Anda di halaman 1dari 13

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PERTANIAN
KOMISI STUDI AKHIR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
Jl. Dr. Soeparno Karangwangkal Telp./Fax. (0281) 638791 Purwokerto 53123

FORMULIR RENCANA PENELITIAN

A. IDENTITAS MAHASISWA

NAMA : ANISA ZUKHRUFA


NIM : A1G020005
B. RENCANA JUDUL PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI


BAWANG MERAH
C. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1) KERANGKA PEMIKIRAN

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang


sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini
termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai
bumbu penyedap makanan serta obat tradisonal. Komoditas ini juga merupakan
sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup
tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah.
Bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah yang telah dikenal
dan dimanfaatkan sejak beberapa ribu tahun lalu. Tanaman ini berperan dalam
peningkatan kesejahteraan manusia dan mempunyai khasiat sebagai obat
tradisional, antara lain untuk pengobatan sakit panas, masuk angin, disentri dan
gigitan serangga serta juga sebagai bumbu penyedap (Rukmana, 1995). Bawang
merah termasuk kedalam golongan: Spermathophyta, Sub golongan:
Angiospermae, Klas: Monocotyledonae, Ordo: Liliiflorae, dan Famili:
Amaryllidaceae. Akan tetapi beberapa ahli botani menempatkan bawang merah
kedalam family Liliaceae, karena bunga dan rangkaian bunganya menyerupai
bunga Lili (bunga Tulip).
Bawang merah termasuk dalam genus Allium yang paling poopuler dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, selain bawang putih dan bawang bombay.
Menurut Wibowo (2007), hingga saat ini , penyebaran bawang merah telah
meluas hampir ke setiap Negara sehingga bawang merah mempunyai sebutan
yang berbeda. Di Indonesia sendiri terdapat sebutan yang beragam dibeberapa
daerah, sperti bawang beureum (sunda), brambang (jawa), bawang suluh
Lampung), jasun mirah (bali) , dan sebagainya. Tanaman bawang merah dapat
tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, berstruktur lemah, dan bertekstur sedang
sampai liat. Jenis tanah alluvial, glei humus atau latosol, PH tanah 5,6-6,5.
Tanaman bawang merah memerlukan udara hangat untuk pertumbuhannya (25-
32oC), curah hujan 300-2500 mm/tahun, ketinggian 0-400 mdpal, dan
kelembaban 50-70% (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat.
Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah
juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan
giberelin. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang
merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa
alliin. Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam
piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida. Pada
kalangan petani bawang merah, terdapat beberapa jenis bawang merah yang
biasa ditanam. Berikut akan dijelaskan dua jenis bawang merah yang biasa
ditanam oleh petani.
Bawang merah varietas Probolinggo, Tiron-sawah dan Biru-pasir
merupakan varietas yang dapat beradaptasi dengan baik di semua lingkungan.
Akan tetapi, bawang merah varietas Parman dan Kuning digolongkan sebagai
varietas yang tidak stabil dan beradaptasi baik di lingkungan yang produktif,
yaitu di tanah sawah pada musim kemarau. Varietas Biru-sawah dan Tiron-pasir
tergolong dapat beradaptasi khusus pada lingkungan yang kurang produktif,
terutama di lahan pasir pantai pada musim kemarau, dan kurang peka terhadap
perubahan lingkungan. Varietas Bima merupakan varietas bawang merah yang
sangat peka terhadap perubahan lingkungan.
2) PERUMUSAN MASALAH
a. Berapa nilai tambah pada produk bawang merah di Kecamatan Losari Kabupaten
Brebes?
b. Berapa besar biaya, penerimaan dan keuntungan dari agroindustri bawang merah
di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes?
c. Bagimana analisis kelayakan usaha pengolahan bawang merah menjadi bawang
goreng di Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes?

Model agroindustri bawang merah Brebes dirancag sebagai perusahaan


yang berorientasi pasar, jenis produk yang dihasilakan dan disein produksi
disesuaikan untuk memuaskan pasar. Rencana didasarkan antara lain pada hasil
analisis kelembagaan yang akan menjadi kelompok inti dari agroindustri bawang
merah Brebes dan penunjangnya. Dengan pertimbangan bahwa kegiatan
agroindustri terdiri dari tiga sub-sistem utama yaitu pemasaran pengolahan, dan
pemasok bahan baku digunakan juga pendekatan tradisional.
Tanaman bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan,
berstruktur lemah, dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis tanah alluvial, glei
humus atau latosol, PH tanah 5,6-6,5. Tanaman bawang merah memerlukan
udara hangat untuk pertumbuhannya (25-32oC), curah hujan 300-2500
mm/tahun, ketinggian 0-400 mdpal, dan kelembaban 50-70% (Sumarni dan
Hidayat, 2005). Tanaman bawang merah meskipun tidak menghendaki banyak
hujan, tetapi tanaman bawang merah memerlukan air yang cukup selama
pertumbuhannya melalui penyiraman. Pertanaman di lahan bekas sawah dalam
keadaan terik dimusim kemarau memerlukan penyiraman yang cukup, biasanya
satu kali dalam sehari pada pagi atau sore hari, sejak tanam sampai menjelang
panen (Sumarni dan Hidayat, 2005). Penyemprotan air di pagi hari bermanfaat,
antara lain untuk mengurangi resiko serangn penyakit ular tanah dan penyakit
utama bawang merah seperti antraknosa, layu fusarium dan bercak yang
disebabkan alternaria porrii.
3). PERUMUSAN MASALAH

a. Berapa nilai tambah pada produk bawang merah di Kecamatan Losari Kabupaten
Brebes?
b. Berapa besar biaya, penerimaan dan keuntungan dari agroindustri bawang merah di
Kecamatan losari Kabupaten Brebes?
c. Bagimana analisis kelayakan usaha pengolahan bawang merah menjadi bawang
goreng di Kecamatan losari Kabupaten brebes?
D. INFORMASI PENDUKUNG

1. KEGIATAN PENELITIAN : MANDIRI

2. MATA KULIAH PENDUKUNG:

a. Manajemen Agribisnis / PNB2307 (Nilai : B)

b. Akuntansi Manajemen / PNB2630 (Nilai : A)

c. Manajemen Produksi/ PNB1629 (Nilai : AB)

d. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi / PNB1516 (Nilai : C)

e. Pengantar Ilmu Ekonomi / PNU1105 (Nilai : C)

JUMLAH SKS YANG TELAH LULUS : 132 ; IPK: 3,43

E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1) TUJUAN
a. Menghitung nilai tambah produk bawang merah di Kecamatan Losari

Kabupaten Brebes

b. Mengetahui besar biaya serta penerimaan dan keuntungan dari agroindustri

bawang merah di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes.

c. Mengetahui kelayakan usaha terhadap pengolahan bawang merah menjadi

bawang goreng di Kecamatan losari Kabupaten brebes.


2) MANFAAT

a. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam melakukan

investasi usaha pengolahan bawang merah.

b. Dapat diguanakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pelaku

bawang merah untuk mengembangkan usahanya.

c. Dapat memberikan informasi bagi masyarakat atau pelaku usaha mengenai

nilai tambah pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng.


F. METODE PENELITIAN

1) TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di kecamatan losari kabupaten brebes

yang berada di Jl. Plamboyan Pekauman RT/RW 02/01 Ds. Pekauman

Kecamatan Pekauman Kabupaten Brebes. Penelitian ini akan dilaksanakan

setelah proposal disetujui.

2) METODE PENELITIAN

Kegiatan Penelitian ini terdiri dari 4 Tahap yaitu : 1) Tahap Persiapan, 2)

Tahap Pengumpulan Data, 3) Pengolahan Data dan Analisis Data, 4) Pembuatan

Laporan.

a. Tahap Persiapan
Pada tahap pertama yaitu persiapaan dilakukan identifikasi data, survey
pendahuluan, pembuautan usulan penelitian dan izin penelitian.
b. Tahap Pengumpulan Data.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder maupun
primer.
c. Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan dan analisis data adalah proses dimana data yang telah
dikumpulkan disesuaikan dengan ketentuan analisis nilai tambah dengan
Metode Hayami dan analisis kelayakan usaha agar data tersebut dapat
dimasukkan kedalam Metode Hayami dan analisis kelayakan usaha.
1) Analisis Nilai Tambah
Nilai tambah menurut sebagai berikut: Nilai tambah
menggambarkan sebagai nilai pengiriman barang-barang memproduksi
(keluaran) kurang ongkos barangbarang intermediate/antara dan
memerlukan jasa ( tetapi belum termasuk bekerja keras), dengan
penyesuaian. Menurut Biro Pusat Statistik (2005), nilai tambah sebagai
selisih antara nilai output produksi yang dihasilkan perusahaan dengan
input (biaya antara) yang dikeluarkan. nilai tambah ini menjadi sangat
tergantung dari permintaan yang ada dan seringkali mengalami perubahan
sesuai dengan nilai-nilai dalam suatu produk yang diinginkan oleh
konsumen, pendapatan dan lingkungan banyak menjadi faktor yang
merubah preferensi konsumen akan suatu produk, demkian halnya di
sektor pertanian. Sumber-sumber nilai tambah adalah manfaat faktor
seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan manajemen. Faktor-
faktor yang mendorong terciptanya nilai tambah (Anderson and Hatt,
1994). Prosedur perhitungan nilai tambah disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Prosedur perhitungan nilai tambah
No Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1 Output (Kg/Minggu) A
2 Bahan Baku (Kg/Minggu) B
3 Tenaga Kerja (HOK/Minggu) C
4 Faktor Investasi D = A/B
5 Koefisien Tenaga Kerja E = C/B
6 Harga Output (Rp/Kg) F
7 Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/HOK) G
Pendapatan dan Keuntungan (Rp/Kg)
8 Harga Bahan Baku H
9 Sumbangan Input Lain I
10 Nilai Output J=DxF
11 a. Nilai Tambah K=J–I–H
b. Rasio Nilai Tambah L = (K/J) x 100%
12 a. Imbalan Tenaga Kerja M=ExG
b. Bagian Tenaga Kerja N% = (M/K) x 100%
13 a. Keuntungan O=K–M
b. Tingkat Keuntungan P% = (O/K) x 100%
Balas Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi
14 Marjin Keuntungan Q=J–H
a. Keuntungan R = O/Q x 100%
b. Tenaga Kerja S = M/Q x 100%
c. Input Lain T = I/Q x 100%
Sumber: Hayami dalam Priantara (2016).

Kriteria nilai tambah (NT):


a. Jika NT > 0, artinya usaha pengolahan bawang meah memberikan nilai
tambah (positif)
b. Jika NT < 0, artinya usaha pengolahan bawang merah tidak
memberikan nilai tambah (negatif)
2) Analisis Kelayakan Usaha
Analisis kelayakan usaha merupakan analisis yang mempelajari
secara mendalam mengenai kegiatan usaha agroindustri bawang merah
yang diusahakan untuk menilai apakah usaha agroindustri bawang merah
layak atau tidak untuk dijalankan. Adapun Perhitungan yang digunakan
dalam analisis kelayakan usaha dalam penelitian ini diantaranya adalah
analisis biaya, penerimaan, keuntungan, Break Event Point (BEP) dan
Revenue Cost Ratio (R/C Rasio).
a. Analisis biaya

1) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tetap atau
tidak berubah dalam rentang waktu tertentu, berapapun besarnya
penjualan atau produksi perusahaan.
2) Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh produksi.
3) Total biaya
Keseluruhan jumlah biaya yang dikeluarkan, yang terdiri dari biaya
tetap dan biaya variabel, dapat ditulis dengan rumus sebagai
berikut:
TC = FC + VC

Keterangan:
TC = Total biaya (Rp)
FC = Biaya tetap (Rp)
VC = Biaya variabel (Rp)

b. Analisis Penerimaan
Menurut Soekartawi (2002), penerimaan adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi
berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika
produksi berlebihan dan hasil yang diperoleh dari hasil kegiatan
usahatani bawang merah dinilai dalam satuan rupiah per hektar
(Rp/Ha) Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Q x Pq
Keterangan:
TR = Total penerimaan (Rp)
Q = Jumlah produk
Pq = Harga produk (Rp)

c. Analisis Keuntungan
Menurut Soekartawi (2002) tujuan dari pelaku ekonomi adalah
memaksimumkan utility. Produsen memaksimumkan utility dengan
cara memaksimumkan keuntungan. Keuntungan merupakan selisih
antara hasil penjualan dan biaya yang dikeluarkan (Rp/buan). Jika
dirumuskan yaitu :
π = TR – TC
Keterangan:
π = Keuntungan usaha tani (Rp)
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total biaya (Rp)

d. R/C Ratio
Revenue Cost Ratio adalah suatu pengujian analisa kelayakan
dengan perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya yang
dikeluarkan. Kriterian yang digunakan dalam analisis ini adalah
apabila nilai R/C >1 maka usaha tersebut dikatakan untung dan layak
untuk diusahakan, karena besarnya pendapatan lebih besar dari
besarnya biaya yang dikeluarkan, dan sebaliknya.
Rumus R/C Ratio yaitu :

Keterangan :
R = Penerimaan
C = Biaya
Kriteria uji :
Jika R/C > 1, layak untuk diusahakan
Jika R/C = 1, cukup layak untuk diusahakan
Jika R/C < 1, tidak layak untuk diusahakan

e. Break Even Point (BEP)


suatu produk, demkian halnya di sektor pertanian. Sumber-
sumber nilai tambah adalah manfaat faktor seperti tenaga kerja, modal,
sumberdaya alam dan manajemen. Faktor-faktor yang mendorong
terciptanya nilai tambah (Anderson and Hatt, 1994). Analisis break
even point memerlukan informasi mengenai penjualan dan biaya yang
dikeluarkan. Laba bersih akan diperoleh bila volume penjualan
melebihi biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan perusahaan akan
menderita kerugian bila penjualan hanya cukup untuk menutup
sebagian biaya yang dikeluarkan, dapat dikatakan dibawah titik impas.
Analisis break even point tidak hanya memberikan informasi
mengenai posisi perusahaan dalam keadaaan impas atau tidak, namun
analisis break even point sangat membantu manajemen dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. Analisis BEP disebut juga
dengan analisis cost-volume-profit. BEP merupakan suatu pendekatan
yang didasarkan pada hubungan antara penjualan dan biaya.
Formulasi model BEP:
Pendapatan dari penjualan = total biaya

1) BEP unit =

2) BEP rupiah =

Keterangan:
P = Harga jual per unit
V = Biaya variabel per unit
BT = Biaya tetap selama setahun
d. Pembuatan Laporan
Hasil Pengolahan dan analisis data yang sudah dilakukan pada langkah

sebelumnya dijadikan laporan skripsi yang nantinya dapat dijadikan sebagai

informasi hasil dari penelitian.

3. VARIABEL PENELITIAN

a. Bahan baku (Kg)

b. Harga bahan baku (Rp)

c. Jumlah tenaga kerja (HOK)

d. Upah (Rp/HOK)

e. Koefisien tenaga kerja (HOK/Kg)

f. Nilai produk (Rp/Kg)

g. Faktor konversi (Rp)

h. Total produk (Kg)

i. Harga produk (Rp)

j. Biaya tetap (Rp)


k. Biaya variabel (Rp)

l. R/C Ratio

m. BEP (Break Event Point) (Rp dan Kg)

4. ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan terhadap nilai tambah dan kelayakan usaha. Jika

hasil kelayakan usaha yang didapatkan melalui pendekatan Revenue Cost Ratio

(R/C Rasio) jika bernilai lebih besar daripada 1 berarti layak maka dapat

dipertimbangkan untuk peningkatan skala usaha agroindusti bawang merah.


G. PEMBIMBING

Nama N Tanda Tangan


I
P

Pembimbing I: .................

Pembimbing II: ................

Purwokerto, ......................................

Komisi Studi Akhir

Program Studi Agribisnis

Indah Widyarini, S.P., M.Sc.


NIP. 19800429 200501 2 002

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan pengembangan pertanian. 2005. Prospek Agribisnis Bawang Merah-

Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Edisi ketiga. PT. Raja Grafindo Prasada. Jakarta.

Rukmana, 1995. Bertani Kacang Panjang. Karnisius. Yougyakarta. Hal 48.

Sumarni dan Hidayat, 2005. Klasifikasi Tanaman Bawang Merah.


http://hortikultura.litbang.deptan.go.id. Diakses Pada Tanggal 26 Juni 2014.
Makassar.
Biro Pusat Statistik. Indonesia. 2005. Jumlah Penduduk Indonesia 2005. Jakarta: BPS.

Anderson, E. W., Hatt, F., C., 1994. Customer Satisfaction Market Share and
Profitability Founding From Sweden. Journal of Marketing Vol 58:53-66.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai