Anda di halaman 1dari 9

JURNAL HABITAT

ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e), Volume 27, No. 2, Agustus 2016, Hal. 94-102
DOI: 10.21776/ub.habitat.2016.027.2.11

Tingkat Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi


di Tingkat Petani dan Pengaruhnya Terhadap Produksi dan Pendapatan
Pada Usahatani Jagung (Zea mays L.)
(Kasus di Desa Ngrancang, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro)

Level of Production Factors Availability at Farmers Level and The Effect On


Production and Income of Corn Farming (Zea mays L.) (Case in Ngrancang
Village, Tambakrejo Subdistrict, Bojonegoro Regency)
Indriyati1*, Moch. Muslich Mustadjab2
Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Agribisnis, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang
65145, Jawa Timur, Indonesia
Diterima: 4 Agustus 2016; Direvisi: 20 November 2016; Disetujui: 30 Desember 2016

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis masalah untuk memperoleh masukan dalam upaya
peningkatan pendapatan. Jagung merupakan salah satu komoditas pangan yang penting dan terkait dengan
industri besar. Penelitian ini dilakukan secara purposive dengan metode pengambilan contoh yaitu
Stratified Random Sampling, sehingga didapatkan responden 38 sampel. Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis ketersediaan faktor produksi, analisis usahatani, dan analisis fungsi respon
produksi dan pendapatan, dan analisis efisiensi alokatif. Hasil analisis menunjukan ketersediaan faktor
produksi sudah cukup tersedia dan penggunaan faktor produksi usahatani jagung masih belum efisien.
Sehingga produksi yang dihasilkan masih rendah, begitupula dengan tingkat pendapatan petani.
Kata Kunci: jagung; ketersediaan; faktor produksi; produksi; pendapatan

ABSTRACT
The aim of this research is analyze the problems to obtain input in an effort to increase the income. Corn
is one of the essential food commodities and associated with large industries. This research uses
purposive with stratified random sampling method, then determines respondent by 38 samples. Data
analysis method used was production factors availability analysis, farming analysis, and the response
function of production and income analysis and allocative efficiency analysis. Results of the analysis
showed that the availability of production factors is available enough and the use of production factors in
corn farming is still not efficient. So that production result is still low, nor with the level of farmers
income.
Keywords : corn; availability; production factors; production; income

1. Pendahuluan tanaman yang banyak dikembangkan di


Indonesia. Hal ini dikarenakan tanaman pangan
Pembangunan pertanian di Indonesia dapat
dianggap lebih cepat untuk dipanen dan lebih
dilakukan dengan meningkatkan hasil produksi
menguntungkan. Salah satu tanaman pangan
pertanian. Peningkatan hasil produksi pertanian
yang cukup banyak dibudidayakan yaitu
dilakukan dengan usaha ekstensifikasi,
komoditas jagung.
intensifikasi dan diversifikasi (Mubyarto, 1994).
Jagung merupakan salah satu komoditas
Pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa jenis
pangan yang penting dan terkait dengan industri
komoditas seperti komoditas tanaman pangan,
besar. Jagung tidak hanya dikonsumsi untuk
komoditas tanaman perkebunan, dan komoditas
sayur melainkan dapat diolah menjadi makanan.
tanaman hortikultura. Komoditas pangan menjadi
------------------------------------------------------------------
Selain itu jagung digunakan untuk bahan utama
*)
industri pakan ternak (Warsana, 2007). Menurut
Penulis Korespondensi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
E-mail: indriyati@gmail.com Komoditi (2012), menyebutkan bahwa kebutuhan

http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)


Jurnal Habitat, Volume 27, No. 2 Agustus 2016 95

jagung untuk pakan ternak di Indonesia Ngrancang merupakan salah satu daerah
diperkirakan mencapai sebesar 7 juta ton per penghasil jagung terbesar di Kecamatan
tahun. Kondisi ini membuat jagung memiliki Tambakrejo dan desa tersebut memiliki
prospek yang sangat menjanjikan untuk kesesuaian lahan yang sesuai untuk
dikembangkan. pengembangan komoditas jagung. Pengambilan
Kecamatan Tambakrejo merupakan salah sampel dengan cara metode Stratified Random
satu penghasil jagung terbesar di Bojonegoro. Sampling menggunakan rumus Parel, et.al.
Produksi Jagung di Kecamatan Tambakrejo pada (1973). Berdasarkan rumus tersebut diperoleh
tahun 2013 yaitu sebesar 22.707,67 ton (BPS jumlah sampel responden sebanyak 38 sampel.
Bojonegoro, 2014). Desa Ngrancang merupakan Dalam penelitian ini metode analisis data yang
salah satu desa di Kecamatan Tambakrejo yang digunakan sesaui dengan tujuan penelitian adalah
menghasilkan produksi jagung terbesar di sebagai berikut:
kecamatan tersebut dengan luas lahan yang
2.1. Analisis Tingkat Ketersediaan Faktor
ditanami pada tahun 2013 yaitu sebesar 179 Ha.
Produksi Usahatani Jagung
Dengan lahan yang cukup luas Desa Ngrancang
dilakukan pengembangan usahatani jagung Dalam penelitian ini tingkat ketersediaan
dengan melakukan penanaman jagung dilahan faktor produksi usahatani jagung di ukur dengan
hutan agar mendapatkan hasil panen jagung lebih memberikan skor pada jawaban petani terhadap
tinggi. Untuk memperoleh hasil panen yang pertanyaan-pertanyaan untuk indikator-indikator
tinggi dibutuhkan faktor produksi seperti lahan, ketersediaan yaitu ketersediaan benih,
benih, pupuk, dan tenaga kerja. ketersediaan pupuk, dan ketersediaan tenaga
Desa Ngrancang tidak selalu mendapatkan kerja.
faktor produksi yang digunakan dengan mudah. Kemudian skor pada masing-masing
Bahkan kadangkala terjadi kelangkaan pupuk indikator pada variabel ketersediaan dijumlahkan.
kimia. Apabila pengiriman pupuk tidak tepat Total skor menunjukan tingkat ketersediaan
waktu, petani mengalami kesulitan untuk mencari faktor produksi yang dilakukan oleh petani
pupuk kimia. Penggunaan faktor produksi yang responden, yang dikelompokan menjadi kategori
efisien dan kemudahan memperoleh faktor cukup tersedia dan kurang tersedia dengan
produksi akan memperlancar kegiatan usahatani. ketentuan sebagai berikut:
Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian a. Tingkat ketersediaan faktor produksi yang
ini dirumuskan sebagai “sejauh mana tingkat kurang tersedia, apabila total skor jawaban
ketersediaan faktor-faktor produksi berpengaruh petani respoden terhadap indikator-
terhadap produksi dan pendapatan usahatani”. indikator variabel ketersediaan benih,
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis pupuk dan tenaga kerja adalah <12.
tingkat ketersediaan faktor produksi usahatani b. Tingkat ketersediaan faktor produksi yang
jagung di Desa Ngrancang Kecamatan cukup tersedia, apabila total skor jawaban
Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro (2) petani respoden terhadap indikator-
Menganalisis tingkat produksi dan pendapatan indikator variabel ketersediaan benih,
usahatani jagung di Desa Ngrancang Kecamatan pupuk dan tenaga kerja adalah >12.
Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro (3)
Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap 2.2. Analisis Tingkat Produksi dan
produksi dan pendapatan usahatani jagung di Pendapatan Usahatani Jagung
Desa Ngrancang Kecamatan Tambakrejo Analisis tingkat produksi dan pendapatan
Kabupaten Bojonegoro (4) Menganalisis tingkat dilakukan dengan membandingkan rata-rata
efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada tingkat produksi dan pendapatan di daerah
usahatani jagung di Desa Ngrancang Kecamatan penelitian dengan rata-rata produksi dan
Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro. pendapatan di daerah Bojonegoro. Sehingga akan
diperoleh kesimpulan hasil produksi dan
2. Metode Penelitian pendapatan di daerah penelitian lebih rendah atau
Penelitian ini dilaksanakan di Desa lebih tinggi dibandingkan daerah Bojonegoro.
Ngrancang, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten
Bojonegoro. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive, sesuai dengan tujuan
penelitian dengan pertimbangan bahwa Desa

http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)


Jurnal Habitat, Volume 27, No. 2 Agustus 2016 96

2.3. Analisis Faktor yang Berpengaruh Pada X1 = Penerimaan usahatani jagung pada
Produksi Terhadap Produksi dan musim tanam Nopember 2014-
Pendapatan Usahatani Jagung Februari 2015 (Rp)
X2 = Biaya Benih pada musim tanam
Analisis faktor yang berpengaruh terhadap
Nopember 2014-Februari 2015 (Rp)
produksi dan pendapatan usahatani jagung
X3 = Biaya Pupuk kimia pada musim tanam
dilakukan dengan menggunakan fungsi respon
Nopember 2014-Februari 2015 (Rp)
produksi dan fungsi respon pendapatan.
X4 = Biaya Tenaga Kerja pada musim tanam
a. Fungsi Respon Produksi Nopember 2014-Februari 2015 (Rp)
Fungsi respon produksi yang dipakai X5 = Tingkat Ketersediaan Benih (Total
adalah fungsi Cobb-Douglas sebagai berikut: Skor)
X6 = Tingkat Ketersediaan Pupuk Kimia
𝑌 = a X1 𝛽1 X2 𝛽2 X3 𝛽3 X 4 𝛽4 X5 𝛽5 X6 𝛽6 𝑒 𝑢 .... (1) (Total Skor)
Agar mempermudah pendugaan hasil X7 = Tingkat Ketersediaan Tenaga Kerja
fungsi, fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan (Total Skor)
menjadi bentuk linear sebagai berikut: a = Konstanta
𝐿𝑛 𝑌 = 𝐿𝑛 β0 + 𝛽1 𝐿𝑛 X1 + 𝛽2 𝐿𝑛 X2 + b1,….b7 = Elastisitas pendapatan
𝛽3 𝐿𝑛 X3 + 𝛽4 𝐿𝑛 X4 + 𝛽5 𝐿𝑛 X5 + u = Galat (kesalahan)
𝛽6 𝐿𝑛 X6 + 𝑢…… .............................. (2)
2.4. Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan
Dimana : Faktor-faktor Produksi Usahatani
Y = Jumlah Produksi jagung pada musim Jagung
tanam Nopember 2014-Februari 2015
(Kg) Dalam penelitian ini analisis efisiensi
X1 = Jumlah benih yang digunakan dalam penggunaan faktor produksi dilakukan dengan
usahatani jagung pada musim tanam menggunakan analisis fungsi produksi cobb-
Nopember 2014-Februari 2015 (Kg) douglas, dengan model persamaan sebagai
X2 = Jumlah pupuk kimia yang digunakan berikut.
dalam usahatani jagung pada musim 𝐿𝑛 𝑌 = 𝐿𝑛 β0 + 𝛽1 𝐿𝑛 X1 + 𝛽2 𝐿𝑛 X2 +
tanam Nopember 2014-Februari 2015 𝛽3 𝐿𝑛 X3 + 𝑢 ............................................... (4)
(Kg) Dimana:
X3 = Jumlah tenaga kerja yang digunakan Y = Jumlah Produksi jagung pada musim
dalam usahatani jagung pada musim tanam November 2014-Februari 2015
tanam Nopember 2014-Februari 2015 (Kg)
(HKSP) 𝑋1 = Jumlah benih yang digunakan dalam
X4 = Tingkat Ketersediaan Benih (Total usahatani jagung pada musim tanam
Skor) November 2014-Februari 2015 (Kg)
X5 = Tingkat Ketersediaan Pupuk Kimia 𝑋2 = Jumlah pupuk kimia yang digunakan
(Total Skor) dalam usahatani jagung pada musim
X6 = Tingkat Ketersediaan Tenaga Kerja tanam November 2014-Februari 2015
(Total Skor) (Kg)
a = Konstanta 𝑋3 = Jumlah tenaga kerja yang digunakan
b1,….b6 = Elastisitas pendapatan dalam usahatani jagung pada musim
u = Galat (kesalahan) tanam November 2014-Februari 2015
b. Fungsi Respon Pendapatan (HKSP)
Fungsi respon pendapatan yang dipakai Kemudian menghitung tingkat efisiensinya
dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut: dengan cara membandingkan nilai NPMx dengan
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + 𝑏3 𝑋3 + 𝑏4 𝑋4 + Px seperti rumus sebagai berikut.
𝑌
𝑏5 𝑋5 +𝑏6 𝑋6 +𝑏7 𝑋7 + u ................................... (3) NPMx = 𝑏𝑖 𝑃𝑦
𝑋𝑖
Dimana: PXi= harga input X ke i
Y = Pendapatan usahatani jagung pada 𝑁𝑃𝑀𝑥𝑖
musim tanam Nopember 2014- 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑎𝑙𝑜𝑘𝑎𝑡𝑖𝑓 = ...... (6)
𝑃𝑥𝑖
Februari 2015 (Rp)

http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)


Jurnal Habitat, Volume 27, No. 2 Agustus 2016 97

Dimana: petani terhadap indikator ketersediaan pupuk


NPMxi = Nilai produkk marjinal faktor kimia yaitu harga pupuk kimia, subsidi pupuk
produksi ke-i kimia dari pemerintah, keterjangkauan tempat
bi = Elatisistas produksi penjualan pupuk dan kontinyuitas tersedianya
Xi = Input produksi (X) ke i pupuk kimia di kios penjualan pupuk. Pupuk
Y = Rata-rata produksi jagung (Kg) kimia diperoleh dari kios resmi, gapoktan dan
Pxi = Rata-rata harga faktor produksi kelompok tani yang ada di daerah penelitian,
jagung ke-i (Rp) sehingga petani akan lebih mudah untuk mencari
Py = Rata-rata harga satuan hasil pupuk.
produksi jagung (Rp)
𝑁𝑃𝑀𝑥𝑖 c. Ketersediaan Tenaga Kerja
Semakin mendekati nilai berarti Tingkat ketersediaan tenaga kerja menurut
𝑃𝑥𝑖
𝑁𝑃𝑀𝑥𝑖 jawaban petani responden tergolong dalam
semakin efisien penggunaan input X nya,
𝑃𝑥𝑖 kategori cukup tersedia dengan rata-rata total
yang paling efisien adalah apabila nilainya sama skor adalah 14. Tenaga kerja yang ada di daerah
dengan 1 atau NPMx = Px. Hal ini dikarenakan
penelitian lebih banyak berasal dari dalam
pada saat itu keuntungan akan maksimum.
keluarga sendiri, Di daerah penelitian terdapat
tenaga kerja musiman pada saat musim tanam
3. Hasil dan Pembahasan
dan musim panen jagung tiba. Selain itu, upah
3.1. Analisis Tingkat Ketersediaan Faktor untuk tenaga kerja di daerah penelitian yang
Produksi Usahatani Jagung cukup mahal, sehingga banyak orang yang
awalnya tidak bekerja di pertanian pada saat
Berikut ini tingkat ketersediaan yang
musim tanam dan musim panen jagung tiba ikut
dilakukan oleh petani responden pada Tabel 1.
bekerja di lahan untuk memperoleh pendapatan.
Tabel 1. Tingkat Ketersediaan Faktor Produksi
3.2. Analisis Tingkat Produksi dan
Petani Resonden
Pendapatan Usahatani Jagung
Rata-rata
No. Variabel Kategori Hasil analisis tingkat produksi dan
Total Skor
pendapatan usahatani jagung disajikan pada
1. Ketersediaan 15 Cukup Tabel 2.
Benih Tersedia Tabel 2. Hasil Analisis Usahatani Jagung di Desa
2. Ketersediaan 14 Cukup Ngrancang
Pupuk Kimia Tersedia
Rincian Jumlah Harga Nilai
3. Ketersediaan 14 Cukup
Fisik/Ha Satuan (Rp)
Tenaga Kerja Tersedia
(Rp)
a. Ketersediaan Benih Produksi 3917,07 kg 2.547 9.978.230
Tingkat ketersediaan benih menurut Biaya Variabel
jawaban petani responden tergolong dalam a. Benih 10,48 kg 72.895 764.116
kategori cukup tersedia dengan rata-rata skornya b. Pupuk Kimia:
adalah 15. Ketersediaan benih ini dilihat dari Pupuk Urea 358,10 kg 1.804 645.896
rata-rata total skor indikator ketersediaan benih Pupuk 404,15 kg 2430 982.087
yaitu kemudahan memperoleh benih, harga Phonska
benih, keterjangkauan tempat penjualan benih, c. Tenaga Kerja 60 HKSP 34320 2.051.840
dan kontinyuitas tersedianya benih di tempat Sub Total Biaya Variabel 4.443.939
penjualan benih. Untuk memperoleh benih, Biaya
petani membeli dari toko pertanian yang berada Tetap
di luar desa Ngrancang yang jaraknya tidak a. Sewa 1 ha - 1.701.754
terlalu jauh dari desa tersebut. Lahan
b. Penyusutan Alat 22.618
b. Ketersediaaan pupuk kimia
Sub Total Biaya Tetap 1.724.373
Ketersediaan pupuk kimia di daerah
Total Biaya Produksi 6.168.312
penelitian tergolong dalam kategori cukup
Pendapatan Usahatani 3.778.994
tersedia dengan rata-rata toal skor tingkat
ketersediaan pupuk kimia adalah 14. R/C Ratio = 1,6
Ketersediaan pupuk kimia dilihat dari jawaban

http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)


Jurnal Habitat, Volume 27, No. 2 Agustus 2016 98

Menunjukan bahwa rata-rata tingkat Keterangan:


produksi usahatani jagung di Desa Ngrancang, n= 38
Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro Variabel dependen = Produksi (Kg/Ha)
adalah 3917,07 kg kg/ha atau sebesar 3,9 ton/ ha. *= Nyata pada α 0,01 ** = Nyata pada α 0,05
Hasil tersebut masih rendah dibandingkan dengan *** = Nyata pada α 0,1
produktivitas jagung di Kabupaten Bojonegoro t tabel α 0,01 = 2,378 ; t tabel α 0,05 = 2,037; t
sebesar 4,23 ton/ha. Hal ini dikarenakan tabel α 0,1 = 1,694
penggunaan faktor produksi yang belum efisien F tabel α 0,01 = 3,45 ; F tabel α 0,05 = 2,40 ; F
sehingga produksi yang diperoleh dari usahatani tabel α 0,1 = 2,83;df1=6 ; df2=31
jagung masih rendah. Untuk meningkatkan
Dari hasil uji asumsi klasik dapat
produksi jagung dapat dilakukan dengan
disimpulkan bahwa data untuk model regresi
menambah faktor produksi yang belum efisien
yang dipakai tidak terjadi penyimpangan
untuk usahatani jagung. Sedangkan rata-rata
terhadap asumsi klasik. Setelah uji asumsi klasik,
tingkat pendapatan di daerah penelitian sebesar
dilanjutkan uji model menggunakan uji F, uji
Rp 3.778.994/ha.
koefisien determinasi (R2). Hasil uji model
3.3. Analisis Faktor yang Berpengaruh adalah sebagai berikut:
Terhadap Produksi dan Pendapatan
a. Analisis Keragaman (Uji F)
Usahatani Jagung
Berdasarkan Tabel 16 menunjukan Fhitung
Analisis faktor-faktor yang berpengaruh (11,789) > Ftabel (2,40) pada α=0,01. Hal ini
terhadap produksi dilakukan dengan berarti model regresi produksi jagung secara
menggunakan model fungsi respon produksi serentak dipengaruhi oleh variabel benih, pupuk,
cobb-douglas dan faktor yang berpengaruh tenaga kerja, tingkat ketersediaan benih,
terhadap pendapatan dilakukan dengan ketersediaan pupuk, dan ketersediaan tenaga
menggunakan model linier berganda. kerja.
3.3.1. Analisis Faktor-faktor yang b. Koefisien Determinasi (R2)
Berpengaruh Pada Produksi Usahatani Hasil pengujian koefisien pada Tabel 16,
Jagung dapat diketahui bahwa nilai R2 adalah 0,695 yang
berarti bahwa variabel benih, pupuk kimia,
Hasil analisis regresi fungsi respon
tenaga kerja, tingkat ketersediaan benih, tingkat
produksi cobb-douglas disajikan pada Tabel 3.
ketersediaan pupuk, dan tingkat ketersediaan
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Fungsi Respon tenaga kerja dapat menjelaskan variabel produksi
Produksi sebesar 69,50% sedangkan sisanya 30,5%
Variabel Koefisien thitung Sig. dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk
Regresi dalam model.
(Constant) 4,584 7,269 Untuk melihat pengaruh variabel bebas
Ln_Benih (Kg/Ha) 0,858* 6,247 0,000 terhadap variabel dependen yaitu produksi
Ln_Pupuk Kimia 0,030 0,511 0,613 dilakukan uji t untuk masing-masing variabel
(Kg/Ha) tersebut.
Ln_Tenaga Kerja 0,185*** 1,892 0,068
1) Benih
(HKSP/Ha)
Variabel benih berpengaruh nyata terhadap
Ln_Tingkat 0,021 0,199 0,843
produksi jagung. Hal ini ditunjukan dengan
Ketersediaan Benih
koefisien regresi sebesar 0,858 dengan tanda
(Skor)
positif, dapat diartikan bahwa jika terdapat
Ln_Tingkat 0,020 0,147 0,884
penambahan benih jagung sebesar 1%, produksi
Ketersediaan Pupuk
jagung akan bertambah 0,858%. Artinya di
(Skor)
daerah penelitian pengunaan benih masih dapat
Ln_Tingkat 0,236 1,312 0,199
ditingkatkan agar produksi meningkat.
Ketersediaan Tenaga
Kerja (Skor) 2) Pupuk Kimia
Fhitung = 11,789 Variabel pupuk kimia tidak tampak
R2 = 0,695 pengaruhnya terhadap produksi jagung, karena
variabel pupuk kimia mempunyai koefisien
regresi yang tidak signifikan, Nilai koefisien

http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)


Jurnal Habitat, Volume 27, No. 2 Agustus 2016 99

regresi pupuk kimia sebesar 0,030. Hal ini 5) Tingkat Ketersediaan Pupuk Kimia
dikarenakan variasi penggunaan pupuk kimia Variabel tingkat ketersediaan pupuk kimia
yang hampir sama di daerah penelitian (rata-rata tidak tampak pengaruhnya terhadap produksi
penggunaan pupuk kimia oleh petani responden jagung. Tingkat ketersediaan pupuk kimia
sebesar 411 kg/ha dengan standart deviasi menurut jawaban responden hampir sama. Hal ini
sebesar 189). dikarenakan pupuk kimia diperoleh dari tempat
yang sama yaitu kios remi penjualan pupuk
3) Tenaga Kerja
kimia, gapoktan, dan kelompok tani.
Variabel tenaga kerja berpengaruh nyata
terhadap produksi jagung dengan nilai koefisien 6) Tingkat Ketersediaan Tenaga Kerja
regresi 0,185 bertanda positif nyata pada α = 0,1. Variabel tingkat ketersediaan tenaga kerja
Hal tersebut menunjukan bahwa jika tenaga kerja tidak tampak pengaruhnya terhadap produksi,
ditambah 1% maka produksi akan bertambah dengan nilai koefisien regresinya adalah 0,236.
sebesar 0,185%. Ini menunjukan bahwa Hal ini dikarenakan tenaga kerja berasal dari
penggunaan tenaga kerja didaerah penelitian dalam keluarga sehingga ketersediaan tenaga
masih bisa ditingkatkan. kerja menurut jawaban petani hampir sama.
Tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga
4) Tingkat Ketersediaan Benih
cukup sedikit, hanya pada saat musim tanam dan
Variabel tingkat ketersediaan benih tidak
panen jagung tiba banyak tenaga kerja dari luar
tampak pengaruhnya terhadap produksi jagung.
keluarga.
Hal ini dikarenakan ketersediaan benih menurut
jawaban petani responden hampir sama. Benih 3.3.2. Analisis Faktor-faktor yang
yang diperoleh petani hampir semua di tempat Berpengaruh Pada Pendapatan
pembelian benih yang sama, sehingga persepsi Usahatani Jagung
petani tehadap ketersediaan benih menjadi
Hasil analisis regresi fungsi respon
hampir sama pula.
pendapatan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Regresi Fungsi Respon Pendapatan
Variabel Koefisien Regresi thitung Sig.
(Constant) -130873,681 -0,414
Penerimaan (Rp/Ha) 1,036* 44,827 0,000
Biaya Benih (Rp/Ha) -1,053** -3,433 0,002
Biaya Pupuk (Rp/Ha) -0,970* -24,660 0,000
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha) -1,042* -12,866 0,000
Tingkat Ketersediaan Benih (Skor) -17700,320 -1,217 0,233
Tingkat Ketersediaan Pupuk (Skor) -21758,080 -1,430 0,163
Tingkat Ketersediaan Tenaga Kerja (Skor) 37076,579*** 1,802 0,082
Fhitung = 654,905
R2 = 0,993
Keterangan:
n= 38
Variabel dependen = Pendapatan (Rp/Ha)
* = Nyata pada α 0,01 ** = Nyata pada α 0,05 ***= Nyata pada α 0,1
t tabel α 0,01 = 2,744; t tabel α 0,05 = 2,040 ; t tabel α 0,1 = 1,696
F tabel α 0,01 = 3,30 ; F tabel α 0,05 = 2,33; F tabel α 0,1 = 1,98; df1=7; df2=30

Dari hasil uji asumsi klasik dapat a. Analisis Keragaman (Uji F)


disimpulkan bahwa data untuk model regresi Tabel 18 menunjukan Fhitung (654,905) >
yang dipakai tidak terjadi penyimpangan Ftabel (2,33) pada α = 0,01. Hal ini berarti bahwa
terhadap asumsi klasik. Setelah uji asumsi klasik, model regresi pendapatan usahatani jagung
dilanjutkan uji model menggunakan uji F, uji secara bersamaan dipengaruhi oleh variabel
koefisien determinasi (R2). Hasil uji model bebasnya yaitu penerimaan, biaya benih, biaya
adalah sebagai berikut: pupuk, biaya tenaga kerja, tingkat ketersediaan
benih, tingkat ketersediaan pupuk, dan tingkat
ketersediaan tenaga kerja.

http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)


Jurnal Habitat, Volume 27, No. 2 Agustus 2016 100

b. Koefisien Determinasi (R2) Penambahan penggunaan pupuk kimia di


Berdasarkan Tabel 18 nilai R2 adalah daerah penelitian akan bisa menurunkan
0,993 atau 99,3%. Hal tersebut menunjukan pendapatan usahatani jagung, untuk penambahan
bahwa variabel independen yaitu biaya benih, atau pengurangan input produksi perlu
biaya pupuk, biaya tenaga kerja, penerimaan, memperhatikan harga input produksinya
tingkat ketersediaan benih, tingkat ketersediaan khususnya harga pupuk kimia di daerah
pupuk, dan tingkat ketersediaan tenga kerja dapat penelitian. Di daerah penelitian penggunaan
menjelaskan variabel dependen (pendapatan) biaya pembelian pupuk kimia termasuk salah satu
sebesar 99,3%. Sisanya sebesar 0,7% dipengaruhi biaya yang banyak dikeluarkan untuk usahatani
oleh model lain yang tidak masuk dalam model. jagung.
Untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap
4) Biaya Tenaga Kerja
variabel dependen yaitu pendapatan dilakukan uji
Variabel biaya tenaga kerja berpengaruh
t untuk masing-masing variabel tersebut.
nyata terhadap pendapatan usahatani jagung
1) Nilai Produksi (Penerimaan Kotor) dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,042
Penerimaan yang diperoleh hasil usahatani bertanda negatif pada α = 0,01. Artinya setiap
jagung berpengaruh nyata terhadap pendapatan kenaikan Rp 1000,- biaya tenaga kerja akan
usahatani jagung dengan koefisien regresi sebesar menurunkan pendapatan sebesar Rp 1.042,-.
1,036 bertanda positif pada α = 0,01. Hal tersebut Penambahan biaya tenaga kerja akan mengurangi
menunjukan bahwa setiap penambahan pendapatan petani, sesuai dengan teori ekonomi
penerimaan sebesar Rp 1.000,- akan apabila terjadi penambahan biaya akan
meningkatkan pendapatan sebesar Rp 1.036,-. mengurangi pendapatan dengan asumsi bahwa
Hal ini sesuai dengan teori ekonomi dari faktor lain dianggap tetap.
pendapatan bahwa pendapatan dipengaruhi oleh
5) Tingkat Ketersediaan Benih
hasil penerimaan dan total biaya yang
Variabel tingkat ketersediaan benih tidak
dikeluarkan. Semakin tinggi penerimaan yang
tampak berpengaruh terhadap pendapatan
didapat maka pendapatan yang diperoleh akan
usahatani jagung dengan nilai koefisien regresi
naik pula. Dan penerimaan juga berkaitan dengan
sebesar -17700,320. Hal ini dikarenakan
produksi yang diperoleh, sehingga jika produksi
ketersediaan benih yang dilakukan petani di
yang dihasilkan lebih banyak maka penerimaan
daerah penelitian hampir sama atau sergam.
yang didapat juga lebih banyak pula dengan
Benih yang digunakan petani diperoleh di toko
asumsi bahwa harga jual dianggap sama.
atau tempat pembelian benih yang hampir sama,
2) Biaya Benih sehingga ketersediaan benih menurut jawaban
Variabel biaya benih berpengaruh nyata petani responden hampir sama.
terhadap pendapatan usahatani jagung.
6) Tingkat Ketersediaan Pupuk Kimia
Ditunjukan dengan nilai koefisen regresinya
Variabel tingkat ketersediaan pupuk kimia
sebesar 1,053 bertanda negatif pada α = 0,05,.
tidak tampak berpengaruh terhadap pendapatan
Hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan biaya
petani dengan nilai koefisien regresi sebesar -
benih sebesar Rp 1000,- akan menurunkan
21758,080. Tingkat ketersediaan pupuk menurut
pendapatan sebesar Rp 1,053,-. Penggunaan
jawaban petani responden hampir seragam atau
benih di daerah penelitian masih bisa
tidak bervariasi.
meningkatkan produksi akan tetapi bisa
menurunkan pendapatan. Sehingga dalam hal ini 7) Tingkat Ketersediaan Tenaga Kerja
penambahan penggunaan benih jagung harus Variabel tingkat ketersediaan berpengaruh
memperhatikan harga benih yang digunakan. positif nyata terhadap pendapatan, dengan nilai
koefisien regresi 37076,579 pada α = 0,1. Artinya
3) Biaya Pupuk Kimia
setiap peningkatan 1% tingkat ketersediaan
Variabel biaya pupuk kimia berpengaruh
pupuk dapat meningkatkan pendapatan sebesar
nyata terhadap pendapatan usahatani jagung.
37076,579 %. Hal ini dikarenakan tenaga kerja
Ditunjukan dengan nilai koefisien regresi sebesar
lebih banyak berasal dari dalam keluarga
0,970 bertanda negative pada α = 0,01 . Hal
sehingga ketersediaan tenaga kerja menjadi
tersebut menunjukan bahwa setiap kenaikan
cukup tersedia.
biaya pupuk Rp. 1000,- akan menurunkan
pendapatan sebesar Rp. 970,-.

http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)


Jurnal Habitat, Volume 27, No. 2 Agustus 2016 101

3.4. Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Hasil analisis tingkat efisisensi alokatif
Faktor-faktor Produksi Usahatani dari rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi
Jagung pada usahatani jagung disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis Tingkat Efisiensi Pengggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Jagung di Desa
Ngrancang
Variabel 𝒃𝒊 Y X 𝑷𝑿 𝑷𝑴𝑿 𝑵𝑷𝑴𝒙 𝑵𝑷𝑴𝒙 /𝑷𝒙 X*
Benih 0,859 1978 5,17 72895 328,52 834263,63 11,44 59,18
Tenaga Kerja 0,195 1978 30 40000 13,05 33138,10 0,83 24
Keterangan: X* = tingkat penggunaan X yang optimum pada tingkat harga yang berlaku
a. Efisiensi Alokatif Penggunaan Benih 4. Kesimpulan
Hasil analisis penggunaan benih jagung di
Berdasarkan hasil analisis penelititan yang
Desa Ngrancang diperoleh nilai NPMx/Px
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
sebesar 11,44. Nilai ini menunjukan bahwa
alokasi penggunaan benih tersebut kurang atau
1. Tingkat ketersediaan faktor produksi
ushatani jagung (benih, pupuk, dan tenaga
terlalu sedikit sehingga perlu ditambah. Anjuran
kerja) sudah tergolong dalam kategori
penggunaan benih dari petugas penyuluh lapang
cukup tersedia.
di daerah penelitian yaitu 15-20 kg/ha.
Penggunaan benih rata-rata di daerah penelitian 2. Tingkat produksi usahatani jagung di
yaitu 5,17 kg/ha. Penggunaan benih yang optimal daerah penelitian masih tergolong rendah
pada tingkat harga yang berlaku saat penelitian dibandingkan dengan tingkat produksi
diperoleh sebesar 59,18 kg/ha. Sehingga Kabupaten Bojonegoro. Tingkat produksi
penggunaan benih di daerah penelitian perlu di daerah penelitian yaitu 3,9 ton/ha,
ditambah. sedangkan di Kabupaten Bojonegoro rata-
Menurut Menegristek (2000), penggunaan rata sebesar 4,23 ton/ha. Usahatani jagung
benih jagung untuk setiap hektarnya sebanyak masih layak untuk dikembangkan dengan
20-30 kg. Sedangkan rata-rata penggunaan R/C ratio sebesar 1,6 dan pendapatan
jagung di daerah penelitian masih jauh dari sebesar Rp 3.778.994/ha.
anjuran yaitu 5,17 kg per hektar. Sehingga 3. Benih dan tenaga kerja berpengaruh positif
penggunaan benih di daerah penelitian perlu terhadap produksi. Semakin tinggi
penambahan agar produksi yang dihasilkan juga penggunaan benih dan tenaga kerja maka
bertambah. semakin tinggi pula tingkat produksinya.
Penerimaan dan tingkat ketersediaan
b. Efisiensi Alokatif Penggunaan Tenaga tenaga kerja berpengaruh positif terhadap
Kerja pendapatan, sebaliknya biaya benih, biaya
Hasil analisis penggunaan tenaga kerja di pupuk dan biaya tenaga kerja berpengaruh
lokasi penelitian diperoleh nilai nilai NPMx/Px negatif.
sebesar 0,83. Ini menunjukan bahwa alokasi 4. Penggunaan benih pada tingkat harga
penggunaan tenaga kerja sudah berlebihan dan berlaku di daerah penelitian belum efisien.
perlu dikurangi. Penggunaan tenaga kerja yang Penggunaanya masih terlalu rendah
optimal diperoleh sebesar 24 HKSP. Sedangkan dibandingkan yang dianjurkan PPL. Rata-
rata-rata penggunaan tenaga kerja di lokasi rata penggunaan benih sebesar 10,48 kg
penelitian sebanyak 30 HKSP. sedangkan anjuran dari PPL sebesar 15-20
Penggunaan tenaga kerja untuk usahatani kg. Penggunaan tenaga kerja pada tingkat
jagung yang terlalu banyak akan menyebabkan harga yang berlaku di daerah penelitian
biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga juga sudah terlalu banyak dibandingkan
semakin banyak pula. Penggunaan tenaga kerja dengan hasil penelitian terdahulu. Rata-
perlu dikurangi sesuai dengan kebutuhan rata penggunaan tenaga kerja sebesar 30
usahatani yang dilakukan. Pengurangan tenaga HKSP (35 HOK). Sedangkan rata-rata
kerja akan juga mengurangi biaya yang hasil penelitian terdahulu sebesar 28 HKSP
dikeluarkan untuk tenaga kerja dan bisa (di Kecamatan Jatiroto Kabupaten
dialokasikan untuk yang lainya. Wonogiri dan 11 HKSP (di Desa
Bondosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten
Blitar).

http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)


Jurnal Habitat, Volume 27, No. 2 Agustus 2016 102

Daftar Pustaka
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi. 2012. Gudang SRG Solusi
Impor Jagung. Available at
http://www.bappebti.go.id/id/edu/articles/d
etail/2989.html. Diakses Pada Tanggal 03
Februari 2015.
Badan Pusat Statistika Bojonegoro. 2014.
Kabupaten Bojonegoro Dalam Angka
2014. Available at
http://bojonegorokab.bps.go.id/?hal=publik
asi_detil&id=63. Diakses Pada Tanggal 04
Februari 2015.
Cholis, Anggita Silvia. 2014. Efisiensi
Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada
Usahatani Jagung (Studi Kasus di Desa
Bondosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten
Blitar. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang.
Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro. 2015.
Data Luas Lahan, Produktivitas dan
Produksi Jagung 2009-2014. Kabupaten
Bojonegoro.
Kementrian Pertanian. 2011. Teknologi Budidaya
Jagung. Perpustakaan Nasional Katalog
Dalam Terbitan (KDT). Jakarta.
Menegristek. 2000. Jagung. Proyek Pemd.
Bappenas. Jakarta.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian
Edisi Ketiga. LP3ES. Jakarta.
Parel, C.P., Caldito, G. C., Ferrer, P.L., De
Guzman, G.G., Sinsloco, C.S., Tan, R.H.
1973. Sampling Design and Prosedures
The Agric. Development Council Inc. New
York.
Sari, Nian Tanjung. 2011. Analisis Efisiensi
Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor
Produksi Pada Usahatani Jagung Varietas
Bisi-2 di Kecamatan Jatiroto Kabupaten
Wonogiri. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi
(Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-
Douglas). Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Warsana. 2007. Analisis Efisiensi dan
Keuntungan Usahatani Jagung (Studi di
Kecamatan Randublatung Kabupaten
Blora). Tesis. Universitas Diponegoro.
Semarang.

http://www.habitat.ub.ac.id, ISSN: 0853-5167 (p); 2338-2007 (e)

Anda mungkin juga menyukai