Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No.

2 ISSN 1858-4330

TINGKAT ADOPSI INOVASI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI


BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)
DI KELURAHAN BORONGLOE, KECAMATAN
BONTOMARANNU, KABUPATEN GOWA
Levels of innovation adopt of the farmer to culture technology of sweet corn
(Zea mays saccharata Sturt) in Borongloe village,
district of Bontomarannu, Gowa regency

Endrit Pou1), Achmad Gusasi2), dan Arman Wahab2)


1. Alumni Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa
2. Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat adopsi inovasi petani terhadap teknologi
budidaya tanaman jagung manis, (2) faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam
proses adopsi inovasi teknologi tersebut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai
dengan Mei 2006 di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.
Penentuan responden dilakukan secara acak dengan mengambil 30 orang responden dari
100 petani jagung manis, wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tingkat adopsi inovasi petani untuk
penyiapan benih unggul berada pada kategori cukup (72,96%), penyiapan lahan pada
kategori kurang (43,33%), penanaman pada kategori baik (87,22%), pemeliharaan pada
kategori kurang (46,22%), perlindungan tanaman pada kategori kurang (45,00%), panen
pada kategori baik (91,11%). Rendahnya tingkat adopsi teknologi disebabkan karena rata-
rata tingkat pendidikan rendah, kurangnya bimbingan dari Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL), kurangnya modal untuk membiayai usahataninya, serta kurangnya sumber
informasi. Untuk meningkatkan tingkat adopsi petani, maka perlu dilakukan upaya-upaya
melalui peningkatan intensitas dan kualitas penyuluhan dengan metode, teknik dan media
yang sesuai dengan kondisi petani.
Kata kunci : inovasi, adopsi inovasi, jagung manis

ABSTRACT
The research aimed to find out (1) the level of adopt inovation of the farmer to the
technology of sweeet corn cultivation, (2) the resistor factors in process the technological
innovation adoption. This research was carried out on March untill May of 2006 at
Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Responder
determinated through randomised by taking 30 responders from 100 sweet corn farmers,
interview conducted by using the questioner. Based on the result interview known that the
level of farmer adopt inovation for the preparation of seed at categorize enough (72,96%),
land preparation at categorize less (43,33%), cultivation at categorize good (87,22%),
concervancy at categorize less (46,22%), crop protection at categorize less (45,00%),
harvesting at categorize good (91,11%). The lower of the level of adopt technology
inovation because of lower education, The extension from field agriculture extensioner
(PPI.) is less, the capital of farming is less, and also less of information source. To increase
of the farmer adoption levels required to be done efforts through increasing of intensity and
counselling quality with the method, technique and media were suitable to farmer
condition.
Keywords: inovation, inovation adopt, sweet corn

85
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

PENDAHULUAN luar negeri.


Di Indonesia sweet corn (Zea mays Akan tetapi, peluang pasar ini belum
saccharata Sturt), dikenal dengan nama dapat sepenuhnya dimanfaatkan oleh para
jagung manis. 'I'anaman ini merupakan petani sebagai produsen jagung manis
jenis jagung yang belum lama dikenal dan karena berbagai macam kendala.
baru dikembangkan di Indonesia. Jagung Produktivitas jagung manis saat ini sangat
manis semakin populer dan banyak rendah karena penggunaan benih dan
dikonsumsi karena memiliki rasa yang teknologi prapanen dan pasca panen yang
lebih manis dan memiliki nilai gizi yang sederhana. Kendala lain, petani masih
lebih banyak dibandingkan dengan jagung menggunakan teknologi tradisional yang
biasa. Selain itu, umur produksinya lebih tidak memperhatikan teknologi spesifik
singkat atau genjah sehingga sangat yang dikehendaki oleh tanaman jagung
menguntungkan. Di sisi lain, jagung sudah manis tersebut. Di samping itu, teknotogi
memasyarakat, bahkan di beberapa daerah spesifik yang belum dilihat secara nyata
dijadikan bahan makanan pokok yang hasilnya oleh petani, belum tentu diterima
setara dengan nasi. Akhir-akhir ini, secara langsung.
permintaan pasar terhadap jagung mains Selain kendala di pihak petani, teknologi
terus meningkat seiring dengan pengemasan dan penyimpanan merupakan
munculnya pasar swalayan yang kendala di pihak pengusaha karena jagung
senantiasa membutuhkannya dalam manis merupakan tanaman yang mutunya
jumlah cukup besar. sangat tergantung pada teknik
Berdasarkan data statistik pertanian pengemasan dan penyimpanan. Akan
Sulawesi Selatan tahun 2004 (Anonim, tetapi sering ditemukan kendala yang
2004a), luas panen tanaman jagung di menjadi hambatan sekaligus sebagai
Sulawesi Selatan 192.456 ha dengan tantangan bagi para petani dan pengusaha
produksi mencapai 661.246 ton. untuk dapat meningkatkan mutu dan
Sedangkan di Kabupaten Gowa luas produksi untuk mengisi peluang pasar
panen 19.017 ha dengan jumlah produksi yang ada.
mencapai hasil 116.937 ton (Anonim, Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu
2004b), akan tetapi penanaman jagung penelusuran kegiatan keterampilan dan
manis relatif kecil. pengetahuan tingkat adopsi inovasi petani
Kebutuhan pasar yang meningkat dan serta faktor yang menjadi hambatan petani
harga yang tinggi merupakan faktor yang terhadap suatu teknologi baru khususnya
dapat merangsang petani untuk dapat teknologi budidaya jagung manis.
mengembangkan usahatani jagung manis.
I,etaknya yang berada di daerah tropis Tujuan Penelitian
memberi kesempatan kepada hampir Penelitian bertujuan untuk mengetahui
semua jenis tanaman untuk tumbuh tingkat adopsi inovasi petani tentang
dengan baik. Berkat iklim yang teknologi budidaya tanaman jagung manis
mendukung dan lahan subur yang tersebar dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
di seluruh penjuru nusantara, petani dapat menjadi hambatan petani tentang
mengusahakan sepanjang tahun. teknologi budidaya tanamanjagung manis.
Keuntungan lainnya yang bisa dirasakan.
Adalah murahnya harga tenaga kerja.
BAHAN DAN METODE
Adanya keuntungan-keuntungan tersebut
seharusnya produk jagung manis dari Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret
Indonesia lebih mampu bersaing di pasar sampai Mei 2006 di Kelurahan Borongloe,

86
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten


Gowa. Analisis Data
Data yang diperoleh adalah data kualitatif
Teknik Pengumpulan Data yang diberi skor, selanjutnya ditabulasi
Penelitian dilaksanakan dengan metode dan diolah serta di analisis secara
survai. Penentuan responden dilakukan deskriptif. Pengukuran terhadap indikator
secara acak sederhana dengan mengambil menggunakan rating scale (skala nilai).
30 responden dari 100 populasi petani Sedangkan untuk mengukur tingkat adopsi
jagung manis. Teknik Pengumpulan data menggunakan rumus persentase nilai dan
dilakukan dengan menggunakan diukur dengan garis kontinum, seperti
kuesioner, untuk memperoleh data primer pada Gambar 1 (Padmowihardjo, 2002).
secara langsung pada petani responden.

0% Jelek 25 % Kurang 50 % 75 % Baik 100 %


Cukup
z z z z z
Gambar 1. Garis kontinum yang digunakan untuk mengukur tingkat adopsi inovasi petani

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyiapan Benih


Aktivitas penyuluhan pertanian ditujukan Benih merupakan salah satu faktor
untuk masyarakat tani tentang pertanian, penentu keberhasilan pertanaman di
khususnya teknologi budidaya tanaman lapangan. Benih tanaman jagung manis
jagung manis yang bertujuan untuk yang baik adalah benih yang diperoleh
membentuk sikap, keterampilan dan dari penangkar benih atau di toko tani
pengetahuan petani, dan diharapkan dapat yang telah berlabel dengan ciri seperti
menunjang pelaksanaan kegiatan varietas yang tahan hama dan penyakit
usahatani. serta mempunyai daya tumbuh yang besar,
lebih dari 90 persen.sehingga dapat
Berdasarkan hasil observasi dan
diperoleh produksi yang optimal.
wawancara diperoleh hasil bahwa, secara
umum tingkat adopsi petani terhadap Hasil wawancara dengan petani responden
teknologi budidaya tanaman jagung manis di Kelurahan Borongloe, Kecamatan
belum memadai/optimal. Hal ini terlihat Bontomarannu, Kabupaten Gowa sebagai
dengan keragaan penerapan teknologi berikut :
budidaya jagung manis, utamanya dalam Total nilai yang diperoleh = 197
hal penyiapan lahan, pemeliharaan Maksimum nilai yang dapat dicapai = 270
tanaman, perlindungan tanaman dan Persentase nilai
penanganan panen. Untuk melihat kondisi
saat ini berdasarkan hasil evaluasi adalah = (197/270 X 100 %) = 72,96 %
sebagai berikut: Hasil nilai yang diperoleh jika diplot pada
garis kontinum dapat dilihat pada
Gambar 2.

87
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

0% Jelek 25 % Kurang 50 % 75 % Baik 100 %


Cukup
z z z z z

(72,96 %)
Gambar 2. Garis kontinum tingkat adopsi penyiapan benih

Berdasarkan hasil plot dengan garis melaksanakan pengolahan tanah dan


kontinum diketahui bahwa tingkat adopsi pemberian pupuk dasar serta pengapuran
inovasi terhadap teknologi budidaya yang sesuai dengan teknis budidaya yang
tanaman jagung manis berada pada dianjurkan, sebagian besar petani hanya
kategori cukup dengan persentase 72,96%. membersihkan gulma tanpa melakukan
Hasil tersebut menunjukan bahwa petani pengolahan lahan, sehingga pertumbuhan
responden sudah cukup memahami dalam benih di lapangan tidak optimal.
penyiapan benih seperti penggunaan benih Hasil wawancara diketahui bahwa untuk
berlabel, penyeleksian benih dan
penyiapan lahan pertanaman tanaman
perlakuan benih. Keterangan cukup jagung manis oleh petani responden
menggambarkan bahwa kegiatan ini didapatkan data sebagai berikut:
belum sepenuhnya dilakukan oleh petani,
karena masih ada beberapa di antaranya Total nilai yang diperoleh = 78
yang belum mengikuti prosedur penyiapan Maksimum nilai yang dapat dicapai = 180
benih untuk penanaman. Persentase nilai
= (78/180 X 100 %) = 43,33 %
Penyiapan Lahan
Hasil nilai yang diperoleh jika diplot pada
Untuk kegiatan penyiapan lahan garis kontinum dapat dilihat pada
penanaman benih jagung manis, petani di Gambar 3.
Kelurahan Borongloe belum sepenuhnya

0% Jelek 25 % Kurang 50 % 75 % Baik 100 %


Cukup
z z z z z

(43,33 %)

Gambar 3. Garis kontinum tingkat adopsi penyiapan lahan

Berdasarkan hasil plot pada garis pemberian pupuk dasar dan pengapuran
kontinum terlihat bahwa tingkat adopsi belum dilaksanakan oleh petani.
petani pada kegiatan penyiapan lahan
termasuk kategori kurang dengan Penanaman
persentase 43,33%. Salah satu komponen teknologi budidaya
Penyebab kurangnya tingkat adopsi tanaman jagung manis yang
inovasi petani untuk kegiatan penyiapan pelaksanaannya sudah hampir
lahan disebabkan karena petani belum optimal/sesuai anjuran adalah teknis
melakukan pengolahan tanah sesuai penanaman di lapangan. Petani telah
dengan anjuran, begitu pula dengan mengetahui jarak tanam dan kedalaman

88
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

lubang tanam, bahkan waktu tanam yang Persentase nilai


tepat. = (157/180 X 100 %) = 87,22 %
Hasil nilai yang diperoleh jika diplot pada Hasil nilai yang diperoleh jika diplot pada
garis kontinum sebagai berikut:
garis kontinum dapat dilihat pada
Total nilai yang diperoleh = 157 Gambar 4.
Maksimum nilai yang dapat dicapai = 180

0% Jelek 25 % Kurang 50 % 75 % Baik 100 %


Cukup
z z z z z

(87,22 %)
Gambar 4. Garis kontinum tingkat adopsi penanaman

Berdasarkan hasil plot pada garis pertumbuhan dan produktivitas tanaman,


kontinum diketahui bahwa kegiatan kurang mendapat perhatian yang optimal
penanaman benih jagung manis, tingkat dari petani. Kegiatan, penyulaman,
adopsi petani berada pada kategori baik penjarangan, penyiangan, pembumbunan
dengan persentase 87,22%. dan pemupukan sesuai yang dianjurkan
masih sangat kurang diperhatikan oleh
Baiknya tingkat adopsi inovasi petani
petani, sehingga kuantitas dan kualitas
terhadap kegiatan penanaman disebabkan
karena petani sudah melaksanakan produksi yang diperoleh belum maksimal.
penanaman sudah sesuai dengan anjuran, Hasil wawancara yang dilaksanakan di
dimana dalam kegiatan penanaman di lapangan untuk kegiatan pemeliharaan
lapangan, petani telah sepenuhnya tanaman jagung manis adalah sebagai
mengetahui atau memperhatikan jarak berikut:
tanam dan lubang tanam serta waktu Total nilai yang diperoleh = 208
tanam yang tepat, sehingga untuk teknik Maksimum nilai yang dapat dicapai = 450
penanaman porsi penyuluhannya dapat Persentase nilai
dipertahankan.
= (208/450 X 100 %) = 46,22 %
Pemeliharaan Hasil nilai yang diperoleh jika diplot pada
Upaya pemeliharaan tanaman jagung garis kontinum dapat dilihat pada
manis yang sesuai dengan teknik budidaya Gambar 5.
yang dianjurkan guna memperbaiki

0% Jelek 25 % Kurang 50 % 75 % Baik 100 %


Cukup
z z z z z

(46,22 %)
Gambar 5. Garis kontinum tingkat adopsi pemeliharaan

Berdasarkan hasil plot pada garis petani berada pada kategori kurang
kontinum diketahui bahwa kegiatan dengan persentase 46,22%.
pemeliharaan tanaman, tingkat adopsi

89
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

Dengan melihat hasil di atas kegiatan (hayati), dan kimiawi yang dilaksanakan
pemeliharaan tanaman jagung manis secara serasi. Beberapa komponen dalam
berada pada kategori kurang sesuai pengendalian hama dan penyakit secara
dengan anjuran, hasil tersebut disebabkan terpadu ini belum dilaksanakan
karena petani melaksanakan pemeliharaan sepenuhnya oleh petani.
masih kurang sesuai dengan anjuran. Hasil wawancara diketahui bahwa untuk
Untuk meningkatkan pengetahuan dan perlindungan tanaman didapatkan data
teknik pemeliharaan masih diperlukan sebagai berikut:
adanya penyuluhan secara intensif.
Total nilai yang diperoleh = 81
Perlindungan Tanaman Maksimum nilai yang dapat dicapai = 180
Persentase nilai
Perlindungan tanaman ditujukan terhadap
serangan hama dan penyakit. Strategi = (81/180 X 100 %) = 45,00 %
perlindungan tanaman yang dianjurkan Hasil nilai yang diperoleh jika diplot pada
adalah pengendalian hama dan penyakit garis kontinum dapat dilihat pada
secara terpadu, yaitu perpaduan antara Gambar 6.
pengendalian kultur teknis, biologis

0% Jelek 25 % Kurang 50 % 75 % Baik 100 %


Cukup
z z z z z

(45,00 %)

Gambar 6. Garis kontinum tingkat adopsi perlindungan tanaman

Berdasarkan hasil plot dengan yang cukup mahal. selain itu, tidak pernah
menggunakan garis kontinum diketahui ada bimbingan dari penyuluh sehingga
bahwa untuk kegiatan perlindungan dalam hal teknik perlindungan tanaman
tanaman jagung manis, tingkat adopsi porsi penyuluhannya perlu di perbanyak.
inovasi petani berada pada kategori
kurang dengan persentase 45,00%. Panen
Penyebab rendahnya persentase kegiatan Umumnya petani telah dapat menentukan
perlindungan tanaman disebabkan karena umur tanaman dan ciri-ciri visual tanaman
petani kurang memperdulikan adanya terutama dalam penentuan umur panen
serangan hama dan penyakit yang tanaman. Tanaman jagung manis layak
menyerang tanaman. Sedangkan untuk untuk dipanen pada umur 60 sampai 70
penggunaaan jenis pestisida dan dosis hari (Panen muda).
yang digunakan petani responden, kurang Hasil wawancara diketahui keadaan
memperhatikan jenis pestisida yang kegiatan pemanenan hasil tanaman jagung
digunakan maupun kebutuhan dosis yang manis di Kelurahan Borongloe sebagai
diperlukan. berikut:
Salah satu kendala petani responden Total nilai yang diperoleh = 82
dalam kegiatan pengendalian hama dan
Maksimum nilai yang dapat dicapai = 90
penyakit, yakni sulitnya petani Persentase nilai
menjangkau harga obat-obatan di pasaran

90
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

= (82/90 X 100 %) = 91,11 % garis kontinum dapat dilihat pada


Hasil nilai yang diperoleh jika diplot pada Gambar 7.

0% Jelek 25 % Kurang 50 % 75 % Baik 100 %


Cukup
z z z z z

(91,11 %)

Gambar 7. Garis kontinum tingkat adopsi waktu panen

Berdasarkan hasil plot pada garis siap panen serta waktu panen yang tepat.
kontinum diketahui bahwa untuk kegiatan Berdasarkan hasil wawancara dari 30
pemanenan tanaman jagung manis, tingkat petani responden Kelurahan Borongloe,
adopsi petani adalah baik dengan Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten
persentase 91,11%. Gowa, maka ada beberapa komponen
teknologi budidaya tanaman jagung manis
Hasil tersebut di atas memperlihatkan yang belum diterapkan secara baik, seperti
bahwa tingkat adopsi inovasi petani teknik penyiapan lahan, pemeliharaan dan
responden dalam kegiatan pemanenan perlindungan tanaman. Untuk mengetahui
berada pada kategori baik atau sesuai tingkat adopsi inovasi teknologi budidaya
anjuran. Hal tersebut disebabkan karena tanaman jagung manis petani responden
petani telah mengetahui umur panen dapat dilihat pada Tabel 1.
jagung manis, dan ciri-ciri jagung manis

Tabel 1. Hasil evaluasi adopsi inovasi petani responden terhadap teknologi budidaya
tanaman jagung manis berdasarkan indikator kegiatan di Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu.

Nilai total Maksimum nilai


Persentase
No Indikator yang dapat yang dicapai dari Kategori
(%)
dicapai hasil wawancara
1 Penyiapan benih 270 197 72,96 Cukup
2 Penyiapan lahan 180 78 43,33 Kurang
3 Penanaman 180 157 87,22 Baik
4 Pemeliharaan 450 260 46,22 Kurang
5 Perlindungan tanaman I50 81 45,00 Kurang
6 Panen 90 82 91,11 Baik
Sumber : Data primer setelah diolah.

Tabel 1 menggambarkan bahwa tingkat disebabkan oleh beberapa faktor, antara


adopsi inovasi petani mengenai teknologi lain: Rata-rata tingkat pendidikan petani
budidaya tanaman jagung manis kurang rendah, kurangnya bimbingan dari
(tidak sesuai dengan anjuran). Rendahnya penyuluh lapangan lapangan (PPL),
tingkat penerapan teknologi tersebut kurangnya modal usaha, Sarana dan

91
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330

prasarana serta kelembagaan Kelurahan/ KESIMPULAN


Desa. 1. Tingkat adopsi inovasi petani terhadap
Petani responden sebagian besar (20 teknologi budidaya tanaman jagung
orang) tidak pernah mengikuti pendidikan manis secara umum masih berada pada
formal, 5 orang tamat SD, 2 orang tamat kategori kurang (tidak sesuai dengan
SLTP, 3 orang dan tamat SMA. Umur anjuran).
rata-rata petani responden masih produktif 2. Rendahnya tingkat penerapan teknologi
yaitu 35 tahun sampai 60 tahun sedangkan tersebut disebabkan oleh beberapa
pengalaman berusahatani petani
faktor, antara lain: Rata-rata tingkat
responden yang terendah 7 tahun dan pendidikan petani rendah, kurangnya
tertinggi 30 tahun. bimbingan dari penyuluh lapangan
Rendahnya tingkat pendidikan petani lapangan (PPL), kurangnya modal
berimplikasi pada rendahnya respon usaha, Sarana dan prasarana serta
terhadap penerapan teknologi budidaya kelembagaan Kelurahan/ Desa.
tanaman jagung manis. Kondisi tersebut 3. Untuk meningkatkan tingkat adopsi
sejalan dengan pendapat Suhardino maka diperlukan adanya penyuluhan
(1990), yang mengatakan bahwa salah yang lebih intensif. Salah satu upaya
satu faktor yang mempengaruhi tingkat yang dilakukan adalah pelaksanaan
adopsi adalah tingkatan calon adoptor dan
penyuluhan partisipatif.
anggota keluarganya.
Berdasarkan hal tersebut, maka DAFTAR PUSTAKA
diharapkan penyuluhan dapat lebih Anonim, 2004a. Sulawesi Selatan Dalam
intensif, agar petani dapat mengadopsi
Angka. Badan Pusat Statistik
teknologi budidaya tanaman jagung manis
(BPS), Makassar.
dengan baik. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah pelaksanaan penyuluhan Anonim, 2004b. Gowa Dalam Angka.
partisipatif. Adapun kegiatan yang Badan Pusat Statistik (BPS), Gowa.
dilaksanakan yakni demplot/ demonstrasi Padmowihardjo, S, 2002. Evaluasi
cara, dengan harapan adanya pembuatan Penyuluhan. Universitas Terbuka,
demplot ini tercipta keragaman ditingkat Jakarta.
penerapan teknologi budidaya tanaman
jagung manis pada petani dapat teratasi, Suhardino, 1990. Penyuluhan, Petunjuk
artinya tingkat adopsi teknologi oleh Bagi Penyuluh Pertanian. CV.
petani dapat ditingkatkan, sehingga Yasaguna, Jakarta.
diharapkan akan berdampak pada
peningkatan produksi dan pendapatan
petani.

92

Anda mungkin juga menyukai