2 ISSN 1858-4330
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat adopsi inovasi petani terhadap teknologi
budidaya tanaman jagung manis, (2) faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam
proses adopsi inovasi teknologi tersebut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai
dengan Mei 2006 di Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa.
Penentuan responden dilakukan secara acak dengan mengambil 30 orang responden dari
100 petani jagung manis, wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tingkat adopsi inovasi petani untuk
penyiapan benih unggul berada pada kategori cukup (72,96%), penyiapan lahan pada
kategori kurang (43,33%), penanaman pada kategori baik (87,22%), pemeliharaan pada
kategori kurang (46,22%), perlindungan tanaman pada kategori kurang (45,00%), panen
pada kategori baik (91,11%). Rendahnya tingkat adopsi teknologi disebabkan karena rata-
rata tingkat pendidikan rendah, kurangnya bimbingan dari Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL), kurangnya modal untuk membiayai usahataninya, serta kurangnya sumber
informasi. Untuk meningkatkan tingkat adopsi petani, maka perlu dilakukan upaya-upaya
melalui peningkatan intensitas dan kualitas penyuluhan dengan metode, teknik dan media
yang sesuai dengan kondisi petani.
Kata kunci : inovasi, adopsi inovasi, jagung manis
ABSTRACT
The research aimed to find out (1) the level of adopt inovation of the farmer to the
technology of sweeet corn cultivation, (2) the resistor factors in process the technological
innovation adoption. This research was carried out on March untill May of 2006 at
Kelurahan Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa. Responder
determinated through randomised by taking 30 responders from 100 sweet corn farmers,
interview conducted by using the questioner. Based on the result interview known that the
level of farmer adopt inovation for the preparation of seed at categorize enough (72,96%),
land preparation at categorize less (43,33%), cultivation at categorize good (87,22%),
concervancy at categorize less (46,22%), crop protection at categorize less (45,00%),
harvesting at categorize good (91,11%). The lower of the level of adopt technology
inovation because of lower education, The extension from field agriculture extensioner
(PPI.) is less, the capital of farming is less, and also less of information source. To increase
of the farmer adoption levels required to be done efforts through increasing of intensity and
counselling quality with the method, technique and media were suitable to farmer
condition.
Keywords: inovation, inovation adopt, sweet corn
85
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330
86
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330
87
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330
(72,96 %)
Gambar 2. Garis kontinum tingkat adopsi penyiapan benih
(43,33 %)
Berdasarkan hasil plot pada garis pemberian pupuk dasar dan pengapuran
kontinum terlihat bahwa tingkat adopsi belum dilaksanakan oleh petani.
petani pada kegiatan penyiapan lahan
termasuk kategori kurang dengan Penanaman
persentase 43,33%. Salah satu komponen teknologi budidaya
Penyebab kurangnya tingkat adopsi tanaman jagung manis yang
inovasi petani untuk kegiatan penyiapan pelaksanaannya sudah hampir
lahan disebabkan karena petani belum optimal/sesuai anjuran adalah teknis
melakukan pengolahan tanah sesuai penanaman di lapangan. Petani telah
dengan anjuran, begitu pula dengan mengetahui jarak tanam dan kedalaman
88
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330
(87,22 %)
Gambar 4. Garis kontinum tingkat adopsi penanaman
(46,22 %)
Gambar 5. Garis kontinum tingkat adopsi pemeliharaan
Berdasarkan hasil plot pada garis petani berada pada kategori kurang
kontinum diketahui bahwa kegiatan dengan persentase 46,22%.
pemeliharaan tanaman, tingkat adopsi
89
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330
Dengan melihat hasil di atas kegiatan (hayati), dan kimiawi yang dilaksanakan
pemeliharaan tanaman jagung manis secara serasi. Beberapa komponen dalam
berada pada kategori kurang sesuai pengendalian hama dan penyakit secara
dengan anjuran, hasil tersebut disebabkan terpadu ini belum dilaksanakan
karena petani melaksanakan pemeliharaan sepenuhnya oleh petani.
masih kurang sesuai dengan anjuran. Hasil wawancara diketahui bahwa untuk
Untuk meningkatkan pengetahuan dan perlindungan tanaman didapatkan data
teknik pemeliharaan masih diperlukan sebagai berikut:
adanya penyuluhan secara intensif.
Total nilai yang diperoleh = 81
Perlindungan Tanaman Maksimum nilai yang dapat dicapai = 180
Persentase nilai
Perlindungan tanaman ditujukan terhadap
serangan hama dan penyakit. Strategi = (81/180 X 100 %) = 45,00 %
perlindungan tanaman yang dianjurkan Hasil nilai yang diperoleh jika diplot pada
adalah pengendalian hama dan penyakit garis kontinum dapat dilihat pada
secara terpadu, yaitu perpaduan antara Gambar 6.
pengendalian kultur teknis, biologis
(45,00 %)
Berdasarkan hasil plot dengan yang cukup mahal. selain itu, tidak pernah
menggunakan garis kontinum diketahui ada bimbingan dari penyuluh sehingga
bahwa untuk kegiatan perlindungan dalam hal teknik perlindungan tanaman
tanaman jagung manis, tingkat adopsi porsi penyuluhannya perlu di perbanyak.
inovasi petani berada pada kategori
kurang dengan persentase 45,00%. Panen
Penyebab rendahnya persentase kegiatan Umumnya petani telah dapat menentukan
perlindungan tanaman disebabkan karena umur tanaman dan ciri-ciri visual tanaman
petani kurang memperdulikan adanya terutama dalam penentuan umur panen
serangan hama dan penyakit yang tanaman. Tanaman jagung manis layak
menyerang tanaman. Sedangkan untuk untuk dipanen pada umur 60 sampai 70
penggunaaan jenis pestisida dan dosis hari (Panen muda).
yang digunakan petani responden, kurang Hasil wawancara diketahui keadaan
memperhatikan jenis pestisida yang kegiatan pemanenan hasil tanaman jagung
digunakan maupun kebutuhan dosis yang manis di Kelurahan Borongloe sebagai
diperlukan. berikut:
Salah satu kendala petani responden Total nilai yang diperoleh = 82
dalam kegiatan pengendalian hama dan
Maksimum nilai yang dapat dicapai = 90
penyakit, yakni sulitnya petani Persentase nilai
menjangkau harga obat-obatan di pasaran
90
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330
(91,11 %)
Berdasarkan hasil plot pada garis siap panen serta waktu panen yang tepat.
kontinum diketahui bahwa untuk kegiatan Berdasarkan hasil wawancara dari 30
pemanenan tanaman jagung manis, tingkat petani responden Kelurahan Borongloe,
adopsi petani adalah baik dengan Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten
persentase 91,11%. Gowa, maka ada beberapa komponen
teknologi budidaya tanaman jagung manis
Hasil tersebut di atas memperlihatkan yang belum diterapkan secara baik, seperti
bahwa tingkat adopsi inovasi petani teknik penyiapan lahan, pemeliharaan dan
responden dalam kegiatan pemanenan perlindungan tanaman. Untuk mengetahui
berada pada kategori baik atau sesuai tingkat adopsi inovasi teknologi budidaya
anjuran. Hal tersebut disebabkan karena tanaman jagung manis petani responden
petani telah mengetahui umur panen dapat dilihat pada Tabel 1.
jagung manis, dan ciri-ciri jagung manis
Tabel 1. Hasil evaluasi adopsi inovasi petani responden terhadap teknologi budidaya
tanaman jagung manis berdasarkan indikator kegiatan di Kelurahan Borongloe
Kecamatan Bontomarannu.
91
Jurnal Agrisistem, Desember 2006, Vol 2 No. 2 ISSN 1858-4330
92