Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas
tanaman hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai campuran
bumbu masak setelah cabai. Selain sebagai campuran bumbu masak, bawang
merah juga dijual dalam bentuk olahan seperti ekstrak bawang merah, bubuk,
minyak atsiri, bawang goreng bahkan sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar
kolesterol, gula darah, mencegah penggumpalan darah, menurunkan tekanan darah
serta memperlancar aliran darah. Sebagai komoditas hortikultura yang banyak
dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan bawang merah masih terbuka
lebar tidak saja untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga luar negeri (Suriani,
2011).
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu jenis sayuran
yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi. Permintaan bawang
merah segar untuk konsumsi rumah tangga dan bahan baku industri pengolahan di
dalam negeri terus mengalami peningkatan setiap tahun sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk dan pertumbuhan industri makanan.
Salah satu teknik budidaya tanaman yang penting dalam upaya peningkatan
produksi bawang merah yang optimal adalah dengan pemupukan. Pupuk
melengkapi tanaman dengan zat makanan yang kurang terdapat di dalam tanah.
Jika salah satu unsur hara yang dibutuh kan kurang, maka pertumbuhan tanaman
akan merana dan hasil panen pun berkurang. Aplikasi pemupukan pada tanaman
bawang merah dapat menggunakan pupuk organik maupun anorganik. Kedua jenis
pupuk tersebut bisa memenuhi kebutuhan bawang merah akan unsur hara makro
dan mikro (Lingga, 2001).

1
Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk organik yang dapat
meningkatkan produksi tanaman seperti bawang merah. Ada beberapa macam
pupuk kandang yang banyak digunakan untuk tanaman hortikultura seperti pupuk
kandang ayam, pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing. Pada umumnya
pemberian pupuk organik ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah,
menambah unsur hara tanah dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam
tanah. Penggunaan pupuk kandang pada lahan kering terutama ditujukan untuk
memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat meningkatkan kemampuan tanah,
mengikat air dan memperbaiki aerase serta draenase tanah.
Berdasarkan uraian ini maka penulis telah meneliti tentang Pengaruh
Penggunaan Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah :
1. Apa pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman
bawang merah (Allium ascalonicum L.).
2. Bagaimana perbedaan hasil pertumbuhan tanaman bawang merah (Allium
ascalonicum L.) terhadap pemberian pupuk kandang dan tanpa pemberian
pupuk kandang.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang terhadap pertumbuhan
tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.).

2
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil pertumbuhan tanaman bawang merah
(Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian pupuk kandang dan tanpa
pemberian pupuk kandang.

1.4 Manfaat Penelitian


Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah manfaat
antara lain :
1. Dapat memberikan informasi tentang pengaruh pemberian pupuk kandang
terhadap pertumbuhan tanaman khususnya bawang merah.
2. Sebagai sumber informasi dan rekomendasi untuk masyarakat terutama petani
dalam melakukan pembudidayaan tanaman bawang merah.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pertumbuhan Tanaman
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan adalah proses bertambahnya jumlah protoplasma sel pada
suatu organisme yang disertai dengan pertambahan ukuran, berat dan jumlah sel
yang bersifat tidak dapat kembali pada keadaan sebelumnya. Pertumbuhan adalah
proses kenaikan volume yang bersifat irreversibel (tidak dapat balik), dan terjadi
karena adanya pertambahan jumlah sel dan pembesaran dari tiap-tiap sel. Pada
proses pertumbuhan biasa disertai dengan terjadinya perubahan bentuk.
Pertumbuhan dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif.
Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi di daerah meristematis (titik tumbuh),
yaitu bagian yang mengandung jaringan meristem. Jaringan ini terletak di ujung
batang, ujung akar, dan kambium. Aktivitas jaringan meristem yang bila
dibandingkan dengan jaringan meristem di kambium.

2.1.2 Jenis-Jenis Pertumbuhan


Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.
1. Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan primer adalah pertumbuhan yang terjadi akibat aktivitas
jaringan meristem primer atau disebut juga meristem apikal. Titik tumbuh primer
terbentuk sejak tumbuhan masih berupa embrio. Jaringan meristem ini terdapat
diujung batang dan ujung akar. Akibat pertumbuhan ini akar dan batang tumbuhan
bertambah panjang. Pada titik tumbuh, pertumbuhan terjadi secara bertahap. Oleh
karena itu daerah pertumbuhan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu daerah
pembelahan, daerah perpanjangan, dan daerah diferensiasi.

4
2. Pertumbuhan Sekunder
Pertumbuhan sekunder disebabkan oleh aktivitas jaringan meristem
sekunder seperti pada jaringan kambium pada batang tumbuhan dikotil dan
Gymnospermae. Semakin tua umur tumbuhan, batang tumbuhan dikotil akan
semakin besar. Hal ini disebabkan adanya proses pertumbuhan sekunder.
Pertumbuhan sekunder ini tidak terjadi pada tumbuhan monokotil. Bagian yang
paling berperan dalam pertumbuhan sekunder ini adalah cambium. Sel-sel jaringan
kambium senantiasa membelah yaitu ke arah dalam membentuk xilem atau kayu
sedangkan pembelahan ke luar membentuk floem atau kulit kayu yang
menyebabkan diameter batang dan akar bertambah besar. Kambium pada posisi
seperti ini dinamakan kambium intravaskuler. Sel-sel parenkim yang terdapat di
antara pembuluh, lama kelamaan berubah menjadi cambium. Kambium ini
dinamakan cambium intervaskuler.

2.2 Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)


2.2.1 Pengertian Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum
L.)

Gambar 2.1 Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)


Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang termasuk ke dalam
umbian tanah, dan juga tanaman yang memiliki perakaran serabut di bagian
pangkal umbi. Tanaman bawang merah ini diduga berasal dari Asia Tenggara yang

5
menyebar luas ke berbagai wilayah dan juga tempat lainnya, bawang merah ini
biasanya digunakan sebagai bumbu atau tambahan masakan yang bertujuan untuk
memberikan cita rasa khusus dalam masakan tersebut.
Secara umum, bawang merah ini juga merupakan salah satu tanaman yang
memiliki kandungan dan senyawa yang sangat tinggi, sehingga di zaman dahulu
hingga sekarang orang banyak menggunakan bawang merah sebagai bahan herbal
dan juga tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit serta menyehatkan
kesehatan tubuh.

2.2.2 Klasifikasi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum


L.)
Kingdom/Kerajaan : Plantae / Plants
Sub kingdom/Sub kerajaan : Tracheobionta / Vascular Plants
Super division/Super divisi : Spermatophyta / Seed Plants
Division/Divisi : Magnoliophyta / Flowering Plants
Classis/Kelas : Liliopsida / Monocotyledons
Sub classis/Sub Kelas : Lilidae
Ordo/Bangsa : Liliales
Familia/Suku : Liliaceae / Lily Family
Genus/Marga : Allium L. / Onion
Species (Jenis/ spesies) : Allium ascalonicum L.
Binomial Name/Nama Latin : Allium ascalonicum L.
Common Name/Nama Umum : Wild Onion

2.2.3 Morfologi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)


Morfologi bawang merah bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu
akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Bawang merah memiliki akar serabut

6
dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara
15-20 cm di dalam tanah dengan diameter akar 2-5 mm.
Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput,
berbatang pendek dan berakar serabut, tinggi dapat mencapai 15-20 cm dan
membentuk rumpun. Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang. Bentuk
daun tanaman bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50-
70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau
tua dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek. Pangkal
daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis.
Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut dengan discus yang
berbentuk seperti cakram , tipis, dan pendek sebagai melekatnya akar dan mata
dan batang semua yang berbeda di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi
umbi lapis. Daun bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-
70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing berwarna hijau muda sampai tua,
dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek , sedangkan
bunga bawang merah keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya
antara 30-90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun
melingkar seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun
bunga berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1
putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga. Buah bawang merah berbentuk
bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Biji bawang
merah berbentuk pipih, berwarna putih, tetapi akan berubah menjadi hitam setelah
tua.

2.2.4 Jenis-Jenis Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum


L.)
1. Bawang Merah Bima Brebes
Bawang merah varietas Bima Brebes merupakan bawang merah lokal dari
Brebes yang sesuai untuk ditanam di dataran tinggi. Ciri-cirinya: daun berwarna

7
hijau silindris berlubang, umbi berwarna merah muda dengan bentuk umbi lonjong
dan bercincin kecil pada leher cakramnya. Ukuran umbi tidak terlalu besar tetapi
berjumlah banyak, setiap tanaman menghasilkan 7-12 umbi atau 60-100 buah per
tangkai, per hektar bisa mencapai 10 - 20 ton, dan bisa dipanen pada umur 50 - 60
hari. Varietas bawang ini sulit berbunga secara alami, para petani sering membantu
penyerbukannya. Tanaman cukup tahan terhadap busuk atau penyakit, sehingga
petani senang menanamnya.

Gambar 2.2 Bawang Merah Bima Brebes

2. Bawang Merah Kuning


Bawang merah varietas Kuning juga jenis lokal Brebes yang mempunyai
ciri-ciri: daun berbentuk silindris agak besar seperti pipa berwarna hijau tua dan
berlubang, umbinya bulat besar dengan ujung meruncing dan berwarna merah
gelap. Bawang ini dapat dipanen pada umur 70 hari, dengan produktivitas 7 ton
per hektar. Bawang ini mudah terserang penyakit Fusarium (jamur) dan Alternaria
porri (penyakit bercak ungu yang sering menyerang tanaman bawang dan bawang
daun). Daerah pengembangan selain di Brebes juga di Maja, Cirebon, Tegal, dan
Probolinggo.

8
Gambar 2.3 Bawang Merah Kuning

3. Bawang Merah Maja Cipanas


Bawang merah varietas Maja Cipanas merupakan lokal Cipanas yang
mempunyai ciri-ciri antara lain: 1) Daun berbentuk silindris berwarna hijau tua
dan berlubang; 2) Umbi berbentuk gemuk bulat gepeng, berwarna merah tua
keriput, jumlah anakan 6-12 setiap rumpun. Varietas ini cukup mudah berbunga
sendiri secara alami dan dapat dipanen pada umur 60 hari, dengan produktivitas
11 ton per hektar.

Gambar 2.4 Bawang Merah Maja Cipanas

9
4. Bawang Merah Mentes
Bawang ini merupakan varietas klon, yaitu persilangan dua jenis bawang
merah B 3117 dan B 3155. Ciri-cirinya: umbi berwarna merah pucat, bentuk pipih
agak bulat, berukuran kecil, diameter 1.00-2.27 dan tinggi 1.5-2.25 cm, dan berat
per umbi sekitar 5-10 gram. Bawang ini bisa dipanen setelah umur 50-58 hari
setelah tanam dan setelah dipanen bisa bertahan antara 3-4 bulan untuk masa
penyimpanan.

Gambar 2.5 Bawang Merah Mentes

5. Bawang Merah Pancasona


Bawang ini juga merupakan hasil persilang antara B 2575 dengan B 4127,
yang mempunyai ciri-ciri: daun berwarna hijau agak tua dan setiap umbi memiliki
5-6 helai daun, umbi berbentuk bulat dengan ukuran tinggi 2.0-2.75 cm dan
diameter 1.50-2.65 cm, warna umbi merah keunguan, ukuran umbi bisa menjadi
sangat besar dengan berat paling kecil 5 gr dan paling besar 32 gr. Bawang ini
dapat dipanen lebih cepat dibandingkan varietas lainnya, yaitu 50-57 hari setelah
tanam dan masa simpan cukup lama antara 3-4 bulan setelah dipanen.

10
Gambar 2.6 Bawang Merah Pancasona

6. Bawang Merah Sembrani


Bawang merah ini merupakan hasil kawin silang antara bawang merah
Thailand dengan bawang bombai. Bawang merah ini mempunyai daun berwarna
hijau muda dan bentuk umbinya sangat bulat dengan warna merah pucat. Waktu
berbunga lebih singkat, yaitu 28 hari setelah tanam dan sudah bisa dipanen pada
umur 54 hari setelah tanam, tahan disimpan antara 2-4 bulan setelah panen.

Gambar 2.7 Bawang Merah Sembrani

7. Bawang Merah Trisula


Bawang merah ini merupakan varietas klon (kawin silang) antara B 2558
dengan B 4127 dan sesuai untuk ditanam pada dataran tinggi. Ciri-cirinya:

11
daunnya berwarna hijau tua yang jumlahnya hanya 4-5 helai per umbi dan warna
umbi merah tua dengan bentuk panjang, pipih, serta runcing. Berbunga pada hari
ke 24 - 35 setelah tanam, sudah bisa dipanen pada hari ke-50 setelah tanam, tahan
disimpan selama 5 bulan setelah dipanen, dan potensi hasil 6,5 – 23,21 ton per
hektar.

Gambar 2.8 Bawang Merah Trisula

8. Bawang Merah TSS Agrigorti 1


Bawang merah ini merupakan pemurnian varietas maja dari golongan
varietas bersari bebas. Cirinya: daun berwarna hijau dan cukup banyak setiap
umbinya, yaitu hingga 8 helai. Umbi berbentuk pipih tapi bulat dengan diameter
3,33 – 3,42 cm. Setiap rumpun hanya terdiri dari 1 - 2 umbi saja. Cepat berbunga,
yaitu 29-36 hari setelah ditanam, tetapi masih cepat bawang merah trisula. Panen
dapat dilakukan 66-68 hari setelah tanam yang ditandai dengan 80% batang
melemas.

12
Gambar 2.9 Bawang Merah TSS Agrigorti 1

9. Bawang Merah Violetta 2 Agrihorti


Bawang merah ini merupakan persilangan dari varietas Sembrani dengan
Kramat 1 yang mempunyai umbi berbentuk bulat dan berwarna merah muda.
Varietas ini paling lama untuk bisa dipanen, karena baru mulai berbunga setelah
70 hari tanam. Namun setelah berbunga, hanya perlu waktu 16 hari untuk dipanen.

Gambar 2.10 Bawang Merah Violetta 2 Agrihorti

2.2.5 Kandungan Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum


L.)
Bawang merah digemari karena karakteristik rasa dan aromanya yang khas.
Aroma bawang merah (disebabkan karena aktivitas enzim allinase). Aroma ini

13
akan tercium apabila jaringan tanaman rusak karena enzim allinase akan
mengubah senyawa s-alkil sistein sulfoksida yang mengandung belerang. Umbi
bawang merah juga mengandung allisin, flavonol, kuersetin, dan kuersetin
glikosida yang bersifat antibakteri, anticendawan, antikoagulan serta
menunjukkan aktivitas enzim antikanker (Hatijah, Husain, dan Rauf., 2014).
Konsumsi 1,5 – 3,5 ons bawang segar secara teratur mengandung kuersetin yang
cukup sebagai perlindungan terhadap kanker (Nawangsari, dkk., 2008).
Bawang merah juga mengandung flavonoid, saponin dan minyak atsiri.
Penelitian secara In Vitro dan In Vivo menunjukkan aktivitas biologis dan
farmakologis dari senyawa flavonoid, salah satu diantaranya yakni aktivitas
antibakteri. Saponin yang terkandung dalam tumbuhan diketahui dapat
menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan, minyak atsiri yang tersusun atas
senyawa sulfida bersifat antibakteri yang dapat mematikan bakteri yang berada di
dalam mulut. Selain itu bawang merah juga memiliki efek farmakologi terhadap
tubuh, dimana bawang merah juga memiliki kandungan senyawa kimia seperti
allisin dan alliin yang berfungsi sebagai antiseptik dan senyawa pektin yang
mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri (Jawa, 2016).
Adapun kandungan gizi yang terdapat dalam bawang merah adalah sebagai
berikut:
KANDUNGAN JUMLAH
Air 80-85 %
Kalori 30 kal
Protein 1.5 %
Karbohidrat CH20 9,2 %
Tiamin Vit. B1 30,00 mg
Kalium 334,00 mg
Fosfor 40,00 mg
Tabel 2.1 Kandungan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)

14
2.3 Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan campuran kotoran padat, air kencing, dan sisa
makanan (tanaman). Pupuk kandang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan pupuk anorganik, yaitu (1) dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah
(2) menambah unsur hara (3) menambah kandungan humus dan bahan organik (4)
memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah. Selain itu, kandungan
nitrogen didalamnya pun dilepas secara pelan-pelan sehingga sangat
menguntungkan pertumbuhan tanaman (Samadi, 2005).
Pupuk kandang memiliki beberapa sifat yang lebih baik dari pupuk alam
yang lain. Antara lain merupakan humus yang dapat menjaga/mempertahankan
struktur tanah, sebagai sumbar hara N, P dan K yang amat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, menaikkan daya menahan air serta
banyak mengandung mikroorganisme yang dapat mensintesis senyawa-senyawa
tertentu sehingga berguna bagi tanaman.

Kadar hara (%)


Jenis Ternak Tekstur
Nitrogen Fosfor Kalium Air
Kambing Padat 0,60 0,30 0,17 60
Kuda Padat 0,55 0,30 0,40 75
Sapi Padat 0,40 0,20 0,10 85
Ayam Padat 1,00 0,80 0,40 55
Tabel 2.2 Komposisi Unsur Hara Kotoran dari Beberapa Jenis Ternak

Pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing memiliki beberapa


keunggulan, yaitu kotoran kambing mengandung nitrogen dan kalium lebih tinggi
dibandingkan dengan kotoran sapi. Dan memiliki kadar K yang lebih tinggi dari
pada kandungan K pada pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kerbau,

15
namun lebih rendah dibandingkan dengan pupuk kandang yang berasal dari
kotoran ayam, babi, dan kuda. Unsur K sendiri sangat berperan penting dalam hal
metabolisme pada bagian tubuh tanaman seperti halnya pada pembelahan sel dan
proses sintesis protein, serta berperan penting dalam pembentukan buah bagi
tanaman. Sementara kadar hara P hampir sama dengan metabolisme pupuk
kandang lainnya

16
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada 17 Agustus 2023 sampai 21 Oktober 2023,
bertempat di Jalan Senayan Gg. Tenaga sepakat, Damon, Kecamatan Bengkalis,
Kabupaten Bengkalis.

3.2 Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari polybag, pisau,
penggaris, dan cangkul. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
bibit bawang merah, pupuk kandang kambing, tanah bakar, dan air.

3.3 Prosedur Kerja


1. Persiapkan polybag dan tanah bakar untuk dijadikan sebagai media tanam.
2. Campurkan pupuk yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
3. Pilih bibit bawang yang bagus, hindari untuk memilih bibit bawang yang
memiliki tanda-tanda kerusakan seperti bercak hitam karena akan
menimbulkan penyakit.
4. Potong ujung bibit bawang merah sepanjang 1 cm.
5. Letakkan bibit pada kedalaman 6 hingga 7 cm di dalam tanah.
6. Timbun kembali dengan tanah, namun hindari untuk menekan tanahnya.
7. Siram secara rutin setiap pagi dan sore hari untuk mendapatkan hasil panen
yang maksimal.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan Metode Dokumentasi.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk kandang terhadap
pertumbuhan tanaman bawang merah. Maka penulis melakukan pengamatan
berikut adalah hasil pengamatannya.
4.1.1 Tabel
TANPA PUPUK
NO TANGGAL PUPUK KANDANG
KANDANG

1 17 Agustus 2023 1 cm 3 cm

2 22 Agustus 2023 3 cm 6 cm

3 8 September 2023 11 cm 9 cm

4 17 September 2023 15 cm 13 cm

5 20 September 2023 17 cm 16 cm

6 25 September 2023 20 cm 18 cm

7 30 September 2023 22 cm 21 cm

8 4 Oktober 2023 24 cm 22 cm

9 10 Oktober 2023 26 cm 25,5 cm

10 21 Oktober 2023 30 cm 29,7 cm

Tabel 4.1 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Bawang Merah

18
4.1.2 Grafik

Pertumbuhan Tinggi Tanaman Bawang Merah


35

30

25

20

15

10

Pupuk kandang Tanpa pupuk kandang

Grafik 4.1 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Bawang Merah

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang
kambing berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah(Allium
ascalonicum L.), ditunjukkan dengan perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman
bawang merah (Allium ascalonicum L.) yang di beri pupuk kandang dan tidak di
beri pupuk kandang.
Pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing memiliki beberapa
keunggulan, yaitu memiliki kadar Kalium yang relatif lebih tinggi dari pada
kandungan Kalium pada pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi dan kerbau.
Kandungan Kalium yang tinggi pada kotoran kambing menghasilkan hasil terbaik
pada pertumbuhan tanaman (Selvia, 2012).
Pada perubahan tinggi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.)
kurang efektif karena hanya disiram dengan air tanpa menggunakan pupuk. Hal ini

19
sejalan dengan pernyataan Ibrahim (2012) dalam Wijayanti (2013), kurangnya
unsur hara dalam tanah dapat berakibat rendahnya produktivitas pada bawang
merah (Allium ascalonicum L.). Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka
pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kekurangan
salah satu atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman
tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-
penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda (Thania, 2011 dalam
Wijayanti, 2013).
Dalam penelitian ini pertumbuhan bawang merah (Allium ascalonicum L.)
dengan menggunakan pupuk kandang kambing memperoleh hasil terbaik yaitu 30
cm, karena mengandung kalium yang relatif lebih tinggi. Dan pada pertumbuhan
bawang merah (Allium ascalonicum L.) tanpa pupuk kandang kambing tidak
tumbuh secara efektif, karena kurangnya unsur hara dalam tanah dapat berakibat
rendahnya pertumbuhan pada bawang merah (Allium ascalonicum L.). Jika unsur
hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan
produksinya menurun (Thania, 2011 dalam Wijayanti, 2013)

20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa pemberian
pupuk kandang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang
merah, ditunjukkan oleh perbedaan tinggi tanaman bawang merah yang
menggunakan pupuk kandang dan tanpa pupuk kandang.

5.2 Saran
Untuk memperoleh hasil tanaman yang baik, diperlukan media tanam yang
cocok dan nutrisi yang cukup agar pertumbuhan suatu tanaman dapat optimal. Kita
dapat menggunakan pupuk alami (organik) sebagai nutrisinya, contohnya yaitu
pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing lebih baik dibandingkan bila
menggunakan pupuk buatan (non organik). Pupuk buatan banyak mengandung zat
kimia yang tidak baik bagi pertumbuhan suatu tanaman.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ari, W. (2022, Januari 24). Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan.


Diambil kembali dari KOMPAS.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/10/163000969/pertumbuhan-
dan-perkembangan-pada-tumbuhan?page=all
H, S. A. (2020, Maret 12). MENGENAL JENIS BAWANG MERAH UNTUK
MEDUKUNG KONTRATANI SEBAGAI PUSAT PEMBELAJARAN. Diambil
kembali dari Dinas TPH Lampung:
https://www.dinastph.lampungprov.go.id/detail-post/mengenal-jenis-bawang-
merah-untuk-medukung-kontratani-sebagai-pusat-pembelajaran
Octoria, D. (2022, Desember 08). Pertumbuhan Sekunder dan Primer pada
Tumbuhan. Diambil kembali dari detikbali:
https://www.detik.com/bali/berita/d-6448511/pertumbuhan-sekunder-dan-
primer-pada-tumbuhan
Sari, A. M. (2023, Mei 11). Pengertian Pupuk Organik, Jenis Dan Manfaatnya.
Diambil kembali dari faperta.umsu:
https://faperta.umsu.ac.id/2023/05/11/pengertian-pupuk-organik-jenis-dan-
manfaatnya/
Savitri, T. (2021, Juni 12). 5 Manfaat Bawang Merah untuk Kesehatan, Termasuk
Meningkatkan Sistem Imun. Diambil kembali dari hellosehat:
https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/manfaat-bawang-merah-bagi-
kesehatan/
wikipediA. (2022, September 2). Bawang merah. Diambil kembali dari wikipediA
Ensiklopedia Bebas: https://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah

22
LAMPIRAN

23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai