Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Pemberian Pupuk Organik terhadap Tanaman Cabai Keriting

(Capsicum annum L.)

A. Pendahuluan

Cabai atau cabai merah atau lombok adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum.
Cabai digunakan sebagai bumbu masakan, khususnya cabai keriting (Capsicum annum L.).
Cabai keriting umumnya berukuran 8-10 cm, kulit bertekstur, dan ujung cabai yang sedikit
melingkar tergantung dari hasil panen. Dari segi rasa, cabai keriting tidak terlalu pedas, bahkan
tidak terasa pedas sama sekali bagi orang yang sering mengonsumsi cabai jenis lain.

Cabai merah adalah salah satu komoditas tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomis
yang cukup lumayan di pasaran, sehingga banyak petani yang menanam cabai jenis ini. Cabai
merah mempunyai banyak varietas yang telah dikembangkan serta dibudidayakan oleh
masyarakat. Meskipun cabai merah tidak sepedas cabai rawit ataupun cabai setan, tetapi cabai ini
menjadi bahan pelengkap dalam masakan sayuran.

Klasifikasi ilmiah cabai merah keriting :


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.

Cabai keriting merupakan salah satu bahan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari, disamping sebagai kebutuhan dalam negeri, cabai juga merupakan komoditi ekspor
yang bernilai tinggi. Permintaan cabai setiap tahun meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk dan restoran yang membuat harga cabai pada tahun 2011 melunjak tinggi di pasaran.
Hal ini dikarenakan produksi cabai belum mencukupi permintaan pasar (Wahyudi dan Topan,
2011 ).
Pupuk merupakan nutrisi bagi tanaman, atau bisa juga dikatakan sebagai makanan
tambahan. Beberapa manfaat pupuk bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan dan mempercepat
pertumbuhan serta perkembangan tanaman yang sudah dibudidayakan, dapat meningkatkan dan
mempercepat hasil produksi tanaman, dapat meningkatkan kesuburan tanaman, sehingga
tanaman lebih tahan dari berbagai macam hama dan penyakit.

Pupuk organik dapat memberi pengaruh baik terhadap tanaman karena sedikit
mengandung bahan kimia. Kandungan bahan kimia pada pupuk mungkin mempercepat
pertumbuhan dan memperpanjang diameter cabai, tetapi pengaruh tanaman yang diberi pupuk
alami seperti pupuk organik memberikan kualitas yang jauh lebih baik untuk dikonsumsi tubuh.

Pupuk organik banyak mengandung mikroorganisme (fungi, aktinomicetes, bakteri dan


algae) yang berfungsi untuk proses dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah. Tidak
hanya jutaan mikroorganisme yang ditambahkan ke dalam tanah, akan tetapi mikroorganisme
yang ada di dalam tanah juga terpacu untuk berkembang biak. Selain itu, aktivitas
mikroorganisme di dalam tanah dapat menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti
auksin, giberelin dan sitokinin yang dapat memacu perturnbuhan dan perkembangan akar-akar
rambut sehingga daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas (Genial, 2018).

Pupuk organik terbagi menjadi pupuk organik padat dan cair. Pupuk organik padat
terbagi lagi menjadi pupuk kandang, hijau, dan kompos. Pupuk kandang terbentuk dari kotoran
hewan. Hampir semua kotoran hewan dapat dijadikan sebagai pupuk kandang. Lain halnya
dengan pupuk hijau, pupuk ini terbentuk dari tanaman yang masih segar tertanam pada tanah.
Pupuk hijau dapat memenuhi kebutuhan hara secara merata dan dapat diatur kepekatannya.
Sedangkan pupuk kompos tidak hanya terbuat dari kotoran hewan, tetapi juga sisa-sisa tumbuhan
yang sudah mati dan dibantu dengan mikroorganisme dekomposer untuk mengurai. Kemudian,
ada pula pupuk organik cair. Pupuk organik cair bisa terbuat dari kotoran hewan yang dicampur
dengan air, dan urine hewan. Peran pupuk organik cair dibandingkan dengan pupuk organik
padat, yaitu dapat menyeimbangkan dan mengikat kelembapan tanah, juga memperbaiki struktur
tanah.
Pupuk organik cair bisa membantu merangsang pertumbuhan buah setiap tanaman,
termasuk cabai. Memberikan pupuk organik cair pada tanaman cabai dapat menjadi salah satu
cara membuat cabai berbuah lebat.

Nikolina, dkk. (2014) menyatakan bahwa tanaman pada umur 40 hari akan memberikan
respon yang baik pada penggunaan pupuk kompos. Hal ini juga disebabkan oleh proses
fotosintesis yang baik.

Menurut penelitian Djapangi (2017), pemberian pupuk kompos dengan dosis 15 ton/ha
berpengaruh sangat baik bagi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Perlakuan pupuk
kompos dengan dosis 15 ton/ha berpengaruh nyata terhadap berat buah pertanaman dan berat
buah perpetak. Penggunaan bahan organik seperti pupuk kompos dapat memberikan dampak
positif terhadap peningkatan buah serta menjaga keseimbangan tanah bagi kehidupan
mikroorganisme.

B. Pembahasan

Cabai atau cabe merah atau lombok (bahasa Jawa) adalah buah dan tumbuhan anggota genus
Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana
digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat populer di Asia Tenggara sebagai
penguat rasa makanan. Bagi seni masakan Padang, cabai bahkan dianggap sebagai "bahan
makanan pokok" kesepuluh (alih-alih sembilan). Sangat sulit bagi masakan Padang dibuat tanpa
cabai.

Cabai merah termasuk ke dalam jenis terung-terungan (solanaceae) dengan tinggi pohon
sekitar 50 cm. Batang pohon cabai merah merupakan jenis batang yang banyak bercabang. Daun
cabai merah berwarna hijau, bunga berberwarna putih berbentuk terompet. Buah cabai merah
berwarna hijau tua jika masih muda dan berwarna merah jika sudah masak. Ukuran cabai merah
sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan cabai rawit. Cabai merah berukuran panjang sekitar
6-10 cm.

Klasifikasi Cabai Merah :


Nama umum di Indonesia : Cabai, cabe merah, lombok gede (Jawa), cabe (Sunda)
Inggris : chili pepper
Filipina : Siling Haba
Cina : la jiao.

Klasifikasi Kingdom :
Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo: Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.

Genus Capsicum terdiri atas 30 spesies lima diantaranya telah dibudidayakan, yaitu C.
annuum, C. frutescens, C. pubescence, C. baccatum, dan C. chinense (Greenleaf 1986 ;
Pickersgill 1989). Diantara lima spesies tersebut, yang paling banyak diusahakan di Indonesia
adalah C. annuum (cabai merah besar dan keriting). Capsicum annuum, dikenal sebagai cabai
merah, terdiri atas cabai merah besar, cabai keriting, dan paprika (C. annuum).

Bunga cabai berwarna putih dan pada setiap buku terdapat satu kuntum bunga.
Permukaan buah cabai rata dan halus, dengan diameter sedang sampai besar dan kulit daging
buah tebal. Kadar kapsaisin buah cabai besar umumnya rendah. Buah cabai besar umumnya
dipanen setelah berwarna merah, tetapi kadang-kadang juga dipanen ketika buah masih berwarna
hijau. Cabai besar berumur genjah dan dapat tumbuh di berbagai ketinggian, baik di lahan darat,
lahan sawah maupun pantai.
Bunga cabai keriting berwarna putih atau ungu. Buah muda berwarna hijau atau ungu,
permukaan buah bergelombang, diameternya lebih kecil dibandingkan dengan diameter buah
cabai besar, sedangkan kulit daging buahnya lebih tipis. Umur panen cabai keriting lebih dalam
dan buahnya lebih tahan disimpan. Cabai keriting dapat tumbuh di berbagai ketinggian, baik
dilahan darat, maupun lahan sawah.
Buah paprika yang muda memiliki warna yang bervariasi, yaitu kuning, hijau muda,
hijau, dan ungu. Buah berbentuk kotak atau lonceng dengan diameter yang besar permukaannya
rata. Kulit daging buah tebal, dan rasanya manis (tidak pedas). Biasanya buah dipanen saat masih
muda, yaitu ketika masih berwarna hijau atau kuning. Paprika cocok tumbuh di dataran tinggi.

Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) merupakan tumbuhan perdu yang mempunyai rasa
pedas, yang disebabkan kandungan capsaisin. Tanaman cabai merupakan tanaman semusim,
mempunyai adaptasi yang luas, serta dibutuhkan hampir tiap hari. Tanaman cabai dapat tumbuh
dengan baik pada suhu 25-27 C (siang hari) dan 18-20 C (pada malam hari), kelembaban udara :
50-70%, curah hujan 600- 1200 mm per tahun, intensitas cahaya matahari < 70% .

Cabai merah besar yang dibudidayakan biasa diberi nama sesuai dengan nama tempat dan
daerah pembudidayaannya, misalnya Capsicum annuum, L. Dari Brastagi, Semarang, Indragiri,
atau Pamanukan. Cabai hibrida yang termasuk golongan cabai besar yang telah banyak beredar
antara lain OR-Korin, CTH, TM-999, Hero, Long Chilli, Hot beauty, dan Paprika. Cabai merah
varietas CTH-01 merupakan salah satu cabai hibrid yang mempunyai beberapa keunggulan, di
antaranya adalah produksi tinggi (7,5 – 15 ton/ha), buah mulai masak pada umur 85 hst, bentuk
buah keriting, dan dapat ditanam dengan populasi hingga 23.000/ha (Prajnanta, 2003).

Cabai keriting hibrida ini mempunyai bentuk buah yang benar-benar keriting. Cabai ini
mulai banyak ditanam petani, meskipun selama ini pengembangannya masih bertumpu pada
daerah dataran rendah, namun cabai CTH-01 pun sebenarnya mampu berproduksi dan tumbuh
dengan baik di dataran menengah hingga tinggi. Cabai ini cocok untuk konsumsi segar maupun
dikeringkan. Cabai merah hibrid lainnya adalah OR-Twist, varietas ini sangat kuat, akarnya
berkembang dengan cepat, tahan terhadap kekurangan kalsium dan serangan penyakit. Rasa
cabai ini sangat pedas.

Cabai merah hibrida dari varietas TM-999 tergolong tanaman yang tumbuh kuat dan
tinggi, tanaman ini terus-menerus berbunga, sehingga waktu panennya lama. Umur panennya 90
hst (di dataran rendah) sampai 105 hst (di dataran tinggi). Benihnya diproduksi oleh Hung Nong
Seed, Korea. Cabai merah lokal Laris mempunyai pertumbuhan yang kompak, seragam, berbuah
langsing dan mengkilat. Buahnya bewarna merah cerah, besar, dan pedas (Prajnanta, 1991).
Pembungaannya berlangsung terus menerus sehingga dapat dipanen dalam jangka waktu yang
panjang. Ukuran buahnya 12.5 cm x 0.8 cm dengan berat buah 5-6 g. Rasanya sangat pedas,
cocok untuk digiling dan dikeringkan.

Sumber bahan baku yang berlimpah dan mudah diperoleh, menjadikan pupuk kotoran
ternak menjadi peluang tersendiri untuk ditingkatkan kandungan haranya. Upaya ini perlu
dilaksanakan untuk mengurangi biaya pertanian, menurunkan volume pupuk dalam setiap luasan
pertanaman dan menekan serangan hama yang merusak tanaman akibat penggunaan pupuk
anoraganik yang disinyalir menurunkan produktivitas lahan (Sumarni N, 2014).

Peningkatan kualitas pupuk organik perlu dilaksanakan untuk dapat memanfaatkan


sumber daya lokal dan menurunkan ketergantungan penggunaan pupuk kimia yang harganya
semakin meningkat. Beberapa penelitian terhadap penggunaan pupuk organik pada tanaman
telah banyak dilakukan dan terbukti memberikan hasil yang baik pada tanaman dan tanah.
Penelitian (Liu, 2016) menjelaskan bahwa aplikasi pupuk organik tidak hanya meningkatkan
kesuburan tanah dan produksi tanaman, namun juga meningkatkan keanekaragaman hayati tanah
serta membuat ekosistem lebih tahan terhadap serangan penyakit.

Penelitian (Emir, 2017) yang memanfaatkan kotoran sapi hasil fermentasi (kompos tea)
dapat meningkatkan pertumbuhan dengan hasil produksi rata-rata 23,02 ton ha-1.

Penelitian (Syahputra, 2016) yang menggunakan beberapa pupuk organik untuk tanaman
cabai menjelaskan bahwa penggunaan jenis bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi, dimana perlakuan yang terbaik adalah kompos daun, kemudian pupuk kandang sapi,
pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing.

Penelitian (Risal D, 2019) menjelaskan bahwa pupuk organik kotoran kuda hasil
pembakaran dapat mengandung hara makro yang lebih tinggi dibandingkan biomassa keringnya
dan mampu memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah keriting. Dari
penelitian tersebut menjelaskan bahwa pemanfaatan pupuk organik dengan melalui perlakuan
tambahan memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Pupuk organik didefinisikan sebagai pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari
dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair
yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah).  Pupuk organik mempunyai beragam jenis dan varian. Jenis-jenis pupuk organik
dibedakan dari bahan baku, metode pembuatan dan wujudnya. Dari sisi bahan baku ada yang
terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau campuran keduanya. Dari metode pembuatan ada
banyak ragam seperti kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya. Sedangkan dari sisi wujud
ada yang berwujud serbuk, cair maupun granul atau tablet.

Teknologi pupuk organik berkembang pesat dewasa ini. Perkembangan ini tak lepas dari
dampak pemakaian pupuk kimia yang menimbulkan berbagai masalah, mulai dari rusaknya
ekosistem, hilangnya kesuburan tanah, masalah kesehatan, sampai masalah ketergantungan
petani terhadap pupuk. Oleh karena itu, pemakaian pupuk organik kembali diinstruksikan untuk
digunakan dalam rangka mengatasi berbagai masalah tersebut.  Ada berbagai jenis pupuk
organik yang digunakan para petani di lapangan. Secara umum pupuk organik dibedakan
berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya. Dilihat dari segi bentuk, terdapat pupuk organik
cair dan padat. Sedangkan dilihat dari bahan penyusunnya terdapat pupuk hijau, pupuk kandang
dan pupuk kompos.

Pupuk hijau merupakan pupuk yang berasal dari pelapukan tanaman, baik tanaman sisa
panen maupun tanaman yang sengaja ditanam untuk diambil hijauannya. Tanaman yang biasa
digunakan untuk pupuk hijau diantaranya dari jenis leguminosa (kacang-kacangan) dan tanaman
air (azola). Jenis tanaman ini dipilih karena memiliki kandungan hara, khususnya nitrogen, yang
tinggi serta cepat terurai dalam tanah. Pengaplikasian pupuk hijau bisa langsung dibenamkan
kedalam tanah atau melalui proses pengomposan. Di lahan tegalan atau lahan kering, para petani
biasa menanam leguminosa sebagai pagar kebun. Di saat-saat tertentu tanaman pagar tersebut
dipangkas untuk diambil hijauannya. Hijauan dari tanaman leguminosa bisa langsung
diaplikasikan pada tanah sebagai pupuk. Sementara itu, di lahan sawah para petani biasa
menggunakan azola sebagai pupuk hijau.

Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan seperti unggas, sapi,
kerbau dan kambing. Secara umum pupuk kandang dibedakan berdasarkan kotoran hewan yang
kencing dan tidak kencing. Contoh hewan yang kencing adalah sapi, kambing dan kerbau.
Hewan yang tidak kencing kebanyakan dari jenis unggas seperti ayam, itik dan bebek. 
Karateristik kotoran hewan yang kencing waktu penguraiannya relatif lebih lama, kandungan
nitrogen lebih rendah, namun kaya akan fosfor dan kalium. Pupuk kandang jenis ini cocok
digunakan pada tanaman yang diambil buah atau bijinya seperti mentimun, kacang-kacangan,
dan tanaman buah. Sedangkan karakteristik kotoran hewan yang tidak kencing waktu
penguraiannya lebih cepat, kandungan nitrogen tinggi, namun kurang kaya fospor dan kalium.
Pupuk kandang jenis ini cocok diterapkan untuk tanaman sayur daun seperti selada, bayam dan
kangkung. Pupuk kandang banyak dipakai sebagai pupuk dasar tanaman karena ketersediaannya
yang melimpah dan proses pembuatannya gampang. Pupuk kandang tidak memerlukan proses
pembuatan yang panjang seperti kompos. Kotoran hewan cukup didiamkan sampai keadaannya
kering dan matang sebelum diaplikasikan ke lahan.

Pupuk kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari pelapukan bahan organik melalui
proses biologis dengan bantuan organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer bisa
berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Mikroorganisme dekomposer bisa berupa
bakteri, jamur atau kapang. Sedangkan makroorganisme dekomposer yang paling populer adalah
cacing tanah. Dilihat dari proses pembuatannya, ada dua metode membuat pupuk kompos yaitu
proses aerob (melibatkan udara) dan proses anaerob (tidak melibatkan udara).  Dewasa ini
teknologi pengomposan sudah berkembang pesat. Berbagai varian dekomposer beserta metode
pembuatannya banyak ditemukan. Sehingga pupuk kompos yang dihasilkan banyak ragamnya,
misalnya pupuk bokashi, vermikompos, pupuk organik cair dan pupuk organik tablet. Pupuk
kompos bisa dibuat dengan mudah, bisa dibuat sendiri dari limbah rumah tangga, seperti pupuk
bokashi.

Pupuk hayati merupakan pupuk yang terdiri dari organisme hidup yang memiliki
kemampuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan nutrisi penting bagi
tanaman. Dalam Peraturan Menteri Pertanian pupuk hayati tidak digolongkan sebagai pupuk
organik melainkan sebagai pembenah tanah, namun dalam penerapannya di lapangan seringkali
dianggap sebagai pupuk organik.  Pupuk hayati bekerja tidak seperti pupuk organik biasa yang
bisa langsung meningkatkan kesuburan tanah dengan menyediakan nutrisi untuk tanaman.

Pertumbuhan tanaman cabai sangat bergantung pada ketersediaan unsur-unsur hara yang
cukup dan berimbang dalam tanah yang berasal dari biomassa daun, ranting dan vegetasi yang
mengalami pelapukan, karena itu diperlukan pemupukan untuk menambah suplai unsur hara
pada lahan yang akan ditanami (Lisa, 2018).

Pupuk organik dipilih sebagai bahan untuk memperbaiki kondisi tanah miskin hara
karena pupuk anorganik hanya mampu meningkatkan produktivitas tanah dalam waktu singkat,
tetapi akan mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah atau tanah menjadi keras dan
menurunkan produktivitas tanaman yang dihasilkan, sedangkan tanah yang dibenahi dengan
pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang dicukupi bahan organik
mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar (Liu T, 2016).

Pupuk kandang ayam mengandung nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan dua jenis
pupuk kandang yang lainnya. Pada tanaman yang ditambah pupuk kandang ayam ini juga
ketersediaan unsur hara tersebut semakin besar dalam tanah yang memungkinkan tanaman akan
lebih banyak menyerap nitrogen.

Unsur nitrogen yang dominan terkandung dalam pupuk kandang berfungsi dalam
meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutama untuk memacu pertumbuhan daun.
Diasumsikan semakin besar luas daun maka semakin tinggi fotosintat yang dihasilkan, sehingga
semakin tinggi pula fotosintat yang ditranslokasikan fotosintat tersebut digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain pertambahan ukuran panjang atau tinggi
tanaman, pembentukan cabang dan daun baru. Senyawa nitrogen akan merangsang pertumbuhan
vegetatif tanaman yaitu menambah tinggi tanaman (Sahari, 2012).

Menurut Thompson dan Kelly (1979) dalam Karyati (2004) nitrogen dapat mempercepat
pertumbuhan dan memberikan hasil yang lebih besar mendorong pertumbuhan vegetasi seperti
daun, batang, akar, yang mempunyai peranan penting dalam tanaman. Menurut Marlina, (2010)
bahwa ketersediaan unsure hara N sangat erat hubungannya dengan protein dan perkembangan
jaringan meristem sehingga sangat menentukan pertumbuhan tanaman berupa batang,cabang,
akar. Nitrogen erat kaitannya dengan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross 1992) serta sintesis
protein dan enzim (Schaffer 1996) dalam Suharja (2009). Sahari (2012) pemberian bahan
organik terutama berupa kotoran ayam, nyata meningkatkan tinggi tanaman.

Pupuk kandang berpengaruh pada variabel tinggi tanaman, tingkat percabangan, volume
buah, panjang buah, bobot berangkasan kering tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian
Marlina (2010) yang menyatakan bahwa perlakuan pemanfaatan jenis pupuk kandang
berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer, berat buah per tanaman, berat
kering berangkasan pada cabai merah.

C. Kesimpulan

Tanaman yang diberi pupuk tentu akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik sesuai
aturan pakainya. Aplikasi kompos terhadap pertumbuhan tanaman cabai berpengaruh terhadap
tinggi tanaman, umur berbunga dan umur panen. Pemberian pupuk kandang sapi, kambing, dan
ayam menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan hasil cabai yang ditunjukkan oleh variabel
tinggi tanaman, tingkat percabangan, panjang buah, volume buah, bobot kering berangkasan.

Pupuk organik seperti kompos, kandang, dan hijau memberikan dampak positif terhadap
pertumbuhan cabai merah keriting. Semua pupuk organik, baik padat ataupun cair
mempengaruhi setiap bagian pertumbuhan tanaman cabai. Tetapi, pemberian pupuk yang
berlebihan juga tidak baik untuk hasil panen cabai walaupun pupuk yang digunakan adalah
organik atau alami. Pencahayaan dan rutinitas penyiraman juga menjadi komponen penting
dalam kualitas dan kuantitas hasil pertumbuhan cabai.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan R., Amiruddin H. 2020. Uji Pupuk Organik untuk Pertumbuhan Cabai Keriting
pada Tanah Miskin Hara. Jurnal Ecosolum Vol. 9, No. 1.

Erita H., T. Mahmud, dkk. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Varietas terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman (Capsicum annum L.). Jurnal Floratek 7: 173-181.

Latifah, Siti, dkk. 2013. Pupuk Organik Kompos: Manfaatkan Limbah Sekitar Lingkungan.
Medan: CV Kiswatech.

Hapsoh, Gusmawartati, dkk. 2017. Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai
Keriting (Capsicum annuum L.) terhadap Aplikasi Pupuk Kompos dan Pupuk
Anorganik di Polibag. Jurnal Hort. Indonesia 8(3): 203-208.

Mutmainnah, Masluki. 2017. Pengaruh Pemberian Jenis Pupuk Organik dan Anorganik
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Cabai Besar Katokkon Varietas Lokal Toraja.
Vol. 5 No. 3.

Nikolina G., Shopova, dkk. 2014. Efek dari Komposisi Campuran Bibit terhadap Perilaku
Fisiologis dan Produktivitas Fotosintetik Tanaman Tomat. Jurnal Publikasi Ilmiah
Internasional: Pertanian dan Pangan (2): 171-178.

Sofiana I., Damhuri, dkk. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos terhadap
Produktivitas Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Jurnal Ampibi 2 (2): 57-64.

Tonny K. Laksminiwati P., dkk. 2015. Modul Pelatihan Budidaya Tanaman Cabai Merah,
Tomat, dan Mentimun Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu. Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

Tonny K. Laksminiwati P., dkk. 2016. Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Budidaya
Cabai Merah Sistem Tumpanggilir dengan Bawang Merah. Jakarta: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura.

Wahyudi, Topan, M. 2011. Panen Cabai di Pekarangan Rumah. Jakarta: Agromedia


Pustaka.
Warnita, Aisman. 2017. Pemberdayaan Masyarakat melalui Budidaya Tanaman Cabai
Merah dalam Pot. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat. Vol. 1 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai