GETASAN
Oleh:
Bayu Murya; Hermanus Kliver Sibi; Joshua Bagas Prasetya; Maria Mega
Mawarni;Yessichika Pinkan Permata
Abstrak
Kubis merupakan salah satu sumber vitamin yang baik bagi tubuh untuk mendukung
program diversifikasi pangan. Namun produktivitas kubis masih rendah bahkan
menurun. Hal ini diperkirakan karena adanya inefisiensi teknik budidaya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan usahatani dan menentukan faktor
yang mempengaruhi efisiensi teknis budidaya kubis. Pengambilan sample dilakukan
dengan menggunakan propotional random sampling dan jumlah sample sebesar 30
orang. Analisis menggunakan rasio pendapatan biaya (R/C), titik impas (BEP), dan
fungsi produksi fontier, yang diperkirakan dengan menggunakan prosedur estimasi
MLE dengan menggunakan bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas untuk fungsi
produksi usahatani ubi jalar di daerah penelitian.
Penggunaan faktor produksi dalam usahatani dilaksanakan secara turun – menurun,
sehingga penggunaan faktor produksi tidak ditakar secara persis. Hal ini yang
menyebabkan penggunaan faktor produksi tidak efisien. Tidak efisiennya penggunaan
faktor produksi disebabkan pula oleh permasalahan seperti, rendahnya modal petani
untuk membeli pupuk dan pestisida dalam jumlah yang memadai. Permasalahan yang
dihadapi adalah bagaimana alokasi penggunaan faktor – faktor produksi (benih, pupuk,
pestisida, tenaga kerja) dalam menentukan produksi usahatani kubis.
PENDAHULUAN
Perkembangan penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan,
berimplikasi pada peningkatan akan kebutuhan sayuran bagi masyarakat. Namun sayang
petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan sayuran tersebut baik secara
kuantitas maupun kualitas. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan tersebut harus
mendatangkan dari negara lain. Berdasarkan kondisi tersebut maka sayuran merupakan
komoditas yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Upaya pemenuhan
kebutuhan sayuran tersebut mengalami hambatan, karena pemerintah memandang
komoditas kurang menguntungkan
Ketahanan pangan merupakan cerminan dari kedaulatan suatu bangsa. Pangan
merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk hidup dan berkembang.
Pembangunan ketahanan pangan (food security) di Indonesia telah ditegaskan dalam
undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Peraturan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Getasan pada tanggal 25 November 2017.
Penentuan lokasi ditentukan secara purposive (sengaja) dengan alasan di daerah tersebut
merupakan daerah penghasil komoditas tanaman sayuran khususnya kubis paling tinggi
di Kecamatan Getasan. Yang memiliki ketinggian 1.500-1700 MDPL.
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 jenis meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan
mewawancarai sebanyak 30 petani menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner yang
sudah dipersiapkan sebelumnya, Wawancara dilakukan untuk mencari informasi
mengernai karakteristik petani, proses produksi, biaya-biaya produksi yang dikeluarkan
dalam satu musim tanam kubis dan hasil penerimaan yang didapatkan oleh petani. Data
sekunder meliputi keadaan umum desa, luas lahan, tipe penggunaan lahan, sumberdaya
manusia serta data-data lain yang berhubungan dengan penelitian.
Data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder diolah dan
dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Data yang dikumpulkan, selanjutnya
diolah dengan menggunakan program Microsoft excel, SPSS.
1. Analisis Biaya
Analisis biaya digunakan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan pada
saat proses produksi usahatani dengan cara menjumlahkan seluruh biaya pengeluaran.
Menurut Suratiyah (2009) untuk menghitung besarnya biaya total (Total Cost)
diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap (Fixed Cost/ FC) dengan biaya variabel
(Variable Cost) dengan rumus:
TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost atau Total Biaya Tetap (Rp), seperti : sewa lahan, dan
penyusutan peralatan.
TVC = Total Variable Cost atau Total Biaya Variabel (Rp), seperti : pupuk, bibit,
pestisida dan tenaga kerja.
1. Biaya Tetap
Pengeluaran yang tidak bergantung pada tingkat barang atau produk yang dihasilkan
oleh usaha ini. Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa
yang dibayar setiap bulan, penyusutan alat dan sering disebut sebagai pengeluaran
tambahan.
2. Biaya Variabel
Jumlah biaya marjinal terhadap semua unit yang diproduksi. Hal ini juga dapat
dianggap biayanormal. Biaya tetap dan biaya variabel membentuk dua komponen
dari total biaya.
2. Analisis Penerimaan
Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produksi kubis dengan harga jual
kubis. Menurut Suratiyah (2009) secara umum perhitungan penerimaan total (Total
Revenue/ TR) adalah perkalian antara jumlah produksi (Q) dengan harga jual (P) dan
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
TR =PxQ
Dimana :
TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rp)
P = Harga jual kubis (Rp)
Q = Jumlah produksi (kg)
3. Analisis Pendapatan
Biaya usahatani Kubis terdiri dari dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden meliputi biaya
pemupukan, obat pestisida, biaya tenaga kerja luar, pengolahan tanah, sewa lahan,
pajak lahan. Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan petani responden meliputi biaya
tenaga kerja, biaya pembibitan, biaya penyusutan, dan biaya sewa lahan milik.
Pd = TR - TC
Dimana :
Pd = Pendapatan (Rp)
TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
4. Analisis Kelayakan Usahatani Kubis
Kelayakan usahatani dapat dilakukan dengan menghitung Revenue Cost Ratio
(Analisis R/C), yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi
atau analisis imbangan biaya dan penerimaan.
Analisis ini menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi dari usahatani yang
dilakukan, dengan kriteria efisiensi dari perbandingan ini akan dicapai apabila :
a) R/C ratio > 1 berarti usahatani layak dan menguntungkan.
b) R/C ratio < 1 berarti usahatani belum layak dan tidak menguntungkan.
c) R/C ratio = 1 berarti usahatani tidak merugi dan tidak menguntungkan.
5. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Kubis
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani Kubis dapat diketahui dari
besaran elastisitas fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan program
analisis data yaitu SPSS. Agar fungsi produksi ini dapat ditaksirkan, maka persamaan
tersebut perlu ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan linear
6. Analisis Efisiensi Alokatif Faktor Produksi dalam Usahatani Kubis
Untuk mengukur tingkat efisiensi alokatif (harga) dari penggunaan faktor
produksi usahatani Kubis digunakan analisis rasio antara Nilai Produk Marginal (NPM)
dengan harga faktor produksi.
Petani di daerah Getasan mayoritas berusia 35-44 tahun, dan sekitar 40 persen
telah memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun menanam Kubis. Mayoritas petani
hanya menempuh pandidikan SD, tetapi petani aktif mengikuti penyuluhan pertanian.
Usahatani Kubis merupakan pekerjaan utama, dengan luas garapan mayoritas dari 0,5
- 1 ha, status lahan mayoritas lahan sewa, dan musim tanam sebagian besar di musim
kemarau.
Model Summary
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Biaya Transportasi
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya transportasi tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,480 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung -0,718 sehingga menunjukan
bahwa variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan
nilai t tabel terhadap t hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh biaya
transportasi terhadap pendapatan petani.
Jumlah Pupuk
Pada tabel di atas menunjukan bahwa biaya jumlah pupuk tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikasinya adalah 0,229 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Nilai tabel t t tabel adalah 1,717 dan t hitung 1.238 sehingga
menunjukan bahwa variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil
signifikasi dan nilai t tabel terhadap hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh
biaya jumlah pupuk terhadap pendapatan petani.
Harga perlengkapan
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya harga perlengkapan tidak
berpengaruh terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,891 yang
artinya lebih besar dari 0,05.
Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung -0,139 sehingga menunjukan bahwa
variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan nilai t
tabel terhadap t hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh biaya harga
perlengkapan terhadap pendapatan petani.
Jumlah Obat
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya jumlah obat berpengaruh terhadap
pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,012 yang artinya lebih kecil dari
0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung 2.756 sehingga menunjukan bahwa
variabel ini signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan nilai t tabel
terhadap t hitung semuanya menunjukan ada pengaruh biaya harga perlengkapan
terhadap pendapatan petani.
Luas Lahan
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya luas lahan tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,734 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung -345 sehingga menunjukan
bahwa variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan
nilai t tabel terhadap t hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh biaya harga
luas lahan terhadap pendapatan petani.
Hasil Panen
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya hasil panen berpengaruh terhadap
pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,000 yang artinya lebih kecil dari
0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung 5.740 sehingga menunjukan bahwa
variabel ini signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan nilai t tabel
terhadap t hitung semuanya menunjukan ada pengaruh biaya harga hasil panen terhadap
pendapatan petani.
Jumlah Bibit
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya hasil panen tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,171 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung 1.416 sehingga menunjukan
bahwa variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hal ini menunjukan
bahwa jumlah bibit yang digunakan petani selama ini masih memungkinkan untuk
ditambah dan meningkatkan hasil produksi tapi dalam jumlah yang kecil. Petani
responden di lokasi penelitian menambahkan jumlah bibit yang digunakan dengan cara
memper- pendek jarak tanam dan jarak baris. Hasil signifikansi dan nilai t tabel
terhadap t hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh biaya harga jumlah bibit
terhadap pendapatan petani.
KESIMPULAN
1. Hasil analisis R/C menunjukan usahatani Kubis di Kecamatan Getasan layak untuk
diusahakan karena nilai R/C atas biaya tunai maupun atas biaya total lebih besar
dari satu. Hal ini menunjukan usahatani ubi jalar di lokasi penelitian
menguntungkan untuk diusahakan dan penggunaan biaya telah lebih efisien.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata dan positif terhadap efek inefisiensi teknis
usahatani Kubis adalah variabel pengalaman, lama kerja di luar usahatani, dan
status kepemilikan lahan. Sedangkan variabel umur, pendidikan, pendapatan di luar
usahatani, dan penyuluhan berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap inefisiensi
teknis usahatani.
DAFTAR PUSTAKA
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-
Douglas Edisi 1. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.