dependen secara signifikan.


DAFTAR PUSTAKA

Angger, P. S., & Nurafni, R. (2015). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat
Pembelian Ulang. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 23(1), 136-143.
Assauri, S. (2018). Manajemen Pemasaran: Analisis Perilaku Konsumen.
Rajawali Pers.
Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Perkebunan Kopi Indonesia. [Sumber data
produksi dan konsumsi kopi di Indonesia].
Harjuno. (2018). Pengaruh Teknologi dan Sumber Daya Manusia Terhadap
Kualitas Produk. Jurnal Manajemen Teknologi, 17(2), 123-136.
Ichsannudin, A., & Purnomo, E. P. (2021). Pengaruh Variasi Produk Terhadap
Keputusan Pembelian. Jurnal Manajemen Pemasaran, 19(1), 23-35.
Indrasari, R. (2019). Variasi Produk dan Keputusan Pembelian Konsumen pada
Toko Online Fashion di Surabaya. Jurnal Ekonomi Bisnis dan
Kewirausahaan, 8(1), 25-34.
Kotler, P. (2017). Manajemen Pemasaran (15th ed.). Erlangga.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2015). Principles of Marketing (16th ed.). Pearson.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2017). Manajemen Pemasaran (15th ed.). Erlangga.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2018). Manajemen Pemasaran. Erlangga.
Meldarianda. (2018). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keadaan Emosi
Pembeli. Jurnal Manajemen Pemasaran, 16(2), 123-135.
Mikell P. Groover. (2018). Product Design and Development. John Wiley & Sons.
Pan, C. I., Su, Y. J., & Chiang, W. T. (2018). How Store Atmosphere Influences
Perceived Value and Behavioral Intentions: The Moderating Role of
Perceived Crowding. Frontiers in Psychology, 9, 2074.
Purba, S. A. (2019). Pengaruh Variasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen pada Supermarket Carrefour Medan Plaza. Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 7(2), 234-245.
Sopiah, & Sangadji, E. M. (2016). Manajemen Pemasaran: Pendekatan Strategi.
PT Refika Aditama.
Utami. (2016). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih lanjut tentang
referensi ini).

46
47

Agusta, A. (2013). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian


Konsumen Pada Ritel Baju Muslim Di Bandung. Jurnal Manajemen
Pemasaran, 1(1), 45-58.
Natarajan & Sudha. (2016). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih
lanjut tentang referensi ini).
Huriyati. (2016). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih lanjut
tentang referensi ini).
Sondakh. (2014). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih lanjut
tentang referensi ini).
Griffin. (2016). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih lanjut tentang
referensi ini).
Bowen dan Shoemaker. (1998). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi
lebih lanjut tentang referensi ini).
Fan Di, Huang Chao, dan Qi Panpan. (2018). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada
informasi lebih lanjut tentang referensi ini).
Neria. (2012). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih lanjut tentang
referensi ini).
Harahap, Soegoto, & Rutinsulu. (2014). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada
informasi lebih lanjut tentang referensi ini).
Mardalis. (2016). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih lanjut
tentang referensi ini).
Tjiptono. (2017). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih lanjut
tentang referensi ini).
Kottler dan Keller. (2018). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih
lanjut tentang referensi ini).
Mangisi Hasugian. (2015). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih
lanjut tentang referensi ini).
Lawfer. (2017). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih lanjut tentang
referensi ini).
Rahmayanty. (2013). [Judul Tidak Diketahui]. (Tidak ada informasi lebih lanjut
tentang referensi ini).
Muhammad Ilyas Syahroni. (2020). Pengaruh Kualitas Produk Dan Store
Atmosphere Terhadap Kepuasan Pelanggan Dan Pengaruhnya Terhadap
Loyalitas Pelanggan Kafe Keibar (Studi Kasus Kafe Keibar Pamulang).
48

Dian Retno Intan. (2021). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Kepuasan Dan
Loyalitas Konsumen.
R. Iim Takwim. (2022). Pengaruh kualitas layanan dan store atmosphere terhadap
customer loyalty.
Febby Febriani. (2021). Pengaruh Store Atmosphere Dan Kualitas Produk
Terhadap Kepuasan Pelanggan (Survey Pada Café Patroli Kopi
Karawang).
Israk Fabian Hasan. (2022). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga Dan
Suasana Toko Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas

Anda mungkin juga menyukai