PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
Analisis Pendapatan Usahatani Sayur Kangkung Di Desa harapan Kecamatan
Wonosari. Maka peneliti mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakter petani kangkung
2. Apakah usahatani kangkung layak dikembangkan
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakter petani kangkung
2. Mengetahui apakah usahatani kangkung layak dikembangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Usaha Tani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan
tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya. Usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja,
dan modal yang ditujukan kepada produksi di sektor pertanian (Salikin, 2003).
Usahatani dilaksanakan agar petani memperoleh keuntungan secara terus
menerus dan bersifat komersial (Dewi, 2012). Kegiatan usahatani biasanya
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang apa, kapan, di mana, dan
berapa besar usahatani itu di jalankan. Gambaran atau potret usahatani sebagai
berikut (Soeharjo dan Patong, 1999) : a.) Adanya lahan, tanah usahatani, yang
di atasnya tumbuh tanaman, b.) Adanya bangunan yang berupa rumah petani,
gedung, kandang, lantai jemur dan sebagainya, c.) Adanya alat – alat
pertanian seperti cangkul, parang, garpu, linggis, spayer, traktor, pompa air
dan sebagainya, d.) Adanya pencurahan kerja untuk mengelolah tanah,
tanaman, memelihara dan sebagainya, e.) Adanya kegiatan petani yang
menerapkan usahatani dan menikmati hasil usahatani. Dalam usahatani
terdapat konsep dasar yang biasa disebut sebagai Tri Tunggal Usahatani.
Petani memiliki suatu kedudukan yang memegang kendali dalam
menggerakkan kegiatan usahatani (Soeharjo dan Patong, 1999). Petani adalah
orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata
pencaharian utamanya. Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu
petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan,
dan buruh tani. Lahan diperlukan sebagai tempat untuk menjalankan
usahatani.
2. Kangkung
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) adalah tumbuhan yang termasuk
jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di
pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan
tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan
berair.
3. Produksi dan Faktor Produksi
Produksi adalah kegiatan dalam menciptakan dan menambah
kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan dimana dibutuhkan
faktor-faktor produksi yang di dalam ilmu ekonomi terdiri dari modal, tenaga
kerja, dan managemen atau skill. Faktor produksi adalah input yang
digunakan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa. Faktor produksi
memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh
(Kusuma, 2006). Faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan
tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk
pertanian yang baik. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi produksi yaitu lahan pertanian, modal, benih, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja (Nicholson, 2002).
4. Lahan Pertanian
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi
komoditas pertanian. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha
dan akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian
Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai kontribusi cukup
besar terhadap usahatani. Perbedaan status penguasaan lahan dapat
memberikan pengaruh besar terhadap sistem pertanian yang berkelanjutan dan
status hak sewa atas tanah dalam kegiatan usahatani. Kepemilikan lahan
digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain dibeli, disewa, disakap,
pemberian negara, warisan, wakaf dan lahan sendiri (Salikin, 2003). Petani
yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan
inovasi dibandingkan dengan petani yang berlahan sempit. Hal ini
dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi
(Soekartawi, 2003). Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih
mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan
penerapan adopsi inovasi daripada yang memiliki lahan sempit. Hal ini
dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi (Kusuma, 2006).
BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat Dan waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian ini dilakukan di Desa Harapan kecamatan Wonosari
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sepanjang 3 hari terhitung mulai tanggal 24
sampai 26 November 2019.
Pengambilan sampel
Pengambilan Sampel dilakukan secara Sensus pada petani yang berusahatani
sayur kangkung di Kelurahan Bansone, sehingga semua populasi dijadikan
responden dalam penelitian sejumlah 40 responden. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan teknik wawancara
langsung dengan responden atau petani pengusaha sayur kangkung di lokasi
penelitian berdasarkan daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti sedangkan
data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait. Untuk mengetahui
gambaran umum produksi sayur kangkung maka data dianalisis menggunakan
metode analisis deskriptif kualitatif sedangkan untuk mengetahui pendapatan maka
dilakukan analisis pendapatan yaitu selisih antara total penerimaan dan total biaya
sesuai petunjuk Soekartawi (1995).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lahan milik sendiri dengan luas yang bervariasi antara 5 -10 are dan tahap
kegiatan usahatani sayur kangkung dimulai dari persiapan lahan, pemupukan dasar,
penanaman, penyulaman, pemeliharaan, pengendaliaan hama dan penyakit,
pemupukan, panen dan pasca panen.
Biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan karena tenaga kerja yang digunakan
dalam kegiatan usahatani berasal dari keluarga petani itu sendiri sehingga yang
diperhitungkan hanya biaya konsumsi dan total biaya variabel sebesar Rp, 17.093.000
dengan rata-rata biaya variabel sebesar Rp 427.325, total biaya tetap sebesar Rp,
24.522.250, dengan rata-rata biaya tetap sebesar Rp. 185.731 total penerimaan yang
diperoleh petani dalam kegiatan usahatani untuk satu kali musim tanam sebesar Rp,
93.750.000 dengan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp, 2.343.750, dan
total pendapatan yang diperoleh sebesar Rp, 65.643.625, dengan rata-rata pendapatan
yang diperoleh petani untuk satu kali musim tanam sebesar Rp, 1.730.694. Rata-rata
keuntungan relatife dalam kegiatan usahatani sayur kangkung yang diperoleh petani
sebesar 4 artinya kegiatan usahatani sayur kangkung yang dilakukan oleh petani di
Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota Kefamenanu dapat menguntungkan secara
ekonomis karena hasil perhitungannya lebih dari 1.