Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

KERUPUK KURNIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Bandung

Disusun oleh :

Preceptor :
Budiman,.dr, M.K.M
Muhammad Rahmat Syah Nasution ,SKM., MSi

SMF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISBA
PUSKESMAS KATAPANG KABUPATEN BANDUNG
2017

i
ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena atas

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada

waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas di Fakultas

Kedokteran Univesitas Islam Bandung.

Makalah dengan judul Pengamatan Pangan Industri Rumah Tangga

Kerupuk Kurnia merupakan hasil pengamatan yang dilakukan di Industri

Kerupuk yang bertempat di desa Katapang.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman penulis. Oleh sebab itu, demi bertambahnya wawasan dan

pengetahuan penulis dalam penyusunan karya ilmiah dikemudian hari, penulis

dengan lapang dada menerima segala kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak.

Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan, pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai besarnya

dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ieva B Akbar, dr., AIF, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Bandung, Titik Respati, drg., M.Sc.PH selaku

koordinator Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter

Universitas Islam Bandung, Budiman, dr., MKM. selaku preseptor utama

Kelompok 13 Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter


iii

Universitas Islam Bandung, Muhammad Rahmat Syah Nasution ,SKM., MSi

selaku Kepala UPTD dan preseptor lapangan Kelompok 13 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Program Pendidikan Profesi Dokter Universitas Islam Bandung,

seluruh staf Puskesmas Katapang, Kabupaten Bandung, Bu Haji Nene selaku

pemilik industri Kerupuk Kurnia dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Selain ucapan terima kasih, penulis juga ingin menyampaikan permohonan

maaf kepada semua pihak apabila selama pembuatan makalah ini, penulis banyak

melakukan sesuatu yang tidak berkenan.

Semoga amal ibadah kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis

mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan segala

kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi siapa saja yang

membacanya.

Bandung, Februari 2017

Penulis
iv

DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................7
PROFIL INDUSTRI..........................................................................................................7
1.1 Sejarah Industri........................................................................................................7
1.2 Geografi Wilayah.....................................................................................................8
1.3 Sumber Daya Manusia Di Industri...........................................................................8
1.4 Jam Kerja.................................................................................................................9
1.5 Sarana dan Prasarana................................................................................................9
1.6 Bahan dan Alat Produksi........................................................................................10
1.7 Proses Pengolahan Hasil Industri...........................................................................11
1.8 Jaminan Kesehatan Pekerja....................................................................................12
BAB II..............................................................................................................................13
HIGIENE PERUSAHAAN, ERGONOMI, KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA.............................................................................................................................13
2.1 Sanitasi Lingkungan Industri..................................................................................13
2.1.1 Lingkungan luar..............................................................................................13
2.1.2 Bangun dan fasilitas........................................................................................13
2.1.3 Letak bangunan...............................................................................................14
2.2 Perilaku Pekerja Dalam Pengolahan Hasil Industri................................................20
2.2.1 Kesehatan Pekerja...........................................................................................20
2.2.2 Kebersihan Pekerja..........................................................................................20
2.2.3 Kebiasaan Pekerja...........................................................................................20
2.3 Ergonomi................................................................................................................21
2.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja.........................................................................21
2.4.1. Identifikasi Hazard.........................................................................................21
2.5 Dampak Industri Terhadap Lingkungan Sekitar.....................................................25
BAB III............................................................................................................................26
PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN.....................................................................26
3.1 Penentuan Prioritas Masalah di Industri.................................................................26
3.2 Penentuan Cara Pemecahan Masalah yang Sudah Ditetapkan................................29
3.3 Penentuan Prioritas Cara Pemecahan Masalah yang Sudah Ditetapkan.................29
BAB IV............................................................................................................................31
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................31
4.1 Kesimpulan............................................................................................................31
4.2 Saran......................................................................................................................32
BAB I
PROFIL INDUSTRI
1.1 Sejarah Industri

Industri Kerupuk kurnia ini telah berdiri sejak tahun 1997. Pemilik

sudah pernah mencoba berbagai usaha seperti roti dan kue tapi akhirnya industri

kerupuklah yang membuat ia bertahan sampai sekarang dengan modal awal Rp

500.000,00. Awalnya industri ini merupakan usaha rumahan biasa yang dikelola

oleh beberapa karyawan saja dari mulai penjemuran, penggorengan, pemberian

bumbu sampai dengan pengemasan. Namun dengan kerja keras pemiliknya,

kemudian usaha ini berkembang hingga akhirnya memiliki 10 pekerja yang

berasal dari beberapa daerah seperti soreang, garut, dan Tasikmalaya. Industri

kerupuk Kurnia tidak membuat produksi kerupuk sendiri, melainkan

mendatangkan bahan kerupuk dari Jawa tengah.


Saat ini, rumah industri terdapat di lantai yang sama dengan rumah

pribadinya. Pada tahun 2010 pemilik industri juga memiliki sebuah kontrakan

yang mana ditujukkan untuk tempat tinggal karyawannya demi menjamin para

pekerjanya. Industri rumah tangga ini memiliki omset Rp,2.187.000-, per setiap

produksinya. Harga yang dijual setiap kerupuknya bervariasi dari Rp 8.000,00

sampai dengan Rp 15.000,00 per 1 pack nya.


Pemasaran yang dilakukan yaitu dengan adanya pedagang yang mengambil

kerupuknya ke tempat industri kemudian dipasarkan melalui warung-warung

hingga pasar-pasar tradisional disekitar Katapang dan Soreang.

7
8

1.2 Geografi Wilayah

Industri kerupuk terletak di Jalan Inspeksi Citarum RT/RW 05/07, Desa

Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Luas

lahan kerja penggorengan adalah 6x4 m dan ruang pembungkusan adalah 7x5 m

dengan jarak tempuh ke puskesmas sekitar 4 km. Lokasi industri dekat dengan

jalan utama Katapang. Akses jalan menuju industri rumah tangga dapat

menggunakan mobil maupun motor. Letak industri rumah tangga ini berada di

daerah industri Desa Cilampeni dengan didepannya terdapat sungai citarum.

Tangga

Tempat
Pengemasan WC Rumah Pribadi
Karyawan

Tempat
Tempat
Pengemasan Gudang
Penyimpanan
Penggorengan
&Pemberian
Bahan Kerupuk
Bumbu

Gambar 1 : Denah Rumah Industri Kerupuk

1.3 Sumber Daya Manusia Di Industri

Sumber daya manusia terdiri dari 5 orang laki-laki dan 15 orang

perempuan. Rentang usia para pekerja adalah 25 sampai 60 tahun dengan tingkat

pendidikan yang terdapat pada industri tersebut dari SD hingga SMA.


9

1.4 Jam Kerja

Pekerja mulai bekerja dari pukul 07.00 17.00, namun jika telah selesai

pekerjaannya, pekerja dapat pulang sebelum waktu yang ditentukan dan

disediakan waktu istirahat pada pukul 12.00-13.00

1.5 Sarana dan Prasarana

Industri rumah ini terdapat 1 bangunan dengan rumah pemilik yang

merupakan bangunan permanen. Ruang penggorengan dan pengadukan bumbu

kerupuk berukuran 6x4 m dan ruang pembungkusan adalah 7x5m. Kondisi

ruangan berlantai keramik untuk ruangan pembungkusan dan semen untuk

ruangan penggorengan.
Ruangan tersebut terdapat alat-alat yang digunakan dalam proses produksi

kerupuk seperti wajan besar, kompor besar, dan alat pengaduk bumbu. Tidak

terdapat sarana dan prasarana kebersihan di sekitar ruang produksi.

Gambar 1.1
Ruang pengemasan
10

Gambar 1.2
Ruang penggorengan dan pengadukan bumbu

1.6 Bahan dan Alat Produksi

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk Kurnia adalah:

a. Bahan baku kerupuk


b. Bubuk cabai

Alat yang digunakan pada industri:


a. Wajan
b. Kompor gas
c. Spatula
d. Penyaring minyak
e. Mesin pengaduk bumbu
f. Plastic pengemas
g. Hekter

1.7 Proses Pengolahan Hasil Industri

Proses pembuatan kerupuk :

1) Kerupuk dijemur selama 6 jam dibawah sinar matahari


11

2) Kerupuk yang kering kemudian digoreng dalam minyak panas oleh para

pekerja tanpa menggunakan APD


3) kerupuk yang sudah matang akan ditiriskan
4) Kerupuk dimasukan ke mesin pengaduk bumbu
5) Kerupuk di kemas kedalam plastik dan di hekter

skema pembuatan kerupuk Kurnia

1.8 Jaminan Kesehatan Pekerja

Jaminan kesehatan untuk pekerja tidak ada, baik BPJS maupun JAMSOSTEK.

Jika ada pekerja yang sakit maka pemilik dan pekerja lain akan membantu biaya

kesehatan. Tidak ada kotak P3K dan prosedur kesehatan keselamatan kerja yang

tersedia di tempat produksi.


12

BAB II
HIGIENE PERUSAHAAN, ERGONOMI, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA

2.1 Sanitasi Lingkungan Industri

2.1.1 Lingkungan luar

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan, letak bangunan

ini terletak di daerah industri rumahan dan berhadapan langsung


13

dengan sungai citarum. Rumah pemilik industri, lingkungan sekitar

industri belum terpelihara dengan baik karena masih banyak sampah

berserakan disekitar tempat industri.

2.1.2 Bangun dan fasilitas

a. Atap
Kondisi atap ruangan produksi penggorengan kotor dan

atap yang terbuat dari beton karena di lantai 2 merupakan loteng

tempat penjemuran kerupuk.


b. Dinding
Dinding ruang produksi kondisinya tidak cukup bersih,

dinding terbuat dari tembok yang catnya sudah kotor dan pudar.

Gambar 2.1 Kondisi dinding ruang produksi dan ruangan pengemasan

kerupuk

c. Ventilasi
Ventilasi pada pada tempat produksi industri ini memiliki

pintu yang terbuka lebar sehingga sehingga sirkulasi udara dapat

masuk ke dalam ruangan, namun pada saat tidak ada aktivitas

ventilasi tertutup.
d. Pencahayaan
14

Pencahayaan dalam ruangan produksi kurang baik karena

hanya berasal dari cahaya yang masuk melalui jendala ukuran

2x1m dan satu pintu yang terbuka lebar.

2.1.3 Letak bangunan

Bangunan yang digunakan untuk industri kerupuk ini

terletak diantara daerah industri lainnya, di bagian samping tempat

industri merupakan rumah pemilik industri. sedangkan dibagian

depannya terletak kamar-kamar yang dikontrakkan milik pemilik

industri.

a. Lantai
Lantai bangunan di tempat produksi terbuat dari lantai

keramik, lantai terlihat kotor dan licin karena banyak sisa minyak

dan kerupuk yang berserakan dilantai..


15

Gambar 2.2 Kondisi lantai tempat pengemasan kerupuk

a. Sumber air
Sumber air untuk keperluan produksi, dan untuk cuci

tangan maupun cuci peralatan menggunakan sumber air dari sumur

yang disedot menggunakan jet pump yang terletak didepan ruang

produksi. Terdapat 1 buah toilet untuk pekerja yang berada diruangan

belakang dengan penerangan yang cukup tetapi dengan kondisi yang

kotor.
16

Gambar 2.3 Toilet pekerja

b. Tempat penyimpanan bahan baku


Terdapat ruangan khusus penyimpanan bahan baku yakni di lantai

2 dan menyatu dengan ruang penggorengan dan penjemuran.


17

Gambar 2.4 Tempat penyimpanan bahan baku keupuk

c. Tempat pengolahan dan peralatan produksi


Penggorengan dan pengadukan kerupuk dilakukan dalam

ruangan yang sama. Pada tempat produksi terdapat banyak

peralatan yang kotor, seperti alat pengadukan bumbu yang kotor

dan berkarat dan peralatan yang terletak di lantai. Pada ruangan

produksi terdapat tempat sampah yang terbuat dari karung, selain

itu di ruangan ini terdapat banyak peralatan yang sudah tidak

digunakan, sehingga membuat ruangan menjadi semakin

berantakan dan kotor.


18

Gambar 2.5 Kondisi didalam ruangan penggorengan


d. Tempat menyimpan dan mengemas hasil produksi

Tempat pengemasan dan penyimpanan hasil produksi berada di

dekat tempat pengemasan.. Hasil produksi dikemas menggunakan

wadah berbahan dasar plastik, kemudian disimpan di atas lantai

setelah itu diberikan label yang hanya mencantumkan nama pabrik

dan nomer seri produk dari Depkes.


19

Gambar 2.6 Kondisi didalam ruangan penyimpanan dan


pengemasan kerupuk
f. Pengelolaan Limbah

Minyak sisa produksi dikumpulkan dan diambil oleh para pengepul

untuk dijual kembali

g. Kebisingan

Tempat produksi tersebut dapat menimbulkan kebisingan pada saat

penggorengan dan pengadukan bumbu

h. Fasilitas Bagi Tenaga Kerja


a. Alat pelindung diri
20

Tidak terdapat alat pelindung diri yang disediakan oleh pemilik.

b. Fasilitas pengobatan
Tidak terdapat peralatan P3K di tempat kerja.

2.2 Perilaku Pekerja Dalam Pengolahan Hasil Industri

2.2.1 Kesehatan Pekerja

Industri Kerupuk Kurnia beranggotakan pekerja yang berasal dari

tetangga pemilik industri. Tidak ada aturan baku yang membatasi jam kerja

pekerja untuk bekerja, sehingga jika ada pekerja yang sakit maka pemilik

memperbolehkan mereka untuk beristirahat. Jika ada pekerja yang sakit

tetapi merasa mampu untuk melaksanakan tugas, maka ia diperbolehkan

untuk bekerja. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor risiko untuk penularan

penyakit, terutama jika mereka yang sakit melakukan kontak terhadap

pekerja yang sehat maka hal tersebut bisa menjadi salah satu faktor risiko

penyebaran penyakit akibat hubungan kerja.

2.2.2 Kebersihan Pekerja


Pekerja Industri kerpuk terlihat sehat dan dari segi kebersihannya

terlihat cukup bersih. Untuk semua pekerja baik yang bertugas di bagian

penggorengan dan pengemasan tidak menggunakan alat pelindung diri

seperti menggunakan masker, sarung tangan, dan apron. Tidak ada seragam

untuk pekerja Industri Kerupuk Kurnia.

2.2.3 Kebiasaan Pekerja


Pekerja di industri kerupuk tidak terbiasa untuk cuci tangan

dengan menggunakan sabun, baik sebelum maupun sesudah bekerja.


21

2.3 Ergonomi

Para pekerja yang bertugas di bagian penggorengan melakukan pekerjaan

dengan posisi bediri tanpa adanya kursi dilantai sedangkan pekerja yang bertugas

di bagian pengemasan melakukan perkerjaannya sambil duduk dan jongkok,

pekerjaannya dilakukan secara berulang-ulang.


Posisi duduk atau posisi berdiri yang terlalu lama ini secara ergonomi

tidak baik untuk bekerja dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dapat

mengakibatkan timbulnya pegal-pegal, kesemutan dan penyakit low back pain

pada pekerja yang dapat mengurangi produktivitas kerja mereka.

Gambar 2.7
Posisi tidak Egonomis

2.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.4.1. Identifikasi Hazard

Situasi lingkungan kerja di Rumah Industri Roti beberapa diantaranya dapat

membahayakan kesehatan :

A. Hazard Fisika
22

Bising, alat pengaduk bumbu.


Kompor yang sangat panas.
B. Hazard Kimia
Bubuk cabai.
C. Ergonomi
Posisi tidak ergonomis contoh: berdiri atau berjongkok dalam jangka

waktu lama, melakukan gerakan yang berulang. Risiko terkena trauma

atau kecelakaan kerja

D. Safety Hazard
Penggunaan plastik yang tidak pernah diganti dalam proses produksi
Tidak menggunakan sarung tangan dan masker pada proses produksi dan

pengemasan.

Situasi lingkungan kerja di industri kerupuk beberapa diantaranya dapat

menjadi sumber penularan penyakit ataupun dapat membahayakan kesehatan,

seperti yang tercantum dalam tabel dibawah ini :


Tabel 2.1 Identifikasi bahaya dan resiko industri rumah tangga kerupuk Kurnia
Prasarana/Proses Hazard Risiko

Bahaya Fisik Bahaya Bahaya Biologis Bahaya Ergonomis Bahaya PAK/PAHK KAK
Kimia Psikososial
Penjemuran Sinar matahari Dehidrasi
kerupuk

Penggorengan Suhu panas Dehidrasi


Percikan Luka bakar
minyak
panas
Posisi berdiri dan Low back pain
membungkuk dalam Myalgia
waktu yang lama
Pengadukan bumbu Bising Gangguan
pendengaran.
Bubuk Iritasi mata &
cabai saluran nafas.
Posisi berdiri dan Low back pain
membungkuk dalam Myalgia.
waktu yang lama
Pengemasan Penggunaan hekter Luka tusuk akibat
kerupuk hekter.
Bubuk Iritasi mata &
cabai saluran nafas

Tidak memakai Kontaminasi


sarung tangan plastik makanan
untuk makanan

23
24

menyebabkan
diare, hepatitis
A, demam
thypoid atau
keracunan.
Posisi duduk dalam Low back pain
jangka waktu yang
Myalgia.
lama .
Lantai tempat Banyak sisa minyak Jatuh akibat licin
produksi di lantai
25

2.5 Dampak Industri Terhadap Lingkungan Sekitar

Tempat produksi ini berdekatan langsung dengan rumah warga. Tidak

terdapat limbah yang berbahaya yang dapat mencemari lingkungan sekitar.


26

BAB III
PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN

3.1 Penentuan Prioritas Masalah di Industri

Masalah industri rumah tangga ditentukan prioritasnya dengan

menggunkan metode Identification Hazard and Risk Assessment. Metode ini

digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang terstruktur dan sistematis untuk

mengetahui berbagai permasalahan yang terganggu jalannya proses dan risiko-

risiko yang terdapat pada suatu peralatan yang dapat menimbulkan risik

merugikan baik bagi manusia, lingkungan maupun fasilitas system yang ada.

Analisa kualitatif terhada resiko dengan menggunakan tabel Risk Matrix to

determine Risk Level.


Tabel 3.1 Tabel Risk Matrix to determine Risk Level.

Keterangan :
Severity : Tingkat keparahan (dampak atau ukuran risiko yang terjadi)
Minor : Tidak ada kerugian atau hanya kerugian yang ringan dengan

waktu yang diderita kurang dari empat hari dan kerugian finansial

kurang dari Rp 1.500.000


Moderate : Kerugian yang ditimbulkan lebih dari empat hari atau satu hari

dirawat di Rumah Sakit dengan kerugian finansial Rp 50.000.000-

100.000.000.
Major : Kerugian yang ditimbulkan menyebabkan ecacatan permanen atau

mengancam jiwa.
27

Likehood : Besarnya kemungkinan terjadi atau frekuensi terjadinya risiko

dalam setiap kegiatan yang dilakukan.


Remote : Risiko terjadi kejadian satu kali dalam lima tahun.
Occasional : Risiko terjadi kejadian satu kali dalam satu tahun.
Frequent : Risiko terjadi kejadian satu atau hingga lebih dalam satu bulan.
Low Risk : Tidak ada langkah-langkah pengendalian risiko tambahan yang

diperlukan, hanya dilakukan pemantauan untuk memastikan risiko

tidak meningkat ke level yang lebih tinggi.


Medium Risk : Bisa melakukan kegiatan kerja. Langkah-langkah pengendalian

sementara kontrol admnistratif.


High Risk : Pekerjaan tidak boleh dilakukan sampai tingkat risiko ditekan

hingga tingkat risiko sedang. Langkah-langkah pengendalian harus

fokus pada Eliminasi, substitusi dan kontrol rekayasa.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada industri rumah

tangga Kerupuk Kurnia menggunakan Identification Hazard and Risk Assessment

didapatkan beberapa masalah di antaranya adalah :

Tabel 3.2 Hazard Identification and Risk Assesment pada PIRT Kerupuk
Kurnia

Resiko = severity x Severity


likehood Minor Moderate Major
Vulnus punctum Low Back Pain
Frequent Kontaminasi makanan Myalgia
-
Dehidrasi
Terjatuh
Occassion Iritasi Mata dan Saluran -
Likehood

Nafas

Luka bakar
Remote - - Hearing Loss
28

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diketahui maka ditentukan

prioritas masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks risk assesement,

maka dapat didapatkan masalah dengan high risk yaitu Low Back Pain dan myalgia.
29

3.2 Penentuan Cara Pemecahan Masalah yang Sudah Ditetapkan

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diketahui maka penentuan cara pemecahan

dengan menggunakan Hirarki Kontrol, maka dapat didapatkan:

Tabel 3.3 Tabel Hierarki Kontrol

Hierarki kontrol Pemecahan masalah


Eliminasi Proses pengemasan dilakukan di meja dan menggunakan
kursi yang terdapat senderan. Proses penggorengan
menggunakan kursi yang juga terdapat senderan
Subtitusi Proses pengemasan dilakukan dengan mesin otomatis
Rekayasa teknik Merubah posisi bekerja
Pengendalian Penggantian shift kerja, rolling bagian kerja, pelatihan senam
administrative LBP serta pemberian poster
APD Apron, google, sarung tangan, pelindung jari, sendal anti licin,
masker.

3.3 Penentuan Prioritas Cara Pemecahan Masalah yang Sudah Ditetapkan

Berdasarkan prioritas masalah yang terjadi pada industri Kerupuk yaitu Low Back

Pain, maka prioritas pemecahan masalah yang diambil menggunakan metode Reinke adalah :

Tabel 3.4 Perhitungan Penyelesaian Masalah menggunakan Reinke


Efektivitas Efisiensi Jumlah
Pemecahan
Peringkat
masalah M V I C

A 5 4 5 5 20 III
B 2 4 2 5 3,2 IV
C 3 4 3 1 36 II
D 5 3 3 1 45 I

Keterangan :

A : Proses pengemasan dilakukan di meja dan menggunakan kursi yang terdapat senderan.

Proses penggorengan menggunakan kursi yang juga terdapat senderan

B : Proses pengemasan dilakukan dengan mesin otomatis

C : Merubah posisi bekerja


30

D : Penggantian shift kerja, rolling bagian kerja, pelatihan senam LBP serta pemberian

poster

M (magnitude) : besarnya masalah yang dapat diselesaikan oleh jalan keluar

V (vulnerability) : sensitivitas jalan keluar dalam mengatasi masalah

I (importancy) : pentingnya jalan keluar dalam mengatasi masalah

C (Cost) : biaya yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar

1 : sangat tidak penting

1 : tidak penting
2 : cukup
3 : penting
4 : sangat penting

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
31

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di industri rumah tangga Kerupuk

Kurnia yang berlokasi di Desa Cilampeni RT 05 RW 07, Kecamatan Katapang, Kabupaten

Bandung, dapat disimpulkan bahwa:

1. Gambaran umum kesehatan lingkungan produksi kerupuk Kurnia ditinjau dari segi

bangunan, fasilitas, dan peralatan yang digunakan hampir seluruhnya cukup baik.

2. Produksi Kerupuk Kurnia ini telah mendapatkan izin produksi dari Dinas Kesehatan

sehingga hasil produksi telah memiliki izin distribusi di pasaran.

3. Sanitasi produksi kerupuk Kurnia ini kurang memenuhi syarat sehat, karena proses

produksi dan pengemasan kerupuk tidak memakai sarung tangan, masker google, dan

sandal anti licin.

4. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kerupuk Kurnia aman untuk

dikonsumsi dan tidak ditemukan adanya penggunaan bahan pengawet.

5. Jaminan kesehatan kerja pekerja belum ada.

6. Keamanan dan kenyamanan posisi kerja masih kurang karena posisi kerja banyak

yang tidak ergonomis.

7. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diketahuimaka ditentukan prioritas

masalah dengan menggunakan metode kriteria matriks risk assessment, maka

didapatkan masalah dengan moderate risk yaitu low back pain.

8. Intervensi utama berdasarkan prioritas metode Reinke yaitu penggantian shift kerja,

rolling bagian kerja, pelatihan senam LBP serta pemberian poster.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat kami berikan

diantaranya:
32

Puskesmas:

1. Meningkatkan pembinaan pada industri-industri rumah tangga yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Katapang melalui kunjungan secara rutin agar higienitas tempat produksi dan

hasil produksinya dapat terjaga dengan baik.


2. Mengedukasi pekerja yang belum memiliki BPJS agar segera mendaftarkan diri sebagai

anggota BPJS sehingga memiliki jaminan kesehatan individu.


3. Memberikan penyuluhan kepada pengelola industri rumah tangga tentang pentingnya

menjaga higiene perusahaan dan keselamatan kerja (Hiperkes).

Pemilik :

1. Memperhatikan kesehatan pekerja melalui penyediaan air minum yang mencukupi agar

pekerja dapat memenuhi minimal kebutuhan cairan perhari.


2. Meningkatkan sanitasi dalam proses produksi kerupuk dengan cara menerapkan

kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan menggunakan sarung tangan tangan dan

masker dalam proses produksi kerupuk.


3. Memberikan edukasi tentang pentingnya menggunakan APD untuk pekerja untuk

menjaga keselamatan kerja. Misalnya menggunakan ear muff dalam dalam proses

produksi di bagian Pengadukan bumbu.

Peneliti:
1. Melakukan intervensi lebih jauh untuk melakukan pelatihan olahraga sederhana yang

bisa dilakukan oleh pekerja untuk mengurangi penyakit myalgia ataupun low back pain
2. Melakukan observasi lebih lanjut ke industri rumah tangga lainnya untuk mengamati

masalah-masalah yang ada pada setiap industri rumah tangga yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Katapang.

Anda mungkin juga menyukai