Anda di halaman 1dari 71

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UBI PADA USAHA

KERUPUK SAKURA DI NAGARI BATU AMPA

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi(S-1)


Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

OLEH:
MAJID AR RASYID
NIM: 1630403063

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2020 M/1442 H
ABSTRAK
Majid Ar Rasyid. NIM 1630403063. Judul Skripsi: “Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Ubi Pada Usaha Kerupuk Sakura Di Nagari Batu
Ampa”. Jurusan Manajemen Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut
Agama Islam Negeri (IAIN), Batusangkar, Tahun 2020
Permasalahan dalam skripsi ini adalah kurangnya pengendalian persediaan
bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan pada usaha kerupuk sakura “Ibuk
Sevia” dikarenakan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh
pemilik usaha kurang maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ubi Pada Usaha Kerupuk Sakura Di Nagari
Batu Ampa.
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (field
reserch) dengan metode deskriptif pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan
data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang penulis
gunakan dalam penelitian ini berupa reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pemilik usaha kerupuk sakura,
sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah berupa catatan-catatan tertulis
dan dokumentasi pada usaha kerupuk sakura “Ibuk Sevia” di Nagari Batu Ampa
Kecamatan Akabiluru.
Dari penelitian yang penulis lakukan pada usaha kerupuk sakura “Ibuk
Sevia” didapatkan hasil analisis data menunjukkan bahwa pada dasarnya
pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh pemilik
usaha kerupuk sakura ini sudah cukup baik, namun masih ada beberapa faktor
yang belum berjalan dengan baik, masih ada hambatan dalam kelancaran proses
produksi, sehingga target produksi belum dapat tercapai. Agar perusahaan tidak
mengalami hambatan dalam proses produksi maka usaha kerupuk sakura perlu
melakukan pengendalian persediaan dengan menjalankan seluruh faktor-faktor
yang mempengaruhi persediaan yang terdiri dari 7 faktor yaitu: 1)Perkiraan bahan
baku, 2)Harga bahan baku, 3)Kebijakan pembelanjaan, 4)Pemakaian bahan baku,
5)Waktu tunggu, 6)Model pembelanjaan, 7)Persediaan pengaman, agar proses
produksi pada usaha kerupuk sakura “Ibuk Sevia” berjalan dengan lancer.

Kata kunci: Persediaan, Pengendalian Persediaan, Bahan Baku

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ubi Pada Usaha
Kerupuk Sakura Di Nagari Batu Ampa”. Shalawat beriringan salam tidak lupa
pula penulis mohonkan kepada Allah SWT, semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW. beserta keluarganya, para sahabat dan para pengikut beliau
sampai pada akhir zaman yang telah membentangkan jalan kebenaran dimuka
bumi Allah yang tercinta ini.

Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan kuliah penulis guna meraih gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, Institut Agama Islam Negeri Batusangkar. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, dalam kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang setulusnya serta rasa penghargaan yang tak terhingga kepada kedua
orang tua, Ibundaku tersayang dan tercinta Misri Indramawati dan Ayahanda
Rusjdi yang sudah bersabar mendidik, menuntun, menasehati, dan mendoakan
serta memberikan dorongan moril maupun materil dengan segenap jiwa dan
ketulusan hatinya.

Selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada yang terhormat:

1. Bapak Rektor IAIN Batusangkar Dr. H. Kasmuri, MA


2. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Dr. Ulya Atsani, S.H.,
M.Hum.
3. Bapak Ketua Jurusan Manajemen Syariah Gampito, SE., M.Si beserta staf
Jurusan Manajemen Syariah.
4. Bapak Dr. Nofrivul., SE., MM selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Khairulis Shobirin, SE., MM selaku pembimbing, yang telah
membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan
kebijaksanaannya, meluangkan waktu, memberikan nasehat serta saran
kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

ii
6. Ibuk Mega Rahmi, SE.Sy., M.Si selaku penguji yang telah meluangkan
waktu, mencurahkan pikiran dan tenaga, menguji, menasehati, membimbing
dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan ibuk Dosen IAIN Batusangkar yang banyak memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis serta menuntut ilmu di IAIN Batusangkar
sehingga memperluas cakrawala keilmuan penulis. Beserta bapak dan ibuk
staf, baik staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Manajemen
Syariah, Staf Akama, Staf Perpustakaan IAIN Batusangkar.
8. Ibuk Sevia selaku Pemilik Usaha Kerupuk Sakura Di Nagari Batu Ampa
yang telah memberi izin penulis untuk melakukan penelitian serta
memberikan informasi kepada penulis sebagai bahan penyelesaian penulisan
skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan Manajemen Syariah khususnya Manasya B’16,
dan seluruh mahasiswa angkatan ‟16 yang selalu membantu dan memberi
semangat untuk penulis.
Penulis berdoa semoga segala bantuan dan pertolongan yang diberikan
dapat menjadi amal ibadah di sisi Allah dan dibalasi dengan pahala yang berlipat
ganda. Amin ya Robbal‟alamin.

Penulis penyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh


karena itu penulis berharap masukan dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini.

Barusangkar, Juni 2020

Penulis

MAJID AR RASYID

1630403063

iii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN TIM PENGUJI
BIODATA PENULIS
KATA PERSEMBAHAN
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Fokus Penelitian.............................................................................................7
C. Rumusan Masalah..........................................................................................8
D. Tujuan Penelitian ...........................................................................................8
E. Manfaat dan Luaran Penelitian ....................................................................8
F. Defenisi Operasional .....................................................................................9
BAB II KAJIAN TEORI....................................................................................... 11
A. Landasan Teori............................................................................................. 11
1. Persediaan ........................................................................................ 11
2. Pengendalian .................................................................................... 21
3. Manajemen produksi dan operasi .................................................... 28
4. Bahan Baku ...................................................................................... 31
5. Pengendalian Persediaan.................................................................. 32
B. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 34
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 37
A. Jenis Penelitian............................................................................................. 37
B. Latar dan Waktu Penelitian ........................................................................ 38
C. Sumber Data ................................................................................................. 39
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 39

iv
E. Teknik Analisis Data ................................................................................... 40
F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ......................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 43
A. Temuan Penelitian ....................................................................................... 43
1. Gambaran Umum Usaha Kerupuk Sakura di Nagari Batu Ampa ... 43
2. Nama, Identitas Karyawan dan Bagian Masing-masing .................. 44
3. Tahapan Produksi Usaha Kerupuk Sakura ...................................... 44
B. Pembahasan .................................................................................................. 45
1. Persediaan ........................................................................................ 45
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan ................................ 48
3. Pengendalian .................................................................................... 56
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 56
A. Kesimpulan................................................................................................... 57
B. Implikasi ....................................................................................................... 58
C. Saran.............................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Realisasi Penggunaan Bahan Baku Pada Usaha Kerupuk Sakura .... 5

Tabel 1.2 Data Penjualan Usaha Dagang Kerupuk Sakura ............................... 6

Tabel 3.1 Rancangan Waktu Penelitian ......................................................... 38

Tabel 4.1 Nama dan Bidang Masing-masing Karyawan ............................... 45

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Globalisasi menuntut persaingan antar perusahaan berskala domestik
hingga berskala internasional. Batas sudah tidak lagi menjadi hambatan bagi
perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Perusahaan besar maupun
perusahaan kecil berkompetisi untuk menguasai pasar. Persaingan antar
perusahaan dapat berupa persaingan Sumber Daya Manusia (SDM),
kecanggihan teknologi, penggunaan dan perbaikan sistem perusahaan, serta
peningkatan mutu produk yang dihasilkan. Meningkatnya persaingan dan
adanya variasi permintaan yang kompleks, menyebabkan perusahaan perlu
membuat strategi dan standar produk bermutu tinggi. Besarnya fluktuasi dan
tingginya risiko merupakan karakter yang melekat pada sistem produksi dan
distribusi produk bisnis. Suatu perusahaan menanamkan sebagian besar
modalnya dalam sistem produksi dan operasi. Seringkali perusahaan
mengalami masalah dalam perencanaan dan pengendalian persediaan, mulai
dari persediaan bahan baku hingga barang jadi. Masalah dari persediaan,
yaitu terlalu banyaknya persediaan yang mengakibatkan biaya yang keluar
terlalu besar atau kekurangan persediaan yang mengakibatkan perusahaan
terancam kehilangan konsumen. Oleh sebab itu, diperlukan adanya
perencanaan yang baik dari perusahaan yang saling berkompetisi dalam
industri dan konsistensi dalam aktivitas persediaan produksinya.
Persediaan menurut (Assauri, 2019: 169) adalah suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam
satu periode usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi. Sedangkan menurut (Rangkuti,
2015: 21) persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang
milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau

1
2

proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu


penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pada umumnya, pengadaan persediaan bahan baku akan berbeda-beda
untuk setiap perusahaan, baik dalam jumlah unit dari persediaan bahan baku
yang ada dalam perusahaan, maupun pengendalian dari persediaan bahan baku
dalam perusahaan tersebut. Bahan baku yang dipergunakan untuk proses
produksi oleh perusahaan akan didatngkan atau dibeli selama beberapa waktu
tergantung pada penentuan setiap periode pembelian bahan baku (misalnya :
setiap minggu, bulan atau tahun).
Bahan baku merupakan salah satu faktor penentu dalam kelancaran
proses produksi, sehingga setiap perusahaan harus mempunyai persediaan
bahan baku yang cukup dalam menunjang kegiatan produksi perusahaan.
Apabila pasokan bahan baku tersendat maka kegiatan proses produksi akan
terhambat terhambatnya proses produksi tentu akan berpengaruh terhadap
tingkat output yang dihasilkan. Penurunan tingkat output ini tentu akan
mempengaruhi tingkat penjualan yang berakibat perusahaan tidak mampu
memenuhi permintaan konsumen. Hal ini pada akhirnya mempengaruhi laba
perusahaan dan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.
Memprediksi permintaaan secara tepat memang sulit, oleh karena itu
perlu direncanakan sedemikian agar persediaan tidak terlalu besar akan
menghadapi berbagai resiko seperti besarnya beban bunga yang harus
ditanggung, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang,
memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan dan turunya kualitas
bahan, sehingga semua ini akan memperkecil keuntungan yang akan didapat
perusahaan (Ristono, 2013:96).
Persediaan adalah kunci kesuksesan sebuah perusahaan, baik jasa maupun
manufaktur. Tingkat persediaan didalam proses produksi terhadap efisiensi
produksi. Bagian pemasaran dan penjualan mengharapkan ketersediaan
produk jadi untuk ditawarkan ke pasar. Manajemen persediaan dilakukan oleh
perusahaan bertujuan untuk mempelancar proses produksi dan melindungi
3

perusahaan agar tidak terjadi kekurangan bahan baku, yang dapat menghambat
kegiatan produksi perusahaan.
Pengendalian persediaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan,
karena kegiatan ini dapat membantu tercapainya suatu tingkat efisiensi
penggunaan uang dalam persediaan. Namun, demikian perlu ditegaskan
bahwa tidak berarti akan dapat melenyapkan sama sekali risiko yang timbul
akibat adanya persediaan yang terlalu besar atau terlalu kecil, melainkan
hanya berusaha mengurangi resiko tersebut. Jadi dalam pengendalian
persediaan dapat membantu mengurangi terjadinya resiko tersebut diatas
menjadi sekecil mungkin (Rangkuti, 2015:5).
Setiap perusahaan akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk
menunjang jalannya proses produksi dalam perusahaannya. Cara pengendalian
persediaan bahan baku dalam setiap perusahaan ini akan berbeda-beda, baik
dalam hal jumlah unit dari persediaan bahan baku, maupun manajemen atau
pengelolaan dari persediaan bahan baku dalam perusahaan. Persiapan untuk
mengadakan pengendalian persediaan bahan baku ini akan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, sehingga persediaan bahan baku yang ada tersebut
akan benar-benar dapat menunjang pelaksanaan proses produki dalam
perusahaan seefisien mungkin. Beberapa contoh perusahaan yang melakukan
pengendalian persediaan bahan baku diantaranya yaitu perusahaan otomatif,
perusahaan tekstil, dan industri, pengelolaan minuman dan makanan seperti
industri pengelolaan ubi menjadi kerupuk sakura.
Batu Ampa adalah sebuah daerah atau nagari yang mana disana terdapat
usaha kerupuk sakura. Usaha inilah salah satu usaha yang ada di nagari Batu
Ampa Kecamatan Akabiluru. Usaha kerupuk sakura di Batu Ampa ini
merupakan suatu usaha makanan dan yang menjadi bahan baku dalam
makanan ini adalah ubi. Pemilik usaha ini membeli ubi kepada beberapa
pemilik kebun ubi, yang mana pemilik kebun mengantar langsung ke pada
pengusaha kerupuk sakura yang membutuhkan ubi. Dan ada juga ubinya
berasal dari Duri.
4

Berdasarkan wawancara awal penulis dengan Pemilik Usaha Kerupuk


Sakura mengenai pengendalian persediaan bahan baku ubi, sebenarnya pemilik
usaha kerupuk sakura ingin menyimpan cukup persediaan bahan baku, tetapi
ini tidak efektif dan efisien karena akan menambah biaya penyimpanan, dapat
terjadi kadaluwarsa dan adanya resiko harga turun sewaktu-waktu. Di sisi lain
pemilik usaha kerupuk sakura ingin mencoba mengurangi biaya dengan cara
mengurangi tingkat persediaan bahan baku di gudang, tetapi kondisi ini akan
mengganggu jalannya proses produksi jika sering terjadi kekurangan bahan
baku. Karena dengan kekurangan bahan baku selain proses produksi bisa
terhenti ini akan berakibat bertambahnya biaya pembeliaan secara mendadak.
Apalagi jika bahan baku yang digunakan untuk proses produksi datangnya
tidak tepat waktu maka perusahaan harus mengadakan persediaan bahan baku
secara mendadak dan perusahaan harus menanggung resiko serta biaya
tambahan untuk mendapatkan persediaan tersebut sehingga mengakibatkan
penurunan laba perusahaan (Sevia, wawancara pra-riset, 22 Januari 2020).
Perusahaan mengutamakan bahan baku dari Batu Ampa sehigga Duri
dijadikan sebagai persediaan bahan baku ready stock, artinya saat melakukan
proses produksi bahan baku tidak tersedia di Batu Ampa maka telah ada
persediaan dari luar kota. Persediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan
kerupuk sakura di Nagari Batu Ampa setiap bulannya minimal 2.000 kg dan
maksimal 3.000 kg. Sehingga sekali produksi bisa mencapai 100 kg, dalam
seminggu bisa memproduksi kurang lebih tiga kali sesuai dengan kondisi pasar
dan kondisi supplier. Pemesanan bahan baku setiap bulannya mengalami
kenaikan maupun penurunan sesuai dengan kondisi pasar dan kondisi supplier.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini menunjukkan realisasi
penggunaan bahan baku sebagai berikut:
5

Tabel 1.1
Realisasi Penggunaan Bahan Baku pada Usaha Kerupuk Sakura
Bulan Penggunaan Bahan Baku Kerupuk Sakura (Kg)
2017 2018 2019
Januari 2980 2950 2975
Februari 2985 1800 2202
Maret 2800 2513 2600
April 2830 2781 2890
Mei 2900 2601 2744
Juni 2701 2100 2518
Juli 1579 2351 2632
Agustus 2332 2751 2902
September 2781 2100 2517
Oktober 2113 2805 2974
November 2906 2860 2958
Desember 2913 2750 2870
Sumber: Laporan Perusahaan Usaha Kerupuk Sakura
Tabel diatas merupakan jumlah realisasi penggunaan bahan baku dalam
setiap bulan selama tiga tahun terakhir. Hal tersebut menunjukkan adanya sisa
persediaan bahan baku setiap tahunnya. Adanya sisa persediaan bahan baku
akibat sifat bahan dari alam sehingga tidak bisa bertahan lama dan tidak dapat
digunakan kembali. Hal tersebut yang harus selalu diperhatikan perusahaan
agar tidak terjadi penumpukkan bahan baku yang akan berpengaruh pada
keuntungan yang didapatkan perusahaan akibat terdapat sisa persediaan bahan
baku yang tidak dapat digunakan kembali. Data diatas juga menjelaskan bahwa
jumlah persediaan dan penggunaan bahan baku mengalami naik dan turun yang
disesuaikan dengan kondisi pasar dan kondisi supplier, sehingga rencana
perusahaan setiap bulannya tidak dapat terealisasi dengan baik. Adanya hal
tersebut tentu perlu adanya pengendalian persediaan bahan baku sehingga
6

mampu mnyediakan bahan baku yang tepat pada saat yang tepat dengan
rencana yang baik agar mendapatkan kuantitas dan kualitas yang tepat.
Usaha kerupuk sakura memiliki permintaan dari beberapa daerah mulai
dari Batu Ampa hingga ke luar daerah seperti Pekanbaru dan Jambi. Adapun
data penjualan pada Usaha kerupuk sakura dari tahun 2017-2019 sebagai
berikut:
Tabel 1.2
Data Penjualan Usaha Dagang Kerupuk Sakura
Bulan Data Penjualan Kerupuk (Kg)
2017 2018 2019
Januari 1480 1470 1485
Februari 1483 950 1.100
Maret 1401 1256 1300
April 1415 1390 1440
Mei 1456 1302 1370
Juni 1354 1.050 1259
Juli 789 1175 1316
Agustus 1166 1375 1451
September 1390 1050 1258
Oktober 1056 1402 1487
November 1453 1430 1479
Desember 1456 1375 1435
Sumber: Laporan Perusahaan Usaha Kerupuk Sakura
Kegiatan penjualan pada Usaha Kerupuk Sakura dalam sebulan
melakukan pengiriman hingga tiga sampai empat kali menggunakan satu truk
box. Jika permintaan kerupuk sakura ini banyak, sehingga persediaan bahan
baku tersebut ada kalanya tidak dapat mencukupi kebutuhan pelanggan yang
terus meningkat sehingga perusahaan melakukan pemesanan kembali yang
menimbulkan adanya biaya tambahan, sebaliknya pada saat tertentu
perusahaan kerupuk sakura mengalami kelebihan stok bahan baku, hal ini
7

disebabkan berkurangnya permintaan dari konsumen sehingga mengakibatkan


penumpukkan bahan baku digudang. Selain itu keterlambatan persediaan bahan
baku di distributor juga menghambat proses produksi Usaha Kerupuk Sakura di
Batu Ampa.
Tugas pengendalian persediaan bahan baku disini, yaitu mengendalikan
persediaan bahan baku agar tidak terjadi kekurangan persediaan bahan baku
maupun kelebihan persediaan bahan baku sekaligus meminimalkan biaya
persediaan tersebut. Oleh karena itu pengendalian persediaan bahan baku perlu
dilakukan dengan baik agar tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat
sehingga proses produksinya tidak terganggu dan biaya-biaya persediaan bahan
baku dapat ditekan seminimal mungkin (Nugraha, 2010:3).
Mengingat pentingnya persediaan bahan baku, waktu dan biaya yang
harus dialokasikan, maka perusahaan perlu melakukan pengendalian
persediaan bahan baku baik untuk proses produksi maupun untuk perencanaan
proses produksi berikutnya, agar persediaan bahan baku tidak terlalu besar
ataupun terlalu sedikit sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya biaya
persediaan serta terjadinya kekurangan persediaan. Pengendalian persediaaan
bahan baku ini akan menghasilkan jumlah pembelian bahan baku yang tepat
waktu dan tepat jumlah.
Berdasarkan uraian di atas dan hasil observasi yang peneliti dapatkan
dari pemilik Usaha Kerupuk Sakura, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ubi Pada
Usaha Kerupuk Sakura Di Nagari Batu Ampa”.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis memfokuskan
penelitian yang akan diteliti tentang Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Pada Usaha Kerupuk Sakura Di Nagari Batu Ampa.
8

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Pengendalian Persediaan oleh Pemilik
Usaha Kerupuk Sakura Di Nagari Batu Ampa dalam Menunjang Proses
Produksi?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah: Untuk Mengetahui Pengendalian Persediaan oleh
Pemilik Usaha Kerupuk Sakura dalam Menunjang Kelancaran Proses Produksi.

E. Manfaat dan Luaran Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis
1) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi (SE)
pada Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
2) Sebagai sarana dan wadah untuk mengaplikasikan segala teori
tentang ekonomi dan bisnis yang diperoleh di perkuliahan dan alat
untuk pembahasan.
b. Bagi Pihak Akademik
Untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta bermanfaat sebagai dasar
untuk penelitian selanjutnya.
c. Bagi Usaha Kerupuk Sakura
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengendalian
persediaan bahan baku.
9

2. Luaran Penelitian
Adapun luaran penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah
agar dapat diterbitkan dalam jurnal ilmiah dan bisa menambah khazanah
pustaka IAIN Batusangkar.

F. Defenisi Operasional
Adapun beberapa istilah pokok yang digunakan dalam penelitian ini dan
perlu diberikan penjelasan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk tidak
terjadi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dalam memahami judul
peneliti ini, maka perlu di jelaskan beberapa hal sebagai berikut :
Persediaan adalah sejumlah bahan atau barang yang tersedia untuk
digunakan sewaktu-waktu dimasa yang akan datang. Persediaan terjadi apabila
jumlah bahan atau barang yang diadakan (dibeli atau dibuat sendiri) lebih besar
daripada jumlah yang digunakan, dengan kata lain, persediaan adalah
kelebihan jumlah yang diadakan diatas jumlah yang digunakan. Selama belum
digunakan, persediaan itu sebenarnya merupakan sumberdaya yang
menganggur. (Pardede, 2014: 411)
Pengendalian adalah suatu proses pemantauan prestasi dan pengambilan
tindakan untuk menajamin hasil yang diharapkan (Pasrizal, 2015:164).
Pengendalian adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kebutuhan bahan baku sehingga kebutuhan
operasi dapat dipenuhi pada waktunya.
Pengendalian persediaan dalam perusahaan sangat diperlukan karena
berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pengendalian
yang baik berhubungan dengan perencanaan yang baik. Bagi pemimpin
perusahaan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai maka perlu melakukan
fungsi pengendalian, dengan adanya pengendalian diharapkan tidak terjadi
penyimpangan yang dapat menghambat jalannya operasional perusahaan.
Pengendalian persediaan bahan baku merupakan usaha untuk menyediakan
persediaan bahan baku dengan melakukan suatu perencanaan yang baik. Setiap
10

perusahaan akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk menunjang


jalannya proses produksi dalam perusahaannya.
Persediaan bahan baku tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan bahan
baku tersebut untuk pelaksanaan proses produksi yang ada didalam perusahaan.
Jadi untuk menentukan berapa banyak bahan baku yang akan dibeli oleh suatu
perusahaan pada suatu periode akan banyak tergantung kepada berapa besarnya
kebutuhan perusahaan tersebut akan masing-masing jenis bahan baku untuk
keperluan proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan yang
bersangkutan (Ahyari,2012:171). Persediaan bahan baku adalah persediaan
yang akan diproses agar menjadi bahan jadi pada suatu periode tertentu.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Persediaan
a. Pengertian Persediaan
Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja dan aktiva yang
pada setiap saat mengalami perubahan. Dapat disimpulkan bahwa
persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia di perusahaan pada
saat diperlukan untuk menjamin kelancaran dalam menjalankan
perusahaan (Rusdiana, A, 2014 : 374). Persediaan merupakan elemen
modal kerja yang mengalami perputaran secara terus-menerus dan
merupakan komponen utama dalam operasional perusahaan (dagang,
manufaktur). (Nofrivul, 2008: 77). Jadi, Persediaan adalah sebagai suatu
perkiraan dibuku besar, menunjukkan suatu asset dengan nilai
keseluruhan dari barang-barang dagangan yang di inventarisasi.
Persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala
sesuatu atau sumber daya-sumber daya perusahaan yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan bahan baku
diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada
pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Apabila
terdapat keadaan bahan baku yang diperlukan tidak ada di dalam
perusahaan yang bersangkutan atau perusaan tersebut tidak mempunyai
persediaan bahan baku, sedangkan bahan baku yang bersangkutan belum
datang karena berbagai kemungkinan yang terjadi, maka pelaksaanaan
kegiatan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan terganggu.
Untuk menghindari diri dari keadaan kekurangan bahan baku tersebut,
maka dapat saja diputuskan untuk menyelenggarakan persediaan bahan
baku dalam jumlah unit yang cukup besar. Namun demikian persediaan
bahan baku yang cukup besar juga akan merugikan perusahaan dimana
akan mengakibatkan terjadinya penyimpanan persediaan bahan baku
yang cukup besar pula, dan juga resiko kerusakan bahan baku yang

11
12

semakin tinggi yang harus ditanggung oleh perusahaan tersebut. Pada


dasarnya semua perusaahan perencanaan dan pengendaliaan bahan
dengan tujuan pokok menekan (meminimumkan) biaya untuk
memaksimalkan laba dalam waktu tertentu. Dalam perencanaan dan
pengendaliaan bahan baku yang menjadi masalah utama adalah
menyelenggarakan persediaan bahan yang paling tepat agar kegiatan
produksi tidak terganggu dan dana yang ditanamkan dalam persediaan
bahan tidak berlebihan. Pengendalian terhadap persediaan atau inventory
control adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat
yang dikehendaki. (Assauri, 2019: 162)
Persediaan adalah stok material yang ada pada suatu waktu tertentu
atau asset nyata yang dapat dilihat, diukur, dan dihitung atau sumber
daya yang sedang menunggu proses lebih lanjut. Dalam sistem produksi
persediaan dibagi menjadi tiga hal, yaitu: bahan mentah, bahan setengah
jadi, dan bahan jadi atau barang yang telah siap untuk dipasarkan.
Menurut (Pardede 2014: 412-414) perusahaan tidak mungkin menjamin
bahwa bahan-bahan akan tiba tepat waktu kapan, dan tempat dimana,
bahan-bahan itu dibutuhkan, baik secara fisik maupun secara ekonomis.
Apabila jaminan seperti itu dapat dibuat secara fisik maka secara
ekonomis biaya akan sangat besar. Oleh sabab itu, bahan-bahan biasanya
harus ada dalam bentuk persediaan sebelum benar-benar dibutuhkan.
Alasan-alasan utama untuk mengadakan persediaan adalah dalam
kaitannya hal-hal berikut:
1) Berjaga-jaga
Pengadaan persediaan dapat dipandang sebagai suatu cara untuk
berjaga-jaga terhadap kemungkinan tidak tersedianya atau tidak
cukupnya bahan-bahan pada saat dibutuhkan. Kemungkinan seperti itu
terjadi apabila permintaan berubah-ubah dan tidak dapat diramalkan.
Penyebab lainnya adalah masa tumbuh atau Leadtime yang berubah-ubah
dan sering tidak dapat diperkirakan. Penyenbab itu dapat juga kedua-
duanya sekaligus, yaitu permintaan sangat pasti selama suatu masa
13

tunggu yang juga tidak pasti. Persediaan yang diadakan dengan maksud
untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan seperti itu disebut persediaan
berjaga-jaga (Buffer stock).
2) Pemisahan Operasi
Pada suatu rangkaian kegiatan pengolahan, setiap kegiatan sangat
bergantung kepada, atau dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan lain. Pada
beberapa kegiatan yang berurutan, apabila suatu kegiatan berhenti maka
kegiatan berikutnya akan terganggu. Untuk mengatasi hal ini maka dua
kegiatan yang berurutan dapat dipisahkan dari segi persediaan. Dengan
cara ini suatu kegiatan yang mengukuti, atau yang merupakan lanjutan
dari kegiatan lain dibekali dengan persediaan bahan dalam pengerjaan
sehingga ketergantungannya terhadap kegiatan pendahulunya dapat
diperkecil. Disamping itu pemisahan kegiatan dari segi persediaan juga
dilakukan agar untuk setiap kegiatan dapat direncanakan jadwal secara
bebas tanpa harus menyesuaikannya dengan jadwal kegiatan-kegiatan
lain dengan demikian, maka persediaan ini berperan sebagai alat yang
memungkinkan pemisahan operasi (Operation Decoupling).
3) Pemantapan Produksi
Apabila jumlah barang yang diminta berubah-ubah naik turun
secara teratur, perusahaan tidak harus menaikturunkan tingkat
pengolahan untuk memenuhinya. Pengolahan dapat diusahakan agar
selalu berada pada tingkat yang tepat dengan bantuan persediaan. Pada
saat jumlah baranh yang dibuat lebih besar dari jumlah yang diminta
maka persediaan akan menumpuk. Pesediaan ini nantinya akan
digunakan untuk menutupi kekurangan pada saat jumlah yang dibuat
lebih rendah dari jumlah yang diterima dalam hal ini persediaan berperan
sebagai alat untuk memuluskan produksi (Smooting Production).
4) Penghematan Biaya Penanganan Persediaan
Pada suatu rangkaian kegiatan, bahan-bahan mengulir mulai dari
kegiatan tahap awal hingga kegiatan tahap akhir. Pergerakan bahan-
bahan ini tentu saja membutuhkan biaya terutama pada kegiatan
14

pengolahan yang terputus-putus (Intermitten Production Process). Biaya


ini disebut dengan biaya penenganan persediaan Material Handling Cost
dapat dihemat dengan mengadakan atau menempatkan persediaan
diantara dua kegiatan yang berurutan.
5) Penghematan biaya pengadaan bahan-bahan
Biaya pengadaan bahan akan dapat dihemat melalui pemanfaatan
potongan jumlah (Quantity Discount) yang ditawarkan oleh perusahaan
pemasok.

Persediaan juga dikelompokkan dalam empat kelompok, antara lain:


1) Fluctuation Stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk
menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan
sebelumnya, dan untuk mengatasi bia terjadi kesalahan/penyimpangan
dalam prakiraan penjuala, waktu produksi, atau pengiriman barang.
2) Anticipation Stock, merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan
yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi
kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan.
Perusahaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya
diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya
produksi.
3) Lot-Size Inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah
yang lebih besar daripada kebutuhan pada saat itu. Persediaan dilakukan
untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena
membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk mendapatkan
penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.
4) Pipeline Inventory, merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman
dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya,
barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat
memakan waktu beberapa hari atau minggu.
Menurut Ahyari (2012:150) dalam (Rusdiana.A, 2014:376) Pada
dasarnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi
15

perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk


memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikan pada
pelanggan atau konsumen. Persediaan memungkinkan produk-produk yang
dihasilkan pada tempat yang jauh dari pelanggan atau sumber bahan
mentah. Dengan adanya persediaan produksi tidak perlu dilakukan khusus
buat konsumsi atau sebaliknya tidak perlu dikonsumsi didesak supaya sesuai
dengan kepentingan produksi. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh
suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk
memindahkan produk dari satu tingkat proses yang lain yang disebut
persediaan dalam proses dan pemindahan.
2) Alasan organisasi untuk memungkinkan suatu unit atau bagian membuat
skedul operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
Manajemen persediaan merupakan salah satu topik yang sangat
terkait dengan tujuan manajemen operasi, yaitu meminimalkan total
biaya dan meningkatkan service level. Hal tersebut dikarenakan, dengan
mengelola persediaan dengan tepat, perusahaan akan meraih keduanya
sekaligus. Jika rata-rata level persediaan dapat diturunkan, secara tidak
langsung salah satu komponen biaya produksi dapat ditekan, yang
berujung pada peningkatan margin keuntungan. Satu aspek lainnya yang
dapat dicapai dengan pengelolaan persediaan yang tepat adalah service
level kepada pelanggan meningkat atau minimal tidak turun. (Rusdiana.
A, 2014 : 378)
b. Jenis-jenis Persediaan
Persediaan merupakan sumber daya yang disimpan untuk diproses
lebih lanjut, persediaan digunakan untuk mempermudah untuk
memperlancar jalannya proses produksi perusahaan serta selanjutnya
menyampaikannya pada pelanggan atau konsumen. Persediaan
merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, oleh karena itu
suatu perusahaan sangat membutuhkan perencanaan dan pengendalian
persediaan supaya proses produksi perusahaan dapat berjalan dengan
16

lancar. Pengelolaan persediaan bahan baku merupakan suatu kegiatan


penting yang harus mendapat perhatian khusus dari manajemen
perusahaan, ketidakpastian dalam pemakaian persediaan bahan baku
dapat menyebabkan perusahaan kehabisan stok persediaan. (Rangkuti,
2015: 28)
Secara umum persediaan diklasifikasikan menjadi tiga kategori
antara lain:
1) Raw Material (bahan baku) adalah persediaan bahan mentah yang
digunakan sebagai langkah awal proses produksi. Jumlah persediaan
bahan baku biasanya dipengaruhi oleh:
a) Seberapa besar perkiraan produksi yang akan datang
b) Bagaimana sifat musiman produksi
c) Kendala sumber pengadaan persediaan yang ada
d) Tingkat efisiensi pentahapan operasi pembelian dan produksi
e) Sifat dari bahan baku
f) Harga bahan baku
g) Kepastian gudang atau tempat yang dimiliki
2) Work in process (barang dalam proses), barang setengah jadi) adalah
barang yang masih dalam proses menuju barang jadi. Beberapa porsinya
dalam membutuhkan persediaan tergantung dari lamanya proses
produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan barang dalam
proses adalah:
a) Ketersediaan bahan baku yaitu jika bahan baku tidak tersedia sesuai
dengan kebutuhan maka akan menghambat proses barang setengah
jadi.
b) Jangka waktu masa produksi yaitu waktu yang diperlukan artinya
waktu mulai dari memasukkan bahan baku sampai menjadi barang
jadi.
c) Perputaran persediaan
3) Finish good (barang jadi) adalah persediaan barang yang siap untuk
dijual. Persediaan barang jadi merupakan total biaya pabrik untuk
17

barang-barang yang telah selesai diproduksi, tetapi belum dijual. Faktor-


faktor yang mempengaruhi barang jadi antara lain:
a) Tersedianya bahan dalam proses artinya jika barang setengah jadi
tersedia maka proses untuk menyediakan barang jadi akan lebih
mudah.
b) Kebutuhan barang di pasar artinya jika permintaan barang di pasar
meningkat maka otomatis akan mempercepat membuat barang jadi
agar tersedia digudang.
c. Fungsi Persediaan
Secara umum persediaan mempunyai fungsi di bagi menjadi tiga
kategori antara lain: (Rusdiana. A, 2014 : 378)
1) Fungsi Decoupling Persediaan decoupling memungkinkan
perusahaan dapat memenuhi permintan langganan tanpa bergantung
pada supplier. Untuk memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara
berikut.:
a) Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan
tidak sepenuhnya bergantung pada penyediaan supplier dalam hal
kuantitas dan pengiriman.
b) Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang
terlibat dapat lebih leluasa dalam berbuat.
c) Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk
memenuhi permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.
2) Fungsi Economic Lot Sizing Tujuan dari fungsi ini adalah
pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta
menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang
cukup dengan tujuan agar dapat mengurangi biaya per unit produk.
3) Fungsi Antisipasi Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian
jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang
selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas
persediaan ekstra. Persediaan antisipasi ini penting agar proses
produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan hal tersebut,
18

perusahaan sebaiknya mengadakan seaseonal inventory (persediaan


musiman).
d. Persediaan Bahan Baku
Istilah persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang
menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi
yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.
Permintaan akan sumber daya mungkin internal ataupun eksternal. Ini
meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau
produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-
komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan.
Dalam definisi lain persediaan merupakan salah satu unsur yang
paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus-menerus
diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kembali. Sebagian besar sumber-
sumber perusahaan juga sering dikaitkan didalam persediaan yang akan
digunakan dalam perusahaan pabrik. Nilai persediaan harus dicatat,
digolong-golongkan menurut jenisnya yang kemudian dibuat perincian
masing-masing barangnya dalam suatu periode yang bersangkutan.
(Rangkuti, 2015: 3)
Bahan baku adalah barang-barang yang menjadi bagian dari produk
jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya, dan defenisi di atas
dapat disimpulkan bahwa persediaan bahan baku yaitu merupakan unsure
aktiva perusahaan industri yang siap untuk diproses menjadi barang jadi,
yang nantinya akan dijual. Semua perusahaan yang melaksanakan proses
produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk
kelangsungan proses produksi dalam perusahaan tersebut. Alasan-alasan
untuk menyimpan persediaan dari bahan mentah sampai dengan barang
jadi menurut, (Assauri, 2019: 169) berguna untuk:
1) Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-
bahan yang dibutuhkan perusahaan.
2) Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga
dikembalikan.
19

3) Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman


sehingga dapat digunakan bila bahan-bahan itu tidak ada dalam
pesanan.
4) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.
5) Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6) Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya
dimana Keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau
memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
7) Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan
penggunaan atau penjualan.
Bahan baku dapat digunakan secara luas untuk menutup seluruh
bahan baku yang dipergunakan dalam produksi, sebutan acapkali dibatasi
untuk barang-barang yang secara fisik dimasukkan dalam produk yang
diproduksi.(Rusdiana.A, 2014 : 382)
Jadi bahan baku merupakan bahan yang dipergunakan dalam
perusahaan untuk diolah menjadi bagian dari produk tertentu. Proses
produksi akan terhambat apabila bahan baku dalam suatu perusahaan
tidak cukup tersedia. Maka diperlukan persediaan yang nantinya akan
membantu kelancaran produksi.
e. Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan
Dalam penyelenggaraan persediaan bahan baku untuk pelaksanaan
proses produksi dari suatu perusahaan, terdapat beberapa faktor yang
akan mempengaruhi persediaan bahan baku, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun berbagai
faktor tersebut antara lain. (Ahyari, 2012: 159)
1) Perkiraan pemakaian bahan baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka
selayaknya manajemen perusahaan mengadakan penyusunan
perkiraan pemakaian bahan baku untuk keperluan proses produksi.
20

Hal ini dapat dilakukan dengan mendasarkan pada perencanaan


produksi dan jadwal produksi yang telah disusun sebelumnya.
2) Harga bahan baku
Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi
merupakan salah satu faktor penentu seberapa besar dana yang harus
disediakan oleh perusahaan yang bersangkutan apabila perusahaan
tersebut akan menyelenggarakan persediaan bahan baku dalam
jumlah unit tertentu.
3) Biaya-biaya persediaan
Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, dikenal tiga
macam biaya persediaan, yaitu biaya pemesanan, biaya tetap
persediaan, dan biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan merupakan
biaya persediaan yang jumlahnya semakin besar jumlah unit bahan
yang disimpan didalam perusahaan tersebut semakin tinggi.
4) Kebijakan pembelanjaan
Kebijakan pembelanjaan yang dilaksanakan didalam perusahaan
akan berpengaruh terhadap penyelenggaraan persediaan bahan baku
dalam perusahaan tersebut. Seberapa besar dana yang dapat
digunakan untuk investasi didalam persediaan bahan baku tentunya
juga tergantung dari kebijakan perusahaan apakah dana untuk
persediaan bahan baku ini dapat memperoleh priorotas pertama.
5) Pemakaian bahan baku
Hubungan antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan
pemakaian senyatanya didalam perusahaan yang bersangkutan untuk
keperluan pelaksanaan proses produksi akan lebih baik apabila
diakan analisis secara teratur, sehingga akan dapat diketahui pola
penyerapan bahan baku tersebut.
6) Waktu tunggu
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara
saat pemesanan bahan baku tersebut dilaksanakan dengan datangnya
bahan baku yang dipesan tersebut. Apabila pemesanan bahan baku
21

yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut tidak


memperhitungkan waktu tunggu, maka akan terjadi kekurangan
bahan baku.
7) Model pembelian bahan baku
Model pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan sangat
berpengaruh terhadap persediaan bahan baku yang dimiliki
perusahaan. Model pembelian berbeda akan menghasilkan jumlah
pembelian optimal yang berbeda pula. Pemilihan model pembelian
yang akan digunakan oleh suatu perusahaan akan disesuaikan
dengan situasi dan kodisi dari persediaan bahan baku untuk masing-
masing perusahaan yang bersangkutan.
8) Persediaan pengaman
Persediaan pengaman untuk mengurangi kehabisan bahan baku
dalam perusahaan, maka diadakan persediaan pengaman. Persediaan
pengaman digunakan perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan
baku, atau keterlambatan datangnya bahan baku yang dibelioleh
perusahaan. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses
produksi dalam perusahaan akan dapat berjalan tanpa adanya
gangguan kehabisan bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli
perusahaan tersebut terlambat dari waktu yang diperhitungkan.

2. Pengendalian
a. Pengertian Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan
pengukuran dan koneksi semua kegiatan di dalam rangka memastikan
bahwa tujuan-tujuan dan rencana-rencana organisasi dapat terlaksana
dengan baik. Perencanaan dan pengendalian punya hubungan yang erat
yang mana kedua fungsi manajemen tersebut tidak dapat dipisahkan.
Tanpa tujuan dan rencana-rencana, pengendalian tidak mungkin
22

dilaksanakan, karena harus membandingkan antara rencana-rencana yang


dibuat dengan pelaksanaannya. (Sabardi, 2012: 210).
Pengendalian manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain
sistem umpan balik informasi, membandingkan kinerja aktual dengan
standar yang telah ditetapkan, menentukan apakah terdapat
penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan tersebut, dan
mengambil tindakan perbaikan yang di perlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin
secara lebih efisien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan.
Semua manajer harus tetap mengendalikan, bahkan jika mereka mengira
bahwa unitnya telah berjalan sesuai rencana, manajer tidak akan benar-
benar mengetahui kinerja unitnya kecuali mereka mengevaluasi kegiatan
yang telah dilakukan dan membandingkan kinerja sebenarnya dengan
standar yang diinginkan. Pengendalian yang efektif memastikan kegiatan
telah dilakukan dengan cara yang menghasilkan pencapaian tujuan.
Keefektifan pengendalian ditentukan oleh bagaimana pengendalian itu
dapat membantu untuk mencapai tujuan mereka (Siswanto, 2015: 139-
140).
Peranan dari pengendalian manajemen mencakup: (Assauri, 2019:
176)
1) Perencanaan ( Planning ).Menetapkan dan memelihara suatu rencana
operasi yang terintegrasi sejalan dengan sasaran dan tujuan
perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
menganalisa, merevisi (bila perlu), mengkomunikasikan kepada
semua tingkat manajemen serta menggunakan sistem-sistem dan
prosedur-prosedur yang cocok.
2) Pengendalian (Control).Mengembangkan dan merevisi norma-norma
(standards) yang memuaskan sebagai ukuran pelaksanaan, dan
menyediakan pedoman serta bantuan kepada para anggota
23

manajemen yang lain dalam menjamin adanya penyesuaian hasil


pelaksanaan yang sebenarnya terhadap norma standard.
3) Pelaporan (Reporting). Menyusun, menganalisa dan
mengidentifikasikan hasil-hasil keuangan untuk digunakan oleh
manajemen dalam proses pengambilan keputusan, mengevaluasi data
dalam hubungannya dengan tujuan perusahaan dan tujuan satuan
organisasinya, menyiapkan dan menyampaikan berkas-berkas
laporan ekstern yang diperlukan untuk memenuhi permintaan
instansi pemerintah, para pemegang saham, institusi keuangan, para
pelanggan dan masyarakat umum.
4) Tanggung Jawab Utama Lainnya. Mengelola dan mengawasi fungsi-
fungsi misalnya fungsi perpajakan, termasuk saling berhadapan
dengan inspeksi pajak, memelihara hubungan yang sesuai dengan
auditor intern dan ekstern, mengadakan dan menata program-
program asuransi, mengembangkan dan memelihara sistem dan
prosedur, mengembangkan program penyimpangan catatan,
mengawasi fungsi kebendaharaan yang telah dilimpahkan,
membentuk program mengenai hubungan dengan para investor dan
dengan masyarakat umum serta mengarahkan fungsi-fungsi lain
yang telah dilimpahkan.
b. Jenis – jenis Pengendalian
Terdapat beberapa klasifikasi pengendalian yang harus dilakukan
oleh seorang menejer. Klasifikasi tersebut bisa dilihat dari sistem
maupun waktu pelaksanaannya. Ditinjau dari sistem pelaksanaannya,
pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi sistem pengendalian umpan
balik, pengendalian umpan maju dan pengendalian pencegahan
(Siswanto, 2015: 144).
1) Sistem Pengendalian Umpan Balik
Sistem pengendalian umpan balik beroperasi dengan pengukuran
beberapa aspek proses yang sedang dikendalikan dan perbaiki proses
apabila ukuran menunjukkan bahwa proses menyimpang dari rencana
24

yang telah ditetapkan. Pengendalian ini memantau operasi proses


maupun masukan dalam suatu untuk menerka penyimpangan yang
potensial agar tindakan perbaikan atas penyimpangan yangterjadi dapat
dilakukan guna mencegah permasalahan kompleks menimpa
organisasi.
2) Sistem Pengendalian Sistem Maju
Salah satu kelemahan utama sistem pengendalian umpan balik
adalah bahwa sistem tersebut tidak memberikan peringatan suatu
penyimpangan sebelum hal tersebut menjadi cukup berarti.
Dampaknya, penyimpangan yang memakan biaya besar dapat
berlangsung terus atau semakin buruk sebelum indakan perbaikan yang
efektif dilaksanakan. Hadirnya sistem pengendalian umpan maju
dengan maksud untuk bertindak secara langsung pada permasalah
tersebut mencoba mencegah sebelum penyimpangan ini terjadi lagi.
3) Sistem Pengendalian Pencegahan
Dua sistem pengendalian yang telah dideskripsikan diatas, baik
sistem pengendalian umpan balik mapun sistem pengendalian umpan
maju, berfungsi secara ekstern terhadap proses yang sedang
dikendalikan, memantau operasi, dan terlibat dalam pengambilan
tindakan perbaikan apabila terjadi penyimpangan dari rencana yang
telah ditetapkan. Sebaliknya, sistem pengenalian pencegahan adalah
kebijakan dan prosedur yang sebenarnya merupakan bagian dari proses
tersebut. Pengendalian pencegahan merupakan pengendalian intern
organisasi.
c. Proses Pengendalian
Dalam manajemen perusahaan peranan pengendalian sangat
penting.Tetapi sebelum adanya pengendalian harus ada perencanaan
terlebih dahulu, sebab perencanaan menjadi dasar fundamental bagi
pengendalian.Tanpa perencanaan tidak ada sesuatupun yang dapat
dikendalikan atau diawasi. Selanjutnya manajemen harus memiliki
25

organisasi yang baik, sebab pengendalian hanya dapat dilakukan atas


dasar pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang baik.
Proses pengendalian terdapat tiga langkah yang perlu dilaksanakan
yaitu :
1) identifikasi bidang-bidang yang memerlukan penyelidikan,
2) penyelidikan bidang-bidang tersebut untuk menentukan tindakan
yang diperlukan,
3) tindakan, jika penyelidikan menunjukkan perlu adanya tindakan.
Jadi didalam proses pengendalian terdapat juga tiga langkah yang
perlu diperhatikan yang mana langkah-langkah tersebut dapat melihat
bidang-bidang yang perlu untuk diselidiki, dengan penyelidikan
tersebut dapat menentukan tindakan apa yang diperlukan sehingga
dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan setelah itu. Proses
pengendalian adalah proses tiga tahap, yaitu mengukur kinerja actual,
membandingkan kinerja actual dan standar, dan mengambil tindakan
manajerial untuk memperbaiki penyimpangan atau untuk mengetahui
ketidaksesuaian dengan standar. (Robbin, 2010: 185)
d. Karakteristik pengendalian yang Efektif
Pengendalian sebagai suatu sistem, seperti halnya sistem-sistem
yang lain memiliki karakteristik tertentu. Namun demikian, arti penting
karakteristik tersebut berlaku relatif, artinya pada kondisi yang berbeda,
karakteristik itu pun berbeda pula. Pada kondisi yang sama karakteristik
tersebut berlaku sama. Secara umum pengendalian yang efektif
mempunyai karakteristik sebagai berikut.(Siswanto, 2015: 149-150)
1) Akurat
Informasi atas kinerja harus akura. Ketidakakuratan data dari suatu
sistem pengendalian dapat mengakibatkan organisasi mengambil
tindakan yang akan menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu
permasalahan atau menciptakan permasalahan baru.
26

2) Tepat Waktu (Timely)


Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika
akan diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan
perbaikan.
3) Objektif dan Komprehensif (Objective and comprehensible)
Informasi dalam suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami
dan dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya. Maka
objektif sistem pengendalian, makin besar kemungkinannya bahwa
individu dengan sadar dan efektif akan merespon informasi yang
diterima, demikian pula sebaliknya. Informasi yang sulit dipahami
akan mengakibatkan bisa yang tidak perlu dan kebingungan atau
frustasi di antara para karyawan.
4) Dipusatkan pada Tempat Pengendalian Strategis.
Sistem pengendalian stateguis sebaiknya dihapuskan pada bidang
yang paling banyak kemungkinan aka terjadi penyimpangan dari
standar, atau yang akan menimbulkan kerugian yang paling besar.
Selain itu, sistem pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada
tempat dimana perbaikan dapat dilaksanakan seefektif mungkin
5) Secara Ekonomi Realistik
Pengeluaran biaya untuk implemmentasi harus ditekan seminimum
mungkin sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna.
Usaha untuk meminimumkan pengeluaran yang tidak produktif adalah
dengan cara mengeluarkan biaya paling minimum yang diperlukan
untuk memastikan bahwa aktivitas yang dipantau akan mencapai
tujuan.
6) Secara Organisasi Realistik
Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas
organisasi.
7) Diterima para Anggota Organisasi
Agar sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota
organisasi, pengendalian tersebut harus bertalian dengan tujuan yang
27

berarti dan diterima.Tujuan tesebut harus mencerminkan bahasa dan


aktivitas kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan.
e. Desain Pengendalian
Untuk penetapan suatu pengendalian, ada beberapa pendekatan
yang dapat digunakan pada semua pengendalian. (Sabardi. 2012, 219)
1) Merumuskan hasil-hasil yang dikehendaki.
Hasil-hasil yang diinginkan para menejer untuk dicapai
seharusnya dirumuskan sejelas mungkin.
2) Menetapkan petunjuk hasil
Tujuan pengendalian “Steering” adalah member
kesempatan kepada para menejer untuk memperbaiki penyimpangan
sebelum seluruh kegiatan diseleksi.
3) Menetapkan standar petunjuk dan hasil
Langkah ini merupakan bagian penting da perancangan
pengendalian. Tanpa penetapan standar, para menejer mungkin
memberikan perhatian lebih pada penyimpangan kecil atau tidak
bereaksi terhadap penyimpangan yang besar.
4) Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik
Langkah ke empat dalam perancangan suatu siklus
pengendalian adalah mentapkan sarana untuk mengumpulkan
informasi pada petunjuk dan membandingkan petunjuk tersebut
dengan standarnya.
f. Pentingnnya Pengendalian
Seperti halnya tidak mungkin ada perusahaan yang sama sekali
tidak melakukan pengendalian dalam arti yang luas. Pengendalian itu
perlu, agar perusahaan dapat mencapai tujuannya. Faktor-faktor apakah
yang menyebabkan pengendalian itu penting bagi menejer. Antara lain
adalah: (Sabardi. 2012: 213).
1) Perubahan lingkungan
2) Sifat kompleks
3) Kesalahan-kesalahan
28

4) Kebutuhan menejer untuk mendelegasi wewenang


g. Faktor Pengendalian
Faktor-faktor itu antara lain: (Pasrizal, 2015:165-166)
1) Perubahan .
Merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
lingkungan organisasi manapun. Melalui fungsi pengendalian,
menejer mendeteksi perubahan yang mempengaruhi produk atau jasa
perusahaan. Ia kemudiaan dapat mengambil tindakan untuk
mengatasi ancaman atau memanfaatkan peluang yang muncul akibat
perubahan tersebut.
2) Kerumitan
Yang menambah sifat komplek organisasi zaman sekarang
ialah desentralisasi. Desentralisasi dapat mempermudah usaha
pengendalian organisasi, karena operaso organisasi tidak perlu lagi
dikontrol oleh kantor pusat.
3) Kesalahan
Tidak dapat dipungkiri sebagai manusia anggota organisasi
juga dapat membuat kesalahan, dengan sistem pengendalian
memungkinkan menejer untuk mendeteksi kesalahan-kesalahan
sebelum menjadi gawat.
4) Delegasi
Hal ini merupakan salah satu cara menejer untuk
menentukan apakah bawahannya melaksanakan tugas yang
didelegasikan kepadanya dengan menerapkan sistem pengendalian.

3. Manajemen produksi dan operasi


a. Pengertian Manajemen produksi dan operasi
Manajemen produksi operasi merupakan salah satu fungsi penting
dalam perusahaan (organisasi), selain manajemen sumber daya manusia,
manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan akuntansi atau
29

akuntansi keuangan yang menghasilkan produk (barang dan jasa).


(Rusdiana.A, 2014 : 21)
Jadi Manajemen Produksi Menurut (Assauri, 2015: 12) adalah
kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-
sumber daya yang berupa Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alat dan
Sumber Daya Dana serta bahan, secara efektif dan efisien untuk
menciptakan dan menambah kegunaan (Utility )sesuatu barang atau jasa.
Manajemen produksi lebih merupakan kegiatan untuk mengatur dan
mengoordinasikan penggunaan sumber daya seperti sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber daya laut, sumber daya alat, dan sumber
daya dana serta bahan secara efektif dan efesien untuk menciptakan dan
menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Produksi merupakan
penciptaan atau penambahan nilai suatu barang, bentuk, waktu dan
tempat atas faktor-faktor produksi sehinga lebih bermanfaat bagi
pemenuhan kebutuhan manusia. Berdasarkan kondisi keputusan yang
harus diambil, pengambilan keputusan dalam manajemen produksi
dibedakan menjadi pengambila keputusan atas peristiwa yang pasti,
pengambilan keputusan atas peristiwa yang mengandung risiko,
pengambilan keputusan atas peristiwa yang tidak pasti, pengambilan
keputusan atas peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan
keadaan lain. (Rusdiana.A, 2014 : 28)
Adapun manajemen operasi merupakan satu fungsi manajemen
selain manajemen pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia yang
sangat penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan. Bidang ini
berkembangan sangat pesat, terutama dengan lahirnya inovasi dan
teknologi baru yang diterapkan dalam praktik bisnis. Oleh karena itu,
banyak perusahaan yang sudah melirik dan menjadikan aspek-aspek
dalam manajemen operasi sebagai salah satu senjata strategis untuk
bersaing dan mengungguli kompetitornya. (Rusdiana.A, 2014 : 28)
Dengan demikian, manajemen produksi dan manajemen operasi
saling berkaitan. Manajemen produksi mengatur jalannya pembuatan
30

produk (finish good), sedangkan manajemen operasi adalah orangorang


yang mengatur jalannya sumber atau bahan menjadi produk jadi. Dalam
manajemen produksi menggambarkan semua aktivitas dalam
menciptakan produk baru bagi perusahaan, sendangkan manajemen
operasi lebih kepada orang yang memikirkan perubahan atau
transformasi dari bahan mentah menjadi barang jadi. Oleh karena itu, di
suatu perusahaan hendaknya menggunakan kedua manajemen ini agar
produk yang dihasilkan maksimal.
Proses produksi atau proses operasi pada hakikatnnya merupakan
proses perubahan masukan menjadi keluaran. Berbagai bentuk barang
atau jasa yang dikerjakan banyak sekali sehingga macam-macam proses
yang ada juga menjadi banyak. Menurut Pangestu Subagyo (2000: 8)
dalam Rusdiana, A (2014: 27-28), proses produksi dibagi menjadi tiga,
yaitu sebagai berikut.
1) Proses Produksi Terus-menerus Proses produksi yang terus-menerus
atau continous adalah proses produksi yang tidak pernah berganti
macam barang yang dikerjakan. Proses produksi continous disebut
sebagai proses produksi yang fokus pada produk atau product focus.
Oleh karena itu, setiap produk disediakan fasilitas produk tersendiri
yang meletakkannya serta disesuaikan dengan urutan proses
pembuatan produk.
2) Proses Produksi Terputus-putus Proses produksi yang terputus-putus
atau intermittent digunakan untuk pabrik yang mengerjakan barang
dengan jumlah sedikit. Hal itu dapat dikatakan bahwa proses
produksi terputus-putus karena perubahan proses produksi setiap saat
terputus apabila terjadi perubahan macam barang yang dikerjakan.
Oleh karena itu, tidak mungkin mengurutkan letak mesin sesuai
dengan urutan proses pembuatan barang. Proses produksi terputus-
putus disebut sebagai proses produksi yang berfokus pada proses atau
process fokus.
31

3) Proses Intermediate Dalam kenyataannya, kedua proses produksi di


atas tidak sepenuhnya berlaku. Kedua hal tersebut merupakan
campuran dari keduanya. Hal ini disebabkan macam barang yang
dikerjakan berbeda, tetapi macamnya tidak terlalu banyak dan jumlah
barang setiap macamnya banyak. Proses produksi yang memiliki
unsur continous dan ada pula unsur intermittent, proses ini disebut
sebagai proses intermediate. Arus barang biasanya campuran, tetapi
untuk beberapa kelompok barang sebagian arusnya sama.
b. Fungsi manajemen produksi dan operasi
Fungsi terpenting dalam produksi dan operasi meliputi halhal
berikut ini: (Rusdiana.A, 2014 : 21-22)
1) Proses pengolahan merupakan metode yang digunakan untuk
pengelohan masukan.
2) Jasa penunjang merupakan sarana berupa pengorganisasian yang
perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan,
sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
3) Perencanaan merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian
dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan pada waktu
atau periode tertentu.
4) Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud
dan tujuan penggunaan dan pengolahan masukan pada kenyataannya
dapat dilaksanakan.
4. Bahan Baku
Bahan Baku Menurut Hanggana (2006:11) dalam (Langke,
Karuntu, & Palendeng, 2018) pengertian bahan baku adalah sesuatu yang
digunakan untuk membuat barang jadi, bahan pasti menempel menjadi
satu dengan barang jadi. Bahan baku diperlukan oleh perusahaan untuk
diolah, setelah melalui beberapa proses yang diharapkan menjadi barang
32

jadi dengan memiliki nilai lebih untuk dijual kembali. Jadi tanpa adanya
bahan baku proses produksi tidak dapat berjalan.
Proses produksi sangat dipengaruhi oleh bahan baku, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Dengan demikian, bahwa bahan baku secara
jumlah harus terpenuhi dengan target produksi dan juga kualitas karena
berpengaruh langsung terhadap output dari proses produksi. Adapun
karakteristik bahan baku dari segi kuantitas dan juga kualitas yaitu sebagai
berikut:
a. Kuantitas bahan baku
Karakteristik suatu bahan baku dilihat dari segi kuantitas bahan
baku berkaitan dengan jumlah bahan baku yang dibutuhkan sesuai
dengan target produksi.
b. Kualitas bahan baku
Karakteristik bahan baku juga tidak kalah pentingnya dengan
kulitas bahan baku. Secara umum bahwa produk yang berkualitas dapat
mempengaruhi oleh bahan baku yang berkualitas. Menurut Ahyari
(2003) tentang kualitas bahanbaku yaitu suatu bentuk pengendalian
terhadap baik buruknya kualitas produk perusahaan akan ditentukan
oleh baik buruknya kualitas bahan baku yang dipergunakan.
Dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perusahaan untuk
melakukan proses produksi, kuantitas dan kualitas bahan baku sangat
penting. Sehingga berpengaruh langsung pada hasil akhir produk yang
diinginkan pelanggan dan perusahaan itu sendiri.
5. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan adalah salah satau kegiatan dari urutan
kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi
produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan
lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya. Pengendalian
persediaan berguna untuk menjadikan proses produksi dan pemasaran
stabil (Assauri, 2019: 176).
33

Pengendalian persediaan dalam perusahaan sangat diperlukan karena


berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Pengendalian yang baik berhubungan dengan perencanaan yang baik.
Bagi pemimpin perusahaan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai
maka perlu melakukan fungsi pengendalian, dengan adanya pengendalian
diharapkan tidak terjadi penyimpangan yang dapat menghambat jalannya
operasional perusahaan. Pengendalian persediaan bahan baku merupakan
usaha untuk menyediakan persediaan bahan baku dengan melakukan suatu
perencanaan yang baik. Setiap perusahaan akan menyelenggarakan
persediaan bahan baku untuk menunjang jalannya proses produksi dalam
perusahaannya.
Cara pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku ini akan
berbeda untuk setiap perusahaan baik dalam hal jumlah unit dari
persediaan bahan baku yang ada didalam perusahaan, maupun manjemen
ataupun pengelolaan dari persediaan bahan baku di dalam perusahaan yang
bersangkutan seperti hal nya usaha kerupuk sakura nagari Batu Ampa ini
bergerak dalam pembuatan kerupuk. Proses produksinya menggunakan
bahan baku utamanya yaitu ubi yang dibeli dari supplier. Bahan baku ubi
yang diperoleh dari distributornya di Duri. Selama ini perusahaan
melakukan pembelian atau pemesanan bahan baku ubi tersebut dengan
didasarkan pada kebutuhan bahan baku tahun – tahun sebelumnya dan
dengan melihat posisi stock terakhir digudang. Penggunaan cara ini
dikarenakan frekuensi tingkat pemakaian bahan baku dalam proses
produksi yang berbeda sehingga sulit melakukan pengendalian bahan baku
yang efisien. Akibatnya perusahaan kadang mengalami kelebihan
persediaan bahan baku yang berarti penambahan biaya penyimpanan
bahan baku disamping makin tingginya resiko kerusakan atau
berkurangnya bahan baku ubi. (P, Nova Renta, W, Handoyo Djoko &
Nurseto, Sendhang, 2013: 2-3)
Berikut adalah syarat-syarat dan tujuan pengendalian persediaan
secara terinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk: (Assauri , 2019: 177)
34

a. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga


dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak
terlalu besar atau berlebih-lebihan.
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihinari karena ini
akan berakibat biaya pemesanan terlalu besar.

Untuk menentukan pengendalian persediaan maka harus memenuhi


persyaratan-persyaratan antara lain:
a. Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan
tempat bahan atau barang yang tetap dan identifikasi bahan atau
barang tertentu.
b. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang dapat
dipercaya terutama penjaga gudang.
c. Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan
atau barang.
d. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan atau barang.
e. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukan jumlah yang dipesan
yang dibagikan atau dikeluarkan dan yang tersedia dalam gudang.
f. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan
secara langsung.
g. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah
dikeluarkan. Barang-barang yang telah lama dalam gudang dan
barang-barang yang sudah usang dan ketinggalan zaman.
h. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin

B. Penelitian yang Relevan


1. Angga Prihartono, Ika Sisibintari, Sugengiswanto (2014). Berjudul
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Menjaga
Kontinyuitas Produksi Pada Perusahaan Tahu UD. Sadar Jaya Lumajang.
Hasil penelitian di atas Selama ini UD. Sadar Jaya telah melakuakan
35

kegiatan pembelian dengan cukup bak, namun belum dapat menjamin


tingkat efisiensi dalam biaya produksi. Jadi dengan adanya penelitian ini
UD. Sadar Jaya membantu efisiensi dalam biaya produksi. Adapun
persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah
sama-sama menerapkan metode Kualitatif. Dan perbedaannya, pada
penelitian ini terletak pada bahan baku yang digunakan dan waktu dan
tempatnya.
2. Nova Renta P, Handoyo Djoko dan Sendhang Nurseto (2013), dengan
Judul “ Analisis pengendalian persediaan bahan baku rokok pada PT
Gentong Gotri Semarang”. Hasil penelitian adalah pembelian dengan
menggunakan metode EOQ, frekuensi pembeliannya lebih kecil yaitu
sebanyak tiga kali dalam setahun sehingga dapat menghemat total biaya
persediaan bahan baku karena biaya pemesanan dapat ditekan, sebaliknya
perusahaan dapat menggunakan metode EOQ ini dalam pembelian bahan
baku agar dapat meminimalisasi biaya persediaan bahan baku. Adapun
persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah
sama-sama menganalisis pengendaliaan persediaan bahan baku. Adapun
perbedaanya, pada penelitian ini terletak pada metode penelitiannya.
Penelitian di atas menggunakan metode kuantitatif, sedangkan penelitian
yang sedang peneliti lakukan menggunaknan metode deskriptif kualitatif.
3. Reinna Elly Suhartanti (2009), dengan judul skripsi, Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Minuman Bandrek Pada CV. Cihanjuang Inti
Teknik. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Fakultas Sains
Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasil penelitian, Metode EOQ (Economic Order Quantity) yang
disesuaikan dengan kapasitas gudang dapat dijadikan Model alternatif bagi
CV.Cihanjuang Inti Teknik dalam mengendalikan Persediaan bahan baku
minuman bandrek. Penggunaan metode EOQ (Economic Order Quantity)
tersebut dapat menghemat biaya persediaan di CV. Cihanjuang Inti Teknik
sebesar Rp.3.011.900,- atau 88,17% untuk jahe dan gula aren sebesar
Rp.4.639.900,- atau 84,44%.
36

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang sedang penulis lakukan


yaitu metodenya, yang mana penelitian di atas menggunakan metode
kuantitatif, sedangkan penelitian yang sedang peneliti lakukan
menggunaknan metode deskriptif kualitatif, dan juga perbedaannya pada
tempat dan waktu dilakukannya penelitian.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini peneliti melakukan field riset (penelitian lapangan)


yang dilaksanakan untuk Menganalisis Pengendaliaan Persediaan Bahan Baku
Ubi Pada Usaha Kerupuk Sakura Di Nagari Batu Ampa. Jenis penelitian yang
dilakukan yaitu Deskriptif Kualitatif, yaitu suatu bentuk penelitian yang
berdasarkan fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek yang diteliti dengan
menggabungkan hubungan antara variabel yang terlibat di dalamnya,
kemudian di interpretasikan berdasarkan teori-teori dan literatur-literatur
yang berhubungan.
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara yang
masuk akal, empirik berarti cara yang diakukan itu dapat diamati oleh indra
manusia, sehingga orang lain pun dapat mengamati, Sistematis berarti proses
yang dilakukan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu
yang bersifat logis (Neolaka, 2014: 17).
Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai penelitian baru
Lexy J Moleong mengutip dari pernyataan Bogdan dan Taylor yang
mendefinisikan pendekatan kualiatatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati(Lexy J.Moleong,1997:3 ). Pendekatan
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merupakan suatu
cara menggambarkan dan medeskripsikan beberapa variable yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti dari sebuah fenomena atau gejala sosial
(Adinal,2014: 262).

37
38

B. Latar dan Waktu Penelitian


Objek yang dipilih pada penelitian ini adalah bertempat pada Usaha
Kerupuk Sakura Ibu Sevia yang berlokasi di Nagari Batu Ampa. Sedangkan
waktu penelitian terhitung dari bulan Mei 2020 s/d Juni 2020.
Tabel 3.1
Rancangan Waktu Penelitian
Uraian Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Obsevasi Awal 
Bimbingan Proposal 
Seminar Proposal 
Revisi Siap Seminar  
Pengumpulan Data 
Pengolahan Data dan 
Analisis Data
Bimbingan Skripsi 
Sidang Munaqasah 
(Sumber : Data Diolah)

A. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian kualitatif ini, peneliti langsung berada
dilapangan untuk meneliti yaitu dengan menggunakan pedoman obsevasi,
pedoman wawancara dan mengambil dokumentasinya. Penelitian kualitatif
sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informasi sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data, analisis data, menafsirkan data membuat kesimpulan atas semuanya
(Sugiyono, 2018: 222).
Pada penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah pedoman
wawancara berupa daftar pertanyaan serta instrument yang menunjang
kelengkapan berupa buku catatan, alat tulis, alat perekam, dan kamera.
39

C. Sumber Data
Achamadi (2005:83) menjelaskan sumber data adalah benda, hal atau
orang, tempat penelitian, membaca atau bertanya tentang data. Sumber data yang
peneliti gunakan disini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer (Premer-sources)
Sumber data primer adalah sumber data langsung dan memberikan
data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2018:225). Sumber data yang
langsung dikumpulkan oleh peneliti dengan cara mencari data langsung ke
lapangan berupa data primer yang penulis dapatkan dari hasil wawancara
dengan Manejer atau pemilik Usaha Kerupuk Sakura Ibu Sevia.
2. Data Sekunder (Secondary-sources)
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak lansung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen
(Sugiyono, 2013:15). Bisa juga dengan mencari referensi berupa buku-buku
pengamatan juga pencatatan terhadap informasi atau hal yang berkaitan
dengan isi yang akan diteliti peneliti. Dalam proses observasi ini, peneliti
dokumentasi berupa catatan, laporan-laporan mengenai pengendalian
persedian bahan baku ubi pada Nagari Batuampa Kecamatan Akabiluru.

D. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang benar-benar valid dalam penelitian ini
perlu ditentukan teknik-teknik pengumpulan data yang sesuai, maka penelitian
ini menggunakan metode yaitu:
1. Observasi
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala
pada objek penelitian, unsur – unsur yang nampak itu disebut dengan data
atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara benar dan lengkap.
Penelitian ini menggunakan observasi nonpartisipan yaitu suatu
penelitian datang ke tempat penelitian, tetapi tidak ambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan di dalam perusahaan. Observasi ini hanya
40

melakukan pengamatan pada kegiatan-kegiatan pelaksanaan pengendalian


persedian bahan baku yang ada di usaha” kerupuk sakura”. Observasi ini
dilakukan untuk memperoleh berbagai data konkret secara langsung
dilapangan pada objek penelitian
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara agar dapat menggali lebih dalam
informasi yang berhubungan dengan permaslahan yang dibahas. Hal ini
dilakuakan dengan cara Tanya jawab langsung, sambil bertatap muka
antara peneliti dengan informan yang telah dipilih. Peneliti dapat dengan
bebas menayakan berbagai pertanyaan kepada informan dalam urutan
maupun tergantung pada jawaban.
3. Dokumentasi
Menurut Djam’an Satori (2011:149), studi dokumentasi yaiyu
mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam
permasalahan penelitian lalu telah secara intens sehingga dapat
mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.
Dokumen yang digunakan pada penelitian ini berupa foto pelaksanaan
pengendalian persediaan bahan baku ubi.

E. Teknik Analisis Data


Penulis menganalisis data dengan menggunakan analisis teknik kualitatif.
Adapun dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis data model
dari Matwe G. Miles dan Michel Huberman, meliputi proses tiga tahap yang
dilakukan secara interaktif yaitu reduksi data, Penyajian data, dan penarikan
kesimpulan (Sugiyono, 2018:245-253).
41

1. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal yang penting dari lapangan sejak awal
sampai akhir. Dengan demikian data yang telah diperoleh akan
memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya mengenai Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ubi Pada Usaha Kerupuk Sakura Di
Nagari Batu Ampa. Reduksi data dengan melakukan wawancara dengan
pertanyaan terstruktur, dicatat, direkam dan dokumentasi.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses pemberian sekumpulan informasi
yang sudah disusun, dimana memungkinkan untuk mengambil kesimpulan
mengenai Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ubi Pada Usaha
Kerupuk Sakura Di Nagari Batu Ampa. Penyajian data dilakukan dengan
memahami Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ubi Pada Usaha
Kerupuk Sakura dan ditampilkan dalam bentuk tertentu.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh dari hasil interprestasi terhadap data penelitian
yang diperoleh dari lapangan. penarikan kesimpulan dilakukan dengan
memaparkan hasil yang telah diteliti secara terperinci, Sehingga
memberikan informasi yang lengkap tentang Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Ubi Pada Usaha Kerupuk Sakura Di Nagari Batu
Ampa.
Teknik analisis data yang di gunakan dengan metode deskriptif
kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan data,
disusun, dan dianalisis sehingga memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ubi Pada Usaha Kerupuk
Sakura Di Nagari Batu Ampa apakah sudah sesuai dengan teori.
Dalam menganalisis data yang telah dikumpulkan dalam penelitian
ini, penulis melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut.
42

a) Dalam pengendaliaan persediaan ada beberapa indikator tahapan


antara lain:
1) Perencanaan yaitu tahapan di mana para pengusaha merundingkan
dengan baik mengenai produk yang akan dihasilkan, apa yang akan
dibuat, untuk siapa produk diberikan, dan berapa banyak produk
yang akan dibutuhkan.
2) Routing yaitu suatu tahap untuk menentukan alat dan bahan apa
saja yang akan dipergunakan nantinya untuk melakukan proses
produksi. Routing menentukan alur kerja di perusahaan dan hal ini
terkait dengan pertimbangan tata letak, lokasi sementara untuk
bahan baku dan kompoen serta sistem penanganan material.
3) Scheduling (Penjadwalan) yaitu tahapan kapan akan dimulai proses
produksi.Scheduling juga menghotung total waktu yang dibutuhkan
untuk pembuatan produk.
4) Dispatching yaitu suatu tahapan dimana terdapat surat perintah
bagi anggota untuk melakukan kegiatan apa saja nanti dalam
produksi

F. Teknik Penjaminan Keabsahan Data


Adapun teknik penjaminan keabsahan data dalam penelitian ini penulis
gunakan adalah triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu (Sugiyono, 2018:273). Dalam teknik penjaminan
keabsahan data peneliti melakukan dengan cara kualitatif, di mana peneliti
melakukan wawancara dengan Pemilik Usaha Kerupuk Sakura di Nagari Batu
Ampa Kabupaten Lima Puluh Kota yang disertai dengan panduan wawancara.
Apabila dengan teknik tersebut pengujian menghasilkan data yang berbeda,
maka data dari sumber data primer dinyatakan kembali kepada sumber data
sekunder untuk dikonfirmasi atau verifikasi data mana yang di anggap benar
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian
1. Gambaran Umum Usaha Kerupuk Sakura di Nagari Batu Ampa
Usaha kerupuk sakura merupakan suatu usaha yang bergerak dalam
bidang makanan, kerupuk sakura ini merupakan makanan ringan khas
Minang yang saat ini sudah banyak berkembang dimana-mana. Kerupuk
Sakura ini merupakan makanan yang berbahan baku ubi yang diolah. Saat
ini Kerupuk Sakura sudah dikenal oleh masyarakat luas, seperti Jambi dan
Pekanbaru
Usaha Kerupuk Sakura ini terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota
dan tepatnya ada di Nagari Batu Ampa, tidak hanya satu usaha kerupuk ini
saja, namun ada beberapa usaha kerupuk yang sampai saat ini masih aktif
berproduksi, masing-masing usaha kerupuk ini tentu mempunyai cara dan
teknik masing-masing dalam membuat makanan kerupuk sakura ini.
Kerupuk Sakura yang kita ketahui bentuknya melebar seperti kerupuk
biasanya tapi kerupuk sakura ini agak sedikit besar ukurannya dari
kerupuk biasanya. Untuk nama atau merek kebanyakan orang hanya
menyebutkan nama pemilik atau alamat tempat usaha itu berada.
Seperti pada usaha yang satu ini yaitu usaha kerupuk sakura ibuk
Sevia, yang memulai menjalankan usaha Kerupuk Sakura dari akhir tahun
2016, sampai sekarang. Yang beralamat di jalan lintas Payakumbuh-
Bukittinggi sebelum SMAN 1 Kec. Akabiluru. Awalnya uni Sevia dulunya
adalah seorang karyawan di salah satu usaha Kerupuk Sakura, dan pada
tahun 2016 memutuskan untuk mendirikan sendiri usaha Kerupuk Sakura,
dan saat ini uni Sevia mempunyai 5 orang karyawan.

43
44

2. Nama, Identitas Karyawan dan Bagian Masing-masing


a. Nama dan Bagian masing-masing pada Usaha Kerupuk Sakura Ibuk
Sevia
Tabel 4.1
Nama dan Bidang Masing-masing Karyawan
No Nama Jenis Bagian Masing-masing
Kelamin
L P
1 Ayu  Bagian mengupas,
2 Yuri  membersihkan dan
menghaluskan Ubi
3 Sarah  Bagian Mengadukkan
adonan ubi dengan bumbu,
4 Nia  Membentuk adonan
menjadi bulat, lalu baru
dicetak menjadi kerupuk
sakura
5 Yuda  Bagian dari menyusun atau
mengepacks Kerupuk
Sakura untuk siap
dipasarkan

3. Tahapan Produksi Usaha Kerupuk Sakura


Adapun tahapan dalam pembuatan Usaha Kerupuk Sakura adalah
sebagai berikut:
a. Usaha Kerupuk Sakura Ibuk Sevia
a) Bahan baku di pesan dari pemilik ladang ubi yang ada di beberapa
daerah, kemudian di angkut menggunakan alat transportasi.
b) Bahan baku yang baru datang jika datangnya sore maka diletakkan di
tempat yang sudah disediakan.
c) Setelah bahan baku disimpan baru dikupas kulitnya.
d) Ubi yang sudah dikupas lalu di cuci hingga beberapa kali agar getah
dari ubi hilang.
e) Kemudian ubi yang sudah dicuci dimasukkan kedalam mesin untuk
dihaluskan.
f) Setelah selesai dihaluskan lalu ubi tadi di aduk menjadi adonan,
adonan tersebut lalu dicampur bumbu dan pewarna makanan alami.
45

g) Setelah adonan sudah dicampur dengan semua bumbu, maka


selanjutnya adonan tadi dibentuk bulat sebelum dimasukkan ke
cetakan
h) Lalu baru yang setelah di cetak menggunakan cetakan agak bulat
melebar.
i) Terakhir baru Kerupuk Sakura

B. Pembahasan
1. Persediaan
Manajemen persediaan adalah kunci kesuksesan sebuah perusahaan,
baik jasa maupun manufaktur. Tingkat persediaan di dalam proses produksi
terhadap efisiensi produksi. Bagian pemasaran dan penjualan mengharapkan
ketersediaan produk jadi untuk ditawarkan ke pasar. Sementara bagian
produksi membutuhkan bermacam bahan baku, komponen yang harus dibeli
dari beberapa perusahaan pemasok
Persediaan menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya
organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan. Ada beberapa peranan dilakukan persediaan bagi usaha kerupuk
sakura, antara lain:
a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh buk Sevia sebagai
informan pada tanggal 04 Juni 2020, pukul 13.45 WIB
“Dalam pemesanan bahan baku ada keterlambatan paling lama
hanya 1 hari, dan pada saat produksi terkadang saya membeli bahan baku
itu dalam jumlah yang besar, sehingga saat produksi yang seharusnya
saya hanya memproduksi beberapa puluh kilo saja, maka ada kelebihan
bahan baku, dan di saat pemesanan kembali bahan baku, terjadi
keterlambatan maka saya akan memproduksi bahan baku yang tersisa”.
46

Jadi dalam hal keterlambatan pemesanan dapat diketahui pada


usaha kerupuk sakura buk sevia ini mengalami hal keterlambatan,
namun pada usaha kerupuk sakura buk sevia ini tidak begitu jadi
masalah, karena pada usaha kerupuk sakura buk sevia mempunyai bahan
cadangan yang bisa diproduksi saat pesanan datang terlambat. Dalam hal
keterlambatan memang sangat mengganggu, namun itu kembali lagi pada
usaha masing-masing jika ingin menghindari keterlambatan, maka pesan
pada jauh hari sebelum produksi, atau melakukan pembelian melebihi
untuk diproduksi sehingga sewaktu-waktu terjadi keterlambatan bisa
menggunakan persediaan yang sudah ada.

b. Untuk menumpuk barang-barang yang dihasilkan secara musiman


sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam perusahaan.
Hal tersebut diungkapkan oleh buk Sevia sebagai informan pada
tanggal 04 Juni 2020, pukul 14.00 WIB
“Kalau musiman, ubi tersebut tidak mempunyai musiman, namun
saya disaat pemesanan selalu memesan melebihi kebutuhan yang saya
akan produksi, sehingga stok ubi saya selalu ada. Namun jika cuaca
dingin, biasanya kalau ubi tersebut tidak di tempat yang agak panas,
maka kondisi ubi akan berubah, warnanya akan berubah, dan juga
terkstur ubi agak sedikit lunak”.
Dalam hal musiman, terkadang ada bahan baku ini yang
mempunyai masa musiman yang mengakibatkan perusahaan susah untuk
mendapatkan kembali bahan baku tersebut. Namun pada usaha kerupuk
sakura ini yang menjadi bahan bakunya adalah ubi, yang mana tidak
mempunyai musiman, tapi pada ubi ini ada umur untuk saat
memanennya, yang mana jika dipanen lebih awal ukurannya kecil-kecil
dan mengandung banyak air, dan juga jika terlalu tua, maka akan ada
hama yang mengakibatkan ubi busuk. Jadi seharusnya pemilik usaha
kerupuk sakura lebih selektif dalam memesan bahan baku, seperti
47

membeli langsung ke pada pemasok, sehingga dapat melihat keadaan


bahan baku sebelum membelinya.

c. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga


harus dikembalikan.
Buk Sevia mengungkapkan pada tanggal 04 Juni 2020, pukul 14.05
WIB
“Sebenarnya kalau untuk masalah ada bahan baku yang rusak,
semua kembali kepada saya, karena bagi saya kualitas produk saya
adalah no 1, jika saat pemesanan saya menerima ubi tersebut rusak, maka
saya tidak akan memakainya untuk produksi, meskipun akhirnya
produksi saya akan menjadi kurang, namun kerusakan pada bahan baku
ubi tersebut kebanyakan adalah cacat saat memanen ubi, ada yang
sebagian ubi itu kena cangkul dan mengakibatkan ubinya tidak utuh, dan
bagi saya jika ubi itu dipanen beberapa hari sebelum diantar ke tempat
saya, maka saya tidak akan memakai ubi tersebut untuk produksi, tapi
jika panen nya sehari sebelum diantar, saya akan memakai ubi tersebut
untuk diproduksi, karena jika ubi itu rusak maka umurnya untuk
disimpan akan sebentar, ubi akan berubah menjadi kuning, dan akan
busuk”.
Untuk barang cacat, sangat mungkin terjadi, yang mengakibatkan
bahan baku tidak dapat digunakan, namun pada persediaan ubi ini tidak
bisa dikembalikan lagi, sehingga bagaimana pun keadaan bahan baku
yang dipesan, maka itu ditanggung oleh perusahaan. Pada usaha kerupuk
sakura ini sering mengalami bahan baku yang cacat, seperti ubi yang
sudah terpotong, dan ada yang sampai sudah berubah warna. Usaha
kerupuk sakura ibuk sevia ini sangat melihat dan memperhatikan
kecacatan bahan baku, sehingga produk yang dihasilkan sangat baik.
48

d. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran


arus produksi.
Hal yang diungkapkan oleh buk Sevia sebagai informan pada
tanggal 04 Juni 2020, pukul 14.10
“Usaha kerupuk Sakura saya masih terbilang belum begitu lama,
dan produksi saya juga belum banyak, namun meskipun belum banyak
produksi, saya merasa dengan masih menggunakan semua alat yang
sederhana terkadang proses produksi tidak berjalan lancar, karena proses
produksi menghabiskan banyak waktu”.
Stabilitas operasi sangat perlu diperhatikan bagi menejer, sehingga
semua proses produksi dapat berjalan dengan lancar, tapi ada juga
beberapa hal yang membuat stabilitas ini terganggu, seperti yang
dikatakan oleh pemilik usaha kerupuk sakura yang proses produksi tidak
stabil karena peralatan yang digunakan, yang mana mesin yang
digunakan masih menggunakan alat yang sederhana, jadi sering terjadi
masalah, yang imbasnya proses produksi jadi terhambat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan


Dalam penyelenggaraan persediaan bahan baku untuk pelaksanaan
proses produksi dari suatu perusahaan, terdapat beberapa faktor yang
akan mempengaruhi persediaan bahan baku, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun pada Usaha
Kerupuk Sakura faktor yang mempengaruhi antara lain:
a. Perkiraan bahan baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku,
maka selayaknya manajemen perusahaan mengadakan penyusunan
perkiraan pemakaian bahan baku untuk keperluan proses produksi.
Hal ini dapat dilakukan dengan mendasarkan pada perencanaan
produksi dan jadwal produksi yang telah disusun sebelumnya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Sevia pada tanggal
04 Juni 2020, pukul 14.15 WIB
49

“Kalau perkiraan bahan baku ada dilakukan, namun meskipun


sudah dilakukan perkiraan tersebut, tetap saja target produksi tidak
tercapai”.
Dalam perkiraan bahan baku, usaha kerupuk sakura ini sudah
dilakukan perkiraan bahan baku, namun dengan bahan baku tersebut
masih belum dapat mencapai target produksi satu bulan.

b. Harga bahan baku


Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi
merupakan salah satu faktor penentu seberapa besar dana yang harus
disediakan oleh perusahaan yang bersangkutan apabila perusahaan
tersebut akan menyelenggarakan persediaan bahan baku dalam jumlah
unit tertentu.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Sevia pada tanggal
04 Juni 2020, pada pukul 14.20 WIB
“Untuk perencanaan dana, saya lakukan, meskipun disaat
pemesanan dikatakan bahwa harga bahan baku naik, namun saya tetap
membeli yang sesuai dengan perencanaan, meskipun dana yang
dikeluarkan melebihi anggaran yang sudah dibuat”.
Dalam Usaha Kerupuk Sakura ini, mempunyai rencana dalam
dana untuk pembelian bahan baku, membeli bahan baku meskipun
harga naik tetap membeli sesuai dengan kebutuhan dengan menambah
dana yang sudah ada. Tapi sebaiknya tiap Usaha Kerupuk Sakura ini
hendaknya mempunyai perencanaan dari awal dalam mengatur dana
untuk membeli bahan baku, yang mana jika dilakukan perencanaan
maka saat pembelian bahan baku dana yang sudah direncanakan bisa
digunakan dengan baik, sehingga tidak terjadi yang namanya saat
pembelian bahan baku, bahan bakunya kurang dari yang dibutuhkan
karena kekurangan dana.
50

c. Kebijakan pembelanjaan
Kebijakan pembelanjaan yang dilaksanakan didalam
perusahaan akan berpengaruh terhadap penyelenggaraan persediaan
bahan baku dalam perusahaan tersebut. Seberapa besar dana yang
dapat digunakan untuk investasi didalam persediaan bahan baku
tentunya juga tergantung dari kebijakan perusahaan apakah dana
untuk persediaan bahan baku ini dapat memperoleh priorotas pertama.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Sevia pada tanggal
04 Juni 2020, pada pukul 14.25 WIB
“Dalam kebijakan pembelanjaan, saya menggunakan sistem
pemesanan kepada pemasok, dan nanti akan diantar oleh pemasok ke
tempat saya”.
Pada usaha kerupuk sakura ibik Sevia ini, melakukan
pembelian bahan baku dengan cara pesanan.

1) Dalam persediaan bahan baku, usaha kerupuk sakura mempunyai


rencana, untuk memenuhi kebutuhan produksinya, dan tiap
bulannya ibuk sevia melakukan pemesanan bahan baku sesuai
dengan berapa kali produksi dalam satu bulan.
Ibu Sevia mengatakan pada tanggal 04 Juni 2020, pukul
14.30 WIB
“Saya memproduksi Kerupuk Sakura dalam sebulan sebanyak
4 kali, dan untuk pemesanan bahan baku saya tidak mempunyai
waktu yang tetap, karena persediaan yang saya pesan untuk
produksi dalam seminggu saya sengaja untuk melebihkan,
sehingga saat produksi selanjutnya saya tidak memesan bahan baku
lagi, sampai bahan baku tersebut habis”
51

Pada usaha kerupuk sakura ibuk Sevia ini melakukan


pemesanan bahan baku dalam satu bulan sebanyak 4 kali, namun
ibuk Sevia memesan dalam sebulan itu tidak punya waktu yang
tetap.

2) Tempat untuk melakukan pemesanan oleh ibu sevia, ada beberapa


daerah yang mempunyai lahan ubi yang banyak, dan tentunya
permintaan diluar juga banyak, jadi usaha kerupuk sakura ibuk
sevia harus memesan terlebih dahulu.
Ibu Sevia mengatakan pada tanggal 04 Juni 2020, pada pukul
14. 35 WIB
“Saya memesan bahan baku didaerah Duri, yang mayoritas
disana masyarakatnya mempunyai ladang ubi, yang mempunyai
jarak tempuh yang lumayan lama.”.
Untuk tempat pembelian bahan baku, masing-masing tungku
sudah ada tempat langganan masing-masing, sehingga sudah
mudah dilakukan pemesanan.
3) Dalam melakukan pemesanan bahan baku tentunya ada hal-hal
yang membuat bahan baku terhambat sehingga saat pemesanan
mengalami banyak resiko, salah satunya tidak mencukupi jumlah
yang dipesan. Sebagaimana yang disebutkan oleh ibuk sevia
berikut.
Ibu Sevia mengatakan pada tanggal 04 Juni 2020, pada pukul
14.45 WIB
“Sejauh ini untuk masalah jumlah pemesanan belum pernah
ada yang kurang dari jumlah yang dipesan”.
Dari penjelasan Ibuk Sevia di atas, bahwa dalam pemesanan
bahan baku, tidak pernah terjadi kekurangan, yang mana
kemungkinan untuk terjadi kekurangan itu sangat besar, namun
pada usaha ini tidak pernah mengalaminya, sehingga saat pesanan
datang jumlah yang dipesan sama dengan jumlah yang datang.
52

4) Kebutuhan produksi usaha kerupuk sakura ibuk sevia.


Ibu Sevia mengatakan pada tanggal 04 Juni 2020, pada pukul
15.00 WIB
“Dengan jumlah persediaan yang saya butuhkan, tentunya saya
tidak memesan pada 1 tempat, karena yang membutuhkan bahan
baku ubi ini sangat banyak, rata-rata di desa Piladang ini
masyarakat umumnya memproduksi dengan menggunakan bahan
baku ubi, termasuk karak kaliang, jadi saya untuk mengantisipasi
kurangnya bahan baku, jadi saya memesan bahan baku pada 2
tempat”.
Dalam kebijakan pembelanjaan yang dilakukan ibuk sevia ini
adalah dengan kebijakan menggunakan sistem pemesanan. Dan
juga tempat pemesanannya, usaha sudah mempunyai langganan,
yang memudahkan untuk memesan bahan baku. Namun meskipun
menggunakan sistem pemesanan kepada pelanggan, tentu resiko
dalam pemesanan tetap ada, seperti bahan baku yang cacat dan
juga ada jumlah bahan baku yang tidak memenuhi berapa yang
dipesan.
Dari penjelasan diatas, bahwasanya untuk mendapatkan bahan
baku tidak susah, karena banyak para pekebun yang mempunyai
ladang ubi ini, sehingga saat pesanan tidak mencukupi disatu
tempat, bisa memesan pada tempat yang lain, sehingga jumlah
bahan baku yang dipesan dapat mencapai target.

5) Jumlah bahan baku untuk setiap produksi kerupuk sakurausaha


kerupuk sakura ibuk sevia sudah direncanakan.
Ibu Sevia mengatakan pada tanggal 04 Juni 2020, pada pukul
15.00 WIB
“Untuk jumlah persediaan bahan baku, saya mempunyai target
untuk 2000 kg bahan baku, namun dalam satu minggunya saya
sudah mempunyai berapa target yang harus dipesan agar langsung
53

diproduksi, dalam seminggu saya memesan bahan baku sebanyak


450 kg ubi, dan setiap minggu akan selalu memesan bahan baku
untuk diproduksi sebanyak itu”.
Dari penjelasan dari usaha ibuk sevia bahwasanya perencanaan
itu sangat penting dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, pada usaha ibuk sevia sudah melakukan perencanaan
untuk kebutuhan 1 bulan.

d. Pemakaian bahan baku


Hubungan antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan
pemakaian senyatanya didalam perusahaan yang bersangkutan untuk
keperluan pelaksanaan proses produksi akan lebih baik apabila
diadakan analisis secara teratur, sehingga akan dapat diketahui pola
penyerapan bahan baku tersebut.
Sebagaimana yang diungkapkan Ibu Sevia mengatakan pada
tanggal 04 Juni 2020, pukul 15.20 WIB
“Untuk perencanaan pemakaian bahan baku sekali produksi
tidak ada dilakukan perencanaan, karena persediaan bahan baku untuk
1 bulan 2000 kg, saya selalu membeli perminggunya dengan jumlah
yang sama, namun nanti jika ada bahan baku yang cacat tentu saya
kurangkan”.
Dalam perencanaan jumlah bahan baku, usaha ibuk sevia
sudah melakukan perencanaan untuk 1 bulannya, dan meskipun sudah
dilakukan perencanaan tetap saja target yang diinginkan tidak tercapai.
Dalam sebuah bisnis, perencanaan adalah suatu hal yang sangat
penting untuk dilakukan, karena jika perencanaan dilakukan dengan
baik, maka pemilik usaha kerupuk sakura dapat melakukan
pengendalian dari rencana tersebut, untuk mendapatkan target yang
sudah di rencanakan dari awal.
54

e. Waktu tunggu
Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan
antara saat pemesanan bahan baku tersebut dilaksanakan dengan
datangnya bahan baku yang dipesan tersebut. Apabila pemesanan
bahan baku yang akan digunakan oleh perusahaan tersebut tidak
memperhitungkan waktu tunggu, maka akan terjadi kekurangan bahan
baku.
Sebagaimana Ibu Sevia mengatakan pada tanggal 04 Juni
2020, pada pukul 15.35 WIB
“Untuk waktu tunggu datangnya bahan baku, sering sekali
pesanan bahan baku datang terlambat dari hari yang sudah ditentukan,
sehingga membuat proses produksi jadi terganggu”.
Waktu tunggu ini merupakan masalah yang sangat sering
dialami usaha kerupuk sakura ibuk sevia, namun usaha kerupuk
sakuraini mempunyai cadangan setiap kali melakukan pemesanan.
Dalam persediaan bahan baku yang sangat berpengaruh untuk
kelancaran proses produksi adalah waktu tunggu ini, karena saat
pesanan datang tidak tepat waktu maka proses produksi juga akan
terhenti, sudah benar yang dilakukan oleh ibuk sevia bahwa usahanya
mempunyai persediaan bahan baku, jika pesanan datang terlambat ia
bisa menggunakan bahan baku yang ada, sehingga proses produksi
dapat berjalan lancar.

f. Model pembelian
Model pembelian bahan baku yang digunakan perusahaan
sangat berpengaruh terhadap persediaan bahan baku yang dimiliki
perusahaan. Model pembelian berbeda akan menghasilkan jumlah
pembelian optimal yang berbeda pula. Pemilihan model pembelian
yang akan digunakan oleh suatu perusahaan akan disesuaikan dengan
situasi dan kodisi dari persediaan bahan baku untuk masing-masing
perusahaan yang bersangkutan.
55

Ibu Sevia mengatakan pada tanggal 04 Juni 2020, pada pukul


15.50 WIB
“Model pembelian bahan baku yang saya pakai adalah dengan
pembayaran dilakukan diakhir bulan, dan setiap minggunya saya
hanya memesan dan dicatat, nanti saat akhir bulan saya membayar
semuanya untuk pemesanan bahan baku”.
Model pembelian oleh ibuk sevia, yang mana ibuk sevia
melakukan dengan pembayaran 1 kali sebulan. Dalam pembayaran
yang dilakukan oleh ibuk sevia tidak ada masalah, itu tergantung
dengan kesepakatan bersama pemasok bahan baku.

g. Persediaan pengaman
Persediaan pengaman untuk mengurangi kehabisan bahan baku
dalam perusahaan, maka diadakan persediaan pengaman. Persediaan
pengaman digunakan perusahaan apabila terjadi kekurangan bahan
baku, atau keterlambatan datangnya bahan baku yang dibelioleh
perusahaan. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses
produksi dalam perusahaan akan dapat berjalan tanpa adanya
gangguan kehabisan bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli
perusahaan tersebut terlambat dari waktu yang diperhitungkan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Sevia mengatakan
pada tanggal 04 Juni 2020, pada pukul 16.10 WIB
“Pengadaan bahan baku ada, karena saya memesan bahan baku
selalu melebihi yang akan saya produksi, sehingga akan ada
persediaan bahan baku saya untuk proses produksi selanjutnya”.
Untuk persediaan pengaman (cadangan), usaha ibuk sevia
yang melakukan pengadaan bahan baku pengaman. Bahan baku
cadangan tersebut sangat penting untuk dilakukan agar dalam proses
produksi selanjutnya dapat berjalan dengan baik, jika bahan bakunya
ubi maka dapat dilakukan dengan cara meletakkan ubi pada tempat
56

yang kering dan ada udara, maka bahan baku akan dapat bertahan
lama, sehingga bisa digunakan untuk proses produksi selanjutnya.

3. Pengendalian
Dari hasil penelitian diatas, dapat di ketahui bahwa pengendalian
dari usaha ibuk sevia ini tidak terkendali, karena dilihat dari beberapa
faktor, antara lain: dalam persediaan pengamanan usaha kerupuk sakura
ibuk sevia ini yang mana ia melakukan persediaan pengaman, tapi tidak
ada melakukan perawatan pada bahan baku yang disimpan, akibatnya
bahan baku terjadi kerusakan.
Pada waktu tunggu pemesanan bahan baku, pada usaha kerupuk
sakura ibuk sevia selalu mengalami keterlambatan dalam datangnya
bahan baku, yang mana keterlambatan dalam pemesanan bahan baku ini
sangat mempengaruhi proses produksi. Dan juga dalam perencanaan
usaha kerupuk sakura ibuk sevia ini tidak ada melakukan perencanaan
dalam pemakaian bahan baku. Sehingga pengendalian dalam usaha
kerupuk sakura tidak terkendali.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dan dideskripsikan serta


dianalisis maka dapat ditarik kesimpulan dan juga merupakan jawaban
pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut :

1. Persediaan
a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan yang
dibutuhkan oleh perusahaan.

Dari usaha kerupuk sakura ibuk sevia ini bahwasanya untuk


resiko keterlambatan datangnya bahan baku sangat nampak sekali,
dimana bahan baku sering datang terlambat sehingga dapat mengganggu
kelancaran proses produksi.

b. Untuk menumpuk barang-barang yang dihasilkan secara musiman


sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam perusahaan.
Untuk bahan baku berupa ubi, tidak ada masalah dalam musiman,
namun dalan bahan baku ini yang menjadi masalahnya adalah lama
bahan baku ini disimpan, pada usaha kerupuk sakura ibuk sevia ini
sudah mempunyai bahan baku yang disimpan.
c. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan
Dari hasil wawancara bahwa usaha kerupuk sakura milik ibuk
sevia, mengalami masalah dalam rusaknya bahan baku, yang
mengakibatkan proses produksi terganggu,
d. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin
kelancaran arus produksi.

57
58

Dalam menjaga kestabilan usaha kerupuk sakura ibuk sevia


mengalami kendala dalam mesin, yang mengakibatkan proses produksi
tidak stabil.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan
a. Perkiraan bahan baku
b. Harga bahan baku
c. Kebijakan pembelanjaan
d. Pemakaian bahan baku
e. Waktu tunggu
f. Model pembelian
g. Persediaan pengaman
Dari 7 faktor yang mempengaruhi persediaan diatas, hanya 4 faktor
yang sudah dilakukan oleh usaha kerupuk sakura, antara lain: 1) perkiraan
bahan baku, 2) harga bahan baku, 3) kebijakan pembelanjaan, 4) model
pembelian, sehingga pada usaha kerupuk sakura ibu sevia ini sudah
melakukan pelaksanaan pengendalian bahan baku, namun masih belum
optimal, sehingga pengendalian persediaan bahan baku ubi pada usaha
kerupuk sakura ini belum baik dan efektif.

B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka selanjutnya
dikemukakan implikasi hasil penelitian. Implikasi hasil penelitian ini dapat
berupa dampak teoritis terhadap usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau
penelitian dan penerapannya secara praktis dalam pemecahan masalah
penelitian. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa pada dasarnya
pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh
pemilik usaha kerupuk sakura ini sudah cukup baik, namun masih ada
beberapa faktor yang belum berjalan dengan baik, masih ada hambatan
dalam kelancaran proses produksi, sehingga target produksi belum dapat
tercapai. Maka hasil penelitian ini dapat membawa pengaruh positif bagi
59

usaha kerupuk sakura untuk lebih memperhatikan lagi saat melakukan


kegiatan produksi kerupuk sakura.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengaruh positif bagi pengembangan
teori mengenai pengendalian persediaan bahan baku.

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, berikut
saran-saran yang peneliti ajukan :
a. Sebaiknya untuk meghindari keterlambatan datangnya bahan baku,
pemilik usaha kerupuk sakura seharusnya memesan bahan baku jauh
sebelum hari produksi dan pemilik kerupuk sakura sebaiknya
membangun korelasi dengan pemasok sehingga kebutuhan bahan baku
tercapai
b. Sebaiknya pemilik usaha kerupuk sakura melakukan perencanaan dalam
pemakaian bahan baku, sehingga tidak ada kejadian kekurangan bahan
baku saat produksi.
c. Untuk persediaan pengaman (cadangan) sebaiknya usaha kerupuk sakura
melakukan bahan baku cadangan, bukan karena bahan baku mudah rusak
atau busuk, namun hal tersebut bisa dihindari jika melakukan
pemeliharaan pada bahan baku, seperti melatakkan bahan baku ini pada
tempat yang kering dan menutup tempat penyimpanannya, sehingga tidak
mengganggu kelancaran produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus. (2012). Manajemen Produksi Pengendalian Produksi, BPFE,


Yogyakarta
Amos Neolaka (2014).Metode Penelitian dan Statistik. Bandung.Remaja
Rosdakarya.
Assauri, Sofjan. (2019). Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga
penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Langke, A. V., Karuntu, M. M., & Palendeng, I. D. (2018). Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Kelapa Pada Pt. Tropica Cocoprima
Menggunakan Ekonomic Order Quantity. Jurnal EMBA, 6(3).
Nofrivul. (2008). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Batusangkar: STAIN
Batusangkar Press
Nugraha, Prima.S,dkk.(2010). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Dalam Perencanaan Produksi Studi Kasus Pada PT Budi Manunggal Di
DIY
Pardede, Pontas. (2014). Manajemen Operasi dan Produksi: Teori, Model, dan
Kebijakan: Yogyakarta: Andi.
Pasrizal, Himyar. (2015). Pengantar Manajemen. STAIN Batusangkar Press
Prihartono, Angga, dkk. (2014). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam
Upaya Menjaga Kontinuitas Produksi Pada Perusahaan Tahu UD. Sadar
Jaya Lumajang, Jurnal Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Jember.
Rangkuti, F. (2015). Manajemen Persediaan. Jakarta: Raja Garafindo Persada.
Renta, Nova, dkk. (2013). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Rokok
Pada Pt. Gentong Gotri Semarang Guna Meningkatkan Efisiensi Biaya
Persediaan. Jurnal of Social and Politic, tahun 2013.

Ristono, Agus. (2013). Manajemen Persediaan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta .

Robbins, S. (2010). Manajemen. Jakarta: Erlangga.


Rusdiana, A. (2014), Manajemen Operasi. Jawa Barat : CV Pustaka Setia.
Sabardi, Agus. (2012). Manajemen Pengantar. Yogyakarta: Akademi
Manajemmen Perusahaan YKPN.
Siswanto.(2015). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

60
Sugiyono. (2018). Metode Penilitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhartanti,R.E.(2009). Analisis Pengendaliaan Bahan Baku Minuman Bandrek
pada CV. Cihanjuang.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/12345
6789/14337/REIN%20ELLY%29SUHARTANTI-FST.pdf.[20Januari
2020].
Sulaiman, Nanda. (2015). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan
Menggunakan Metode Eoq Pada Ud. Adi Mabel. Jurnal Teknovasi, Vol
02, No. 1. ISSN : 2355-701X.

61

Anda mungkin juga menyukai