Penulis : Sinta Noviyanti1), Kusmiyati2) & Dwiwanti Sulistyowati
Judul : ADOPSI INOVASI PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI
SAWAH (Oryza sativa L.) DI KECAMATAN CILAKU KABUPATEN CIANJUR PROVINSI JAWA BARAT Tujuan : 1) Mendiskripsikan seberapa besaradopsi inovasi penggunaan varietas unggulbaru (VUB) padi sawah. (2) Menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi adopsiinovasi penggunaan varietas unggul baru(VUB) padi sawah. (3) Merumuskan strategipenyuluhan dalam meningkatkan adopsiinovasi penggunaan varietas unggul baru padisawah.
Metode : Pengkajian dilaksanakan di KecamatanCilaku, Kabupaten Cianjur, Provinsi
JawaBarat pada Maret sampai Juni 2020. Populasipengkajian ini sebanyak 192 anggotakelompoktani tersebar di 3 Desa yaitu DesaSirnagalih, Desa Sukakerta dan Desa Sukasari.Sampel pengkajian dihitung menggunakanrumus slovin Sugiyono (2012), dan diperoleh66 petani. Selanjutnya untuk mendapatkansampel dari masing-masing kelompoktanidilakukan secara proporsional denganmenggunakan rumus Rubin and Luck (2005)dalam Haryanto (2018) dan sampel di perolehyaitu sebanyak 70 petani.Variabel pengkajian terdiri atas faktorinternal (umur, tingkat pendidikan, luas lahandan lama usaha tani), dan faktor eksternal(peran penyuluh, pertemuan kelompoktani,saluran komunikasi, sumber informasi, dansarana dan prasarana. Indikator adopsi meliputi(pengenalan, persuasi, keputusan,implementasi, dan konfirmasi). Pengumpulandata dalam pengkajian ini yaitu melaluipembagian kuesioner, dengan instrumenpengkajian yang telah lulus uji validitas danreliabilitas. kemudian data dianalisis deskriptifdi kelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu(1) Rendah (2) Sedang (3) Tinggi, pengaruhfaktor internal dan faktor eksternal di analisismenggunakan uji regresi linear berganda.Kemudian strategi untuk meningkatkan Adopsiinovasi penggunaan varietas ungul baru padi sawa (Oryza sativa L.) yaitu ditentukan berdasarkan analisis Kendall’s W. Hasil : Karakteristik Petani Responden dalam kajian ini terdiri ataspetani padi sawah berjumlah 70 respondenkarakteristik petani yang di amati yaitu meliputiumur, tingkat pendidikan, luas lahan, dan lamausaha tani. Berdasarkan data pada Tabel di atas,menunjukkan bahwa sebagian besar petaniberumur antara 60-72 tahun sebanyak 19 petaniatau sebesar 27,15 % dari jumlah keseluruhanpetani. Sedangkan, jumlah petani yang palingsedikit yaitu berumur 35-47 tahun sebanyak 17responden atau sebesar 24,29% dari jumlahkeseluruhan petani. Dengan demikianmayoritas petani di Kecamatan Cilakutermasuk kedalam kategori kurang produktifdalam menjalankan usaha taninya karenadengan umur yang kurang produktif makakemampuan dalam bekerja kurang efektif.Menurut Prabayanti (2010) semakin mudapetani biasanya mempunyai semangat untukingin tahu apa yang belum diketahui, sehinggadengan demikian mereka berusaha untuk lebihcepat melakukan adopsi inovasi. Artinya begitusebaliknya jika umur petani semakin tua makamemerlukan waktu yang cukup lama dalammenerima inovasi-inovasi baru. Selain itu,umur juga dapat mempengaruhi kemampuanseseorang dalam bekerja. Sejalan denganpernyataan Nurfitriyani (2013) bahwa umuryang semakin tua maka akan semakin tidakproduktif dan tidak intensif dalam melakukanusahatani. Selain itu, umur juga mempengaruhikonfirmasi seseorang dalam kegiatan usahatani,yang sulit untuk menerimaperubahan cara petani untuk menerima inovasibaru. rendah, disebabkan karena permasalahanekonomi keluarga. Selain itu, tingkatpendidikan yang rendah juga disebabkankarena adanya keterbatasan instansi pendidikanyang ada di Kecamatan Cilaku.Rendahnya pendidikan petani diKecamatan Cilaku dan dengan adanya sumberinformasi yang kurang memadai menjadikanpengetahuan yang dimiliki petani masih kurangsehingga penerapan teknologi varietas unggulbaru dalam kegiatan usahatani masih rendah.Hal ini sejalan dengan pernyataanCahyaningrom, (2011) bahwa tingkatpendidikan yang tinggi akan mudah untukmengadopsi suatu inovasi baru sehingga akanmemperlancar proses pembangunan.Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkatpendidikan yang rendah akan sulit mengadopsisuatu inovasi baru sehingga dalam hal ini akan mempersulit pembangunan. Berdasarkan data pada Tabel 1, dapatdiketahui bahwa mayoritas petani memiliki luaslahan 0,80- 4 ha sebanyak 22 orang atau 31,43%dari jumlah keseluruhan petani. Petani denganluas lahan garapan tersebut termasuk kedalam kategori lahan Sangat luas, artinya Sebagian besar petani yang ada di Kecamatan Cilaku sudah memiliki lahan garapan yang luas.Kriteria luas lahan menurut Prabayanti (2010)lahan dikatakan sempit apabila <0,5 ha, sedang( 0,5-2 ha), Luas > 2 Ha. Dengan luasan lahan garapan dapat mempengaruhi adopsi inovasi,selain itu luas lahan merupakan faktor yangdapat meningkatkan produktivitas usaha tani,dengan lahan yang luas maka pendapatan petanisemakin meningkat begitu juga sebaliknya.Sejalan dengan pernyataan Hernanto (1993)dalam Prabayanti (2010) menyebutkan bahwaluas lahan usahatani menetukan pendapatan,taraf hidup dan derajat kesejahteraan rumahtangga petani.Berdasarkan data pada Tabel diatas,menunjukkan bahwa mayoritas petani memilikipengalaman berusaha tani antara 20- 30 tahundengan jumlah 25 orang petani atau 35,71%,sedangkan lama usaha tani yang baru antara 5-8 tahun dengan jumlah hanya 2 orang atau2,86%, hal tersebut menunjukkan bahwapengalaman usaha tani di Kecamatan Cilakutermasuk sangat lama, dengan demikianmereka sudah sangat berpengalama dalammenjalankan usahataninya.Pengalaman usaha tani mayoritasmenduduki kategori sangat lama artinya petanisudah sangat berpengalaman dalammenjalankan usaha taninya, hal ini sejalandengan pernyataan Widyastuti et al (2014)mengatakan bahwa lamanya usahatanidikategorikan menjadi kurang berpengalaman(<5 th), cukup berpengalaman (6-10 th),berpengalaman (11-15 th) dan sangatberpengalaman (>15). Menurut pendapatMulyati et al (2016) pengalaman bertani sangatpenting dalam menentukan keberhasilanusahatani padi sawah, karena denganpengalaman pada usahatani padi sawah, merekaakan lebih terampil dalam mengatasi hambatanmaupun tantangan yang mungkin terjadi padasaat usahatani berlangsung. Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang diduga mempengaruhi Adopsi inovasi petani dalam penggunaan Varietas Unggul Baru padisawah di Kecamatan Cilaku. Faktor eksternal petani dalam kajian ini diantaranya yaitumeliputi peran penyuluh, pertemuan kelompoktani, saluran komunikasi, sumber informasi, dan sarana dan prasarana. Berdasarkan data primer yang telah diolah dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner kepada petani yang berjumlah 70orang, mayoritas petani menjawab peran penyuluh dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 27 orang petani atau 38,60% dari jumlah keseluruhan responden. Artinya peranpenyuluh di Kecamatan Cilaku telah mampu memberikan informasi dan inovasi-inovasi baru kepada petani khususnya tentang varietas unggul baru dan dapat mengutamakan kegiatan petani serta dapat memberikan pengetahuan dan dapat menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi oleh petani. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rogers et al (2003) dalam Suci(2011) mengatakan bahwa penyuluh pertanian harus dapat mendiagnosis permasalahan permasalahan yang dihadapi petani,membangun dan memelihara hubungan dengan petani. Berdasarkan data pada Tabel 2 dapatdiketahui bahwa pertemuan kelompoktanibelum dikatakan tinggi karena sebagian besarpetani menjawab pertemuan kelompoktaniberada dalam kategori sedang yaitu sebanyak35 orang atau 50,00% dari jumlah keseluruhanresponden. Artinya pertemuan kelompoktanisudah sering dilakukan namun tidak semuaanggota yang selalu hadir dalam setiappertemuan kelompoktani. Dengan adanyapertemuan kelompoktani maka ketua dapatmemimpin dan memberikan informasiinformasibaru yang telah di dapatkan daripenyuluh maupun dari orang lain. Pertemuankelompoktani juga sangat mendukungbertemunya semua anggota untuk bertukarpikiran, pendapat maupun dapat memecahkanpermasalahan dalam usahataninya, di sampingitu juga, dengan adanya pertemuankelompoktani secara rutin bersama penyuluhmaka di harapkan petani dapat memilikipengetahuan yang lebih luas sehingga dapatmenerapkan teknologi atau inovasi-inovasibaru seperti penggunaan varietas unggul barupadi sawah. Hal ini didukung oleh pendapatEbojei et al (2012) dalam Kadar (2016) yangmenyatakan bahwa selain mendapat bantuanbahan dan dukungan teknis, petani juga dituntutmemiliki pengetahuan dan keterampilan dalammenerapkan teknologi baru. Oleh karena itu,penyuluh dituntut memberikan pendampinganlangsung kepada petani, baik dalam pertemuanrutin maupun di lapangan.Berdasarkan pada Tabel 2,menunjukkan bahwa saluran komunikasipetani di Kecamatan Cilaku dalam kategorisedang yaitu dengan jumlah 35 orang atau50,00% petani dari jumlah keseluruhanresponden. Hal tersebut menunjukkan bahwasaluran komunikasi yang di dapat melaluipersonal (tatap muka langsung) atau salurannon personal seperti media massa, media cetaktentang varietas unggul baru sudah diperolehcukup baik sehingga di duga dapatmempengaruhi petani dalam memudahkan dandapat meningkatkan pengetahuan petanitentang adanya inovasi dan dapat menjadipertimbangan dalam menggunakan varietasunggul baru padi sawah. Hal ini sejalan dengan pendapat Hanafi (1987) dalam Cahyaningrom(2017) mengatakan bahwa saluran komunikasi dalam keputusan inovasi adalah alat yangdigunakan untuk menyebarluaskan suatuinovasi yang mungkin berpengaruh terhadapkecepatan pengambilan keputusan inovasi. Berdasarkan data pada Tabel 2,menunjukkan bahwa mayoritas petanimenjawab sumber informasi dalam kategorirendah yaitu sebanyak 32 orang atau 45,71 %dari jumlah keseluruhan responden.Berdasarkan hasil wawancara kepada petanisumber informasi yang di dapat, dengan adanya lembaga pertanian seperti BPP atau lembagalain nya kurang memudahkan petani dalam mendapatkan informasi-informasi penting, dan informasi dan pengetahuan dari penyuluh kurang maksimal yang diberikan mengenai varietas unggul baru, artinya sumber informasi sangat mempengaruhi petani dalam mendapatkan inovasi baru terhadap penggunaan varietas unggul baru padi sawah.Hal ini sejalan dengan pernyataan Ismilaili(2015) mengatakan bahwa informasi sangatdibutuhkan oleh petani dalam rangkamenambah pengetahuan serta keterampilannyaguna meningkatkan system usaha tani yanglebih baik.Berdasarkan data pada Tabel diatas, dapatdiketahui bahwa mayoritas petani menjawab sarana dan prasarana dalam kategori sedangyaitu sebanyak 35 orang atau 50,00% petanidari keseluruhan responden, data di atas dapatdi simpulkan bahwa sarana dan prasarana yangada di Kecamatan Cilaku seperti jalan yangbaik, perairan atau irigasi yang baik, cukupmembantu petani dalam menjalankan usahataninya, kemudian dengan adanya kiossaprodi tentu akan semakin mempermudahdalam memenuhi kebutuhan atau keperluanpetani dalam menjalankan usahatanimya,dengan demikian sarana dan prasarana yangbaik dan memadai tentu dapat mempelancarkemajuan dalam sektor petanian Adopsi Inovasi Penggunaan Varietas UnggulBaru padi sawah Menurut Rogers (1983) dalamDarussalam et al. (2017), adopsi adalahkonfirmasi untuk menggunakan sepenuhnyaide baru sebagai cara bertindak yang baik danbenar. Adopsi adopsi merupakan kecepatanrelatif suatu inovasi yang diadopsi oleh anggotadalam kelompok suatu sistem sosial. Adopsibiasanya diukur dengan lamanya waktu yangdibutuhkan untuk persentase tertentu darianggota dalam kelompok suatu sistem untukmengadopsi suatu inovasi melalui berbagaitahapan-tahapan.Adopsi inovasi kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitukategori sedang,rendah, dan tinggi. Berdasarkan data pada Tabel 3menunjukkan bahwa mayoritas adopsi petani diDesa Sirnagalih, Sukasari, Sukakerta beradapada tingkatan sedang sebanyak 51 petanidengan presentase tertinggi 76,86%.menunjukkan bahwa ada sebagian petani yangsudah pernah penggunakan varietas unggul baru namun sebagian petani masih banyak yangbelum menggunakan varietas unggul baru padisawah. Petani masih banyak yang menggunakan varietas lokal, sehingga perluadanya upaya-upaya agar dapat meningkatkanadopsi inovai penggunaan varietas unggul baru. Pengenalan petani terhadapvarietas unggul baru belum dikatakan tinggi,mayoritas petani memiliki pengenalan/pengetahuan yaitu sedang denganjumlah 44 orang atau 62,86% dari jumlahkeseluruhan responden. Pengetahuan petani dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani yangmasih tergolong rendah. Selain itu,pengetahuan petani di pengaruhi oleh sumberinformasi, dimana sumber informasi petaniyang masih terbatas, petani hanya mengandalkan informasi yang di berikan olehpenyuluh, atau hanya mengandalkan pengalaman. Oleh sebab itu, pengetahuanpetani dalam suatu teknologi baru masihrendah, dikarenakan pola pikir petani yangmasih tradisional, hal ini sejalan denganpendapat Darussalam et al (2017) Pengetahuanyang dimiliki petani terhadap teknologi barumasih sangat sederhana dan sikapnya masihsangat sulit diberikan perubahan karena polapikir petani yang masih tradisional.Berdasarkan hal tersebut, maka dapatdisimpulkan bahwa perlu adanya berbagai upaya untuk dapat meningkatkan pengetahuan Petani terhadap varietas unggul baru.Selanjutnya tahap persuasi yaitu prosesdimana seseorang membentuk sikap berkenanatau tidak berkenan terhadap inovasi yang telahdiberikan, pada tahap persuasi mayoritas sikappetani cukup terbentuk dalam ketertarikan yaitutermasuk dalam kategori sedang dengan jumlah38 orang 54,29% dari jumlah keseluruhanresponden, Setelah mengetahui berbagaimacam inovasi dan informasi, mengenaivarietas unggul baru, sebagian petani memilikisikap tertarik dan terdapat sebagian juga petaniyang tidak tertarik, dikarenakan berbagai alasanberdasarkan pengalaman, harga varietas unggulbaru, mudah tidaknya dalam proses budidayamaupun tahapan budidaya yang dianggappetani rumit dan menghabiskan waktu. Hal inisejalan menurut Darussalam et al (2017) yangmenyebutkan bahwa sikap petani dipengaruhioleh karakteristik inovasi seperti keuntunganrelative, harga ekonomis dan murah,mudahdicoba serta dapat meningkatkan produksi.Tahap pengambilan keputusanseseorang terlibat pada pilihan untukmenerima atau menolak inovasi tersebut.Tahap inilah seseorang membuat keputusanapakah mereka akan menerima atau menolaksebuah inovasi tersebut, tetapi tidak menutupkemungkinan petani yang telah menerimadapat berubah pikiran dalam menentukanpilihan nya. Berdasarkan pada Tabel 26menunjukkan bahwa 43 petani atau 61,43 %keputusan petani dalam kategori sedang, haltersebut dapat di simpulkan bahwa sebagianbesar petani memilih untuk menerima adopsipenggunaan varietas unggul baru, karenadisebabkan oleh berbagai keuntungan dankelebihan dalam menggunakan varietasunggul baru, tetapi sebagian petani, teguhdengan pendiriannya yaitu menolak adanyainovasi tersebut karena berbagaipertimbangan benih dengan harga mahal danpetani selalu menganggap bahwamenggunakan suatu inovasi baru memerlukanmodal dengan jumlah besar dan selalu nyamanpakai varietas lokal karena dianggap tidakperlu membeli dan tidak ada tambahan lainlaindalam kegiatan budidaya padi sawah. Halini sejalan dengan pendapat Sumarno (2010)mengatakan bahwa Skala usaha dapatmempengaruhi keputusan adopsi, karenaadopsi menuntut adanya ketersediaan modalyang cukup besar.Menurut Hawkins (1999) dalamDarussalam (2017) Implementasi merupakanperubahan pengelolaan cara bertani melaluiinovasi yang sebagiannya dapat terjadi sebelumkeputusan diambil. Pada tahap implementasiini, dimana seseorang sudah pernahmenerapkan atau belum tentang inovasi yangtelah di berikan, berdasarkan pada tabel 26menunjukkan bahwa pada tahap implementasipetani berada dalam kategori sedang yaitusebanyak 37 petani atau 52,86 % sudah pernahmenerapkan varietas unggul baru, tetapi hanyabeberapa kali dan tidak terus menerusditerapkan oleh petani pada saat itu, di sampingitu masih banyak petani yang belummenggunakan varietas unggul baru padi sawah.Tahap konfirmasi yaitu proses dimanaseseorang mencari penguat bagi keputusaninovasi yang telah dibuatnya dan akanmelakukannya secara berkelanjutan padainovasi tersebut. Berdasarkan pada Tabel 26menunjukkan bahwa konfirmasi petani dalampenggunaan varietas unggul baru di KecamatanCilaku termasuk kedalam kategori sedangsebanyak 33 petani atau 47,14% dari jumlahkeseluruhan responden memilihimengonfirmasi varietas unggul baru, hal ini dikarenakan keungggulan menggunakan varietasunggul baru dapat meningkatkan produktivitaspadi sawah. Tetapi tidak menutupkemungkinan jika seseorang yang telahmenerapkan suatu inovasi, tetapi inovasitersebut dianggap tidak menguntungkan ataubertentangan dengan harapan seseorangterhadap inovasi tersebut, hal ini sejalan denganpendapat Prabayanti (2010) mengatakan bahwaPada tahap konfirmasi ini mungkin terjadiseseorang merubah keputusannya jika iamemperoleh informasi yang bertentangan danberbeda. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi AdopsiInovasi Penggunaan Varietas Unggul Barupadi SawahAnalisis faktor-faktor yangmempengaruhi adopsi inovasi penggunaanvarietas unggul baru padi sawah menggunakananalisis regresi linear berganda. Adapun faktorfaktoryang dikaji diantaranya yaitu faktorinternal dan faktor eksternal. Dalam kajian ini,faktor internal sabagai variabel (X1) meliputiumur, tingkat pendidikan, lama usahatani, danluas lahan. Sedangkan faktor eksternal (X2)faktor yang berada di luar diri petani yaitumeliputi peran penyuluh, pertemuankelompoktani, saluran komunikasi, sumberinformasi, sarana dan prasarana yang didugadapat mempengaruhi adopsi inovasipenggunaan varietas unggul baru padi sawahsebagai variabel terikat (Y). Untuk mengetahuisejauh mana pengaruh setiap variabel bebasyaitu faktor internal, faktor eksternal terhadapvariabel terikat yaitu Adopsi inovasipenggunaan varietas unggul baru padi sawahdigunakan persamaan sebagai berikut:Y = + b1.X1 + b2.X2Hasil analisis statistik faktor-faktoryang mempengaruhi adopsi petani dapat dilihatpada Tabel 5 dan 6. Pengaruh Faktor Internal Terhadap Adopsiinovasi Petani Faktor internal sebagai variabel (X1)meliputi umur, tingkat pendidikan, lamausahatani, dan luas lahan. Diduga dapatmempengaruhi Adopsi inovasi penggunaanvarietas unggul baru, untuk melihat adatidaknya pengaruh yaitu menggunakan tarafsignifikan sebesar 5% atau 0,05. Berdasarkan data pada Tabel 5, Tingkatpendidikan berpengaruh signifikan terhadapadopsi inovasi penggunaan varietas unggulbaru padi sawah dengan nilai signifikan 0,004artinya nilai signifikan tingkat pendidikankurang dari 0,050 (<0,050). Artinya tingkatpendidikan memiliki peranan yang sangatpenting terhadap pola pikir seseorang sehinggaberpengaruh pada suatu adopsi inovasi.Seseorang yang menempuh pendidikan yanglama maka akan mempengaruhi dalammemutuskan mengadopsi inovasi baru,seseorang akan semakin mudah dalammenentukan pilihan sesuai dengan pengetahuanyang dimiliki, hal ini sejalan dengan pendapatIsmilaili (2015) menyatakan lama pendidikanformal adalah sangat penting bagi petani,karena ini merupakan landasan pengetahuan,yang akan membantu petani dalampengambilan konfirmasi serta dalammenyelesaikan berbagai masalah yangdihadapi. Pengaruh Faktor Eksternal TerhadapAdopsi inovasi Varietas Unggul Baru Faktor ekternal sebagai variabel (X2) meliputiperan penyuluh, pertemuan kelompoktani,saluran komunikasi, sumber informasi, saranadan prasarana diduga dapat mempengaruhiadopsi inovasi penggunaan varietas unggulbaru padi sawah sebagai variabel terikat (Y).Taraf signifikan yang digunakan untuk melihatadannya pengaruh antar varabel yaitu sebesar5% atau 0,05. Berdasarkan pada Tabel diatas, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Peranpenyuluh berpengaruh signifikan terhadapadopsi penggunaan varietas unggul barudengan sig. sebesar 0,017, artinya peranpenyuluh memiliki pengaruh terhadap adopsiinovasi karena nilai signifikan lebih kecil daritaraf signifikan 0,050. Peran penyuluh memilikipengaruh penting terhadap peningkatanpengetahuan, sikap, dan keterampilan petani.Peran penyuluh pertanian sangat menentukankeberhasilan pembangunan pertanian, dandapat dikatakan sebagai garda terdepan untukmeningkatkan kualitas petani saat ini, karenapenyuluh terjun langsung kelapangan langsungdan menyampaikan berbagai informasiinformasipenting sehingga mendukung petanidalam menggunakan varietas unggul baru. Hal ini sejalan dengan pendapat MenurutRogers (1983) dalam Darussalam et al. (2017)penyuluh sebagai agen pengubah adalahseseorang yang atas nama pemerintah ataulembaga penyuluhan berkewajiban untukmempengaruhi proses pengambilan konfirmasiyang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untukmau dan mampu melakukan perubahan denganmengadopsi suatu inovasi.Pertemuan kelompoktani berpengaruhsecara signifikan terhadap adopsi inovasipenggunaan varietas unggul baru karenamemiliki signifikan sebesar 0,034 atau kurangdari 0,050 (<0,050). Berdasarkan hasilwawancara kepada petani responden, bahwasemakin sering pertemuan antara anggotakelompoktani dilakukan maka semakin banyakinformasi yang di dapatkan baik informasimengenai varietas unggul baru maupuninformasi mengenai pertanian. Begitu jugasebaliknya apabila pertemuan anggotakelompoktani jarang dilakukan maka tidak bisamendapatkan informasi mengenai varietasunggul/ budidaya padi sawah. Dalampertemuan kelompoktani sangat mendukungjalan nya kegiatan penyuluhan karena denganadanya kegiatan penyuluhan petani dapatmemiliki pengetahuan dan keterampilan untukdapat menerapkan teknologi atau inovasi baru.Hal ini sejalan di dukung pendapat Ebojei et al(2012) dalam Kadar (2016) yang menyatakanbahwa selain mendapat bantuan bahan dandukungan teknis, petani juga dituntut memilikipengetahuan dan keterampilan dalammenerapkan teknologi baru. Oleh karena itu,penyuluh dituntut memberikan pendampinganlangsung kepada petani, baik dalam pertemuanrutin maupun di lapangan.Tabel 6 menunjukkan bahwa sarana danprasarana berpengaruh terhadap adopsi inovasipenggunaan varietas unggul baru padi sawah,dapat dilihat nilai signifikannya yaitu sebesar0,002 atau lebih dari taraf signifikan 0,050,artinya sarana dan prasarana memiliki pengaruhsignifikan terhadap adopsi inovasi penggunaanvarietas unggul baru padi sawah karena saranadan prasarana menjadi kunci utama dalammendukung perkembangan kemajuan di sektorpertanian tanpa adanya sarana dan prasaranapertanian tentu akan berdampak terhadappemenuhan kebutuhan usaha tani. Hal tersebutsejalan dengan pendapat Siwu Randi A.A(2018) menyatakan bahwa sarana dan prasaranapertanian menjadi sumber utama dalampengembangan suatu inovasi pertanian olehsebab itu, sarana dan prasarana harus di penuhidalam mendukung kemajuan di sektorpertanian.Strategi Peningkatan Adopsi InovasiPenggunaan Varietas Unggul Baru padiSawah di Kecamatan CilakuDalam kajian ini, strategi yang dilakukanuntuk meningkatkan adopsi inovasipenggunaan varietas unggul baru padi sawahyaitu dengan melakukan penyuluhan kepadapetani, sebelum penyuluhan di lakukan, darimasing – masing indikator tahapan adopsi dianalisis menggunakan Analisis Kendall’s Wdengan tujuan untuk mengetahui ranking nilaiterendah hingga nilai tertinggi. Hasil analisis Berdasarkan pada Tabel diatas dapat diketahui bahwa konfirmasi memiliki nilai palingrendah, artinya konfirmasi seseorang dalammengadopsi varietas unggul baru masih rendah,dengan melihat data tersebut sehingga perluupaya yang dapat dilakukan yaitu denganmembuat konsep penyuluhan yangberhubungan dengan varietas unggul baru sertamelakukan demonstrasi langsung kepadapetani.Metode penyuluhan yang diterapkandalam kegiatan penyuluhan adalah anjang sanake kelompoktani, dengan memberikan materipenyuluhan dalam bentuk media cetak(leaflet), dan dengan menampilkan videopenyuluhan. Setelah itu dilakukan kegiatandiskusi dan tanya jawab. Berdasarkan metodepenyuluhan yang telah ditetapkan maka prosespelaksanaan kegiatan penyuluhan yangdilakukan yaitu dengan memperkenalkan dirikepada petani responden, kemudianmenjelaskan maksud dan tujuan yang ingindicapai, setelah itu menjelaskan pokok bahasan,menyampaikan materi penyuluhan,menampilkan video, diskusi dan tanya jawab. Petak PercontohanDalam kajian ini, lokasi lahan petakpercontohan berada di Kelompoktani Babakantani Desa Sirnagalih Kecamatan Cilaku, Petakpercontohan yang di laksanakan yaitu budidayatanaman padi sawah menggunakan varietasunggul baru dengan luas lahan 600 m2 danvarietas lokal dengan luas 700 m2. Varietasunggul baru yang ditanama yaitu varietas paktiwi-1, sedangkan varietas lokal yang di tanamyaitu varietas Gebray.Berdasarkan hasil kegiatan pengamatandi lahan petak percontohan denganmembandingkan tinggi tanaman dan jumlahanakan varietas unggul baru dengan varietaslokal. Secara visual, terdapat perbedaan anatarakedua varietas tersebut dengan hasil tinggitanaman menunjukkan bahwa rata-rata tinggitanaman varietas lokal lebih tinggidibandingkan dengan varietas unggul baru.Karena dilihat perkembangan tanaman dariumur 1-12 minggu setelah tanam (MST) rataratavarietas lokal selalu diposisi tertinggidibandingkan dengan varietas unggul baru. Halini menyebabkan varietas lokal mudah robohsehingga akan mempengaruhi hasil panen.Menurut Endrizal et al (2010) mengatakanbahwa tanaman yang terlalu tinggi umumnyamudah rebah, oleh sebab itu, tinggi tanamanmenentukan penerimaan petani terhadapvarietas unggul baru.Kemudian Jumlah anakan pada petakpercontohan menunjukkan bahwah jumlahanakan varietas unggul baru lebih banyak dibandingkan jumlah varietas lokal, tetapi dapatdilihat pada umur 1-2 minggu setelah tanam(MST) varietas lokal memiliki jumlah anakanlebih banyak, artinya tidak ada pengaruh nyatapenggunaan varietas unggul baru terhadapjumlah anakan. Akan tetapi pada umur tanaman3-12 minggu setelah tanam (MST) penggunaanvarietas unggul baru berpengaruh nyata padajumlah anakan. Artinya varietas unggul barumemiliki keunggulan pada jumlah anakan, halini sejalan dengan pendapat Sudarto et al (2018)menyatakan bahwa varietas unggul baru padisawah di introduksikan menunjukkanpertumbuhan dan komponen hasil yang lebihbaik, anatara lain jumlah anakan produktif lebihtinggi dan jumlah gabah/malai lebih banyaksehingga hasil gabah lebih tinggi.
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq) BELUM MENGHASILKAN DI LAHAN PASANG SURUT YANG DILAKUKAN PETANI DI KECAMATAN BANGKO PUSAKO KABUPATEN ROKAN HILIR