Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGUSAHAAN DAN PENATAAN PERTANAMAN

Disusun oleh:

Alfinatun Nasikha (134220176)

Putri Kayila Z.H.R. (134220177)

Assyifa Lailatul Farhana (134220178)

Hadi Kusumandari (134220179)

Diandra Saffanah aji (134220180)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu tanpa ada hambatan. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan
kepada Bapak Dr. Abdul Rizal AZ., IR., Mp. sebagai dosen pengampu
pada mata kuliah Pengantar Pertanian yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada kami. Tak lupa pula kepada seluruh pihak yang telah
membantu proses penyusunan “Makalah Pengusahaan Dan Penataan
Pertanaman” ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


terdapat kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu,
kami mohon kritik serta sarannya agar bisa kami jadikan evaluasi
kedepannya. Semoga apa yang kami tulis bisa menjadi manfaat bagi kami
secara khusus, dan kepada pembaca secara umumnya
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penataan pertanaman adalah cara pengaturan dan pemilihan jenis


tanaman yang diusahakan pada sebidang tanah tertentu selama jangka waktu
tertentu juga. ada yang juga berpendapat bahwa penataran lahan merupakan
cara pengaturan dan pemilikan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang
tanah tertentu dan cara pengaturan serta pemilikan jenis tanaman dapat
bermacam-macam. penataan pertanaman memiliki arti dan erat kaitannya
dengan pengolahan tanah. Produksi komoditas pertanian merupakan hasil
proses dari lahan pertanian dalam arti luas berupa komoditas pertanian
(pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan) dengan
berbagai pengaruh faktor-faktor produksi. Produksi hasil komoditas pertanian
(on-farm) sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut
dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian. Petani mengetahui,
bahwa jalan pertama yang harus ditempuh untuk mencapai tujuannya adalah
mempertinggi kuantitas dan kualitas dari hasil buminya secara rasional,
efisien, dan ekonomis. Salah satu cara yang paling diperhatikandan
diperkembangkan adalah penataan pertanaman (cropping system). Penataan
tanaman adalah tidak lain daripada cara pengaturan dan pemilihan jenis
tanaman yang diusahakan pada sebidang tanah tertentu selama jangka waktu
tertentu.

Berhasil tidaknya usaha tani ditentukan oleh manajemen yang baik,


dimana faktor alam, sarana produksi merupakan serangkaian dari modal dan
tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan usahatani sangat menentukan
hasil produksi yang diperoleh. Maka usahatani yang baik merupakan proses
kegiatan usaha yang memiliki strukturisasi yang dinamis dan mantap melalui
manajemen yang teratur pula. Namun dalam pengadaan input produksi
tersebut, petani masih mengalami berbagai macam masalah, tingginya harga
input produksi Agrium ISSN 0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306 (Online)
Oktober 2016 Volume 20 No. 2 139 seperti pupuk, benih, dan obat-obatan
merupakan masalah besar bagi mereka yang rata-rata memiliki skala
usahatani yang kecil. Belum lagi masalah ketersediaan serta pemalsuan input
produksi (pemalsuan pupuk, obat-obatan, dan benih). Serta kebijakan
pemerintah yang kurang memihak kepada petani dengan mencabut subsidi
pupuk sehingga harga pupuk meningkat, dan kenaikan harga pupuk akan
menimbulkan kenaikan harga input produksi dan berakibat penderitaan
kepada petani dan akan menghambat terjadinya ketahanan pangan nasional.
Keefisienan usahatani ditentukan oleh efisien atau tidaknya petani
menggunakan faktor-faktor produksi dalam menjalankan usaha taninya
tersebut. Selain itu, petani harus yakin akan keberhasilan usaha taninya.
Dengan sikap optimisnya, diharapkan usaha tani yang dijalankan akan
berhasil secara efektif dan efisien

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan penataan pertanaman?


2. Apa saja macam penataan pertanaman?
3. Apa kelebihan dan kekurangan penataan pertanaman?
4. Bagaimana usaha tani pada era digitalisasi?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian penataan pertanaman


2. Mengetahui macam-macam penataan pertanaman
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penataan pertanaman
4. Mengetahui usaha tani di era digitalisasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pertanaman
Istilah Cropping system mengacu pada tanaman dan urutan tanaman
dan teknik-teknik manajemen yang digunakan pada bidang tertentu selama
beberapa tahun (Nafziger, 2009). Sistem pertanaman (Cropping system) dapat
didefinisikan sebagai komunitas tanaman yang dikelola oleh petani untuk
mencapai berbagai tujuan manusia (Pearson et al., 1995).
Dalam sistem pertanaman dikenal istilah pola tanam. Pola tanam merupakan
suatu urutan atau kombinasi tanam pada suatu bidang lahan dalam satu tahun
penanaman. Satu tahun penanaman tersebut sudah termasuk dengan
pengolaan tanah sampai suatu komoditas tanaman yang dipanen. Pola tanam
merupakan salah satu bentuk teknologi budidaya pertanian yang bertujuan
untuk mengoptimalkan semua potensi yang ada berkaitan dengan efisiensi
penggunaan lahan. Perbedaan kondisi lahan memungkinkan adanya beragam
jenis pola tanam. Selain untuk efisiensi penggunaan lahan, pola tanam juga
dimaksudkan untuk meminimalisir resiko kegagalan suatu jenis komoditas
(Hidayat, 2013).

B. Macam Sistem Pertanaman


1. Pertanaman Monokultur
Pertanaman monokultur merupakan pola tanam dengan membudidayakan
hanya satu jenis tanaman dalam satu lahan pertanian selama satu tahun.
Misalnya pada suatu lahan hanya ditanami padi, dan penanaman tersebut
dilakukan sampai tiga musim tanam (satu tahun).
a. Kelebihan pola monokultur adalah :
 Dapat mengintensifkan suatu komoditas pertanian
 Lebih efisien dalam pengelolaan
 Mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
b. Kelemahan dari pola monokultur ini adalah :
 Input yang digunakan lebih banyak agar didapatkan hasil yang
banyak.
 Menyebabkan meledaknya populasi hama yang membuat
berkurangnya hasil pertanian.
 Tidak adanya nilai tambah komoditas lain

2. Pertanaman Polikultur
Pertanaman polikultur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman
pada suatu lahan pertanian dalam waktu satu tahun. Penanaman lebih dari
satu jenis tanaman ini bisa dalam satu waktu atau juga bisa dalam beberapa
waktu tetapi dalam satu tahun. Dalam satu waktu
contohnya adalah penanaman jagung bersamaan dengan kacang tanah
dalam satu lahan dalam satu waktu tanam. Dalam beberapa waktu
misalnya penanaman padi pada musim pertama kemudian dilanjutkan
penanaman jagung pada musim kedua. Pemilihan pola polikultur
dipengaruhi oleh ketersiediaan air. Umumnya, pada daerah pertanian yang
curah hujan tidak merata sepanjang tahun dan irigasi teknis tidak tersedia,
pola yang digunakan adalah pola polikultur. Untuk meminimalisir gagal
panen, maka pada musim di mana hujan sangat minim, lahan ditanami
dengan tanaman yang hanya membutuhkan sedikit air, seperti jagung atau
kacang hijau. Pertanaman polikultur dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu:

1. Tumpangsari (Intercropping)
Inter cropping adalah penanaman secara pola baris sejajar rapi dan
konservasi tanah dimana pengaturan jarak tanamnya sudah ditetapkan
dan pada format satu baris terdiri dari satu jenis tanaman dari berbagai
jenis tanaman (Kustantini, 2013). Atau lebih sederhananya yaitu
Tumpang sari adalah teknik budidaya tanaman yang membudidayakan
lebih dari satu tanaman pada satu lahan yang sama pada periode tanam
yang sama (Hidayat, 2013). Kegunaan sistem ini yaitu biasanya
digunakan pada tanaman yang mempunyai umur berbuah lebih pendek,
sehingga dalam penggolahan tanah tidak sampai membongkar lapisan
tanah yang paling bawah/bedrock, sehingga dapat menekan penggunaan
waktu tanam.

2. Tumpang Gilir (Multiple cropping)


Tumpang gilir adalah teknik budidaya tanaman dengan menanam
lebih dari satu tanaman pada satu musim, kemudian dilanjutkan
menanam lebih dari satu jenis tanaman pada musim berikutnya dengan
lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Tumpang gilir adalah
tumpang sari yang dilakukan secara berurutan dan lebih dari satu
periode tanam.

3. Tanaman Bersisipan ( Relay cropping)


Tanaman bersisipan adalah pola tanam dengan menyisipkan satu
atau beberapa jenis tanaman, selain tanaman pokok. Tanaman
bersisipan hampir sama dengan tumpang sari, tetapi pada tanaman
bersisipan penanaman bisa dilakukan tidak serentak asal daur hidup
tanaman pertama belum habis sebelum tanaman yang lain ditanam
(Hidayat, 2013). Kegunaan dari sistem ini yaitu pada tanaman yang ke
dua dapat melindungi lahan yang mudah longsor dari hujan sampai
selesai panen pada tahun itu (Kustantini, 2013).

4. Tanaman Campuran (Mixed cropping)


Tanaman campuran adalah teknik budidaya tanaman yang
membudidayakan lebih dari satu tanaman pada satu lahan yang sama
pada periode tanam yang sama tetapi jarak tanam dan barisan antar
tanaman tidak diperhatikan. Tanaman campuran adalah tumpang sari
yang tidak memperhatikan jarak tanam (Hidayat, 2013). Kegunaan
sistem ini dalam substansi pertanian adalah untuk mengatur lingkungan
yang tidak stabil dan lahan yang sangat variable, dengan penerapan
sistem ini maka dapat melawan/menekan terhadap kegagalan panen
total. Pada lingkungan yang lebih stabil dan baik total hasil yang
diperoleh lebih tinggi pada lahan tersebut, sebab sumber daya yang
tersedia seperti cahaya, unsur hara, nutrisi tanah dan air lebih efektif
dalam penggunaannya (Kustantini, 2013).

5. Tanam Bergiliran (Sequential cropping)


Tanaman bergiliran adalah menanam lebih dari satu jenis
komoditas yang dilakukukan pada satu lahan pertanian dalam waktu
yang tidak bersamaan (bergiliran). Komoditas lain baru ditanam setelah
satu komoditas dipanen. Jadi, dalam satu periode tanam hanya
menanam satu jenis komoditas (Hidayat, 2013).

a. Kelebihan penanaman polikultur:


 Meningkatkan efisiensi penggunaan lahan karena pada tanaman yang jarak
tanamnya lebar terdapat ruang kosong, pada ruang kosong tersebut dapat
dimanfaatkan dengan penanaman polikultur.
 Dapat mengurangi ledakan populasi organisme pengganggu tanaman
(OPT). Tanaman yang beragam dalam suatu lahan membuat hama dan
penyakit tidak fokus menyerang satu komoditas, akibatnya OPT tidak
mengalami ledakan. Selain itu, seringkali suatu tanaman dapat mengusir
keberadaan hama untuk tanaman lain. Misalnya bawang daun dapat
mengusir hama aphid dan ulat pada tanaman kubis.
 Menambah kesuburan tanah. Tanaman legume (kacang-kacangan) dapat
menambat N sehingga dapat meningkatkan kandungan N dalam tanah.

b. Kelemahan penanaman polikultur:


 Persaingan tanaman untuk mendapatkan hara dan faktor pertumbuhan
lainnya akan semakin tinggi.
 Jenis hama yang ada semakin beragam, sehingga pengendaliannya sulit.
 Diperlukan banyak tenaga kerja, sehingga mengurangi efisiensi dalam
perawatan.

3. Pertanaman Jajar Legowo


Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi
tanaman dengan mengatur jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki
barisan tanaman yang diselingi oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada
barisan pinggir setengah kali jarak tanam antar barisan (Distan, 2012).
Sistem tanam jajar legowo merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi
pertanaman sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang
lebih banyak dengan adanya barisan kosong. Tanaman padi yang berada
dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik
dibanding tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan
hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena
tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari
yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari
penerapan sistem tanam jajar legowo adalah sebagai berikut (Distan, 2012).:
1. Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan
akan meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
2. Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan
pemeliharaan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu
dilakukan melalui barisan kosong/lorong.
3. Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama
tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di
dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan
menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
4. Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam
barisan.
5. Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah
kemungkinan barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir
dengan memanfaatkan sinar matahari secara optimal bagi tanaman yang
berada pada barisan pinggir. Semakin banyak intensitas sinar matahari
yang mengenai tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis
tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga akan
didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan
hasil.
Modifikasi jarak tanam pada sistem tanam jajar legowo bisa dilakukan
dengan melihat berbagai pertimbangan. Secara umum jarak tanam yang
dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 X 22,55 cm
atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau
tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan
varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 X 20
cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi
perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm.
Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam
20 X 20 cm sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang
lebih lebar misal 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya
bisa 25 X 25 cm (Distan, 2012)..
Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum
dapat dilakukan yaitu : tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1).
Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam
memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1)
sedangkan dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan
bulir gabah berkualitas benih (Distan, 2012)..
Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris
tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari
jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah
setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada
sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm X 10 cm X 40 cm (Distan, 2012).
Gambar 1. Tipe Jajar legowo 2:1

4. Pertanaman Lorong (Alley Cropping)


Sistem pertanaman lorong merupakan salah satu bentuk wanatani yang
memadukan praktek pengelolaan hutan tradisional dan proses daur ulang hara
secara alami ke dalam usaha tani yang intensif produktif dan berkelanjutan.
Pelaksanaannya mengikuti lorong-lorong (tanaman pangan) yang masing-
masing lorong dibatasi tanaman pagar/tegakan, pada umumnya tanaman yang
tumbuh cepat (legum). Pada bagian lorong dapat ditanami dengan tanaman
semusim (pangan) berumur pendek yang menyesuaikan dengan kebiasaan
petani setempat (jagung, kacang tanah, kedelai, padi gogo dan sayuran)
(Nurhidayati et al., 2008).
Banyak penelitian menyimpulkan bahwa budidaya lorong dapat
dikembangkan sebagai suatu sistem pertanian berkelanjutan dengan masukan
rendah. Beberapa gatra penting pertanaman lorong yang bersifat multiguna
adalah:
1. Mencegah terjadinya kerusakan tanah akibat erosi permukaan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah.
3. Tanaman pagar (legum) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau, makanan
ternak, sayuran, pematah angin, dan penyediaan kayu bakar.
4. Meningkatkan produktivitas tanah.
Banyak jenis pohon dan perdu yang dapat dipakai sebagai tanaman
pagar. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman pagar yaitu
legum, tanaman buah, tanaman perkebunan, rumput pakan ternak (jika
dipadukan dengan peternakan). Legum yang sering digunakan yaitu kaliandra
merah (Caliandra calothyrsus), kaliandra putih (Caliandra tetragona), gamal
(Gliricidia sepium), lamtoro gung (Leucaena leucochephala), flemingia
(Flemingia congesta), turi (Sesbania grandiflora), Cayanus cajan, Dalbergia
sisso, Desmantus virgatus, dan Tephrosia volgelii (Nurhidayati et al., 2008).
Dalam pertanaman lorong jenis tanaman pagar yang dipilih harus
memenuhi persyaratan, antara lain (Nurhidayati et al., 2008):
1. Benih atau bibit mudah didapat di sekitar lokasi .
2. Mudah ditanam dan pertumbuhannya cepat.
3. Memiliki sistem perakaran yang dalam sehingga mampu memanfaatkan
hara dari lapisan yang lebih dalam, dan tidak mengganggu perakaran
tanaman pokok.
4. Menghasilkan banyak biomasa melalui pemangkasan yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pupuk hijau, mulsa, dan hijauan pakan
ternak.
5. Tahan terhadap pemangkasan dan mempunyai daya regenerasi dan
pertumbuhan kembali yang cepat dan tinggi.
6. Dapat menyediakan nitrogen tanah secara alamiah melalui penyematan
Nudara yang merupakan hasil kegiatan mikroorganisme yang
bersimbioses dengan tanaman legum.
7. Menghasilkan bahan sampingan yang sangat bermanfaat bagi petani
(sumber kayu, bahan bangunan dan perabot rumah tangga).
8. Apabila sudah tidak digunakan lagi dapat dengan mudah dimusnahkan.

5. Pertanaman Surjan
Sistem surjan merupakan suatu cara pengelolaan tanah dan air yang
disesuaikan dengan kondisi alam setempat. Sistem ini, tidak saja dilakukan di
lahan pasang surut tetapi juga dapat dilakukan pada lahan gambut dangkal
yang marginal. Namun yang perlu diperhatikan dalam menggunakan sistem
ini adalah penerapan pola tanam tumpang sari (multicroping) yang
berkelanjutan dan produktif dalam waktu lama. Dengan penerapan sistem
surjan, maka lahan akan menjadi lebih produktif, karena pada lahan tersebut
akan tersedia dua tatanan lahan, yaitu: (1) Lahan tabukan yang tergenang
(digunakan untuk menanam padi atau digabungkan dengan budidaya
ikan/minapadi); dan (2) Lahan guludan/tembokan/baluran sebagai lahan
kering (digunakan untuk budidaya palawija, buah-buahan, tanaman
tahunan/perkebunan) (Anonim, 2015).
Gambar 3. Sistem Surjan
2. Keuntungan sistem surjan:
 Dapat menanam aneka ragam jenis tanaman dengan umur panen yang
berbeda-beda sehingga pendapatan petani dapat berlanjut
 Pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman lebih mudah
 Memperkecil resiko kegagalan panen karena jenis tanaman yang ditanam
bermacam-macam
 Dapat ditanami padi sawah sebanyak 2 kali musim tanam

3. Kerugian sistem surjan:


 Biaya pembuatan surjan mahal dan membutuhkan lebih banyak waktu dan
tenaga kerja
 Diperlukan pengaturan/ pengawasan air yang lebih baik

C. Perbedaan Polikultur dan Monokultur


a. Polikutur
- Polikultur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan karena lahan
yang kosong ditanami tanaman lain.
- Memungkinkan memanen lebih dari satu jenis komoditas dalam satu
tahun.
- Populasi tanaman dapat diatur sedemikian rupa tergantung jenis komoditas
yang dibudidayakan.
- Polikultur dapat lebih membuat ekosistem lebih stabil
- Pola tanam bergiliran dapat memutus mata rantai serangan hama.
- Jenis tanaman yang banyak memungkinkan banyaknya jenis hama yang
menyerang tetapi dalam jumlah yang kecil.
- Pada pola tumpang sari, tidak dapat diintensifkan hanya pada satu jenis
tanaman saja sehingga hasil per komoditas lebih rendah daripada pola
monokultur.

b. Monokultur
- Tidak terjadi efisiensi penggunan lahan karena pada baris yang kosong
tidak ditanami komoditas lain.
- Hanya memanen satu jenis komoditas karena yang ditanam juga hanya
satu.
- Tidak dapat mengatur populasi tanaman.
- Ekosisitem yang dibentuk tidak stabil.
- Meningkatkan jumlah organisme pengganggu tanaman dan seringkali
terjadi ledakan hama dan penyakit.
- Suatu komoditas dapat diintensifkan sehingga hasilnya bisa lebih banyak
daripada polikultur.
- Pemeliharaan lebih mudah karena hanya ada satu tanaman yang
dibudidayakan.
BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Catharina, T. S. 2014. Respon tanaman jagung pada sistem monokultur dengan


tumpangsari kacang-kacangan terhadap ketersediaan unsure hara N dan
nilaikesetaraan lahan di lahan kering. Skripsi; Fakultas Pertanian
Universitas Maraswati,Mataram. Ganec Swara Edisi Khusus 3 (3) : 17-21.

Distan. 2012. Tanam padi sistem jajar legowo.


http://distan.majalengkakab.go.id/bid-tp/index.php?
option=com_content&view=article&id=2:tanam-padi-sistem-jajar-
legowo&catid=2:berita. Diakses 25 April 2015.

Hidayat, A. M.. 2013. Macam-macam pola polikultur.


<http://www.anakagronomy.com/2013/01/macam-macam-pola-
polikultur.html>. Diakses 25 April 2015.

Hermawati, D. 2016. Kajian Ekonomi antara Pola Tanam Monokultur dan


Tumpangsari Tanaman Jagung, Kubis,dan Bayam. Jurnal Inovasi. 18(1). :
66-72

Kustantini, D.. 2013. Peningkatan produktivitas dan pendapatan petani melalui


penggunaan pola tanam tumpangsari pada produksi benih kapas
(Gossypium spp.). http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/berita-
450-peningkatan-produktivitas-dan-pendapatan-petani-melalui-
penggunaan-pola-tanam-tumpangsari-.html. Diakses 25 April 2015.

Nafziger, E. 2014. Cropping system.


http://extension.cropsciences.illinois.edu/handbook/pdfs/chapter05.pdf.
Diakses 25 April 2015.

Putri, M. 2011. Skripsi analisis komparatif usahatani tumpangsari jagung dan


kacang tanah dengan monokultur jagung di kabupaten wonogiri, fakultas
pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta

Anda mungkin juga menyukai