Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN


KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN BAWANG MERAH

DISUSUN OLEH:
Mutiara Nur Fadillah
XI MIPA 5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bawang merah (Allium cepa L. kelompok Agregatum)
merupakan salah satu komoditas sayuran unggul yang sejak lama sudah
dibudidayakan oleh petani secara kontinue. Kebutuhan masyarakat terhadap
bawang merah akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk. Komoditas ini merupakan sumber pendapatan yang cukup tinggi
terhadap perkembangan ekonomi daerah maupun wilayah di bahagian Indonesia.
Karena kegunaan bawang merah sebagai kebutuhan penunjang rumah tangga
untuk pelengkap bumbu masak sehari-hari (Wibowo, 2005). Bawang merah juga
salah satu komoditas unggulan dibeberapa daerah di Indonesia, yang digunakan
sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan beberapa zat yang bermanfaat
bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti kangker dan pengganti anti biotik,
penurunan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula darah. Menurut
penelitian, bawang merah mengandung kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat,
vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010). Berdasarkan hal tersebut, komoditi ini
memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Di Indonesia daerah
yang merupakan sentra produksi bawang merah adalah Cirebon, Brebes, Tegal,
Kuningan, Wates, Yogyakarta, Lombok Timur dan Samosir (Sunarjo dan
Soedomo, 1989). Rendahnya produksi bawang merah di Indonesia disebabkan
oleh penggunaan bibit yang kurang bermutu, media tanam yang kurang baik,
pengendalian hama dan penyakit yang kurang memadai. Di Indonesia juga belum
banyak tersedia varietas atau kultivar unggul yang cocok dengan lingkungan
setempat, serta belum menyebarnya paket teknologi budidaya hasil-hasil
penelitian para peneliti ketingkat petani (Hervani et al., 2008). Analisis data
ekspor-impor 2003-2008 mengindikasikan bahwa selama periode tersebut
Indonesia adalah net impoerter bawang merah, karena volume ekspor untuk
komoditas ini secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan volume
impornya. Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009
menurut Dinas Pertanian yang dikutip dari Badan Pusat Statistik (2010) adalah
12.655 ton, sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton.
(Anonymous, 2010). Sementara produksi umbi kering di Nanggroe Aceh
Darussalam antara 3 – 5 ton per hektar (Anonymous, 2008 dalam Jumini et al.,
2010). Sedangkan produksi umbi bawang merah dengan daun tahun 2011 sebesar
26.004 kuintal, dengan luas panen sebesar 788 hektar, dan rata-rata produktivitas
sebesar 33 kuintal per hektar. Dibandingkan tahun 2010, produksi mengalami
penurunan sebesar 10.142 kuintal (28,06%). Penurunan produksi disebabkan
menurunnya produktivitas sebesar 21,27 kuintal per hektar (39,19 %) dan
meningkatnya luas panen seluas 122 hektar (18,32%) (Anonymous, 2011).
Dengan keadaan seperti itu, untuk menentukan perbaikan produksi kedepan maka
penggunaan pupuk sangat menentukan terhadap peningkatan hasil produksi
bawang merah. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
yang baik adalah dengan pemberian pupuk, baik pupuk anorganik maupun pupuk
organik. Beberapa jenis pupuk organik yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos.
Pupuk kandang bisa berasal dari kotoran sapi, kotoran ayam dan juga bebek yang
telah terdekomposisi sempurna. Kandungan unsur hara yang terkandung di dalam
pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan, kondisi pemeliharaan, lama
atau barunya kotoran dan tempat pemeliharaannya (Wibowo, 2006). Hidayat et al.
(1991) dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007, Dosis pupuk
kandang yang dianjurkan untuk budidaya tanaman bawang merah. yaitu pupuk
kandang kotoran sapi dengan dosis 10 – 20 ton ha-1 , 5 – 6 ton ha-1 dosis pupuk
kotoran ayam atau bebek. Pupuk kandang sebagai sumber dari unsur hara makro
maupun mikro yang berada dalam keadaan seimbang. Unsur makro seperti N, P,
K, Ca dan lain-lain sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat dalam pupuk lain, tersedia dalam
pupuk kandang seperti Mn, Co, dan lain-lain (Sutanto, 2002 dalam Jumini et al.,
2010). Pupuk kandang mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik dan
gembur, sehingga akar tanaman bawang merah dapat dengan leluasa menyerap
semua unsur hara yang terdapat di dalam tanah. Marsono dan Sigit (2002)
mengatakan bahwa kelebihan dari pupuk organik adalah mengubah struktur tanah
menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan akar tanaman akan lebih baik,
meningkatkan daya serap dan daya tahan tanah terhadap air sehingga tersedia bagi
tanaman serta memperbaiki kehidupan organisme tanah. Cadangan K dalam tanah
cukup banyak. Pada jerami padi, bahkan kandungan K mencapai 80%. Meski
hanya sebagian kecil K tersedia yang dapat dimanfatkan oleh tanaman, hara K
mudah bergerak, terlindi, dan terikat oleh permukaan koloid tanah. Kekurangan K
mempengaruhi sistem perakaran, tunas, pembentukan pati, dan translokasi gula
(Wibowo, 2005). Sumarni dan Achmad (2005) mengatakan bahwa Anjuran pupuk
untuk budidaya tanaman bawang merah dapat diberikan K sebanyak 50 – 100 kg
K2O ha-1 atau 100 - 200 kg KCl ha-1 . Pupuk KCl adalah pupuk an-organik yang
mengandung kadar K2O 60% atau unsur Kalium (K) sebagai unsur hara esensial
seperti N. Ketersediaannya di tanah dipengaruhi oleh keseimbangan antara input
dan output dalam sistem tanah. Unsur N 4 mudah hilang dari tanah melalui
volatilisasi atau perkolasi air tanah, mudah berubah bentuk, dan mudah pula
diserap tanah (Wibowo, 2005). Pupuk KCl mempunyai sifat berbentuk butir-butir
halus berwarna putih atau putih bercampur butir-butir merah, sedikit higroskopis,
reaksi fisiologisnya asam lemah (Setyamidjaja, 1986). Pengaruh kalium terhadap
produksi tanaman, terutama umbiumbian seperti umbi lapis (jenis bawang-
bawangan) berpengaruh sangat nyata. Pupuk KCl akan memberikan respon yang
positif terhadap pertumbuhan umbi. Unsur hara yang diserap ini dibawa ke daun
untuk diasimilasikan dalam proses fotosintesa. Salah satu hasil fotosintesa ini
adalah fruktan, dimana fruktan sangat diperlukan untuk pembentukan umbi.
Tanaman Liliaceae menyimpan fruktan dalam umbi (Salisburry dan Ross, 1995
dalam Husna dan Evawani, 2008). Berdasarkan permasalahan yang telah
dilaksanakan, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dosis pupuk
kandang dan kalium yang tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah yang optimal.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Bawang Merah


2.1.1. Sistematika
Menurut Rahayu dan Berlian, (2005) tanaman bawang merah dapat
deklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Liliales/Liliflorae
Family : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa L. kelompok Agregatum)

2.1.2. Marfologi

1. Akar
Akar bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah.
Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam
tertanam dalam tanah (Rukmana, 1994).

2. Batang
Tanaman bawang merah memiliki batang sejati atau disebut diskus yang
berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan
akar tunas. Di bagian atas dickus terbentuk batang semu yang tersusun dari
pelepah – pelepah daun. Di antara lapisan kelopak bulbus terdapat mata tunas
yang dapat 6 membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies
bawang merah (Rukmana,1994).

3. Daun
Daun bawang merah berbentuk seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara
50 – 70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai
hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek
(Rukmana, 1994).

4. Bunga
Tangkai daun keluar dari ujung tanaman yang panjang antara 30 – 90 cm, dan di
ujungnya terdapat 50 – 200 jumlah kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat)
seolah – olah berbentuk payung (Umbrella). Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 - 6
helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau
kekuning – kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Wibowo,
2009). 5. Buah Buah berbentuk bulat, bagian pangkal umbi membentuk cakram
dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 - 3 butir. Bentuk biji
pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi
hitam. Biji - biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan
tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).

5. Umbi Lapis
Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat, bundar
sampai pipih, jika dipotong bahagian lapisan - lapisan umbi terlihat berbentuk
cincin. Kelopak daun tipis dan mengering tetapi cukup liat. Kelopak yang menipis
dan kering ini membungkus lapisan kelopak daun yang ada di dalamnya (yang
juga saling membungkus) dan membengkak. Karena kelopak daunnya
membengkak, bagian ini 7 akan terlihat mengembung. sedangkan ukuran umbi
meliputi besar sedang dan kecil. (Wibowo, 2006).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

a. Iklim
Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim
kering yang cerah dengan suhu udara 250 C – 320 C. Daerah yang cukup
mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama
penyinaran matahari lebih dari 12 jam (Wibowo, 2006). Bawang merah dapat
tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 10 – 250 m
dpl. Pada ketinggian 800 – 900 m dpl bawang merah juga dapat tumbuh, namun
pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman
terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 2007).

b. Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah yang
memiliki aerase dan drainase yang baik. Di samping itu hendaknya dipilih tanah
yang subur dan banyak mengandung bahan organis atau humus. Jenis tanah yang
paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah
yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik. Tanah yang
demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan
debu. Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang
mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0 -
6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5 - 7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang
dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 2007).

2.3. Pupuk Organik.


Pupuk organik adalah pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan
jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Pada umumnya pupuk
organik mengandung hara makro N, P, dan K rendah, tetapi mengandung hara
mikro dalam jumlah yang cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman (Lingga dan Marsono, 2005). Pupuk kandang adalah campuran antara
kotoran hewan dengan sisa makanan dan alas kandang seperti sisa rumputan,
jerami, sekam padi dan lain-lain. campuran ini mengalami pembusukan hingga
tidak terbentuk seperti asalnya lagi dan memiliki kandungan hara yang cukup
untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Ada beberapa kandungan hara terdapat
dalam pupuk ini yaitu zat lemas, phospor, kalium, kapur, dan lain-lain. Unsur
tersebut dapat melonggarkan susunan dalam tanah, terutama tanah liat, sehingga
udara dapat mudah masuk ke dalam tanah serta akar mudah menembus ke dalam
tanah. Pupuk kandang dapat membuat subur kehidupan bakteri tanah yang
berguna untuk mengubah zat-zat makanan di dalam tanah (Sugiharto, 2006).
Bahan organik yang terkandung dalam kotoran bebek bermanfaat dalam proses
mineralisasi akan melepaskan hara dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S serta hara
mikro) sehingga dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Selain itu kotoran
bebek juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, memperbaiki struktur
tanah, tanah menjadi ringan untuk diolah, meningkatkan daya tahan air,
permeabilitas tanah menjadi lebih baik, serta meningkatkan kapasitas pertukaran
kation sehingga mampu mengikat kation menjadi tinggi, akibatnya bila pupuk
dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci (Anonymous, 2010).
Penggunaan pupuk ini sebagai pupuk dasar berfungsi untuk menyuburkan tanah
dan membuat strukturnya remah hingga tidak mudah memadat. Di samping itu,
juga 9 meningkatkan kemampuan mengikat air hingga pengairan dapat lebih
efesien. Pupuk kandang juga mendorong mikro organisme dalam tanah yang
bermanfaat untuk lebih aktif kinerjanya (Wibowo, 2006).

2.4. Peranan Unsur Hara.


a. Unsur Nitrogen (N)
Zat ini merupakan protein bagi tanaman bawang merah yang berguna untuk
pertumbuhan pucuk daun. Jika kelebihan zat lemas akan mengakibatkan warna
daun berubah menjadi hijau gelap, serta mudah diserang penyakit. Sebaliknya jika
kekurangan zat lemas akan mengakibat pertumbuhan tanaman bawang merah
menjadi lambat, daun berwarna hijau pucat dan hasilnya pun rendah (Sugiharto,
2006).

b. Unsur Phosfor (P)


Zat phospor merupakan salah satu unsur di dalam protein yang dibutuhkan oleh
tanaman bawang merah yang mendorong tanaman dapat mempercepat
pertumbuhan umbi. Zat ini berguna sebagai perangsang akar menjadi kuat dan
tahan kekeringan. Jika kekurangan zat phospor akan mengakibatkan pertumbuhan
tanaman akan terlambat, daunnya berdiri tegak tetapi tidak tampak rimbun
(Sugiharto, 2006).

c. Unsur Kalium (K)


Unsur hara kalium berfungsi untuk meningkatkan daya tahan atau kekebalan
tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya adalah
batang dan daun menjadi lemas atau rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan
tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering timbul bercak
coklat pada pucuk daun (Sutejo, 2002).

BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku
Umar Meulaboh Aceh Barat mulai dari tanggal 03 Juni sampai dengan 23 Agustus
2013.

3.2. Bahan dan Alat


1. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan ini yaitu :
a. Bibit
Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang merah varietas lokal.

b. Pupuk
Pupuk yang digunakan untuk penelitian ini adalah pupuk kandang kotoran bebek
yang sudah terdekomposisi dengan baik, pupuk KCl, Urea dan SP-36.

c. Pestisida
Untuk mengendalikan gangguan hama dan penyakit digunakan Insektisida
Curater 3G dan Sevin serta Fungisida Dithane M-45.

2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, meteran, pisau,
gunting, hand spayer, gembor, timbangan dan alat tulis dan kertas.

3.3. Rancangan Percobaan


Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x4, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti
meliputi dosis pupuk kandang dan Kalium.
Faktor Dosis Pupuk Kandang (P) terdiri atas 3 taraf, yaitu :
P1 = 4,5 ton ha-1 (594 gram plot-1 )
P2 = 6,0 ton ha-1 (792 gram plot-1 )
P3 = 7,5 ton ha-1 (990 gram plot-1 )
Faktor Dosis Kalium (K) terdiri atas 4 taraf, yaitu :
K0 = 0 kg K2O ha-1 (Kontrol)
K1 = 45 kg K2O ha-1 (9,9 gr KCl plot-1 )
K2 = 90 kg K2O ha-1 (19,8 gr KCl plot-1 )
K3 = 135 kg K2O ha-1 (29,7 gr KCl plot-1 )
Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan maka
terdapat 36 perlakuan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1. Pengolahan Tanah.
Lahan yang siap dijadikan sebagai tampat ditanamnya bawang merah adalah
diperuntukkan bagi tanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organis
atau 13 tanah gambut. Untuk pengolahan, tanah dicangkul tidak terlalu dalam
kira-kira mencapai kedalaman tidak lebih dari 30 cm, tidak lebih. Kemudian
gumpalangumpalan tanah cangkulan dihancurkan, lalu gulma atau rumputan
dibersihkan. Selanjutnya tanah dibiarkan kita-kira seminggu sampai tanah
mengering. Setelah bongkahan tanah mengering, dapat dibentuk bedengan
dengan ukuran 1,10 m x 1,20 m dan di antara bedeng dibuat parit-parit kecil
sebagai pemisah bedengan, ukuran 40 cm dan drainase sedalam 40 cm.

2. Pemilihan Bibit
Bibit bawang merah yang diambil adalah bibit yang sudah disimpan
(pengusangan) minimal selama 75 hari, jika umbi dibelah sudah terlihat bakal
daun. Setelah itu bibit yang seragam dan yang tidak terserang hama dan penyakit,
lalu bibit dibersihkan kulit bibit yang paling luar dan yang mengering dihilangkan
serta akar umbi yang masih ada. Bagian ujung umbi dipotong dengan pisau bersih
untuk memudahkan pertumbuhan tunas, setelah dipotong sebagian ujungnya, lalu
ditunggu sampai bekas potongan menjadi kering untuk menghindari dari
pembusukan pada bekas potongan, dan hal ini sudah siap untuk di tanam.

3. Pengapuran
Untuk mengurangi keasaman tanah maka dilakukan pengapuran dengan
menggunakan kapur dolomit 1,5 ton/ha (198 gram plot-1 ). Pengapuran dilakukan
dengan cara ditaburkan dan diaduk di atas permukaan plot dengan rata, dilakukan
14 hari sebelum tanam.

4. Pemupukan
Pupuk kandang sebagai perlakuan diberikan 2 hari sebelum tanam dengan dosis
masing-masing 4,5 ton ha-1 (594 gram plot-1 ), 6,0 ton ha-1 (792 gram plot-1 )
dan 7,5 ton ha-1 (990 gram plot-1 ) dengan cara menaburkan kebedengan dan
megaduk dengan 14 merata. Sedangkan pupuk KCl diberikan sesuai dosis yang di
uji yaitu 0 kg K2O ha-1, 45 kg K2O ha-1 (9,9 KCl gram plot-1 ), 90 kg K2O ha-1
(19,8 KCl gram plot-1 ) dan 135 kg K2O ha-1 (29,7 gram plot-1 ) dicampurkan
merata secara bersamaan dengan pupuk SP-36 dosis 200 kg ha-1 (26,4 gram plot-
1 ) dan dosis Urea 150 kg ha-1 (19,8 gram plot-1 ) 3 hari sebelum tanam.

5. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan dengan cara memasukkan 1 umbi per lubang
kedalam lobang tanam dengan jarak tanam 15 cm x 20 cm. Dengan alat penugal,
lubang tanam dibuat sedalaman rata-rata setinggi bibit. Umbi bawang merah
dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan gerakan seperti memutar sekerup,
sehingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah, sebaiknya tidak
dianjurkan menanam terlalu dalam, karena umbi mudah mengalami pembusukan.

6. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi penyiraman, penyulaman,
penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit.

 Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari atau sesuai dengan
keadaan cuaca dengan mengunakan gembor.

 Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam (HST) dengan bibit yang
sama.

 Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput – rumput liar dan gulma
lainnya yang tumbuh di areal bedengan dengan cara mencabut mengunakan
tangan. 15 Pengedalian hama dan penyakit

 Pengendalian hama dan penyakit


pada tanaman bawang merah dilakukan dengan menggunakan Fungisida Dithane
M-45 dan Insektisida Curater 3G dilakukan dengan kosentrasi 2 cc per liter air
disemprotkan secara berkala saat tanaman terserang hama. Hama yang
menyerang adalah ulat pemakan daun.
3.5. Pengamatan

Adapun perubahan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berukut :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang yang telah ditandai sampai titik
tumbuh tinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST.

2. Jumlah daun (helai)


Jumlah daun dihitung pada pada umur 15, 30 dan 45 HST, daun dihitung
berdasarkan helaian perumpun dari setiap tanaman sampel.

3. Jumlah Umbi (buah)


Jumlah umbi dihitung pada saat pengamatan panen. Umbi dihitung berdasarkan
jumlah per rumpun dan dihitung dari setiap tanaman sampel.

4. Diameter Umbi (mm)


Besar diameter umbi di ukur setelah panen dilakukan dan umbi bawang sudah
bersih dari tanah yang melekat.

5. Berat Berangkasan Basah (gram)


Berat umbi basah per rumpun ditimbang setelah umbi bersih dan keringangin.
Umbi yang ditimbang berdasarkan tanaman yang dijadikan sampel.

6. Berat Berangkasan Kering (gram)


Berat umbi kering per rumpun ditimbang setelah umbi bersih dan dikering
anginkan. selama 1 minggu. Umbi yang ditimbang juga berdasarkan tanaman
yang dijadikan sampel.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)
menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap
tinggi tanaman dan jumlah daun umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah umbi, diameter
umbi, berat berangkasan basah dan berat berangkasan kering.

1. Tinggi Tanaman (cm)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan
45 HST. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis pupuk
kandang umur 15, 30 dan 45 HST.

2. Jumlah Daun (helai)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan
bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah
daun umur 15, 30 dan 45 HST. Rata – rata jumlah daun bawang merah
pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST.

3. Jumlah Umbi (buah)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi. Rata –
rata jumlah 19 umbi bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang.

4. Diameter Umbi (mm)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap diameter umbi. Rata –
rata diameter umbi bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang.
5. Berat Berangkasan Basah (g)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat berangkasan
basah. Rata – rata berat berangkasan basah bawang merah pada
berbagai dosis pupuk kandang.

6. Berat Berangkasan Kering (g)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat berangkasan
kering. Rata – rata berat berangkasan kering bawang merah pada
berbagai dosis pupuk kandang.

4.2. Pengaruh Dosis Kalium

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)
menunjukkan bahwa dosis kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi dan
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur dan jumlah daun umur 15,
30 dan 45 HST, jumlah umbi dan diameter umbi, berat berangkasan basah dan
berat berangkasan kering.

1. Tinggi Tanaman (cm)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa dosis
kalium berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST.
Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis kalium umur 15, 30
dan 45 HST.

2. Jumlah Daun (helai)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan bahwa dosis
kalium berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun umur 15, 30 dan 45 HST.
Rata-rata jumlah daun bawang merah pada berbagai dosis kalium umur 15, 30 dan
45 HST.
3. Jumlah Umbi (buah)
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis kalium
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi. Rata – rata jumlah umbi bawang
merah pada berbagai dosis kalium.

4. Diameter Umbi (mm)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis kalium
berpengaruh nyata terhadap diameter umbi. Rata – rata diameter umbi bawang
merah pada berbagai dosis kalium setelah diuji dengan BNT0.05

5. Diameter Umbi (mm)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis kalium
berpengaruh nyata terhadap diameter umbi. Rata – rata diameter umbi bawang
merah pada berbagai dosis kalium setelah diuji dengan BNT0.05

6. Berat Berangkasan Kering (g)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis kalium
berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan kering. Rata – rata berat
berangkasan kering bawang merah pada berbagai dosis kalium.

4.3. Pengaruh interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman
dan nyata jumlah daun umur 45 HST antara dosis pupuk kandang dan kalium
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.

1. Tinggi Tanaman (cm)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 6) menunjukkan bahwa terdapat
interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandang dan kalium terhadap tinggi.
tanaman umur 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman umur 45 HST pada berbagai
dosis pupuk kandang dan kalium setelah diuji dengan BNT0,05.

2. Jumlah Daun (helai)


Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 10) menunjukkan bahwa terdapat
interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandang dan kalium terhadap jumlah
daun umur 45 HST. Rata-rata jumlah daun umur 45 HST pada berbagai dosis
pupuk kandang dan kalium setelah diuji dengan BNT0,05.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan
jumlah daun umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah umbi, diameter umbi, berat
berangkasan basah dan berat berangkasan kering. Pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah terbaik dijumpai pada dosis pupuk kandang 4.5 ton ha-1 .
2. Dosis kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi dan berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur dan jumlah daun umur 15, 30 dan 45
HST, jumlah umbi dan diameter umbi, berat berangkasan basah dan berat
berangkasan kering. Pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah terbaik
dijumpa pada dosis kalium 135 kg ha-1 .
3. Terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan nyata
jumlah daun umur 45 HST antara dosis pupuk kandang dan kalium terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kalium pada jenis tanah lainnya,
dengan musim tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman bawang
merah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2005. Implementasi Penerapan Program CSR PT. Petrokimia Gresik
Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Disekitarnya.

,2008. Sumatera Utara dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.
Medan.

,2010. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi Sumatera
Utara, Medan. http: www.bps.go.id [17 September 2010] ,

2011. Aceh Dalam Angka 2011. Produksi Cabai Besar, Bawang Merah, dan
Mangga. Badan Pusat Statistik. Aceh.

Dwijoseputro D., 1986. Pengantar Fisiologi Pertumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Estu Rahayu dan Nur Berlian VA., 2005. Bawang Merah. Penebar Swadaya,
Cet12, 2005. Jakarta. Hal 6

Hakim, M., 1988. Kesuburan Tanah. Bandar Lampung.Universitas Lampung.

Hervani, D., L. Syukriani, E. Swasti, dan Erbasrida, 2008. Teknologi Budidaya


Bawang Merah pada Beberapa Media Tanam dalam POT di Kota Padang.
Universitas Andalas, Padang.

Hidayat, H., 2011. Buku Panduan Praktikum Fisiologi Tanaman. Politeknik. IPB,
Bogor

Husna Y., dan Evawani E., 2008.Penggunaan Pupuk Organik dan KCl pada
Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Sagu, Vol. 7 No. 1 : 13-18.
Maret 2008

Anda mungkin juga menyukai