Anda di halaman 1dari 53

PENERAPAN STANDAR KEMASAN PRODUK IKAN LAYUR

BEKU TUJUAN EKSPOR


DI PT. USAHA CENTRALJAYA SAKTI, MAKASSAR

TUGAS AKHIR

Oleh:
AYUL FIKA
1422050168

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PERIKANAN


JURUSAN AGRIBISNIS
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Agustus 2017


Yang menyatakan,

Ayul Fika
KATA PENGANTAR

ALLAHU AKBAR...

Tiada kata yang patut penulis ucapkan kecuali atas kebesaran Allah SWT.

Karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja

Praktek Mahasiswa (PKPM) yang telah dilaksanakan dari tanggal 04 Januari

sampai dengan 04 Maret 2017 di PT. Usaha Centraljaya Sakti (UCS), Makassar

Sulawesi Selatan.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis banyak memperoleh

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini dengan

rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku Isa dan Jumardin serta sanak saudaraku Ayul Sulfika yang

senantiasa memberikan semangat dan doa serta bantuan moril maupun materi

kepada penulis.

2. Dr. Ir. H. Darmawan, M.P, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Pangkep.

3. Dr. Nur Alam Kasim, S.Pi., M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis Politeknik

Pertanian Negeri Pangkep.

4. Abdullah, S.Pi., M.Si dan Nurjannah Bando, SP., M.Si, selaku pembimbing I

dan pembimbing II.

5. Yunarti, SP., M.Si dan Arifah, SP., Menv. Sc, selaku penguji I dan penguji II.
6. Yusri Alamsyah selaku Pembimbing Lapangan yang telah memberikan arahan

dan bimbingan pada saat melaksanakan PKPM. serta para staf pegawai dan

karyawan di PT. Usaha Centraljaya Sakti yang turut membantu dalam

memperoleh ilmu maupun informasi yang penulis butuhkan.

7. Dosen serta pegawai dan teknisi jurusan Agribisnis.

8. Ir. Mursida., M.Si selaku Sekretaris jurusan TPHP yang senantiasa

memberikan semangat dan doa serta bantuan moril maupun materi kepada

penulis.

9. Afsan yang senantiasa memberikan semangat dan doa serta bantuan moril

maupun materi kepada penulis.

10. Sahabat-sahabat serta teman-teman dari jurusan Agribisnis angkatan XXVII.

11. Teman-teman di keluarga HIMAGRI (Loyalitas Tanpa Batas).

Semoga amal baik mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT, dengan

balasan yang berlipa ganda. Penulis menyadari bahwa mungkin masih banyak

kekurangan yang mendasar pada Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis

mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun.

Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan

Tugas Akhir selanjutnya. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya bagi penulis sendiri.

Pangkep, 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

INTISARI ....................................................................................................... xii

ABSTRACT ................................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


2.1 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori ............................................ 5
2.2 Kerangka Pikir ................................................................................ 32

BAB III. METODE KEGIATAN


3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................... 34
3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 34
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 35
3.4 Metode Analisis Data ..................................................................... 36
3.5 Defenisi Operasional dan Batasan Variabel ................................... 38
BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
1.1 Sejarah PT. Usaha Centraljaya Sakti .............................................. 39
1.2 Visi dan Misi .................................................................................. 39
1.3 Lokasi PT. Usaha Centraljaya Sakti ............................................... 39
1.4 Sarana dan Prasarana ...................................................................... 40
1.5 Potensi Wilayah .............................................................................. 43
1.6 Struktur Organisasi ......................................................................... 44

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Proses Pengemasan Ikan Layur Beku ............................................. 47
5.2 Standar Bahan Baku Kemasan ........................................................ 55
5.3 Bentuk dan Ukuran Kemasan ......................................................... 59
5.4 Kapasitas Kemasan ......................................................................... 65

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 68
6.2 Saran ............................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman


5.1 Ukuran Produk Ikan Layur .................................................................. 65
DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman


2.1 Ikan Layur (Trichiurus lepturus) ........................................................ 5
5.2 Pelepasan Produk dari Long Pan ........................................................ 47
5.3 Penimbangan I Produk ....................................................................... 48
5.4 Glazing Produk .................................................................................... 49
5.5 Penimbangan II Produk ....................................................................... 50
5.6 Penerimaan Plastik Pembungkus pada Produk ................................... 51
5.7 Pengepakan Produk ............................................................................. 52
5.8 Penerimaan Plastik Pembungkus Luar Produk ................................... 53
5.10 Strapping Produk ................................................................................ 55
DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman


1. Struktur Organisasi PT. Usaha Centraljaya Sakti ............................. 74
2. Alur Proses Produksi Ikan Pelagis Beku ........................................... 75
INTISARI

Ayul Fika, 1422050168. Penerapan Standar Kemasan Produk Ikan Layur Beku di
PT. Usaha Centraljaya Sakti, Makassar dibawah bimbingan Abdullah dan
Nurjannah Bando.

Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui (1) standar bahan baku kemasan ikan
layur beku tujuan ekspor (2) bentuk dan ukuran kemasan produk ikan layur beku
tujuan ekspor (3) kapasitas kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT.
Usaha Centraljaya Sakti, Jalan KIMA 5 Kav. E No. 3A, Kecamatan Biringkanaya,
Makassar, Sulawesi Selatan. Jenis data yang digunakan yaitu data kuantitatif dan
data kualitatif. Data tersebut dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara
dan penelusuran literatur, yang selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif.
Hasil Tugas Akhir ini yaitu standar bahan baku kemasan yang digunakan dalam
pengemasan produk ikan layur beku didasarkan pada SNI 01-4110.3-2006 Ikan
Beku-Bagian 3: Penanganan dan Pengolahan dan sesuai dengan kesepakatan antara
pihak perusahaan dan buyer. Standar yang sesuai dengan kesepakatan pihak
perusahaan dengan buyer yaitu mengenai bentuk, ukuran dan kapasitas kemasan.
Bentuk kemasan yang digunakan yaitu untuk plastik polyethylene (PE) berbentuk
persegi panjang dan Master Carton (MC) berbentuk balok. Ukuran plastik
polyethylene (PE) yaitu 90×50 cm dengan ketebalan 0,04 mm dan ukuran Master
Carton (MC) 97×51×11 cm dengan ketebalan 3 ply. Kapasitas kemasan yaitu 10
kg/MC.

Kata kunci: pengemasan, ikan layur beku, Tugas Akhir


ABSTRACT

Ayul Fika, 1422050168. Application Capacity of Fish Layur Frozen Product


Packaging at PT. Usaha Centraljaya Sakti, Makassar under the guidance of
Abdullah and Nurjannah Bando.

This final project is aimed to know the standard of raw material of fish packet of
export destination, the shape and size of the packaging of fish layur frozen product
of export destination in PT. Usaha Centraljaya Sakti, KIMA 5 Kav. E No. 3A,
Biringkanaya Districts, Makassar, South Sulawesi. Types of data used are
quantitative data and qualitative data. Data collected by observation methods,
interviews and literatur search, which then analyzed by descriptive analysis. The
result if this final task is the standard packaging material used in packing frozen
fish based on SNI 01-4110.3-2006 Frozen Fish-Section 3: Handling and Processing
and in accordance with the agreement between the compony with the buyer.
Standards in accordance with the agreement between the company with the buyer
is about the shape, size and capacity of the packaging. The form of packaging used
is for rectangular polyethylene (PE) plastic and Master Carton (MC) shape beams.
Plastic polyethylene (PE) size is 90×50 cm with a thickness of 0,04 mm and size
Master Carton (MC) 97×51×11 cm with a thickness 3 ply. Packing capacity 10
kg/MC.

Keywords: packing, fish layur frozen, Final Project


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya laut untuk perikanan merupakan hal yang sangat

penting sebagai sumber pangan dan komoditi perdagangan. Perikanan di Indonesia

memiliki peranan yang cukup penting, terutama menghasilkan protein hewani

dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor,

menyediakan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan kesempatan

berusaha, serta mendukung pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan

kelestarian dan fungsi lingkungan hidup. Oleh karena itu, perikanan merupakan

salah satu subsektor pertanian yang menopang perekonomian Indonesia.

Produk perikanan merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia. Salah

satunya adalah ikan layur. Ikan layur (Trichuirus lepturus) adalah ikan perairan laut

yang mudah dikenal dari bentuknya yang panjang dan rumping. Di Indonesia, ikan

layur menyebar dan dijumpai pada semua perairan pantai Indonesia (Froese dan

Pauly, 2006). Ikan layur pada umumnya dikenal dengan nama ribbon fishes

merupakan salah satu ikan komersial penting, komoditi perikanan yang potensial

dan prospek ekonomi tinggi, serta mulai diperhitungkan sebagai komoditi ekspor.

Permintaan ikan layur untuk tujuan ekspor cenderung meningkat terutama dari

beberapa negara Asia khususnya Cina, Jepang, Taiwan dan Korea (Ambarwati,

2008).

Untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut, maka beberapa

perusahaan memasarkan ikan layur dengan cara dibekukan agar kualitas ikan tetap
bagus sampai ke tangan konsumen. Pembekuan ikan layur ini bermaksud untuk

menghambat kegiatan bakteri dan enzim sehingga daya awet ikan beku lebih besar

dibandingkan dengan ikan yang hanya didinginkan (Sidiq, 2013).

Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kerusakan oleh

sifat alamiah dari produk yang berlangsung secara spontan dan yang kedua adalah

kerusakan karena pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengemasan

untuk membatasi bahan pangan dengan lingkungan untuk mencegah atau menunda

proses kerusakan sehingga produk mempunyai daya tahan lebih lama untuk

dikonsumsi (Nur, 2009).

Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau

pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk

menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting

sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010). Selanjutnya, kemasan yang dirancang

dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Adanya

wadah atau pemungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,

melindungi bahan pangan yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya

pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Disamping itu,

pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk

industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,

pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi

sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi

dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.


6

Dalam suatu perusahaan industri khususnya yang bergerak di bidang

pengeksporan, maka kemasan produk harus memenuhi standar bahan baku

kemasan yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional Indonesia

(BSNI) dan bentuk, ukuran serta kapasitas kemasan berdasarkan kesepakatan antara

pihak perusahaan dengan buyer. Pengemasan produk tujuan ekspor di PT. Usaha

Centraljaya Sakti berbeda dengan pengemasan produk domestik. Hal tersebut

berdasarkan kesepakatan antara pihak perusahaan dengan buyer. Selain itu, produk

tujuan ekspor dipasarkan dengan menggunakan container sehingga diperlukan

suatu kemasan tersier (pembungkus luar) yang dapat melindungi kemasan sekunder

(karton gelombang) selama berada dalam container yang bersuhu -25oC.

Sedangkan produk domestik dipasarkan dengan menggunakan mobil pick up

sehingga tidak menggunakan kemasan tersier (pembungkus luar). Hanya

menggunakan kemasan primer dan sekunder saja.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengamati lebih lanjut mengenai

pengemasan produk di PT. Usaha Centraljaya Sakti yang akan dituangkan dalam

bentuk Tugas Akhir dengan judul “Penerapan Standar Kemasan Produk Ikan Layur

Beku Tujuan Ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti, Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana standar bahan baku kemasan yang digunakan dalam pengemasan

produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti?

2. Bagaimana bentuk dan ukuran kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor

di PT. Usaha Centraljaya Sakti?


7

3. Berapa kapasitas kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha

Centraljaya Sakti?

1.3 Tujuan Penelitian

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktek

Mahasiswa (PKPM) dengan tujuan untuk mengetahui:

1. Standar bahan baku kemasan yang digunakan dalam pengemasan produk ikan

layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti.

2. Bentuk dan ukuran kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha

Centraljaya Sakti.

3. Kapasitas kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha

Centraljaya Sakti.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Mampu mengetahui standar bahan baku kemasan, bentuk, ukuran dan kapasitas

kemasan produk ikan layur beku tujuan ekspor di PT. Usaha Centraljaya Sakti.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai standar bahan baku kemasan,

bentuk, ukuran dan kapasitas kemasan produk ikan layur beku.

3. Sebagai bahan informasi dan acuan dalam pengemasan produk ikan layur beku

dan diharapkan menjadi bahan masukan bagi perusahaan industri yang

bergerak di bidang pengolahan khususnya mengenai pengemasan produk ikan

layur beku.
8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Layur

Menurut Saanin (1984), ikan layur diklasifikasikan sebagai berikut:

Phyllum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Sub Ordo : Scrombroidea

Famili : Trichiuridae

Genus : Trichiurus

Spesies : Trichiurus lepturus

Gambar 2.1 Ikan Layur (Trichiurus lepturus)

Sumber: Data Sekunder, IFT 2010


Ikan layur (Trichiurus lepturus) mempunyai ciri-ciri morfologis sebagai

berikut: badan sangat panjang, pipih seperti pita terutama bagian ujung belakang

ekor, dalam bahasa inggris disebut hairtail. Ikan ini memiliki mulut lebar

dilengkapi dengan gigi tangkap yang kuat dan tajam. Rahang bawah lebih besar jika

dibandingkan dengan rahang atas. Sirip punggung memanjang mulai dari atas

kepala sampai pangkal ekor. Memiliki jari-jari lemah berjumlah 105-134. Sirip

dubur tumbuh kurang sempurna dan berjari-jari lemah sejumlah 72-80 berupa

deretan-deretan duri kecil, tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk terlihat jauh

dibagian bawah badan.

Ikan layur dalam keadaan hidup berwarna biru kegelapan, sedangkan dalam

keadaan mati ikan ini berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan. Bagian atas

kepala berwarna ungu agak gelap. Sirip-siripnya sedikit kekuningan atau kuning

dengan pinggiran gelap (Direktorat Jendral Perikanan, 1998).

2.1.2 Kandungan Gizi Ikan Layur

Komposisi kimia ikan tergantung pada spesies, umur, jenis kelamin dan

musim penangkapan serta ketersediaan pakan di air, habitat dan kondisi

lingkungan. Kandungan protein dan mineral daging ikan relatif konstan, tetapi

kadar air dan kadar lemak sangat berfluktuasi. Kandungan lemak pada daging yang

semakin besar akan menyebabkan kandungan air yang semakin kecil dan

sebaliknya. Ikan selain dikenal memiliki kandungan protein yang tinggi juga

memiliki komposisi asam amino yang lengkap serta mengandung lemak yang kaya

akan asam lemak tak jenuh atau PUFA yang berkhasiat bagi kesehatan. Ikan layur

merupakan salah satu contoh ikan laut, sehingga pada umumnya komposisi minyak
35

ikan lebih kompleks dan mengandung asam lemak tak jenuh rantai panjang yang

relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan tawar (Wulandari, 2012).

Selanjutnya, ikan layur termasuk ke dalam ikan laut yang memiliki

kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan lemaknya.

Ikan ini memiliki 49% bagian yang dapat dimanfaatkan, dengan kata lain rendemen

total ikan layur adalah sebesar 49%. Komposisi kimia ikan layur dalam 100 gr

bagian yang dapat dimakan, yaitu: energi total 82 kkal, kandungan protein 18 gr,

kandungan lemak 1 gr dan kandungan karbohidrat 0,4 gr. Komposisi kimia yang

seperti ini menjadikan ikan layur terpilih sebagai salah satu komoditas ekspor ikan

dari Indonesia. Target pasar luar negeri yang diincar untuk sektor ikan domersal

terutama ikan layur adalah negara China dan Korea. Kedua negara ini sangat

mempertimbangkan komposisi kimia ikan yang diimpornya terutama kandungan

proteinnya. Berdasarkan komposisi kimianya, ikan layur termasuk salah ikan

dengan kadar protein tinggi.

Adapun manfaat dan khasiat ikan layur bagi kesehatan yaitu menambah

kadar hemoglobin (Hb), mencegah penyakit lupus, mengobati pengapuran

pembuluh darah (Aterosklerosis), merangsang kemunculan hormon serotonin,

mengobati radang, mencegah gingvitis, mencegha hipotensi, mencegah gondok,

mencegah penyakit anoreksia, membersihkan saluran cerna, meredakan maag,

membentuk antibodi, mencegah kanker otak, menambah massa otot, memberantas

lemak jahat, makanan sehat untuk diet, mengurangi resiko terkena diabetes,

memberantas kolesterol, mencegah asam urat, melancarkan siklus haid, mencegah


36

infeksi, menambah stamina, melancarkan metabolisme tubuh, mempercepat proses

penyembuhan luka, menambah kalori, mencegah beri-beri dan mencerdaskan otak.

2.1.2 Pengertian Pengemasan

Menurut Kotler & Kelller (2009), pengemasan adalah kegiatan merancang

dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah

aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk.

Pengemasan membatasi bahan pangan dengan lingkungan sekitarnya, sehingga

dapat mencegah atau menghambat kerusakan.

Pemilihan bentuk dan jenis kemasan harus disesuaikan dengan produk yang

akan dikemas, sehingga dapat memenuhi fungsi kemasan sebagai wadah produk,

pelindung produk, alat komunikasi dan penambah daya tarik produk (Robertson,

1993). Pengemasan dapat memperlambat kerusakan produk, memperpanjang umur

simpan dan menjaga atau meningkatkan kualitas dan keamanan pangan.

Pengemasan juga dapat melindungi produk dari 3 pengaruh luar yaitu kimia,

biologis dan fisik. Perlindungan kimia mengurangi perubahan komposisi yang

cepat oleh pengaruh lingkungan, seperti terpapar gas (oksigen), uap air dan cahaya

(cahaya tampak, infra merah atau ultraviolet). Perlindungan biologis mampu

menahan mikroorganisme (pathogen dan agen pembusuk), serangga, hewan

pengerat dan hewan lainnya. Perlindungan fisik menjaga produk dari bahaya

mekanik dan menghindari goncangan dan getaran selama pendistribusian (Mars dan

Bugusu, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan

dengan kemasan yang digunakan dapat dibagi dalam 2 golongan utama yaitu
37

kerusakan yang disebabkan oleh sifat alamiah dari produk sehingga tidak dapat

dicegah dengan pengemasan saja (perubahan-perubahan fisik, biokimia dan kimia

serta mikrobiologis) dan kerusakan yang tergantung pada lingkungan dan hampir

seluruhnya dapat dikontrol dengan kemasan yang digunakan (kerusakan mekanis,

perubahan kadar air bahan pangan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen,

kehilangan dan penambah cita rasa yang tidak diinginkan).

Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material,

warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar

produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi,

mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah

produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006). Biasanya fungsi utama dari

kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor

yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010). Kemasan yang

dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan.

2.1.3 Ruang Lingkup Kemasan

Kemasan meliputi 3 hal yaitu merek, kemasan itu sendiri dan label. Ada tiga

alasan utama untuk melakukan pengemasan yaitu:

1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan

Kemasan melindungi produk dalam perjalanannya dari produsen ke

konsumen. Produk-produk yang dikemas biasanya lebih bersih, menarik dan tahan

terhadap kerusakan yang disebabkan oleh cuaca.


38

2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran

Melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan

sendirinya pertukaran oleh produk pesaing. Kemasan merupakan satu-satunya cara

perusahaan membedakan produknya.

3. Kemasan merupakan suatu cara untuk meningkatkan laba perusahaan

Oleh karena itu, perusahaan harus membuat kemasan semenarik mungkin.

Dengan kemasan yang sangat menarik diharapkan dapat memikat dan menarik

perhatian konsumen. Ruang lingkup bidang kemasan saat ini juga sudah semakin

luas, mulai dari bahan yang sangat bervariasi hingga bentuk dan teknologi kemasan

yang semakin menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari bahan

kertas, plastik, kayu, logam, fiber hingga bahan-bahan yang dilaminasi. Bentuk dan

teknologi kemasan juga bervariasi dari kemasan berbentuk kubus, limas, tetrapak,

corrugated box, kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pintar (active and

intelligent packaging) yang dapat menyesuaikan kondisi lingkungan didalam

kemasan dengan kebutuhan produk yang dikemas.

2.1.4 Fungsi Kemasan

Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang

sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai

pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007), mengemukakan

pengemasan mempunyai 2 fungsi yaitu:

1. Fungsi Protektif
39

Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi

dan saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan

protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko pembelian produk

rusak atau cacat.

2. Fungsi Promosional

Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun

kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi,

perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran,

dan penampilan.

Sedangkan menurut Kotler (1999), terdapat 4 fungsi kemasan sebagai suatu

alat pemasaran, yaitu :

1. Self Service (Swalayan)

Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan,

dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan

konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk.

2. Consumer Offluence (Kekayaan Konsumen)

Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan,

ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.

3. Company and Brand Image (Perusahaan dan Citra Merek)

Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang

dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan

atau merek produk.

4. Inovational Opportunity (Peluang Inovasi)


40

Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga

memberi keuntungan bagi produsen. Selain berfungsi sebagai media pemasaran,

kemasan juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu sebagai berikut:

1. Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar kemasan

adalah untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau kehilangan melalui

pencurian atau kesalahan penempatan.

2. Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada

sebuah produk dan memperkuat citra produk.

3. Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual

produk dengan menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.

2.1.5 Tujuan Kemasan

Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan

mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Physical Production

Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya.

2. Barrier Protection

Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya.

3. Containment or Agglomeration

Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam satu paket

untuk efisiensi transportasi dan penanganan.

4. Information Transmission

Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang, atau

membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.
41

5. Reducing Theft

Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik

(menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan

pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti-

pencurian.

6. Convenience

Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan,

penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan

kembali.

7. Marketing

Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon

pembeli untuk membeli produk.

2.1.6 Jenis Kemasan

Wadah atau bungkus terdiri dari 3 jenis (Hasantua, 2015), yaitu sebagai

berikut:

1. Kemasan Dasar (Primary Package)

Adalah kemasan yang di gunakan sebagai kemasan utama, yaitu kemasan

yang bersentuhan langsung dengan produk atau isi.

2. Kemasan Tambahan (Secondary Package)

Adalah kemasan yang melindungi dan membungkus kemasan dasar atau

primer. Kemasan ini adalah merupakan media iklan karena terdapat corak karya

seni yang melambangkan produk yang di kemasnya.

3. Kemasan Pengiriman (Shipping Package)


42

Adalah kemasan yang di gunakan untuk keperluan pengiriman,

penyimpanan dan identitas terhadap produk. Jenis kemasan ini melindungi kemasan

sekunder dan kemasan primer selama proses distribusi dari produsen ke konsumen.

2.1.7 Bahan Kemasan

Bahan yang secara luas dipakai untuk mengemas produk makanan atau

kontak dengan bahan makanan yaitu plastik, logam (stainless steel, pelat timah,

aluminium, campuran timah putih dan timah hitam), kertas dan karton, bahan

selulosa dan selafon, kayu, kaca, kertas dll.

1. Plastik

Plastik adalah polimer organik dari berbagai struktur, komposisi kimia dan

sifat-sifat fisik. Kemasan yang dibuat dari plastik dapat berbentuk film (lapisan

tipis), kantong atau bentuk lain. Yang dimaksud dengan film disini adalah suatu

lembaran plastik yang mempunyai ketebalan 0,10 inchi atau lebih tipis lagi. Bahan

yang dapat digunakan untuk membuat plastik adalah selulosa, polietilene, propilen

poliamida, poliester, polivinilklorida (PVC), poliviniliden kliloro (PVDC), rubber

hidro klorida (pliofilm) dan sebagainya. Berikut ini diuraikan secara singkat

beberapa jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan makanan yaitu:

1.1 Poliolefins

a. Polyethylene

Polyethylene (PE) dibuat dengan cara polimerisasi dan gas etilena yang

merupakan hasil samping dari industri minyak atau batu bara. Terdapat dua macam

proses. PEDR adalah bahan yang bersifat kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan

permukaannya terasa agak berlemak. Pada suhu kurang dari 60oC sangat resisten
43

terhadap sebagian besar senyawa kimia. Di atas suhu tersebut polimer ini menjadi

larut dalam pelarut hidrokarbon dan hidrokarbon klorida.

Daya proteksinya terhadap uap air tergolong besar, akan tetapi kurang baik

bagi gas-gas yang lain seperti oksigen. Titik lunaknya rendah, oleh sebab itu tidak

tahan untuk proses sterilisasi dengan uap panas, dan kalau ada senyawa kimia yang

bersifat polar akan mengalami stress cracking (menjadi retak oleh penekanan).

Mudah diubah menjadi film yang sangat ringan yang banyak digunakan untuk

mengemas (pre-pack) produk segar beku, yang sangat cocok untuk keperluan

perekatan dengan panas. Bahan ini juga mudah dilapiskan pada bahan lain seperti

kertas dan aluminium. PEDR banyak dibuat kantung dan dicetak hembus (blow

moulded) menjadi berbagai bentuk kemasan terutama bagi keperluan suhu rendah.

Salah satu keuntungan pemakaian PEDT adalah dapat bertahan pada kondisi

sterilisasi dengan uap panas.

b. Polipropilene

Polipropilene adalah bentuk lain dari anggota kelompok olefin bentuk film

yang diulur menuju ke dua arah, terkenal dengan nama OPP (Oriented

Polipropylene). Lembaran film ditarik ulur menuju kedua arah saling tegak lurus

pada suhu yang sesuai. Film yang dihasilkan bersifat lebih mengkilap dan jernih,

lebih tahan terhadap impak dan lebih sukar ditembus uap air dan oksigen.

Pemakaian yang paling luas dalam industri pangan adalah untuk membungkus

makanan kecil dan biskuit sebagai pengganti dari bahan turunan selulosa.

c. Polivinil Khlorida (PVC)


44

PVC bersifat keras, kaku namun jernih dan mengkilap, sangat sukar

ditembus air dan permeabilitas gas-nya rendah. Oleh sebab itu, polimer ini cukup

baik untuk kemasan bagi minuman yang mengandung karbon diokasida, air mineral

dan minyak goreng.

Bahan ini banyak pula diproduksi dalam bentuk film yang sudah terorientasi

secara biaxial untuk membuat pembungkus susut (shrink film) bagi daging dan

keju. Tahan terhadap semua jenis pelarut kecuali golongan keton siklis,

tetrahidrofuran, beberapa hidrokarbon klorida dan dimetilasetamida. Daya tahan

terhadap minyak dan lemak cukup baik, adanya khlor membuat plastik ini sukar

terbakar. Film dan lembaran PVC banyak dibentuk dengan bantuan panas.

d. Vinilidin Khlorida

Bersifat tidak larut dalam sebagian besar pelarut dan daya serap airnya

sangat rendah. Dapat menghasilkan film yang kuat, jernih dengan permeabilitas

terhadap gas cukup rendah. Sangat sering dimanfaatkan sebagai satu kopolimer

dengan PVC untuk pelapis kertas, produk selilosa polipropilene guna memperbaiki

daya proteksinya.

e. Politetrafluor Ethilena (PTFE)

Bahan ini terdiri atas rantai-rantai yang lurus tidak bercabang. Ikatan-ikatan

F-C dan C-C merupakan ikatan-ikatan kimia yang sangat kuat, hal ini direfleksikan

pada sifatnya yang sangat iner terhadap reaksi-reaksi kimia. Polimer ini bersifat

halix, berlemak dan umumnya berwarna abu-abu. Koefisien gesekannya sangat

rendah sehingga menghasilkan permukaan yang tidak mudah lengket serta bertahan

pada daerah suhu kerja yang luas.


45

1.2 Derivat vinil

Pengaruh dari struktur polimer terhadap sifat-sifat fungsional yang penting

dalam pengemasan, umumnya adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan, ketahanan terhadap suhu tinggi, ketahanan terhadap kerja pelarut,

dan ketahanan terhadap difusi yang mengikat dengan naiknya derajat

kristalisasi.

b. Adanya gugusan polar menurunkan ketahanan terhadap terhadap difusi dari

molekul polar.

c. Rantai-rantai lurus dan orientasi dari kristalit memperbaiki kekuatan dan

impermeabilitas. Penambahan ”plasticizer” meningkatkan permeabilitas dan

kelarutan.

1.3 Poliester

Poliester yang paling penting dalam pengemasan makanan adalah

polietilene terephtalat, suatu produk kondensasi dari etilene glikol dan terephtalat.

Dikenal juga dengan nama dagang Mylar. Mylar adalah polimer tinier kristal

dengan kekuatan dan sifat inert yang istimewa. Mylar telah digunakan secara luas

dalam “lamination” terutama untuk bagian luar, sehingga tahan terhadap kikisan

atau sobekan (sifat abrasi), yang digunakan untuk kantung-kantung makanan yang

memerlukan sifat-sifat protektif.

1.4 Pliofilm

Rubber hidroklorida atau pliofilm digunakan untuk pengemasan beberapa

jenis makanan tertentu. Sifat-sifat pliofilm ditentukan oleh jenis dan jumlah

“plasticizer” yang ditambahkan.


46

1.5 Poliamida

Poliamida merupakan senyawa kondensasi polimer dari diamin dengan dua

molekul asam (di-acid) dan dalam perdagangan dikenal sebagai nilon. Nilon

bersifat inert dan tahan panas serta mempunyai sifat-sifat mekanis yang istimewa.

Biasanya nilon dilapiskan atau digunakan secara kombinasi dengan bahan-bahan

lain untuk memproduksi bahan-bahan pengemas makanan yang bersifat inert dan

permeabilitasnya rendah.

2. Logam

Kemasan logam yamg paling banyak penggunaannya adalah kaleng.

Umumnya kaleng ini digunakan untuk produk-produk yang disterilisasi dengan

panas dan dibuat dari “tinplate” yang terdiri dari lembaran dasar baja dilapisi

dengan timah secara “hot dipping” (pencelupan dalam timah cair panas) atau

dengan proses elektrolit. Jumlah lapisan timah tergantung pada prosesnya dan jenis

kaleng.

3. Stainless Steel

Bahan yang kontak dengan makanan haruslah bersih dan steril permukaan

dari peralatan pengolahan makanan harus dapat dibersihkan secara mudah pada

setiap kali prosessing. Banyak diantara bahan pembersih bersifat korosif, oleh

sebab itu diperlukan bahan yang tahan korosif. Stainless steel sesuai dengan

namanya memiliki beberapa sifat yang diinginkan dan bisa tahan terhadap serangan

detergen, larutan pen-steril hipokhlorit, asam serta alkali.

4. Aluminium
47

Keuntungan pemakaian aluminium sebagai pengemas bahan makanan

adalah sebagai berikut:

a. Beratnya ringan

b. Tahan terhadap korosi

c. Tidak mengandung toksis

d. Tidak melunturkan warna makanan atau menimbulkan noda

e. Mudah dikerjakan

f. Penampilan menarik, mudah didekorasi dan kesannya bagus, menarik

g. Sifat-sifatnya terhadap panas sangat bagus

h. Tidak permeabel terhadap air dan gas

i. Mudah didaur ulang

Kaleng-kaleng aluminium pertama kali digunakan di Skadinafia dan

Switzerland untuk mengemas ikan, susu, daging dan sayur-sayuran. Diawal

tahun1930-an, aluminium foil telah menggeser foil yang terbuat dari bahan dasar

lain yakni timah putih dan timah hitam. Aluminium juga digunakan untuk

pembuatan peralatan dalam processing dipabrik serta mesin-mesin. Kemurnian dari

aluminium food grade adalah lebih dari 99%.

5. Aluminium foil

Foil adalah bahan kemas dari logam, berupa lembaran aluminium padat dan

tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm. Mempunyai kekerasan yang berbeda-

beda. Ketebalan dari alminium foil menentukan sifat protektifnya. Foil dengan

ketebalan rendah masih dapat dilalui oleh gas dan uap. Biasanya aluminium foil

digunakan ukuran 0,009 mm untuk membungkus bon-bon, susu asam dan


48

sebagainya, sedangkan pada ukuran 0,05 untuk tutup botol yang multi trip.

Berbagai makanan yang dibungkus dengan aluminium foil menunjukkan bahwa

produk-produk makanan tersebut cukup baik dan tahan terhadap aluminium dengan

resiko pengkaratan yang kecil. Reaksi-reaksi yang ditemukan tidak berakibat fatal.

Tetapi jika makanan yang sama dibungkus dengan alminium foil bersentuhan

dengan logam-logam lain (baja, timah, perak) maka akan terjadi reaksi elektrokimia

dengan aluminium sebagai anoda.

6. Kertas

Kertas sebagai bahan pengemas banyak digunakan dan masih akan

mempertahankan posisinya untuk jangka waktu yang lama karena harganya yang

murah, mudah diperoleh dan penggunaanya luas. Sifat-sifat pengemasan dari kertas

sangat bervariasi tergantung dari proses pembuatanya dan perlakuan tambahan

yang diberikan. Kekuatan dan sifat mekanis dari kertas tergantung pada perlakuan

mekanis dari serat selulosa dan dan tergantung pada pemberian bahan-bahan

pengisi dan pengikat. Sifat-sifat fisika kimia dari kertas, seperti permeabilitas

terhadap cairan uap dan gas, dapat memodifikasi dengan penjenuhan atau

“laminating”.

Ada dua jenis kertas yang utama digunakan yaitu kertas kasar dan kertas

lunak. Semua kertas yang digunakan untuk kemasan diklasifikasikan sebagai kertas

kasar. Kertas halus yang digunakan sebagai kertas tulis surat obligasi, buku besar

dan kertas sampul. Kertas yang paling banyak digunakan untuk kemasan adalah

yang kita kenal sebagai kertas kraft dengan warna alami. Jenis pengemas yang

berbahan baku kertas:


49

6.1 Karton Lipat (Folding Carton)

Merupakan jenis pengemas yang populer karena sifat praktis dan harganya

yang paling murah, mudah dilipat sehingga hanya memerlukan sedikit tempat

dalam pengangkutan dan penyimpanan. Demikian juga dalam percetakan, dapat

dilakukan untuk meningkatkan penampilan produk. Pemakaian yang luas dari jenis

kemasan ini disebabkan banyaknya variasi dalam hal model, bentuk dan ukuran

dengan karakteristik yang khusus.

Dalam perdagangan karton dikenal dengan nama FC (Folding Karton).

Penggunaannya selain itu pengemasan bahan pangan dari pertanian juga untuk

mengemas berbagai macam barang. Karton yang digunakan untuk FC didesain

khusus dengan daya lentur yang cukup sehingga saat dilipat tanpa sobek pada garis

lipatannya. Untuk produk makanan memerlukan kualitas tinggi, paling baik

menggunakan bahan yang murni. Bahan yang paling banyak digunakan untuk

karton lipat adalah Cylinder board yang terdiri dari beberapa lapisan. Bagian tengah

biasanya terbuat dari kertas-kertas sisa yang telah mengalami daur ulang dengan

kertas koran murni pada satu sisinya yang lain.

6.2 Kardus (Setup Boxes)

Kardus sebenarnya menyerupai kotak karton lipat terutama apabila dilihat

dari bentuk-bentuk yang ada. Akan tetapi jenis pengemas kardus mempunyai

kelebihan dalam pemakaiannya. Bahan kardus adalah kertas karton, seringkali

dilaminasi oleh kertas putih. Ada bagian-bagian untuk cetakan barang-barang yang

dikemas stabil. Bagian-bagian tersebut dapat dirakit sesuai dengan penggunaannya.

Barang-barang yang mudah pecah dapat dikemas dengan stabil.


50

6.2 Karton Kerdut

Nama lain dari karton kerdut adalah arn bergelombang dan karton beralir.

Karton kerdut dibentuk dengan merekat lembaran datar ke bagian yang

bergelombang. Apabila hanya satu lembar datar yang merekat maka disebut karton

kerdut satu muka, sedangkan bila dua lembar yang direkatkan pada karton yang

bergelombang disebut karton kerdut muka ganda. Selanjutnya dikenal nama-nama

dinding ganda dan dinding tiga yang mungkin diberi lapisan tambahan. Ada bagian

dalam pengemas karton kerdut bisa dipasang berbagai bentuk untuk jenis pengaman

guna menjaga kerusakan produk yang dikemas.

7. Selofan

Komponen utama dari selafon adalah selulosa, semua selafon mengandung

suatu plasticizer seperti gliserol atau etilen glikol. “Plasticizer” adalah bahan-bahan

yang biasanya adalah pelarut yang sifat menguapnya rendah, yang ditambahkan

pada plastik untuk mengurangi daya tarik menarik antara rantai-rantai polimer. Hal

ini menghasilkan plastik dengan fleksibilitas yang lebih baik. Selulosa yang diberi

“plasticizer” atau yang disebut selafon ini tidak memiliki proteksi terhadap difusi

uap air. Sifat-sifat pengemasan dari selafon ditentukan terutama oleh sifat dari

lapisan-lapisan ini. Salah satu contoh, misalnya pelapisan dengan nitoselulosa,

selafon akan lebih tahan terhadap air, lebih fleksibel dan dapat ditutup atau

direkatkan dengan pemanasan.

8. Kayu

Kemasan yang terbuat dari kayu digunakan secara luas untuk pengapalan

dan penyimpanan makanan yang sudah dikemas. Kemasan dari kayu jarang
51

digunakan sebagai wadah makanan secara langsung. Terdapat beberapa faktor yang

harus dipertimbangkan dalam memutuskan spesies kayu yang cocok untuk

pengemasan. Faktor-faktor tersebut antara lain densitas, kemudahan pemakuan,

ketersediaan, jenis produk yang dikemas, kekuatan, kekakuan dan tersedianya

bagian-bagian serta panjang yang memadai. Jenis kayu yang cocok untuk

pengemasan umumnya adalah kayu lunak (soft wood) seperti pinus sp atau agathis

sp dengan densitas antara 270-700 kg/m3.

Terdapat 9 tolak ukur yang berpengaruh pada perencanaan kemasan yang

digunakan untuk industri yaitu:

a. Sifat dan berat kandungan produk

b. Corak/model dari kemasan

c. Bahan-bahan konstruksi dan kekuatan penggabungan

d. Dimensi kemasan

e. Keseimbangan berat

f. Metode dan kekuatan penanganan selama perjalanan

g. Limit kejatuhan yang diminta negara-negara pengimpor

h. Keadaan mendesak dari satu kiriman

i. Kekuatan penyimpanan kemasan yang dapat digunakan kembali.

8.1 Kotak Kayu Gergajian

Bentuk kotak gergajian adalah bentuk box dan case. Desain kotak dengan

beban terendah sebesar 20-50 kg sampai pemuatan beban tinggi 800 kg.

8.2 Kotak Kayu Lapis


52

Ada beberapa hal penting yang mendasari penggunaan kotak kayu lapis

antara lain:

a. Kotak kayu yang tipis dapat memberikan kekuatan yang sama

b. Kotak lebih kecil dan lebih ringan

c. Panel-panel kayu lapis lebih seragam

d. Daya tahan terhadap retakdari kayu lapis tinggi

e. Pemakuan dapat dilakukan dengan mudah

Kemasan kayu lapis memberikan perlindungan hawa lebih baik dibanding

kemasan kayu gergajian. Sedangkan kerugian penggunaan kayu lapis antara lain

karena ukuran standar 2.440×12.224 mm atau 2.400×1.200 mm, sehingga

mengurangi faktor fleksibilitas dan lebih banyak menghasilkan bahan sisa yang

tidak terpakai.

8.3 Kotak Berbingkai (Large Frame Cases)

Metode konstruksi kotak ini dipusatkan pada dasar yang dirancang secara

sangat kuat dan berat. Terdapat dua tipe dasar kotak kayu berbingkai yaitu tipe

penyangga (skid type) dan jendela (skill tipe).

8.4 Peti Krat (crates)

Merupakan rancangan bingkai yang digunakan sebagai pengemas selama

pengangkutan barang-barang. Rancangan bingkai tidak membutuhkan suatu

pelindung ketat seert halnya box, case atau kotak berbingkai besar. Biasanya

mempunyai penguat dengan bentuk diagonal sebagai anti deformasi, bagian atas

dan dasar secara penuh atau sebagian dilapisi dengan papan.


53

Sistem ini dapat diterapkan pada kotak berbingkai besar, dilengkapi dengan

bagian-bagian yang tahan air dan kuat, sehingga kemasan lebih tepat guna dalam

hal kemudahan produk yang dikemas. Asak rasio untuk rat dengan barang berat

adalah maksimal 1:2.

8.5 Kotak Berkawat

Merupakan peti kayu dimana lembaran sisi miring, atas dan dasar digunakan

beberapa tali klawat dan diikat dalam satu rancangan. Terdapat dua tipe kotak

berkawat ukuran kecil bila dihubungkan dengan metode pengemasan atau

penyusunan. Keuntungan utama adalah kemudahan perakitan dengan

menggunakanpapan datar. Jika dibandingkan kotak dapat dilipat dengan mudah

setelah penggunaan dan dirakit dengan sama mudahnya.

8.6 Kotak dengan Sisi Logam

Tipe ini menggunakan pemancang logam pada sisi pinggir kotak, pemakuan

pangkat kayu lunak, untuk membentuk badan panel.

8.7 Kemasan Bahan Pangan Segar

Terdapat dua metode yang berbeda untuk pengemasan bahan pangan,

penyimpanan dan pengiriman yaitu:

a. Kotak dan nampan (berat 20 kg)

b. Tabung kontainer untuk produk kentang dan apel (150 kg)

Bahan yang biasa digunakan adalah kayu gergajian, kayu lapis tipis dan

papan keras (hardboard). Kayu berwarna terang lebih baik, karena kayu yang

berwana gelap banyak mengandung tanin, sehingga dapat mengurangi daya awet

bila berhubungan langsung dengan produk.


54

8.8 Pelat Kayu

Secara umum pelat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pelat yang bersifat

tidak dapat digunakan kembali (expandable pallet) dan pelat yang bersifat

permanen atau untuk beberapa kali perjalanan.

9. Gelas (Kaca)

Kemasan gelas telah digunakan selama berabad-abad lamanya dan tetap

merupakan media pengemasan yang penting hingga saat ini secara fisik, gelas

adalah suatu cairan dengan viscositas sangat tinggi yang mengalami pendinginan.

Secara kimia, wadah gelas adalah suatu campuran oksida anorganik dari berbagai

jenis komposisi. Sebagian besar wadah gelas adalah dari tipe soda, kapur, silika.

Sifat kimia yang stabil memungkinkan wadah tersebut dapat disimpan dalam

jangka waktu yang lama tanpa kerusakan. Sifat gelas yang tembus pandang sebagai

wadah pangan dapat dimanfaatkan untuk tujuan komersial guna merangsang

konsumen, karena calon pembeli dapat melihat dan meneliti bahan pangan sebelum

membeli.

2.1.8 Desain Kemasan

Menurut Kotler dan Keller (2012), kemasan yang baik dapat membangun

ekuitas merek dan mendorong penjualan.

Menurut Cahyorini & Rusfian (2013), variabel desain kemasan terdiri dari

3 dimensi, yaitu: desain grafis, struktur desain dan informasi produk.

1. Desain Grafis

Desain grafis adalah dekorasi visual pada permukaan kemasan dan terdiri

dari 4 dimensi, yaitu: nama merek, warna, tipografi dan gambar.


55

a. Nama Merek

Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai nama,

istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasikannya dari barang atau jasa dari satu

penjual/kelompok penjual dan mendeferensiasikan dari para pesaing (Kotler &

Keller, 2012).

b. Warna

Literatur pemasaran mengungkapkan bahwa warna kemasan memiliki

kemampuan untuk membangkitkan perasaan, perilaku emosi pada konsumen yang

berbeda (Mustikiwa & Marumbwa, 2013). Selanjutnya dalam kemasan produk,

pemasar menggunakan warna untuk menarik perhatian konsumen yang dapat

menciptakan perasaan positif atau negatif tentang produk/brand tertentu. Warna

kemasan mengkomunikasikan, menggambarkan dan menampilkan fitur-fitur yang

menyolok mata serta atribut intangibel dari sebuah merek. Hal ini dengan demikian

berarti bahwa warna membawa pesan khusus mengenai merek yang pada akhirnya

menciptakan proposisi penjualan yang unik (unique selling proposistion).

c. Tipografi

Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan

pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan

kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan

membaca semaksimal mungkin.

d. Gambar
56

Gambar termasuk foto, ilustrasi, simbol/icon, dan karakter. Secara khusus

gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide,

mengilustrasikan/menghiasi fakta yang mungkin cepat akan dilupakan atau

diabaikan tidak digambarkan.

2. Struktur Desain

Struktur desain berkaitan dengan fitur-fitur fisik kemasan, dan terdiri dari 3

sub dimensi yaitu bentuk, ukuran dan material.

a. Bentuk

Bentuk mempengaruhi proteksi dan fungsi keamanan dalam menyentuh,

menuangkan dan menyimpan. Bentuk yang lebih sederhana lebih menarik dari pada

yang biasanya dan persegi panjang lebih banyak disukai dari pada kotak.

b. Ukuran

Ukuran adalah measurement yaitu cara menilai jumlah objek, waktu atau

situasi sesuai dengan aturan tertentu.

c. Material

Bahan kemasan mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas

produk (Smith, 1993). Sedangkan menurut Shimp (2000) menyatakan bahwa bahan

kemasan dapat membangkitkan emosi dan perasaan tertentu, biasanya tanpa orang

tersebut menyadarinya.

3. Informasi Produk

Salah satu fungsi kemasan adalah untuk mengkomunikasikan produk

melalui Informasi yang tertera. Informasi produk dapat membantu konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian dengan lebih hati-hati. (Silayoi & Speece, 2005).
57

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa kemasan memiliki

peranan cukup penting bagi suatu produk. Selain befungsin sebagai pelindung

produk, kemasan juga secara tidak langsung menggambarkan jati diri produk itu

sendiri. Dimensi-dimensi dari kemasan memiliki peran masing-masing untuk

menghasilkan kemasan yang baik dan menarik, karena semakin menarik kemasan

tersebut semakin menarik perhatian para konsumen.

2.1.9 Syarat Kemasan

Syarat kemasan berdasarkan SK MenKes No. 23/MEN.KES/SK/I/1978

yaitu, dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari

luar, tidak berpengaruh terhadap isi, dibuat dari bahan yang tidak melepaskan

bagian atau unsur yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu

makanan, menjamin keutuhan dan keaslian isinya tahan terhadap perlakuan selama

pengolahan, pengangkutan dan peredaran serta tidak boleh merugikan atau

merugikan atau membahayakan konsumen.

Syarat-syarat pembungkus terbagi ke dalam 7 bagian (Hasantua, 2015) yaitu

sebagai berikut:

1. Sebagai tempat

Kemasan juga di artikan sebagai tempat berlindungnya pangan dari berbagai

bakteri yang mengancam kerusakan pangan dalam produk itu sendiri.

2. Pembungkus harus menarik

Dengan bungkus yang menarik dapat diharapkan orang akan tertarik untuk

mencobanya sehingga akhirnya diharapkan menjadi langganan.

3. Dapat melindungi
58

Pembungkus dapat melindungi baik pada waktu masih di gudang, dalam

pengangkutan maupun dalam pengedaran di pasar.

4. Praktis

Praktis disini adalah mudah dibawah, mudah di buka dan di tutup kembali,

ringan dan sebagainya.

5. Menimbulkan harga diri

Biasanya pembungkus yang menarik secara otomatis akan dapat

menimbulakan harga diri.

6. Ketepatan ukuran

Ukuran harus pula diperhatikan sebab hal ini erat hubungannya dengan

harga suatu produk.

7. Pengangkutan

Dalam membuat pembungkus harus pula diperhatikan pengaruhnya

terhadap ongkos angkutan.

Dalam menentukan fungsi perlindungan dari pengemasan, maka perlu

dipertimbangkan aspek-aspek mutu produk yang akan dilindungi. Mutu produk

ketika mencapai konsumen tergantung pada kondisi bahan mentah, metode

pengolahan dan kondisi penyimpanan. Dengan demikian fungsi kemasan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Kemampuan/daya membungkus yang baik untuk memudahkan dalam

penanganan, pengangkutan, distribusi, penyimpanan dan penyusunan/

penumpukan.
59

2. Kemampuan melindungi isinya dari berbagai risiko dari luar, misalnya

perlindungan dari udara panas/dingin, sinar/cahaya matahari, bau asing,

benturan/tekanan mekanis, kontaminasi mikroorganisme.

3. Kemampuan sebagai daya tarik terhadap konsumen. Dalam hal ini identifikasi,

informasi dan penampilan seperti bentuk, warna dan keindahan bahan kemasan

harus mendapatkan perhatian.

4. Persyaratan ekonomi, artinya kemampuan dalam memenuhi keinginan pasar,

sasaran masyarakat dan tempat tujuan pemesan.

5. Mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar

yang ada, mudah dibuang, dan mudah dibentuk atau dicetak.

Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, maka kemasan harus

memiliki sifat-sifat:

1. Permeabel terhadap udara (oksigen dan gas lainnya).

2. Bersifat non-toksik dan inert (tidak bereaksi dan menyebabkan reaksi kimia)

sehingga dapat mempertahankan warna, aroma, dan cita rasa produk yang

dikemas.

3. Kedap air (mampu menahan air atau kelembaban udara sekitarnya).

4. Kuat dan tidak mudah bocor.

5. Relatif tahan terhadap panas.

6. Mudah dikerjakan secara massal dan harganya relatif murah

2.1.10 Penerapan Kemasan Dalam Perikanan

1. Pengemasan Pada Handling Ikan Segar


60

Setelah ikan ditangkap, biasanya dimasukkan ke dalam pengemas dari kayu,

plastik yang sama, biasa juga digunakan untuk pendistribusian akhir-akhir ini

pemakaian kayu sudah agak dikurangi. Bak plastik yang lebih higienis, ringan dan

kuat diganti oleh plastik yang terbuat dari Low Density Polyethilene (LDPE), Hight

Density Polyethilene (HDPE). Idealnya bak ikan hendaknya mempunyai beberapa

sifat:

a. Cukup ukuran untuk berbagai ukuran yang ditangani.

b. Mudah dibersihkan, disimpan efektif untuk transportasi ikan dingin.

c. Memudahkan dalam penentuan berat ikan ketika ikan dipasarkan

d. Murah harganya

e. Bila menggunakan es maka box ikan harus mempunyai lubang, untuk

memudahkan pembuangan air es yang meleleh.

2. Penerapan Pengemasan Pada Produk Perikanan

a. Udang dengan pembekuan IQF (Individual Quick Frozen)

Pada udang dilapisi plastik untuk kemasan 2 kg, lalu udang disusun berbaris

dalam plastik sampai penuh, lalu tambah air untuk membentuk produk sesuai

dengan bentuk pan dan untuk mencegah dehidrasi, lalu dibekukan. Pada master

karton dilapisi plastik polyethylene, lalu blok udang beku dimasukkan secara

bertingkat sesuai dengan berat yang telah ditentukan, lalu plastik dirapikan, master

carton ditutup lalu dilakban dan diikat dengan menggunakan stripping belt.

b. SS Natural Fillet (Scarlet Snapper/Kakap Merah)

Ikan dibungkus (dikemas) satu per satu dengan lembaran plastik

polyethilene, lalu disusun di pan dengan cara bagian kepala selalu menghadap ke
61

sisi pan, lalu bekukan. Setelah beku, ikan beku diletakkan di inner carton tanpa

dilapisi plastik. Inner carton sudah disesuaikan ukurannya sesuai dengan net weight

product.

c. SS WGGS (Whole Gilled Gutted Scaled/Kakap Merah Utuh)

Ikan disusun di pan secara serong/agak tidur. Tiap ikan dilapisi plastik biru

agar tidak lengket yang dapat menyebabkan daging ikan rusak. Setelah ikan beku,

ikan di glazing terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik

polyethilene satu saku. Lalu masukkan ke dalam master carton (MC) yang sudah

dilapisi plastik dengan cara disusun rapi hingga seluruh ikan masuk ke dalam MC

sesuai dengan net weight produk, lalu MC ditutup, dilakban dan diikat dengan

menggunakan stripping belt.

2.2 Kerangka Pikir

Dalam mempertahankan hidup suatu perusahaan, maka perusahaan harus

memiliki keunggulan agar dapat bersaing dan memenangkan persaingan.

Perusahaan industri khususnya yang bergerak di bidang pengolahan hasil perikanan

harus memiliki kualitas produk yang baik dan sesuai dengan standar mutu yang

telah ditentukan oleh buyer. Dalam melakukan pengeksporan produknya,

perusahaan industri harus memiliki sertifikat SKP (Sertifikat Kelayakan Produk),

HACCP (Hazard Analysis and Critical Control) dan HC (Health Certificate).

Sertifikat-sertifikat tersebut berisi tentang kualitas suatu produk. Oleh karena itu,

kualitas suatu produk sangat penting bagi perusahaan industri dan menentukan

umur suatu perusahaan.


62

Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kerusakan oleh

sifat alamiah dari produk yang berlangsung secara spontan yang kedua adalah

kerusakan karena pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengemasan

untuk membatasi bahan pangan dengan lingkungan untuk mencegah atau menunda

proses kerusakan sehingga produk mempunyai daya tahan lebih lama untuk

dikonsumsi (Nur, 2009). Sebagai landasan dalam menyusun kerangka pikir, penulis

memerlukan rujukan pemikiran yang berupa teori atau pendapat ahli yang tidak

diragukan lagi kebenarannya. Untuk itu penulis mengemukakan pengertian

pengemasan menurut Kotler & Kelller (2009), pengemasan adalah kegiatan

merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk.

Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau

pembungkus untuk produk. Pengemasan membatasi bahan pangan dengan

lingkungan sekitarnya, sehingga dapat mencegah atau menghambat kerusakan.


63

BAB III. METODE KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja

Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama 3 bulan terhitung dari

tanggal 04 Januari-04 Maret 2017 di PT. Usaha Centraljaya Sakti yang beralamat

di Jalan KIMA 5 Kav. E No. 3A, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi

Selatan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan (Hasan, 2004). Data

kuantitafif yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu mengenai ukuran

bahan baku kemasan, ukuran long pan, hasil penimbangan I dan penimbangan II

dalam proses pengemasan, ukuran/size produk ikan layur dan kapasitas kemasan

produk ikan layur beku di PT. Usaha Centraljaya Sakti.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah yang tidak berbentuk bilangan (Hasan, 2004). Data

kualitatif yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu mengenai standar

bahan baku kemasan dan bentuk kemasan dalam pengemasan produk ikan layur

beku di PT. Usaha Centraljaya Sakti.


3.2.2 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang

memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru (Hasan, 2004).

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah

pembimbing lapangan selama melakukan kegiatan Pengalaman Praktek Kerja

Mahasiswa (PKPM) dan karyawan-karyawan di PT. Usaha Centraljaya Sakti

(UCS), Makassar Sulawesi Selatan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya

diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu (Hasan,

2004). Dalam penulisan Tugas Akhir ini yang menjadi sumber data sekunder yaitu

diperoleh dari buku dan literatur.

3.3 Metode Pengumpulan Data

1. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan yang dilakukan di PT. Usaha Centraljaya Sakti yaitu pada saat

kegiatan proses pengemasan berlangsung, maka penulis mengamati mengenai cara

pengemasan dan bentuk kemasan produk ikan layur beku.

2. Wawancara
40

Wawancara yang dilakukan penulis di PT. Usaha Centraljaya Sakti yaitu

mengenai standar bahan baku kemasan, ukuran, kapasitas dan bahan kemasan yang

digunakan dalam pengemasan produk ikan layur beku.

3. Penelusuran Literatur

Penelusuran literatur yang dilakukan penulis yaitu bersumber dari buku dan

internet.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan penulis dalam Tugas Akhir ini yaitu

metode analisis kuantitatif dan metode analisis kualitatif. Metode analisis

kuantitatif pada data kuantitatif yang diperoleh yaitu untuk ukuran bahan baku

kemasan pada produk ikan layur beku digunakan Master Carton (MC) yang

berukuran 97×51×11 cm dengan ketebalan 3 ply dan plastik polyethylene (PE)

berukuran 90×50 cm dengan ketebalan 0,04 mm. Ukuran tersebut didasarkan pada

ukuran long pan yang berukuran 70×30×10 cm. Ukuran MC dan long pan jika

menggunakan rumus volume balok (Uddin, 2013), yaitu sebagai berikut:

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = 𝑝 × 𝑙 × 𝑡

Keterangan:

p = panjang

l = lebar

t = tinggi

Sedangkan ukuran plastik PE jika menggunakan rumus persegi panjang (Haidar,

2015), yaitu sebagai berikut:

𝐿𝑢𝑎𝑠 = 𝑝 × 𝑙
41

Kapasitas kemasan untuk produk ikan layur beku yaitu 10 kg/MC. Kapasitas

kemasan jika menggunakan rumus matematika (Fristasari, 2015), yaitu sebagai

berikut:

𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 = 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 + 𝑇𝑎𝑟𝑎

𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 = 9,5 𝑘𝑔 + 0,5 𝑘𝑔

𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 = 10 𝑘𝑔

Keterangan:

Bruto (berat kotor), yaitu berat suatu barang beserta kemasannya.

Netto (berat bersih), yaitu berat suatu barang tidak termasuk kemasannya.

Tara, yaitu berat kemasan suatu barang.

Metode analisis kualitatif dari data kualitatif yang diperoleh dianalisis

dengan analisis deskriptif mengenai standar bahan baku kemasan dan bentuk

kemasan. Dimana setelah semua data mengenai standar bahan baku dan bentuk

kemasan yang dibutuhkan terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa

data yang terkumpul tersebut untuk dipahami dan diolah dalam bentuk penjelasan-

penjelasan atau keterangan-keterangan yang bukan merupakan suatu bentuk

matematis dan tidak sepenuhnya hanya berbentuk penjelasan dan uraian-uraian

panjang tetapi penulis juga menyertakan table dan gambar sehingga dapat

memudahkan pembaca dalam memahami isi dari hasil penulisan ini.

Data yang telah dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan Tugas Akhir,

penulis memilih cara yang sesuai dengan validitas data yang diperoleh. Oleh karena

itu, penulis menggunakan cara pengumpuan data dengan validitas yang berupa
42

triangulasi. Triangulasi disini merupakan memanfaatkan jenis sumber data yang

berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Dalam hal ini tekanannya pada

sumber perbedaan data. Penulis memperoleh data dari narasumber dan dari sumber

lain yang berupa catatan atau arsip dan dokumen yang memuat catatan yang

berkaitan dengan data yang dimaksudkan.

3.5 Defenisi Operasional

1. Pengemasan

Pengemasan adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk membungkus

produk dengan menggunakan kemasan primer, sekunder dan tersier. Pengemasan

ini berfungsi untuk melindungi produk dari lingkungan sekitarnya untuk mencegah

atau menunda kerusakan pada produk. Selain itu, pengemasan juga berfungsi

sebagai daya tarik bagi konsumen dan menjaga keamanan produk selama proses

pendistribusian produk.

2. Standar

Standar adalah suatu batasan atau aturan mengenai sesuatu yang dikerjakan

yang bertujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan.

3. Bentuk

Bentuk adalah hal yang menggambarkan ciri dari objek yang diamati.

4. Ukuran

Ukuran adalah ciri suatu objek dengan menggunakan angka dan telah diukur

dengan menggunakan alat tertentu.

5. Kapasitas
43

Kapasitas adalah beban maksimal yang dapat ditangani oleh suatu objek

tertentu.

6. Triangulasi

Triangulasi adalah suatu cara pemanfaatan sumber data yang berbeda-beda

untuk menggali data yang sejenis.

Anda mungkin juga menyukai