Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS USAHA TANI KUBIS KECAMATAN

GETASAN
Oleh:

Bayu Murya; Hermanus Kliver Sibi; Joshua Bagas Prasetya; Maria Mega
Mawarni;Yessichika Pinkan Permata

Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitan Kristen Satya Wacana


Salatiga 2017

Abstrak
Kubis merupakan salah satu sumber vitamin yang baik bagi tubuh untuk mendukung
program diversifikasi pangan. Namun produktivitas kubis masih rendah bahkan
menurun. Hal ini diperkirakan karena adanya inefisiensi teknik budidaya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan usahatani dan menentukan faktor
yang mempengaruhi efisiensi teknis budidaya kubis. Pengambilan sample dilakukan
dengan menggunakan propotional random sampling dan jumlah sample sebesar 30
orang. Analisis menggunakan rasio pendapatan biaya (R/C), titik impas (BEP), dan
fungsi produksi fontier, yang diperkirakan dengan menggunakan prosedur estimasi
MLE dengan menggunakan bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas untuk fungsi
produksi usahatani ubi jalar di daerah penelitian.
Penggunaan faktor produksi dalam usahatani dilaksanakan secara turun – menurun,
sehingga penggunaan faktor produksi tidak ditakar secara persis. Hal ini yang
menyebabkan penggunaan faktor produksi tidak efisien. Tidak efisiennya penggunaan
faktor produksi disebabkan pula oleh permasalahan seperti, rendahnya modal petani
untuk membeli pupuk dan pestisida dalam jumlah yang memadai. Permasalahan yang
dihadapi adalah bagaimana alokasi penggunaan faktor – faktor produksi (benih, pupuk,
pestisida, tenaga kerja) dalam menentukan produksi usahatani kubis.
PENDAHULUAN
Perkembangan penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan,
berimplikasi pada peningkatan akan kebutuhan sayuran bagi masyarakat. Namun sayang
petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan sayuran tersebut baik secara
kuantitas maupun kualitas. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan tersebut harus
mendatangkan dari negara lain. Berdasarkan kondisi tersebut maka sayuran merupakan
komoditas yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Upaya pemenuhan
kebutuhan sayuran tersebut mengalami hambatan, karena pemerintah memandang
komoditas kurang menguntungkan
Ketahanan pangan merupakan cerminan dari kedaulatan suatu bangsa. Pangan
merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk hidup dan berkembang.
Pembangunan ketahanan pangan (food security) di Indonesia telah ditegaskan dalam
undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Peraturan

Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan Sebagai Peraturan


Pelaksanaan UU No. 7 Tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi yang terus ber- kembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan
dilakukan dengan mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis sumber daya,
ke- lembagaan, dan budaya lokal; men- kgembangkan efisiensi sistem usaha pangan;
mengembangkan teknologi pro- duksi pangan; mengembangkan sarana dan prasarana
produksi pangan; serta mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif.

Kecamatan Getasan terletak pada ketinggian 1.500 – 1.700 mdpl menjadikan


kecamatan Getasan memiliki sumber daya lahan yang subur dengan curah hujan yang
tinggi. Getasan dikenal sebagai kecamatan yang menghasilkan beberapa hasil pertanian
seperti komoditas holtikultura mulai dari tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman
hias.
Kubis menyukai tanah yang sarang atau gembur, tidak becek, subur, serta banyak
mengandung humus (zat organik). Derajat keasaman tanah (pH) antara 6-7 dan dengan
suhu antara 15 sampai 20 derajat Celsius. Meskipun relatif tahan terhadap suhu tinggi,
produk kubis ditanam di daerah pegunungan (400m dpl ke atas) di daerah subtropik. Di
dataran rendah, ukuran krop mengecil dan tanaman sangat rentan terhadap ulat pemakan
daun Plutella (Mulyono,2007).
Kubis termasuk dalam salah satu jenis tanaman sayur sayuran daun yang sangat
potensial untuk dikembangkan, selain memenuhu kebutuhan dalam negri kubis juga
berpotensi sebagai komoditas ekspor, salah satu negara tujuan ekspor kubis adalah
Singapura. Indonesia termasuk negara 5 besar dalam hal supiler sayuran untuk Singapura
(Sunarjono, 2013).
Kubis segar mengandung banyak vitamin (A, B1, C, dan E). Kandungan Vitamin
C cukup tinggi untuk mencegah skorbut (sariawan akut). Mineral yang banyak
dikandung adalah kalium, kalsium, fosfor, natrium, dan besi. Kubis segar juga
mengandung sejumlah senyawa yang merangsang pembentukan glutation, zat yang
diperlukan untuk menonaktifkan zat beracun dalam tubuh manusia (Sunarjono, 2013).
Penanaman tanaman kubis di Kecamatan Getasan sebagian besar dilakukan oleh
petani-petani yang merupakan warga setempat. Pola tanam yang dilakukan adalah
pergiliran tanaman. Petani setempat biasa menanam tanaman sayuran sawi putih, cabai
dan kubis. Tetapi pola tanam tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Proses produksi kubis meliputi pengolahan lahan, persemaian, penanaman,
pemeliharaan dan panen. Proses produksi tersebut tidak dilakukan sendiri oleh petani
pemilik lahan, tetapi biasa mempekerjakan tenaga kerja untuk melakukan produksi
(Sundari, 2011). Jumlah tenaga kerja juga disesuaikan dengan luas lahan yang
dimiliki.Permasalahan yang terjadi dalam praktek yang ada pada petani penggunaan
faktor produksi dalam usahatani tidak ditakar secara persis, sehingga petani sering tidak
memperhatikan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola faktor produksi secara
terperinci. Hal ini mengakibatkan perolehan keuntungan yang didapatkan petani sedikit
atau bahkan petani mengalami kerugian. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian tentang analisis efisiensi alokatif dan faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi usaha tani kubis di Kecamatan Getasan tujuan penelitian ini adalah (1)
Menganalisis kelayakan usahatani kubis di Kecamatan Getasan, (2) Menganalisis faktor-
faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kubis di Kecamatan Bumiaji Kota
Batu, dan (3) Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktorfaktor produksi pada
usahatani kubis di Kecamatan Getasan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Getasan pada tanggal 25 November 2017.
Penentuan lokasi ditentukan secara purposive (sengaja) dengan alasan di daerah tersebut
merupakan daerah penghasil komoditas tanaman sayuran khususnya kubis paling tinggi
di Kecamatan Getasan. Yang memiliki ketinggian 1.500-1700 MDPL.

Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 jenis meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan
mewawancarai sebanyak 30 petani menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner yang
sudah dipersiapkan sebelumnya, Wawancara dilakukan untuk mencari informasi
mengernai karakteristik petani, proses produksi, biaya-biaya produksi yang dikeluarkan
dalam satu musim tanam kubis dan hasil penerimaan yang didapatkan oleh petani. Data
sekunder meliputi keadaan umum desa, luas lahan, tipe penggunaan lahan, sumberdaya
manusia serta data-data lain yang berhubungan dengan penelitian.

Data-data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder diolah dan
dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Data yang dikumpulkan, selanjutnya
diolah dengan menggunakan program Microsoft excel, SPSS.

1. Analisis Biaya

Analisis biaya digunakan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan pada
saat proses produksi usahatani dengan cara menjumlahkan seluruh biaya pengeluaran.

Menurut Suratiyah (2009) untuk menghitung besarnya biaya total (Total Cost)
diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap (Fixed Cost/ FC) dengan biaya variabel
(Variable Cost) dengan rumus:

TC = TFC + TVC
Dimana :
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost atau Total Biaya Tetap (Rp), seperti : sewa lahan, dan
penyusutan peralatan.
TVC = Total Variable Cost atau Total Biaya Variabel (Rp), seperti : pupuk, bibit,
pestisida dan tenaga kerja.
1. Biaya Tetap
Pengeluaran yang tidak bergantung pada tingkat barang atau produk yang dihasilkan
oleh usaha ini. Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa
yang dibayar setiap bulan, penyusutan alat dan sering disebut sebagai pengeluaran
tambahan.
2. Biaya Variabel
Jumlah biaya marjinal terhadap semua unit yang diproduksi. Hal ini juga dapat
dianggap biayanormal. Biaya tetap dan biaya variabel membentuk dua komponen
dari total biaya.

2. Analisis Penerimaan
Penerimaan merupakan perkalian antara jumlah produksi kubis dengan harga jual
kubis. Menurut Suratiyah (2009) secara umum perhitungan penerimaan total (Total
Revenue/ TR) adalah perkalian antara jumlah produksi (Q) dengan harga jual (P) dan
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
TR =PxQ
Dimana :
TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rp)
P = Harga jual kubis (Rp)
Q = Jumlah produksi (kg)

3. Analisis Pendapatan
Biaya usahatani Kubis terdiri dari dua bagian, yaitu biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden meliputi biaya
pemupukan, obat pestisida, biaya tenaga kerja luar, pengolahan tanah, sewa lahan,
pajak lahan. Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan petani responden meliputi biaya
tenaga kerja, biaya pembibitan, biaya penyusutan, dan biaya sewa lahan milik.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.


Penerimaan usahatani di kurangi dengan total biaya yaitu: biaya tetap dan biaya
variabel, sehingga di temukan suatu keuntungan usahatani. Dapat dituliskan sebagai
berikut :

Pd = TR - TC
Dimana :
Pd = Pendapatan (Rp)
TR = Total Revenue atau Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
4. Analisis Kelayakan Usahatani Kubis
Kelayakan usahatani dapat dilakukan dengan menghitung Revenue Cost Ratio
(Analisis R/C), yaitu perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya produksi
atau analisis imbangan biaya dan penerimaan.
Analisis ini menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi dari usahatani yang
dilakukan, dengan kriteria efisiensi dari perbandingan ini akan dicapai apabila :
a) R/C ratio > 1 berarti usahatani layak dan menguntungkan.
b) R/C ratio < 1 berarti usahatani belum layak dan tidak menguntungkan.
c) R/C ratio = 1 berarti usahatani tidak merugi dan tidak menguntungkan.
5. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Kubis
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani Kubis dapat diketahui dari
besaran elastisitas fungsi produksi Cobb-Douglas dengan menggunakan program
analisis data yaitu SPSS. Agar fungsi produksi ini dapat ditaksirkan, maka persamaan
tersebut perlu ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan linear
6. Analisis Efisiensi Alokatif Faktor Produksi dalam Usahatani Kubis
Untuk mengukur tingkat efisiensi alokatif (harga) dari penggunaan faktor
produksi usahatani Kubis digunakan analisis rasio antara Nilai Produk Marginal (NPM)
dengan harga faktor produksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Identitas Responden

Petani di daerah Getasan mayoritas berusia 35-44 tahun, dan sekitar 40 persen
telah memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun menanam Kubis. Mayoritas petani
hanya menempuh pandidikan SD, tetapi petani aktif mengikuti penyuluhan pertanian.
Usahatani Kubis merupakan pekerjaan utama, dengan luas garapan mayoritas dari 0,5
- 1 ha, status lahan mayoritas lahan sewa, dan musim tanam sebagian besar di musim
kemarau.
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .940a .884 .847 862898.496

a. Predictors: (Constant), jumlah_bibit, harga_perlengkapan,


Biaya_transportasi, jumlah_obat, jumlah_pupuk, luas_lahan,
hasil_panen

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi


atau R adalah 0,940 (94%). Hasil ini menunjukan bahwa variabel independent (bebas)
yang meliputi jumlah bibit, harga perlengkapan, biaya transportasi, jumlah obat, jumlah
pupuk, luas lahan dan hasil panen mempengaruhi pendapatan petani kubis sebesar 94%
kemudian sisanya sebesar 6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel amatan.
Hasil uji f menunjukan bahwa nilai f tabel adalah 2,46 yang berarti bahwa nilai f hitung
yaitu 24,015 lebih besar daripada f tabel pada alfa (daerah kritis) yaitu 5%. Dalam hal
ini hipotesis alternatif diterima dan hipotesis 0 ditolak. Untuk mengetahui pengaruh
dari masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -702801.838 1.115E6 -.630 .535

Biaya_transportasi -.151 .210 -.061 -.718 .480

jumlah_pupuk 367.511 296.884 .115 1.238 .229

harga_perlengkapan -.026 .186 -.010 -.139 .891

jumlah_obat 521.410 189.218 .246 2.756 .012

luas_lahan -200.164 580.586 -.034 -.345 .734

hasil_panen 1668.721 290.708 .669 5.740 .000

jumlah_bibit 381.017 269.021 .143 1.416 .171

a. Dependent Variable: Pendapatan


Dari hasil analisis regresi menunjukan bahwa hanya ada dua variable
independent (bebas) yang mempengaruhi variable dependent (terikat) yaitu jumlah
obat dan hasil panen.

Biaya Transportasi
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya transportasi tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,480 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung -0,718 sehingga menunjukan
bahwa variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan
nilai t tabel terhadap t hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh biaya
transportasi terhadap pendapatan petani.
Jumlah Pupuk
Pada tabel di atas menunjukan bahwa biaya jumlah pupuk tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikasinya adalah 0,229 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Nilai tabel t t tabel adalah 1,717 dan t hitung 1.238 sehingga
menunjukan bahwa variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil
signifikasi dan nilai t tabel terhadap hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh
biaya jumlah pupuk terhadap pendapatan petani.

Harga perlengkapan
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya harga perlengkapan tidak
berpengaruh terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,891 yang
artinya lebih besar dari 0,05.

Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung -0,139 sehingga menunjukan bahwa
variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan nilai t
tabel terhadap t hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh biaya harga
perlengkapan terhadap pendapatan petani.
Jumlah Obat
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya jumlah obat berpengaruh terhadap
pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,012 yang artinya lebih kecil dari
0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung 2.756 sehingga menunjukan bahwa
variabel ini signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan nilai t tabel
terhadap t hitung semuanya menunjukan ada pengaruh biaya harga perlengkapan
terhadap pendapatan petani.
Luas Lahan
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya luas lahan tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,734 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung -345 sehingga menunjukan
bahwa variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan
nilai t tabel terhadap t hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh biaya harga
luas lahan terhadap pendapatan petani.
Hasil Panen
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya hasil panen berpengaruh terhadap
pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,000 yang artinya lebih kecil dari
0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung 5.740 sehingga menunjukan bahwa
variabel ini signifikan terhadap pendapatan petani. Hasil signifikansi dan nilai t tabel
terhadap t hitung semuanya menunjukan ada pengaruh biaya harga hasil panen terhadap
pendapatan petani.
Jumlah Bibit
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa biaya hasil panen tidak berpengaruh
terhadap pendapatan petani, sebab nilai signifikansinya adalah 0,171 yang artinya lebih
besar dari 0,05. Nilai t tabel adalah 1,717 dan nilai t hitung 1.416 sehingga menunjukan
bahwa variabel ini tidak signifikan terhadap pendapatan petani. Hal ini menunjukan
bahwa jumlah bibit yang digunakan petani selama ini masih memungkinkan untuk
ditambah dan meningkatkan hasil produksi tapi dalam jumlah yang kecil. Petani
responden di lokasi penelitian menambahkan jumlah bibit yang digunakan dengan cara
memper- pendek jarak tanam dan jarak baris. Hasil signifikansi dan nilai t tabel
terhadap t hitung semuanya menunjukan tidak ada pengaruh biaya harga jumlah bibit
terhadap pendapatan petani.

KESIMPULAN
1. Hasil analisis R/C menunjukan usahatani Kubis di Kecamatan Getasan layak untuk
diusahakan karena nilai R/C atas biaya tunai maupun atas biaya total lebih besar
dari satu. Hal ini menunjukan usahatani ubi jalar di lokasi penelitian
menguntungkan untuk diusahakan dan penggunaan biaya telah lebih efisien.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata dan positif terhadap efek inefisiensi teknis
usahatani Kubis adalah variabel pengalaman, lama kerja di luar usahatani, dan
status kepemilikan lahan. Sedangkan variabel umur, pendidikan, pendapatan di luar
usahatani, dan penyuluhan berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap inefisiensi
teknis usahatani.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, S. 2007. Bercocok Tanam Kubis. Azka Mulia Media. Jakarta.


Sunarjono, H. 2013. Pedoman Bertanam Kubis. CV. Nuansa Aulia. Bandung

Sundari, 2011.Pendahuluan: Analisis Biaya Dan Pendapatan Usahatani Kubis

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-
Douglas Edisi 1. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai