Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Tanaman sayuran daun seperti sayur kangkung merupakan jenis komoditi


yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan berperan penting dalam pemenuhan
berbagai kebutuhan keluarga petani. Hal ini dapat ditunjukan dengan beberapa
fenomena diantaranya adalah tanaman sayur kangkung tersebut berumur relatif
pendek sehingga cepat dipanen, dapat diusahakan dengan mudah hanya
menggunakan teknologi sederhana, dan hasil produksi sayuran kangkung cepat
terserap di pasaran karena merupakan salah satu komponen susunan menu keluarga
yang tidak dapat ditinggalkan.
Usahatani jenis komoditi tersebut diatas selain memiliki nilai ekonomis yang
tinggi, juga dikenal sebagai sayuran yang kaya akan nutrizi. kandungan yang ada
pada sayur kangkung diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Vitamin A,
Vitamin C, Vitamin B-6, Magnesium, Vitamin K dan kalsium. selain itu jenis
komoditi ini juga dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya
mencegah penyebab terjadinya kanker, diabetes, mengurangi resiko strok, dapat
menyehatkan tulang, memperbaiki sistem pencernaan, dan dapat mengurangi
kolesterol (Rukmana, 2002).
Dikecamatan Wonosari khususnya di desa Harapan, Tanaman ini seakan akan
sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat di tempat tersebut. , hal ini didukung
dengan keadaan wilayah yang sangat strategis untuk berusahatani sayuran karena
memiliki sumberdaya air yang berlimpah dan berdekatan dengan akses pasar seperti
Pasar Baru dan Pasar Lama serta infrastruktur jalan yang baik sehingga sangat mudah
untuk memasarkan hasil produksi sayuran kangkung tersebut
Pendapatan dari usahatani sayur kangkung selama ini selain digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, juga digunakan untuk menyekolahkan anak
mereka hingga jenjang Sarjana dan sebagian digunakan untuk modal dalam
mengembangkan usahatani kangkung maupun digunakan untuk berusahatani lainya
namun, kendala yang dihadapi selama ini masyarakat belum menghitung dan
mengetahui secara jelas besar pendapatan yang diperoleh dari usahatani tersebut
untuk satu kali produksi..

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
Analisis Pendapatan Usahatani Sayur Kangkung Di Desa harapan Kecamatan
Wonosari. Maka peneliti mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakter petani kangkung
2. Apakah usahatani kangkung layak dikembangkan
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakter petani kangkung
2. Mengetahui apakah usahatani kangkung layak dikembangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Usaha Tani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan
tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya. Usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja,
dan modal yang ditujukan kepada produksi di sektor pertanian (Salikin, 2003).
Usahatani dilaksanakan agar petani memperoleh keuntungan secara terus
menerus dan bersifat komersial (Dewi, 2012). Kegiatan usahatani biasanya
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang apa, kapan, di mana, dan
berapa besar usahatani itu di jalankan. Gambaran atau potret usahatani sebagai
berikut (Soeharjo dan Patong, 1999) : a.) Adanya lahan, tanah usahatani, yang
di atasnya tumbuh tanaman, b.) Adanya bangunan yang berupa rumah petani,
gedung, kandang, lantai jemur dan sebagainya, c.) Adanya alat – alat
pertanian seperti cangkul, parang, garpu, linggis, spayer, traktor, pompa air
dan sebagainya, d.) Adanya pencurahan kerja untuk mengelolah tanah,
tanaman, memelihara dan sebagainya, e.) Adanya kegiatan petani yang
menerapkan usahatani dan menikmati hasil usahatani. Dalam usahatani
terdapat konsep dasar yang biasa disebut sebagai Tri Tunggal Usahatani.
Petani memiliki suatu kedudukan yang memegang kendali dalam
menggerakkan kegiatan usahatani (Soeharjo dan Patong, 1999). Petani adalah
orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata
pencaharian utamanya. Secara garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu
petani pemilik lahan, petani pemilik yang sekaligus juga menggarap lahan,
dan buruh tani. Lahan diperlukan sebagai tempat untuk menjalankan
usahatani.
2. Kangkung
Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.) adalah tumbuhan yang termasuk
jenis sayur-sayuran dan ditanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di
pasar-pasar. Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan
tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan
berair.
3. Produksi dan Faktor Produksi
Produksi adalah kegiatan dalam menciptakan dan menambah
kegunaan (utility) suatu barang atau jasa untuk kegiatan dimana dibutuhkan
faktor-faktor produksi yang di dalam ilmu ekonomi terdiri dari modal, tenaga
kerja, dan managemen atau skill. Faktor produksi adalah input yang
digunakan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa. Faktor produksi
memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh
(Kusuma, 2006). Faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan
tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk
pertanian yang baik. Dalam sektor pertanian, terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi produksi yaitu lahan pertanian, modal, benih, pupuk,
pestisida dan tenaga kerja (Nicholson, 2002).
4. Lahan Pertanian
Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi
komoditas pertanian. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha
dan akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian
Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai kontribusi cukup
besar terhadap usahatani. Perbedaan status penguasaan lahan dapat
memberikan pengaruh besar terhadap sistem pertanian yang berkelanjutan dan
status hak sewa atas tanah dalam kegiatan usahatani. Kepemilikan lahan
digolongkan menjadi beberapa jenis antara lain dibeli, disewa, disakap,
pemberian negara, warisan, wakaf dan lahan sendiri (Salikin, 2003). Petani
yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan
inovasi dibandingkan dengan petani yang berlahan sempit. Hal ini
dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi
(Soekartawi, 2003). Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih
mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan
penerapan adopsi inovasi daripada yang memiliki lahan sempit. Hal ini
dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi (Kusuma, 2006).
BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat Dan waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian ini dilakukan di Desa Harapan kecamatan Wonosari
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sepanjang 3 hari terhitung mulai tanggal 24
sampai 26 November 2019.
Pengambilan sampel
Pengambilan Sampel dilakukan secara Sensus pada petani yang berusahatani
sayur kangkung di Kelurahan Bansone, sehingga semua populasi dijadikan
responden dalam penelitian sejumlah 40 responden. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan teknik wawancara
langsung dengan responden atau petani pengusaha sayur kangkung di lokasi
penelitian berdasarkan daftar pertanyaan yang disiapkan oleh peneliti sedangkan
data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait. Untuk mengetahui
gambaran umum produksi sayur kangkung maka data dianalisis menggunakan
metode analisis deskriptif kualitatif sedangkan untuk mengetahui pendapatan maka
dilakukan analisis pendapatan yaitu selisih antara total penerimaan dan total biaya
sesuai petunjuk Soekartawi (1995).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Identitas Responden Berdasarkan data yang diperoleh dari responden


melalui daftar pertanyaan yang didapat, kondisi responden tentang umur, jumlah
tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani sayur kangkung dan pendidikan
terakhir sangat berpengaruh. Penggolongan yang dilakukan kepada responden dalam
penelitian ini bertujuan untuk megetahui secara jelas dan akurat mengenai gambaran
responden sebagai obyek penelitian ini.
Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada produktifitas kerja.
Usia produktif bagi seseorang dalam bekerja adalah 15 tahun sampai 65 tahun. Akan
tetapi biasanya pada umur 18 tahun kebawah seseorang masih berada pada usia
sekolah sehingga belum termasuk dalam angkatan kerja. Begitupun juga pada usia
diatas 65 tahun merupakan usia tidak produktif sehingga tidak mampu lagi
melakukan pekerjaan berat karena kemampuan fisik sudah menurun seperti pada usia
produktif. Tingkat umur juga dapat mempengaruhi respon seseorang terhadap hal-hal
tertentu misalnya dalam penyerapan informasi, inovasi dan teknologi (UU No.13 Thn
2003 Pasal 1 ayat 1 dan 2).
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata umur responden pada pengusaha
sayur kangkung berkisar antara 35 - 44 tahun. sebaran umur responden dapat dilihat
pada Tabel 1
Kelompok umur Jumlah (orang) Presentase (%)
responden (Tahun)
25-34 3 7,5
35-44 16 40
45-54 14 35
55-65 6 15
>65 1 2,5
Jumlah 40 100
Rata-rata masyarakat petani sayur kangkung di Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota
Kefamenanu masih berusia produktif hal ini dibuktikan dengan 97,5% masyarakat
petani kangkung berada pada usia 25-65 tahun dan masyarakat tidak produktif atau
diatas usia 65 tahun adalah 1 orang dengan persentase (2,5%).
a. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan korbanan yang harus dikeluarkan terus menerus
oleh petani untuk satu kali produksi dan bahan penunjang lainya bagi jalannya proses
produksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di petani sayur kangkung di
Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara,
rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam satu kali produksi untuk usahatani sayur
kangkung sebesar Rp, 613.056.
Berdasarkan Tabel 2. dapat dijelaskan bahwa rata-rata biaya variabel yang di
keluarkan dalam berusahatani sayur kangkung adalah sebagai berikut, biaya benih
sebesar Rp,281.400 , pupuk sebesar Rp,7.250 , biaya transportasi penjualan
sebesar,Rp, 7.875, untuk biaya transportasi penjualan yang dikeluarkan sangat sedikit
karena kebiasaan masyarakat petani memikul atau menjunjung sayur kangkung dan
langsung menjual kerumah masyarakat atau terkadang pembeli langsung membeli
sayur kangkung dilahan, biaya Pestisida,Rp 41.700, transportasi pembelian saprodi
sebesar,Rp 8.825, dan pengeluaran Bensin selama penyiraman sebesar Rp, 23.500,
menurut pengakuan masyarakat petani sayur kangkung, untuk biaya bensin tidak
membutuhkan biaya yang banyak karena rata-rata masyarakat petani memiliki sumur
sendiri yang berada dilahan olahannya sendiri.
No Jenis biaya Rata rata biaya (Rp)
1 Benih 281.400
2 Pupuk 7.250
3 Tranportasi penjualan 7.875
4 Pestisida 41.700
5 Transportasi pembelian saprodi 8.825
6 Bensin 23.500
7 Biaya konsumsi 43.250
Dalam perhitungan biaya variabel ini, biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan karena
dalam menjalani kegiatan usahatani sayur kangkung mulai dari tahap persiapan lahan
atau pengolahan lahan sampai pasca panen tenaga kerja yang dibutuhkan berasal dari
keluarga petani itu sendiri sehingga peneliti hanya menghitung biaya konsumsi yang
di keluarkan selama melakukan kegiatan usahatani untuk satu kali produksi yang
sebesar Rp, 43.250.
b. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi yang
besarnya tidak dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan, dinyatakan
dalam satuan rupiah. Biaya tetap dalam penelitian ini merupakan biaya penyusutan
peralatan. Biaya penyusutan peralatan merupakan pengurangan nilai barang-barang
modal karena terpakai dalam proses produksi/karena faktor waktu yang dinyatakan
dalam satuan rupiah.
Penyusutan Peralatan yang dihitung dalam penelitian ini meliputi linggis,
parang, tofa, ember, motor air, dan selang. Biaya penyusutan peralatan ini dihitung
menggunakan metode garis lurus (Straight Line method) dengan rumus sebagai
berikut: Penyusutan : (Harga Beli – nilai sisa) / umur ekonomis.Berdasarkan
perhitungan mengunakan rumus metode garis lurus tersebut diatas memperoleh hasil
sebagai berikut : rata-rata biaya yang dikeluarkan petani dalam berusahatani sayur
kangkung sebesar Rp 613.056 dari total keseluruhan biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp 24.522.250.
c. Penerimaan Usahatani
Penerimaan merupakan perkaliaan antara produksi sayur kangkung (ikat)
yang diperoleh dengan harga jual sayur kangkung (per ikat) di tingkat masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat yang berusahatani
sayur kangkung, rata-rata produksi sayur kangkung dalam bentuk ikat yakni sebanyak
2343 ikat permusim tanam.
Harga sayur kangkung merupakan unsur yang sangat mempengaruhi
penerimaan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ditemukan harga sayur
kangkung ditingkat masyarakat sebesar Rp 1000/ikat. Petani mngetahui bahwa
mereka menjual hasil produksinya dengan harga yang relatif murah namun hal ini
dikarenakan kebutuhan ekonomi rumah tangga yang harus dipenuhi dan kebutuhan
anak sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diketahui rata-rata produksi sayur
kangkung di Kelurahan Bansone sebanyak 2343,75 X Harga Rp 1000/ ikat. jadi
dalam satu kali musim tanam kangkung memperoleh rata-rata penerimaan sebesar
Rp. 2.343.750, Sedangkan total keseluruhan produksi untuk satu kali musim tanam
kangkung sebanyak 93750 dengan total penerimaan sebesar Rp. 93.750.000.
d. Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil penjualan bersih yang diterima oleh petani dalam
kegiatan usahatani, pendapatan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total
biaya yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Berdasarkan hasil perhitungan
yang diperoleh total pendapatan yang diterima oleh petani sayur kangkung di
kelurahan Bansone sebesar Rp.69.227.750 dengan rata-rata pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp. 1.730.694.
e. Keuntungan Relatife (R/C Ratio)
Keuntungan relatife merupakan pembagian antara total penerimaan dengan
total biaya selama satu kali produksi sayur kangkung dengan ketentuan jika hasil
pembagian total penerimaan usahatani kangkung dengan total biaya yang di
keluarkan.
Berdasarkan perhitungan R/C Ratio di peroleh total R/C Ratio sebesar 152
dengan nilai rata-rata R/C Ratio sebesar 4. Sesuai hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa usahatani kangkung di Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota Kefamenanu,
berada pada posisi menguntungkan karena nilai yang diperoleh lebih besar dari 1
artinya bahwa keuntungan yang diterima petani dalam berusahatani sayur kangkung
sebesar 4 persen dari modal yang dikeluarkan.
BAB V
KESIMPULAN

Lahan milik sendiri dengan luas yang bervariasi antara 5 -10 are dan tahap
kegiatan usahatani sayur kangkung dimulai dari persiapan lahan, pemupukan dasar,
penanaman, penyulaman, pemeliharaan, pengendaliaan hama dan penyakit,
pemupukan, panen dan pasca panen.
Biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan karena tenaga kerja yang digunakan
dalam kegiatan usahatani berasal dari keluarga petani itu sendiri sehingga yang
diperhitungkan hanya biaya konsumsi dan total biaya variabel sebesar Rp, 17.093.000
dengan rata-rata biaya variabel sebesar Rp 427.325, total biaya tetap sebesar Rp,
24.522.250, dengan rata-rata biaya tetap sebesar Rp. 185.731 total penerimaan yang
diperoleh petani dalam kegiatan usahatani untuk satu kali musim tanam sebesar Rp,
93.750.000 dengan rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp, 2.343.750, dan
total pendapatan yang diperoleh sebesar Rp, 65.643.625, dengan rata-rata pendapatan
yang diperoleh petani untuk satu kali musim tanam sebesar Rp, 1.730.694. Rata-rata
keuntungan relatife dalam kegiatan usahatani sayur kangkung yang diperoleh petani
sebesar 4 artinya kegiatan usahatani sayur kangkung yang dilakukan oleh petani di
Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota Kefamenanu dapat menguntungkan secara
ekonomis karena hasil perhitungannya lebih dari 1.

Anda mungkin juga menyukai