Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC) URIN KELINCI

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KALE


(Brassica oleracea var. acephala)

M. YOGA MAULIDAN
2019610043

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang

melimpah dan mempunyai beberapa sektor penyumbang terbesar perekonomian

negara, salah satunya sektor pertanian. Sektor pertanian terdiri dari beberapa

subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan, subsektor hortikultura, subsektor

perkebunan, subsektor peternakan, subsektor perburuan dan jasa pertanian (BPS,

2019). Seiring dengan laju pertambahan penduduk uang dibarengi dengan

meningkatnya pendapatan dan berkembangnya pusat kota-industri-wisata serta

perdagangan yang merupakan faktor potensial bagi peningkatan permintaan produk

hortikultura. Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang

terdiri dari tanaman biofarmaka, buah-buahan, sayuran, tanaman florikultura atau

tanaman hias (Astiti, 2017).

Kale merupakan tanaman holtikultura yang memiliki tampilan fisik mirip

dengan brokoli dan kubis, namun pada daun sejati kale tidak berbentuk kepala.

Warna daunnya hijau atau ungu kebiruan (Arifin, 2016). Menurut Badan Pusat

Statistik (2021) produksinya kale mengalami penurunan dari 204 ribu ton pada tahun

2020 menjadi 203 ribu ton pada tahun 2021. Menurunnya produksi kale tidak

sebanding dengan permintaan yang semakin meningkat setiap harinya. Estimasi

pertumbuhan konsumsi sayuran menunjukkan bahwa peningkatan rerata konsumsi

per kapita sayuran adalah sebesar 0,7% per tahun, sehingga pada tahun 2050

konsumsi per kapita sayuran diperkirakan akan mencapai 49,63 kg per kapita.

1
2

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050 sebesar 400 juta

orang, maka akan dibutuhkan 19.852.000 ton sayuran untuk memenuhi permintaan

konsumsi (Adiyoga, 2009).

Kale memiliki sumber nutrisi yang penting bagi tubuh manusia karena

mengandung vitamin dan antioksidan alami, yaitu asam ascorbat dan plavonoid (Zietz

et al., 2010). Nutrisi yang terkandung pada setiap 100 g kale diantaranya kerbohidrat,

lemak, protein kasar, air, serat, abu dan energi yang berturut-turut sebesar 2,36%,

0,26%, 11,67%, 81,38%, 3,00%, 1,33% dan 58,46 Kkal (Emebu dan Anyika, 2011).

Kale kaya akan antioksidan, yaitu vitamin E, karetonoid dan vitamin C nya yang

tinggi. Kale juga diketahui mengandung zat anti kanker (sulphoraphane) yang

muncul ketika sayuran dipotong (Korus, 2011). Kandungan karbohidrat kale

diperkaya oleh prebiotik dan serat makanan yang berpotensi mengurangi risiko

penyakit seperti obesitas, kanker, jantung dan diabetes (Migliozzi et. al., 2015).

Upaya peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman kale dapat dilakukan


dengan pemberian pupuk. Menurut Fathin et. al., (2019) pupuk merupakan komponen
yang penting untuk pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Pemupukan adalah
usaha menambahkan unsur hara untuk tanaman, baik pada tajuk tanaman atau tanah
sesuai kebutuhan tanaman, yang bertujuan melengkapi ketersediaan unsur hara.

Di pasaran terdapat dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik dan pupuk

organik. Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan

biologis merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Sedangkan pupuk

organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik

yang berasal dari tanaman dan hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat
3

dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik,

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Dewanto et. al., 2013). Pupuk

organik juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke

bagian permukaan tanah bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Oleh sebab itu,

salah satu cara untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik yaitu dengan

menggunakan Pupuk Organik Cair (POC). POC adalah hasil fermentasi dari beberapa

bahan organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan yang berbentuk cair. Menurut

Parnata (2010) Keuntungan POC adalah dapat menyediakan hara makro dan mikro,

tidak merusak struktur tanah meskipun seringkali digunakan, memiliki sifat

higrokofisitas (mudah larut) sehingga bisa langsung digunakan dengan tidak

membutuhkan interval waktu yang lama untuk diserap oleh tanaman. Salah satu

contoh dari pupuk organik cair adalah urin kelinci.

Kelinci mengeluarkan feses (kotoran) dan urin dalam jumlah yang cukup

banyak namun tidak banyak digunakan para peternak kelinci. Feses maupun urin

kelinci dapat diolah menjadi pupuk daripada terbuang percuma. Penggunaan urin

kelinci sebagai pupuk dapat meningkatkan kesuburan tanah dan juga mengurangi

biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani bahkan dapat menambah

pendapatan peternak. Unsur hara yang terkandung dalam urin kelinci memiliki

kandungan lebih tinggi dibandingkan kandungan unsur hara pada sapi dan kambing

(Budi, 2011).

Pemanfaatan urin kelinci masih relatif kurang dalam penggunaannya sebagai

pupuk. Urin kelinci dikenal sebagai sumber pupuk organik yang potensial untuk

tanaman hortikultura. Pemanfaatan limbah ini diduga berpengaruh signifikan dalam


4

suatu integrasi usaha sayuran berbasis ternak kelinci di sentra-sentra produksi

(Adiwilaga, 2010). Urin kelinci memiliki kandungan unsur Nitrogen (N), Phosfor (P),

Kalium (K) yang lebih tinggi (2.72%, 1.1%, dan 0,5%) dibandingkan dengan urin

ternak lainnya seperti sapi yaitu N (0,5%), P (0,2%) dan K (0,5%) sedangkan pada

domba yaitu N (1,50%), P (0,33%) dan K (1,35%) (Karo et al., 2014). Urin kelinci

mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh

diantaranya Indole Aceti Acid (IAA). Lebih lanjut dijelaskan bahwa urin kelinci juga

memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, karena

baunya yang khas, urin kelinci juga dapat mencegah datangnya berbagai hama

tanaman, sehingga urin kelinci juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama

tanaman serangga (Susilorini dan Sawitri, 2008). Manfaat pupuk organik dari urin

kelinci yaitu membantu meningkatkan kesuburan tanah serta meningkatkan

produktivitas tanaman (Priyatna, 2011).

Hasil penelitian Kusnia et. al., (2022) menyatakan pemberian POC urin

kelinci dengan dosis 40-50 ml menunjukan hasil paling baik pada pertumbuhan dan

hasil tanaman pakcoy. Hasil penelitian Nugraha et. al, (2022) menyatakan dosis

terbaik pemberian POC urin kelinci adalah 50 ml dan berpengaruh nyata berpengaruh

nyata pada parameter bobot segar tajuk, akan tetapi tidak berpengaruh nyata pada

parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering, dan serapan

hara nitrogen tanaman terhadap tanaman pakcoy (Brassica rapa L.)

Berdasarkan uraian diatas, hal ini perlu dilakukan penelitian tentang

“Pengaruh Pemberian POC urin kelinci terhadap pertumbuhan tanaman kale

(Brassica oleracea var. acephala)”.


5

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian POC urin

kelinci terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kale (Brassica oleracea var.

acephala)

C. Hipotesis

Pemberian POC urin kelinci memberikan pengaruh nyata yang sama terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman kale (Brassica oleracea var. acephala)


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tanaman Kale

Kale adalah tanaman kubis-kubisan yang berasal dari Mediterania atau Asia.

Bentuk liar tanaman kale telah didistribusikan secara luas dari tempat asal mereka

dan ditemukan di pantai Eropa Utara dan Inggris. Kale juga dikenal sebagai keluarga

kubis-kubisan yang kaya akan vitamin.

Menurut Budi Samadi (2013) kale adalah jenis tanaman sayuran daun,

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Sphermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica ooleraceae var. acephala

B. Morfologi Tanaman Kale

Karakteristik morfologi dari tanaman kale dilihat dari bagian akar, batang,

daun dan bunga. Deskripsi tanaman kale sebagai berikut

1. Akar

Akar tanaman kale adalah akar tunggang dan serabut yang berjumlah cukup

banyak. Kale juga memiliki sistem perakaran yang panjang pada akar serabut dapat

mencapai 25 cm, sedangkan pada akar tunggang mencapai 40 cm (Wulandari, 2021).

6
7

2. Batang

Batang tanaman kale adalah jenis batang sejati, tidak keras, tegak dan beruas-

ruas. Diameter batang sekitar 3 sampai dengan 4 cm dan warna batang hijau muda

(Wulandari, 2021).

3. Daun

Bagian daun dari tanaman pasti akan menjadi bagian yang paling mudah

untuk ditebak, biasanya daun identik dengan warna hijau sehingga mudah dikenali

masyarakat. Daun pada tanaman kale dikenal sebagai daun roset. Artinya daun yang

tersusun spiral atau melingkar kearah pucuk cabang yang tak berbatang. Sayur kale

juga memiliki ukuran pada permukaan daun yang cukup besar (Soekasa, 2021).

4. Bunga

Bunga pada tanaman kale umumnya memiliki warna kuning, akan tetapi ada

juga yang berwarna putih. Tanaman kale memiliki karakteristik yang sempurna yaitu

terdapat enam benang sari (Lubis, 2020).

5. Buah dan Biji

Buah pada tanaman kale mempunyai bentuk seperti polong dan ukurannya

panjang serta ramping. Biji kale terdapat di dalam buah dengan bentuk biji bulat

kecil-kecil. Warna struktur biji coklat sampat kehitam-hitaman. Biasanya bagian biji

pada tanaman kale dimanfaatkan sebagai bibit untuk memperbanyak tanaman kale

(Lubis, 2020).
8

C. Syarat Tumbuh Tanaman Kale

Tanaman kale dapat hidup pada daerah dengan suhu antara 23-35°C dengan

kelembapan udara berkisar 80-90%. Tanaman kale tumbuh di daerah dataran tinggi

dengan ketinggian 1000-3000 mdpl, namun dapat ditanam pada ketinggian 800 mdpl.

Tanaman kale termasuk jenis tanaman kubis yang tahan terhadap suhu rendah, yaitu

dapat hidup pada suhu -15 sampai -10°C, namun juga bisa tahan terhadap suhu tinggi

(Zulkarnain, 2013). Tanaman kale dapat hidup dengan baik dengan penyinaran

panjang yaitu 14-16 jam, pH tanah 5,5-6,5. Tanaman kale toleran terhadap

kekeringan atau dapat hidup pada lingkungan yang ketersediaan airnya terbatas

(Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007).

D. Budidaya Tanaman Kale

1. Pemilihan Benih

Persiapan bibit untuk ditanam dapat diperoleh melalui penyemaian benih,

untuk itu disiapkan benih kale berkualitas unggul. Benih berkualitas unggul memiliki

daya tumbuh yang tinggi dan ketahanan yang baik terhadap serangan hama penyakit,

sehingga keberhasilan budidayanya lebih menjanjikan (Heny dan Ahmad, 2019).

2. Media Tanam

Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang

kambing dengan perbandingan 1 : 1. Media tanam diaduk hingga merata, kemudian

dimasukkan ke dalam polybag (Ibnu, 2018).

3. Penyemaian Benih

Sebelum disemai benih direndam dahulu selama ± 2 jam agar memperoleh

benih yang layak disemai, disamping itu juga untuk mematahkan dormansi pada
9

benih. Benih yang tenggelam dikeringkan kemudian disemai di tray semai.

Perendaman pada akhirnya dapat mempercepat perkecambahan benih kale

(Edijulistia, 2010).

4. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit tanaman yang sudah

berumur 2 MSS (Minggu Setelah Semai) atau sudah memiliki 3-4 daun dari

persemaian ke dalam masing-masing polybag. Penanaman sesuai dengan perlakuan

yang ditetapkan (Sukawati, 2010).

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman seperti penyiraman dilakukan setiap hari tergantung

kondisi di lapangan. Tanaman yang mati disulam sebelum tanaman berumur 10-15

hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan pemupukan.

Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang menyerang tanaman kale

antara lain ulat daun, bengkak akar, bercak daun dan penyakit embun tepung

(Edijulistia, 2010).

6. Panen

Tanaman kale memiliki kriteria panen yakni pertumbuhan tanaman masih

dalam fase vegetatif atau tanaman belum berbunga, dipanen pada saat tanaman

berumur 8 MST. Kriteria siap panen dapat dilakukan dengan melihat keadaan fisik

tanaman seperti warna daun hijau segar, tinggi batang berkisar 20-3- cm serta bentuk

batang tebal, tegak dan sehat. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman

kale beserta akarnya dari tanah secara hati-hati agar batang sayuran tidak patah dan

daun tidak sobek (Lubis, 2020).


10

E. Manfaat Tanaman Kale

Manfaat tanaman kale (Brassica oleraceae var. acephala) merupakan sayuran

yang memiliki banyak manfaat. Kale juga berfungsi memelihara kesehatan tulang dan

gigi karena kale sumber utama mineral dan vitamin, selain itu kale juga berfungsi

sebagai pembentukan hemoglobin dan juga memelihara kesehatan mata. Terdapat

anti kanker dalam kale karena mengandung senyawa karotenoid. Kale (Brassica

oleraceae var. Acephala) juga memiliki manfaat dalam membentuk jaringan tubuh

karena memiliki kandungan protein (Yulia, 2021).

F. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di

pasaran. POC kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang mengandung hara makro

dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn,dan bahan organik).

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan

meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga meningkatkan kemampuan

fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor

tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan

tanaman terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi,

meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi gugurnya daun,

bunga dan bakal buah (Huda, 2013).

G. Pupuk Organik Cair Urin Kelinci


11

Urin kelinci dikenal sebagai sumber pupuk organik yang potensial untuk

tanaman hortikultura. Pemanfaatan limbah ini diduga berpengaruh signifikan dalam

suatu integritasi usaha sayuran berbasis ternak kelinci di sentra-sentra produksi.

Kandungan hara dalam urin kelinci yaitu N 2,72%, P2O5 1,10% dan K2O 0,50%

(Kusnendar, 2013). Urin kelinci mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat

digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya Indole Aceti Acid (IAA). Lebih

lanjut dijelaskan bahwa urin kelinci juga memberikan pengaruh positif terhadap

pertumbuhan vegetatif tanaman, karena baunya yang khas, urin kelinci juga dapat

mencegah datangnya berbagai hama tanaman, sehingga urin kelinci juga dapat

berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman serangga (Susilorini dan Sawitri,

2008). Urin kelinci mempunyai kandungan protein yang tinggi dan mikroba

menguntungkan seperti Azotobacter, Azospirillum, mikroba pelarut fosfat,

Staphylococcus dan Pseudomonas yang mempunyai manfaat dalam mendegredasi

selulosa dan memperbaiki struktur kandungan organik tanah (Nugraheni dan Paiman,

2011).

Urin kelinci merupakan cairan yang mampu memberikan suplai nitrogen yang

cukup tinggi bagi tanaman. Hal ini disebakan oleh tingginya kadar nitrogen di

dalamnya. Jika dibandingkan dengan hewan pemakan rumput, urin memiliki kadar

nitrogen yang tinggi karena kebiasaannya yang tidak pernah minum air dan hanya

mengkonsumsi hijauan saja (Wiguna, 2011).


III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

Agustus di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Lokasi penelitian berada pada ketinggian ± 25 mdpl dengan jenis tanah latosol.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu cangkul, ember, sprayer, gembor,

timbangan, alat ukur, alat tulis, jerigen, tali rafia, selang, paranet, handphone dan tray

semai. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu benih tanaman kale varietas curly,

pupuk kandang kambing, pupuk organik cair urin kelinci, polybag ukuran 35 x 35 cm

dan pupuk NPK Mutiara 16:16:16.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

(RKLT) dengan perlakuan yang diberikan adalah pupuk organik cair urin kelinci

yang terdiri dari 5 perlakuan :

P0 : NPK Mutiara 16:16:16 6,0 g/polybag (Fadila et. al., 2021)

P1 : POC Urin Kelinci 25 ml/polybag

P2 : POC Urin Kelinci 50 ml/polybag (Kusnia et. al., 2023)

P3 : POC Urin Kelinci 75 ml/polybag

P4 : POC Urin Kelinci 100 ml/polybag

12
13

Penelitian ini diulang sebanyak lima kali sehingga terdapat 25 satuan

percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari tiga tanaman sehingga

terdapat 75 tanaman.

Model linear Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) sebagai

berikut:

Yij = µ + αi + ßj + εij

Yij : Nilai pengamatan pengaruh pemberian POC urin kelinci ke - i sampai ke - j

µ : Nilai tengah umum

αi : Pengaruh pemberian POC urin kelinci ke – i

ßj : Pengaruh kelompok ke - j

εij : Galat percobaan dari pemberian POC urin kelinci ke- i pada kelompok ke- j

i : Perlakuan ( 0, 1, 2, 3 dan 4)

j : Kelompok (1, 2, 3, 4 dan 5)

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dan diolah dengan

menggunakan Uji F, kemudian dilanjutkan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5 %.

D. Pelaksanaan

1. Persiapan Lahan

Persiapan lahan penelitian berupa pembersihan dan perataan areal sekitar

lahan dari gulma, sampah,dan lainnya. Perataan dan pembersihan tersebut dilakukan

dengan cara mencabut dan mencangkul. Lahan tersebut digunakan untuk

menempatkan polybag.
14

2. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang

kambing dengan perbandingan 1:1 (Ibnu, 2018). Media tanam kemudian di masukan

ke polybag dengan ukuran 35x35cm sebanyak 5 kg. polybag yang telah terisi media

tanam kemudian disusun sesuai dengan denah rancangan yang telah ditentukan.

3. Persiapan Benih Tanaman

Benih yang digunakan yaitu benih kale varietas curly. Perendaman benih kale

varietas curly selama ± 2 jam sebelum disemai guna membantu mematahkan

dormansi pada benih dan mempercepat perkecambahan (Edijulistia, 2010).

4. Penyemaian Benih

Penyemaian benih disemai dengan menggunakan campuran tanah dan arang

sekam dengan perbandingan 1:1, selama penyemaian benih disiram pagi dan sore hari

(Laki et. al., 2021). Lubang tanam dibuat pada tray semai ± sedalam 1 cm dan

dimasukkan 1 benih kale varietas curly pada setiap lubang tanam, penyemaian

dilakukan dalam waktu 14 hari atau sudah memiliki 3-4 daun.

5. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit tanaman yang sudah

berumur 14 hari setelah tanam (HSS) dari persemaian ke dalam masing-masing

polybag. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari. Penanaman dilakukan

dengan membuat lubang tanam sedalam 2-3 cm.


15

6. Pemupukan

a. Pupuk Anorganik

Pemupukan anorganik pada tanaman dilakukan dengan menggunakan pupuk

NPK Mutiara 16:16:16 dengan dosis 6,0 g/polybag (Fadila et al, 2021).

b. Pupuk Organik Cair Urin Kelinci

Pemberian POC urin kelinci diberikan pada umur 1 minggu setelah tanam

(MST) dengan interval waktu pemberian yaitu 1 minggu sekali (Hermawan, 2018).

Pemupukan berkahir pada minggu terakhir sebelum panen.

7. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan sebanyak dua kali dalam satu hari setiap pagi dan sore

hari dengan memperhatikan kondisi media tanam untuk mencegah terjadinya

kekeringan atau terlalu lembab. Apabila kondisi tanah basah setelah hujan maka tidak

dilakukan penyiraman (Rambe, 2022).

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman layu, kering, mati atau

tumbuh kurang normal dengan cara dicabut digantikan dengan bibit baru yang

berumur sama. Penyulaman dilakukan pada umur 1 MST (Rambe, 2022).

c. Penyiangan
16

Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu membersihkan gulma yang

ada di sekitar area media tanam dengan cara mencabut gulma. Pencabutan gulma

dilakukan dengan berhati-hati agar tidak merusak tanaman kale (Rambe, 2022).

d. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Pengendalian hama, penyakit dan gulma pada tanaman kale dilakukan

dengan cara manual yaitu mencabut dan disemprot (Rambe, 2022).

8. Pemanenan

Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman berumur 8 MST. Selain berdasarkan


umurnya, kriteria siap panen dapat dilakukan dengan melihat keadaan fisik tanaman
seperti warna daun hijau segar, tinggi batang berkisar 20-3- cm serta bentuk batang
tebal, tegak dan sehat. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman kale
beserta akarnya dari tanah secara hati-hati agar batang sayuran tidak patah dan daun
tidak sobek (Lubis, 2020).
E. Pengamatan

1. Tinggi Tanaman (cm)

Perhitungan tinggi tanaman mulai dari pangkal batang sampai ke ujung

helaian daun tertinggi. Pengukuran dilakukan pada 2 MST sampai 8 MST 1 minggu

sekali.

2. Jumlah Daun (helai)

Perhitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang telah membuka

sempurna. Jumlah daun dihitung pada umur 2 MST sampai 8 MST 1 minggu sekali.

3. Lebar Daun
17

Lebar daun dihitung dengan cara diukur dari bagian ibu tulang daun hingga

ujung daun menggunakan penggaris. Pengukuran lebar daun pada umur 2 MST

sampai 8 MST 1 minggu sekali.

4. Panjang Daun

Panjang daun diukur mulai dari pangkal daun sampai ujung daun tertinggi.

Pengukuran panjang daun dilakukan pada umur 2 MST sampai 8 MST 1 minggu

sekali.

5. Panjang Akar (cm)

Panjang akar dilakukan pada saat pemanenan. Diukur dari pangkal akar

sampai akar terpanjang dengan menggunakan penggaris.

6. Bobot Akar

Bobot akar ditimbang pada saat pemanenan. Pengamatan bobot akar

dilakukan dengan cara menimbang akar dengan timbangan.

7. Bobot Kotor

Bobot kotor ditimbang pada saat pemanenan. Penimbangan bobot kotor

dilakukan dengan menimbang seluruh bagian tanaman beserta akarnya.

8. Bobot Konsumsi (g)

Bobot konsumsi ditimbang pada saat pemanenan dengan memotong bagian

akar, pangkal batang, dan daun-daun yang tidak layak konsumsi kemudian

ditimbang dengan menggunakan timbangan.


DAFTAR PUSTAKA

Acikgoz, F. E. 2011. Mineral, Vitamin C and Crude Protein Contents in Kale


(Brassica oleraceae var. Achepala) at Different Harvesting Stages. African
Journal of Biotechnology. 10 (75) : 17170-17174.
Adiwilaga. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan dan Sisi
Penawaran Sayuran Sawi. The Nature and Properties of Soils.
Adiyoga, W. 2009. Analisis tren per satuan luas tanaman sayuran tahun 1969-2006 di
Indonesia. Jurnal Hortikultura, 19 (4).
Arifin, R. 2016. Bisnis Hidroponik Ala Roni Kebun Sayur. Jakarta : PT Agromedia.
Astiti, W. L. 2017. Kelayakan perencanaan Usaha Kale di Fam Organic Kabupaten
Bandung Barat. Skripsi. IPB. Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Tanaman Sayuran. In Badan Pusat Statistik.
https://www.bps.go.id/indicator/55/61/1produksi-tanaman-sayuran.html
Budi R. K. 2011. Studi pembuatan pupuk organik cair dari fermentasi urine sapi
(Ferisa) dengan variasi lokasi peternakan yang berbeda (Doctoral dissertation,
Universitas Diponegoro).
Dewanto, F. G., J. J. M. R. Londok., R. A. V. Tuturoong dan W. B. Kaunang. 2013.
Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi Tanaman
Jagung Sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek. Vol. 32 (5) : 1-8.
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 2007. Prosedur Operasional
Standar Kubis. Jakarta : Direktorat Jenderal Holtikultura Departemen Pertanian
RI.
Edijulistia, S. B. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP). Jambi.
Emebu, P. K. And J. U. Anyika. 2011. Proximate and Mineral Composition of Kale
(Brassica oleracea) Grown in Delta State, Nigeria. Pakistan J. of Nutrition. 10
(2) : 190-194
Fadila, A. N., Rugayah, Widagdo, S., Hendarto, K. 2021. Pengaruh Dosis Pupuk
NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan (Brassica oleracea var.
alboglabra) pada Pertanaman Kedua. Jurnal Agrotek Tropika. Vol. 9 (3) : 473-
480.
Fathin, S. L., E. D. Purbajanti dan E. Fuskhah. 2019. Pertumbuhan dan Hasil Kailan
(Brassica oleracea var. Alboglara) pada Berbagai Dosis Pupuk Kambing dan
Frekuensi Pemupukan Nitrogen. Jurnal Pertanian Tropik. Vol. 6 (3) : 438-447.
Heny, A dan Ahmad, R. F. 2019. Induksi Pembungaan Kale dengan Aplikasi N, P
dan Pemberian Hormon Giberelin. Jurnal Agri. Vol. 23 (2) : 132-143.
Hermawan, R. D. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Kiambang dan POC
Urin Kelinci terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Pakcoy (Brassica rapa L.).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Huda, Muhammad Khoirul. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Urin Sapi
Dengan Aditif Tetes (Molasse) Metode Fermentasi. Skripsi. Semarang :
Universitas Negeri Semarang.

18
19

Ibnu, W. N. 2018. Perlakuan Media Tanam dengan Pupuk Organik Pada Tanaman
Tomat (Solanum lycopersium). Jurnal Agroscience. Vol. 6 (1) : 44-50.
Karo, B. Br., A. E. Marpaung dan A. Lasmono. 2014. Efek Tehnik Penanaman dan
Pemberian Urin Kelinci terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kentang
Granola (Solanum tuberosum L). Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi
Teknologi Pertanian.
Korus, A. 2011. Level of Vitamin C, Polyphenols, and Antioxidant and Enzymatic
Activity in Three Varieties of Kale (Brassica Oleracea L. Var. Acephala) at
Different Stages of Maturity. International Journal of Food Properties,14(5):
1069 –1080.
Kusnia, C. A., Taryana, Y., Turmuktini, T. 2022. Pengaruh Dosis Pupuk Organik
Urin Kelinci terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica Rapa
L.) Varietas Nauli F1. Jurnal Orchidagro. Vol. 2 (1) :
Kusnendar. 2013. Kandungan unsur hara urin kelinci. Agroteknologi Fakultas
Pertanian Uniska. Jurnal ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2.
Laki, A. S., M. A. Wahyuning dan R. Nurjasmi. 2021. Pengaruh Pupuk Organik
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kale (Brassica oleracea var.
acephala) Sistem Vertikultur. Jurnal Ilmiah Respati. Vol. 12 (2) :133-146.
Lubis, Y. M. 2020. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kailan terhadap
Pemberian Abu Vulkanik dan POC Kulit Pisang. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Migliozzi, M., D. Thalvalraljalh, P. Thalvalraljalh, P. Smith. 2015. Lentil and Kale:
Complementary Nutrient-Rich Whole Food Sources to Combat
Micronutrient and Calorie Malnutrition. Nutrients, 7(11): 9285 –9298.
Nugraha, J. A., Kurniasih, R., Manurung, A. N. H. 2022. Pengaruh Biourin Kelinci
Terhadap Pertumbuhan, Produksi dan Serapan Hara Nitrogen Tanaman Pakcoy
(Brassica Rapa L.). Gontor Agrotech Science Journal. Vol. 8 (2) : 84-94
Nugraheni, E. D., dan Paiman, P. A. 2011. Konsentrasi Dan Frekuensi Pemberian
Pupuk Urin Kelinci Teriiadap Pertumbuhan Dan Hasil Tomat (Lycopersicum
esculentum). Agro UPY. Vol.3(1)
Nuning, P. 2011. Beternak dan Bisnis Kelinci Pedaging. PT. Agromedia Pustaka.
Jakarta Selatan.
Parnata. 2010. Meningkatkan hasil panen dengan pupuk organik. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Rambe, P. W. 2022. Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kale (Brassica
oleraceae var. Acephala) terhadap Pemberian POC Limbah Sayur Kubis.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kale (Brassica oleraceae Var. Achepala)
Terhadap Konsentrasi Pupuk Cair. Jurnal Berkala Ilmiah Pertanian Vol. 5 (4)
hal. 222-228.
Samadi, B. 2013. Panen Untung dari Budidaya Lobak. Lily Publisher Yogyakarta.
Soekawati, S. B. 2021. Analisis Mineral Makro Besi (Fe) dan Kalsium (Ca) pada
Kale (Brassica oleracea var. Acephala) dengan Metode Spektofotometri
Serapan Atom. Skripsi. Universitas Bhakti Kencana. Fakultas Farmasi
Bandung.
20

Sukawati, I. 2010. Pengaruh Kepekatan Larutan Nutrisi Organik terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Baby Kailan (Brassica oleraceae var. Alboglabra) pada
Berbagai POC Isi Media Tanam dengan Sistem Hidroponik Substrat. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Susilorini, T. E., & Sawitri, M. E. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Penebar
Swadaya Grup.
Wiguna, J. 2011. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Urin Kelinci dan Macam
Pengajiran Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (cucumis
sativus L.) Varietas Bella F1.Skripsi. Universitas Winaya Mukti.
Wulandari, A. 2021. Optimasi Aerasi dan Interval Nutrisi Hidroponik terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kale Red Russian (Brassica oleraceae var. Acephala).
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang.
Yulia, A. D. 2021. Analisis Kadar Oksalat pada Tanaman Kale (Brassica oleraceae)
Varian Acephala dan Palmifolia dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet.
Skripsi. Universitas Bhakti Kencana. Fakultas Farmasi. Bandung.
Zietz M., Annika W., Susanne S., Sascha., Monika S., Angelika K dan Lothalr W.K.
2010. Genotypic and Climatic Influence on the Antioxidant Activity of
Flavonoids in Kale (Brassica oleracea var. Achepala). Jurnal Agricultural and
Food Chemistry, 58(2):2123-2130.
Zulkarnain, H. 2013. Budidaya sayuran tropis. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan

Juli Agustus September


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan
X
Lahan

2. Perisiapan
X
Media Tanam

3. Persiapan Benih
X
Tanam

5. Penyemaian X

6. Penanaman X

7. Pemupukan X X
NPK
½ ½

8. Pemupukan
X X X X X X
POC urin
kelinci
9. Penyulaman X

10. Pemeliharaan X X X X X X

11. Pemanenan X

21
Lampiran 2. Denah Penelitian

I II III IV V

P3 P0 P2 P0 P4

P1 P4 P4 P2 P3

P2 P1 P0 P1 P0

P0 P2 P3 P3 P1

U
P4 P3 P1 P4 P2

22

Anda mungkin juga menyukai