DISUSUN OLEH:
Umi Pudji Astuti
Bunaiyah Honorita
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
2015
1
KATA PENGANTAR
Tim Kegiatan
2
I. PENDAHULUAN
3
mendukung dan terkait dalam suatu sistem alih teknologi dan tidak dapat bekerja sendiri-
sendiri.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis Badan
Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi informasi, komunikasi dan
diseminasi (3-Si) diharapkan menjadi roda penggerak dalam mempercepat dan memperluas
pemanfaatan berbagai inovási pertanian hasil litkaji oleh pengguna (pelaku utama dan
pelaku usaha sektor pertanian). Diseminasi adalah cara dan proses penyebarluasan
inovasi/teknologi hasil-hasil litkaji kepada masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan
dimanfaatkan. Kegiatan diseminasi hasil litkaji dapat dimaknai juga sebagai upaya scalling
up hasil litkaji (Kasryno, 2006). Untuk itu, perlu strategi atau mekanisme yang efisien dan
efektif.
Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani-
peternak adalah melalui penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Penyuluhan Pertanian
merupakan suatu pendidikan non-formal yang ditujukan kepada petani-peternak dan
keluarganya untuk meningkatkan pengetahuannya di sektor pertanian. Keberhasilan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian sangat ditentukan oleh materi pendukung, seperti
media dan metode penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan
kebutuhan. Media dan metode penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai
dengan sasaran yang ingin dituju, mutlak diperlukan karena tingkat kemampuan dan
pendidikan petani-peternak berbeda.
Dari evaluasi pelaksanaan diseminasi dari berbagai media dan metode penyuluhan,
dipandang perlu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan diseminasi sehingga
lebih berdaya guna dan memenuhi pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani sesuai
dengan perkembangan pembangunan. Mengingat masih banyaknya hasil litkaji yang belum
diadopsi oleh petani karena kurangnya informasi teknologi yang diterima, maka diperlukan
kegiatan percepatan adopsi inovasi oleh BPTP Bengkulu. Percepatan adopsi inovasi di
Provinsi Bengkulu salah satunya dilakukan dengan metode demonstrasi plot (demplot).
Demplot merupakan kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang penerapan
teknologi pertanian yang dilaksanakan oleh perorangan. Salah satu inovasi teknologi yang
didiseminasikan melalui demplot kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluhan adalah
teknologi budidaya jagung dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang
dilaksanakan di Kota Bengkulu.
4
1.2. Tujuan
1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh BPTP dalam mempercepat proses
adopsi inovasi teknologi budidaya jagung dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT).
2. Mendiseminasikan teknologi budidaya jagung dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) kepada petani dan penyuluh.
3. Mengetahui minat dan respon petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi
budidaya jagung dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
1.3. Keluaran
1. Meningkatnya peran peneliti dan penyuluh BPTP dalam mempercepat proses
adopsi inovasi teknologi budidaya jagung dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT).
2. Terdiseminasinya teknologi budidaya jagung dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) kepada petani dan penyuluh di wilayah BP3K Muara
Bangkahulu.
3. Diketahuinya minat dan respon petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi
budidaya jagung dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
6
Pembersihan lahan dapat dilakukan dengan sabit/parang atau menggunakan herbisida
paraquat/glyphosat (2,0 l/ha).
Setelah lahan bersih dari tumbuhan pengganggu, dilakukan pengolah tanah dengan
bajak yang ditarik traktor/sapi dan diikuti dengan garu/sisir serta perataan sampai lahan
siap ditanami.
Pengolahan tanah dapat juga dilakukan dengan cangkul.
Penanaman
Satu minggu setelah penyemprotan rumput/gulma dilanjutkan dengan penanaman di
atas bedengan tanam selebar 2m (3 baris tanaman).
Penanaman dilakukan dengan tugal 2 biji/lubang. Selanjutnya lubang tanam langsung
ditutup dengan pupuk kandang agar mudah ditembus kecambah tanaman. Fungsi lain
dari pupuk kandang selain sebagai penutup lubang juga sebagai pupuk dari tanaman
yang baru tumbuh.
Barisan tanaman yang memotong parit/irigasi, sebaiknya diadakan perbaikan parit/irigasi
dengan cara meluruskan parit tersebut dengan cangkul.
7
Selain faktor kesuburan tanah, ada varietas yang secara genetis memiliki kanopi lebar
sehingga jarak tanam yang digunakan lebih lebar dibanding varietas yang secara genetis
memiliki kanopi sempit.
Selain faktor kesuburan lahan dan sifat genetis tanaman, musim juga turut menentukan
penggunaan jarak tanam.
Pada musim hujan jarak tanam yang digunakan lebih lebar dibanding musim kemarau.
Pada musim kemarau jarak tanam yang digunakan lebih rapat dibanding pada musim
hujan. Hal ini disebabkan pada musim kemarau penguapan air tinggi dibanding musim
hujan sehingga untuk mengurangi penguapan air digunakan jarak tanam rapat.
Jarak tanam yang umum digunakan adalah :
1. 70-75cm x 20cm, 1 tanaman/ lubang atau 70–75cm x 40cm, 2 tanaman/lubang
dengan populasi= 66.000-71.000 tanaman/ha.
2. Atau menggunakan cara tanam legowo 90–40cm x 20cm, 1 tanaman/lubang atau
100–40cm x 40cm, 2 tanaman/lubang dengan populasi = 71.000 - 77.000 tan/ha.
Penanaman dilakukan dengan tugal dan tali jarak tanam yang telah diberi tanda sesuai
ukuran yang akan digunakan. Berikut diperlihatkan beberapa jarak tanam yang biasa
digunakan di lapangan. Penggunaan cara tanam legowo sangat efektif dilakukan untuk
menujang peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung pada lahan sawah tadah hujan.
Cara tanam legowo selain memberikan border.
Pemupukan
Pupuk organik/pupuk kandang (khusus untuk lahan kering masam dianjurkan pupuk
kandang yang digunakan adalah kotoran ayam ras/petelor karena cukup mengandung unsur
kapur), diaplikasikan pada saat tanam sebanyak segenggam (25-50 g) per lubang
penempatan benih (sebagai penutup benih), setara dengan 1,5 – 3,0 t/ha. Rekomendasi
pupuk dan waktu aplikasinya pada tanaman jagung disajikan pada Tabel 1.
8
Tabel 1. Rekomendasi dan waktu aplikasi pupuk tanaman jagung
Hara yang Takaran * Waktu aplikasi pupuk (hst)***
ditambahkan (kg/ha) 7-10 28-30 40-45
Urea 300 – 350 25 % 50 % 25 %
SP-36 100 – 200 100 % - -
KCl 50 – 200 75 % 25 % -
Catatan:
*) Takaran pupuk dapat diubah disesuaikan dengan ketersediaan hara dalam tanah dari
hasil analisis tanah atau rekomendasi setempat
**) Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai umur tanaman.
Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P, dan K disetarakan dengan pupuk
tunggal.
Cara Aplikasi:
• 7-10 hst: Urea + SP36 + KCl sebelum diaplikasikan dicampur merata, dan segera
diaplikasikan secara ditugal di samping tanaman berjarak 5 -10 cm sedalam 5 -10 cm
dan ditutup tanah.
• 28-30 hst: pupuk urea + KCl diaplikasikan secara ditugal disamping tanaman berjarak
10-15 cm sedalam 5 - 10 cm dan ditutup tanah.
• 40-45 hst: sebelum pemberian pupuk urea ke tiga, sebaiknya dilakukan pemantauan
warna daun dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Dengan menggunakan
BWD akan diketahui jumlah pupuk yang harus ditambahkan sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Jika warna daun menunjukkan pada nilai skala cukup, maka pemberian pupuk
urea yang ketiga tidak perlu diberikan, sedangkan jika nilai skala menunjukkan kurang,
maka sesuai dengan nilai skala pada Tabel 3 ditambahkan pupuk urea dengan cara
ditugal di samping tanaman dengan jarak 15-20 cm sedalam 5 - 10 cm dan ditutup
tanah. Dengan menggunakan BWD maka takaran pupuk urea dapat berkurang atau
bertambah sesuai kebutuhan tanaman sehingga lebih efisien.
9
Untuk mengantisipasi terjadinya genangan air pada pertanaman perlu dibuat saluran
drainase. Pembuatan saluran drainase dapat dilakukan pada setiap baris tanaman atau
setiap dua baris tanaman.
Pembuatan saluran drainase sebaiknya dikerjakan bersamaan dengan penyiangan
pertama (14-20 hst) untuk penghematan tenaga.
Kegiatan ini sekaligus dilakukan untuk pembumbunan tanaman.
Pengendalian Hama
Hama yang umum menggagu pada pertanaman jagung adalah alat bibit, penggerek
batang dan tongkol.
Lalat bibit umumnya menggagu pada saat awal pertumbuhan tanaman, oleh karena itu
pengendaliannya harus dilakukan mulai saat tanam dengan menggunakan insektisida
carbofuran utamanya pada daerah-daerah endemik serangan lalat bibit.
Untuk hama penggerek batang, jika mulai Nampak ada gejala serangan dapat dilakukan
dengan pemberian carbofuran (3-4 butir carbofuran/tanaman) melalui pucuk tanaman
pada tanaman yang mulai terserang.
Penyiangan gulma
Penyiangan pertama dapat dilakukan dengan menggunakan bajak atau sekaligus dengan
pembuatan alur drainase pada umur 14-20 hst.
Penyiangan kedua (tergantung kondisi gulma) dapat dilakukan secara manual atau
dengan herbisida kontak paraquat (1,0-1,5 liter/ha tergantung kondisi gulma).
Jika menggunakan herbisida sebaiknya nozzle diberi pelindung agar tidak mengenai
daun dan posisi nozzle + 20 cm di atas permukaan tanah.
10
Panen sebaiknyadilakukan dalam kondisi cuaca cerah, kadar air biji mencapai + 30%
(biji telah mengeras dan telah membentuk lapisan hitam/ black layer minimal 50% di
setiap barisan biji).
Selanjutnya tongkol dijemur sampai kadar air biji mencapai + 20% dan dipipil dengan
menggunakan alat pemipil.
Hasil biji pipilan dijemur lagi sampai kadar air mencapai 14% untuk siap dijual.
Jika kondisi cahaya matahari tidak memungkinkan untuk menurunkan kadar air biji
karena cuaca mendung selama beberapa hari, maka untuk mempercepat pengeringan
digunakan alsin pengering agar tidak timbul jamur/rusak.
Alsin pengering yang digunakan dapat bertipe flat bade yang berbahan bakar minyak
tanah/solar.
11
III. PROSEDUR KERJA
3.1.3. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot yang
Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan
Demplot budidaya jagung dilaksanakan oleh petani kooperator yang telah disepakati
dengan penyuluh sebagai pendamping di lapangan.
12
3.1.5. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BP3K Muara Bangkahulu
Diskusi dan pertemuan direncanakan akan dilaksanakan di lahan atau BP3K Muara
Bangkahulu sebanyak 3 kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis
budidaya jagung; 2) Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan
pengolahan data; dan 3) Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot.
13
Tinggi tanaman akan diamati secara periodik setiap 2 minggu sekali dan komponen
hasil (panjang tongkol, tinggi tongkol, lingkar tongkol, jumlah biji per tongkol, berat
biji per tongkol, dan produksi per hektar) diamati setelah panen.
Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian, pengetahuan dan
sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya jagung. Data ekonomi yang diambil
adalah usahatani jagung (penggunaan input berupa benih, pupuk, pestisida, tenaga
kerja; produksi dan harga).
14
e) Pemupukan
Rekomendasi dosis pupuk yang digunakan menggunakan inovasi Kalender Tanam
(KATAM) Terpadu. Pupuk tanaman yang digunakan adalah pupuk urea, SP-36, dan
KCl dengan dosis sebagai berikut:
15
Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan. Pengendalian
harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida karbofuran.
Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan menggunakan
insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per tanaman, jika gejala serangan
telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui pucuk tanaman yang terserang.
Penyakit
Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh jamur
Peronosderospora sp.
Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih ( seed treatment) yaitu
mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara merata dengan takaran 2 g
metalaksil untuk setiap kg benih.
Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur Helminthosporium
sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua. Pengendalian dilakukan dengan
membuang daun yang telah mengering.
16
g) Penyiangan Gulma
Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran drainase
pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.
Penyiangan kedua, bergantung pada kondisi gulma. Dapat dilakukan dengan cara
manual atau menggunakan herbisida kontak paraquat dengan takaran 1,0 – 1,5 liter
per hektar.
Jika menggunakan herbisida, nozzle penyemprotan sebaiknya diberi pelindung agar
tidak mengenai daun dan posisi nozzle ± 20 cm di atas permukaan tanah.
17
3.5. Rencana Pelaksanaan
BULAN
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Koordinasi antar instansi (Dinas Pertanian, BKP3, BPP dan BPTP)
2. Pemesanan Benih
3. Persiapan lahan/Pengolahan lahan
4. Penanaman
5. Pemupukan ke I (7 – 10 HST)
6. Pemupukan ke II (28 – 30 HST)
7. Pembuatan saluran drainase
8. Penyingan ke I
9. Penyingan ke II
10. Pengendalian hama dan penyakit (HPT) tanaman
11. Pengamatan
12. Panen
13. Penjemuran
14. Pemipilan
18
3.6. Jadwal Palang
Pelaksanaan
No. Uraian Kegiatan Keterangan
Rencana Realisasi
1. Koordinasi antar instansi (Dinas Pertanian, BKP3, BPP dan
BPTP)
2 Pemesanan Benih
3. Persiapan lahan/Pengolahan lahan Mei 2015 1 Juni 2015
4. Penanaman Mei 2015 17 Juni 2015
5. Pemupukan ke I (7 – 10 HST) 24 Juni 2015
6. Pemupukan ke II (28 – 30 HST)
7. Pembuatan saluran drainase
8. Penyingan ke I
9. Penyingan ke II
10. Pengendalian hama dan penyakit (HPT) tanaman
11. Pengamatan
12. Panen
13. Penjemuran
14. Pemipilan
19
3.7. Tabel Pengamatan Demplot Teknologi Budidaya Jagung
1. Tinggi tanaman
2. Panjang tongkol
3. Tinggi tongkol
4. Lingkar tongkol
5. Produksi
20