DISUSUN OLEH:
Mutiara Nur Fadillah
XI MIPA 5
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2. Marfologi
1. Akar
Akar bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan
bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah.
Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam
tertanam dalam tanah (Rukmana, 1994).
2. Batang
Tanaman bawang merah memiliki batang sejati atau disebut diskus yang
berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan
akar tunas. Di bagian atas dickus terbentuk batang semu yang tersusun dari
pelepah – pelepah daun. Di antara lapisan kelopak bulbus terdapat mata tunas
yang dapat 6 membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies
bawang merah (Rukmana,1994).
3. Daun
Daun bawang merah berbentuk seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara
50 – 70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai
hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek
(Rukmana, 1994).
4. Bunga
Tangkai daun keluar dari ujung tanaman yang panjang antara 30 – 90 cm, dan di
ujungnya terdapat 50 – 200 jumlah kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat)
seolah – olah berbentuk payung (Umbrella). Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 - 6
helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau
kekuning – kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Wibowo,
2009). 5. Buah Buah berbentuk bulat, bagian pangkal umbi membentuk cakram
dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 - 3 butir. Bentuk biji
pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi
hitam. Biji - biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan
tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).
5. Umbi Lapis
Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat, bundar
sampai pipih, jika dipotong bahagian lapisan - lapisan umbi terlihat berbentuk
cincin. Kelopak daun tipis dan mengering tetapi cukup liat. Kelopak yang menipis
dan kering ini membungkus lapisan kelopak daun yang ada di dalamnya (yang
juga saling membungkus) dan membengkak. Karena kelopak daunnya
membengkak, bagian ini 7 akan terlihat mengembung. sedangkan ukuran umbi
meliputi besar sedang dan kecil. (Wibowo, 2006).
a. Iklim
Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim
kering yang cerah dengan suhu udara 250 C – 320 C. Daerah yang cukup
mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama
penyinaran matahari lebih dari 12 jam (Wibowo, 2006). Bawang merah dapat
tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 10 – 250 m
dpl. Pada ketinggian 800 – 900 m dpl bawang merah juga dapat tumbuh, namun
pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman
terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 2007).
b. Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah yang
memiliki aerase dan drainase yang baik. Di samping itu hendaknya dipilih tanah
yang subur dan banyak mengandung bahan organis atau humus. Jenis tanah yang
paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah
yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik. Tanah yang
demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan
debu. Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang
mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0 -
6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5 - 7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang
dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 2007).
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
b. Pupuk
Pupuk yang digunakan untuk penelitian ini adalah pupuk kandang kotoran bebek
yang sudah terdekomposisi dengan baik, pupuk KCl, Urea dan SP-36.
c. Pestisida
Untuk mengendalikan gangguan hama dan penyakit digunakan Insektisida
Curater 3G dan Sevin serta Fungisida Dithane M-45.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, meteran, pisau,
gunting, hand spayer, gembor, timbangan dan alat tulis dan kertas.
1. Pengolahan Tanah.
Lahan yang siap dijadikan sebagai tampat ditanamnya bawang merah adalah
diperuntukkan bagi tanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organis
atau 13 tanah gambut. Untuk pengolahan, tanah dicangkul tidak terlalu dalam
kira-kira mencapai kedalaman tidak lebih dari 30 cm, tidak lebih. Kemudian
gumpalangumpalan tanah cangkulan dihancurkan, lalu gulma atau rumputan
dibersihkan. Selanjutnya tanah dibiarkan kita-kira seminggu sampai tanah
mengering. Setelah bongkahan tanah mengering, dapat dibentuk bedengan
dengan ukuran 1,10 m x 1,20 m dan di antara bedeng dibuat parit-parit kecil
sebagai pemisah bedengan, ukuran 40 cm dan drainase sedalam 40 cm.
2. Pemilihan Bibit
Bibit bawang merah yang diambil adalah bibit yang sudah disimpan
(pengusangan) minimal selama 75 hari, jika umbi dibelah sudah terlihat bakal
daun. Setelah itu bibit yang seragam dan yang tidak terserang hama dan penyakit,
lalu bibit dibersihkan kulit bibit yang paling luar dan yang mengering dihilangkan
serta akar umbi yang masih ada. Bagian ujung umbi dipotong dengan pisau bersih
untuk memudahkan pertumbuhan tunas, setelah dipotong sebagian ujungnya, lalu
ditunggu sampai bekas potongan menjadi kering untuk menghindari dari
pembusukan pada bekas potongan, dan hal ini sudah siap untuk di tanam.
3. Pengapuran
Untuk mengurangi keasaman tanah maka dilakukan pengapuran dengan
menggunakan kapur dolomit 1,5 ton/ha (198 gram plot-1 ). Pengapuran dilakukan
dengan cara ditaburkan dan diaduk di atas permukaan plot dengan rata, dilakukan
14 hari sebelum tanam.
4. Pemupukan
Pupuk kandang sebagai perlakuan diberikan 2 hari sebelum tanam dengan dosis
masing-masing 4,5 ton ha-1 (594 gram plot-1 ), 6,0 ton ha-1 (792 gram plot-1 )
dan 7,5 ton ha-1 (990 gram plot-1 ) dengan cara menaburkan kebedengan dan
megaduk dengan 14 merata. Sedangkan pupuk KCl diberikan sesuai dosis yang di
uji yaitu 0 kg K2O ha-1, 45 kg K2O ha-1 (9,9 KCl gram plot-1 ), 90 kg K2O ha-1
(19,8 KCl gram plot-1 ) dan 135 kg K2O ha-1 (29,7 gram plot-1 ) dicampurkan
merata secara bersamaan dengan pupuk SP-36 dosis 200 kg ha-1 (26,4 gram plot-
1 ) dan dosis Urea 150 kg ha-1 (19,8 gram plot-1 ) 3 hari sebelum tanam.
5. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan dengan cara memasukkan 1 umbi per lubang
kedalam lobang tanam dengan jarak tanam 15 cm x 20 cm. Dengan alat penugal,
lubang tanam dibuat sedalaman rata-rata setinggi bibit. Umbi bawang merah
dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan gerakan seperti memutar sekerup,
sehingga ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah, sebaiknya tidak
dianjurkan menanam terlalu dalam, karena umbi mudah mengalami pembusukan.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi penyiraman, penyulaman,
penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari atau sesuai dengan
keadaan cuaca dengan mengunakan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam (HST) dengan bibit yang
sama.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput – rumput liar dan gulma
lainnya yang tumbuh di areal bedengan dengan cara mencabut mengunakan
tangan. 15 Pengedalian hama dan penyakit
Adapun perubahan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berukut :
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang yang telah ditandai sampai titik
tumbuh tinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)
menunjukkan bahwa dosis kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi dan
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur dan jumlah daun umur 15,
30 dan 45 HST, jumlah umbi dan diameter umbi, berat berangkasan basah dan
berat berangkasan kering.
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman
dan nyata jumlah daun umur 45 HST antara dosis pupuk kandang dan kalium
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan
jumlah daun umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah umbi, diameter umbi, berat
berangkasan basah dan berat berangkasan kering. Pertumbuhan dan hasil tanaman
bawang merah terbaik dijumpai pada dosis pupuk kandang 4.5 ton ha-1 .
2. Dosis kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi dan berpengaruh
tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur dan jumlah daun umur 15, 30 dan 45
HST, jumlah umbi dan diameter umbi, berat berangkasan basah dan berat
berangkasan kering. Pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah terbaik
dijumpa pada dosis kalium 135 kg ha-1 .
3. Terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan nyata
jumlah daun umur 45 HST antara dosis pupuk kandang dan kalium terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kalium pada jenis tanah lainnya,
dengan musim tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman bawang
merah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2005. Implementasi Penerapan Program CSR PT. Petrokimia Gresik
Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Disekitarnya.
,2008. Sumatera Utara dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.
Medan.
,2010. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi Sumatera
Utara, Medan. http: www.bps.go.id [17 September 2010] ,
2011. Aceh Dalam Angka 2011. Produksi Cabai Besar, Bawang Merah, dan
Mangga. Badan Pusat Statistik. Aceh.
Estu Rahayu dan Nur Berlian VA., 2005. Bawang Merah. Penebar Swadaya,
Cet12, 2005. Jakarta. Hal 6
Hidayat, H., 2011. Buku Panduan Praktikum Fisiologi Tanaman. Politeknik. IPB,
Bogor
Husna Y., dan Evawani E., 2008.Penggunaan Pupuk Organik dan KCl pada
Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Sagu, Vol. 7 No. 1 : 13-18.
Maret 2008