Anda di halaman 1dari 43

1.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah


penduduk terbesar keempat di dunia, setelah negara Cina, India,
dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk yang terus meningkat
dari tahun ke tahun mengharuskan ketahanan pangan nasional
berkelanjutan dalam rangka mewujudkan stabilitas politik,
ekonomi, sosial, dan keamanan.
Masalah utama perberasan nasional adalah memulihkan
pertumbuhan dan stabilitas produksi padi, sehingga terjadi
percepatan produksi. Kendala antar sektoral dalam peningkatan
produksi tanaman pangan, khususnya padi sawah, semakin
kompleks. Hal ini merupakan akibat dari berbagai perubahan dan
perkembangan lingkungan strategis di luar sektor pertanian yang
sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi pangan.
Konversi lahan produktif tidak dapat dihindarkan dan bahkan
secara nasional diperkirakan lajunya mencapai 100.000 ha/tahun.
Komoditas tanaman pangan memiliki peranan pokok
sebagai pemenuh kebutuhan pangan. Padi merupakan tulang
punggung pembangunan subsektor tanaman pangan dan berperan
penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi juga
memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto
(PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan,
2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008).
Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, pada
tahun 2011 Kementerian Pertanian telah menetapkan target
produksi sebesar 70,60 juta ton GKP. Sampai dengan tahun 2014
pertumbuhan produksi padi ditargetkan meningkat sebesar 5,22%
per tahun (Kementerian Pertanian, 2011).
Instrument yang dapat digunakan untuk mencapai target
produksi tersebut adalah: 1) Perluasan areal; 2) Peningkatan

1
produktivitas; 3) Rekayasa teknologi dan sosial. Peningkatan
produktifitas dilakukan melalui penggunaan varietas unggul,
pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan
(POPT) dan teknologi pasca panen. Rekayasa teknologi dan
sosial dilakukan melalui Demplot, Dem-Area dan SL-PTT
(Kementerian Pertanian, 2011).
SL-PTT adalah program strategis Kementerian Pertanian
untuk memcapai swasembada beras lestari dan bahkan menjadi
eksportir beras pada tahun 2020. PTT adalah pendekatan dalam
pengelolaan tanaman, lahan, air, iklim, hara serta organisme
penganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan (Badan
Litbang Pertanian, 2007; Departemen 200). PTT bukanlah suatu
paket teknologi, tetapi merupakan strategi atau bahkan filosofi
bagi peningkatan produksi. Pendekatan yang ditempuh dalam
penerapan komponen PTT bersifat : (1) integrasi, (2) interaksi,
(3) dinamis, dan partisipatif (Badan Litbang Pertanian, 2007).
Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya,
tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk
dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu
memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha dengan produktivitas
yang masih rendah yaitu 4,06 t/ha. Produktivitas padi, jagung,
dan kacang tanah di Bengkulu masih relatif rendah yang
berturut-turut adalah: 4,06 t/ha, 3,60 t/ha dan 0,99 t /ha (BPS
Provinsi Bengkulu, 2010), sedangkan potensi hasilnya dapat
mencapai 6,5 t/ha untuk padi, 5,0 t/ha untuk jagung, dan 2,0 t/ha
untuk kacang tanah. Penyebabnya antara lain adalah penggunaan
varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan benih bersertifikat
di tingkat petani masih relatif rendah (sekitar 40-50%),
penggunaan pupuk yang belum rasional dan efisien, penggunaan
pupuk organik yang belum populer dan budidaya spesifik lokasi
masih belum diadopsi dan terdifusi secara baik. Upaya dan

2
strategi untuk meningkatkan produktifitas dan produksi mutlak
diperlukan melalui implementasi inovasi teknologi (Kustiyanto,
2001).
Tingkat adopsi teknologi budidaya padi di Provinsi
Bengkulu relatif masih rendah yang diindikasikan oleh tingginya
senjang hasil antara hasil pengkajian dengan hasil riel di tingkat
petani. Tingkat pemahaman petani dan penyuluh dalam
pelaksanaan SL-PTT juga masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam
mensukseskan program PTT. Pendampingan yang holistik,
bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan
oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran
yang telah ditetapkan. Pendampingan BPTP Bengkulu terhadap
kegiatan SL-PTT dilaksanakan sejak tahun 2009.

3
II. PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA
TERPADU TANAMAN PADI

2.1. Teknologi PTT Padi Spesifik Lokasi


Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan dengan
cara penelusuran setiap alternatif komponen teknologi, jumlah
yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Apabila hal tersebut
telah diketahui maka antar komponen teknologi dan aspek
lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi budidaya
yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen
teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen
teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh
teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.
Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada
lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena
beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi
dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu
lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan
pengalaman petani di lokasi setempat.
Keuntungan Penerapan Teknologi PTT adalah: 1)
meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani, 2) efisiensi
biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk
masing-masing lokasi, dan 3) kesehatan lingkungan tumbuh
pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan
terjaga (Dirjen Tanaman Pangan, 2013).
Inovasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani
apabila teknologi yang diintroduksikan memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.
2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.

4
3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk
mengadopsi teknologi tersedia.
4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha
pertanian.
Dari sisi petaninya sendiri, mereka juga
mempertimbangkan beberapa faktor sebelum mengadopsi
teknologi. Faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh petani
diantaranya adalah:
1. Ketersediaan pasar hasil panen dengan harga pasar yang layak
serta keuntungan yang baik.
2. Kepastian diperolehnya hasil panen dengan resiko kegagalan
yang minimal.
3. Penerapan teknologi tidak sulit bagi petani.
4. Petani mampu menyediakan modal untuk mengadopsi
teknologi.
5. Memberikan nilai tambah dan keuntungan nyata bagi petani.
Teknologi PTT terdiri dari 2 komponen yaitu dasar dan
pilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat
dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah.
Komponen teknologi ini terdiri dari atas: 1) varietas unggul baru,
inbrida atau hibrida, 2) benih bermutu dan berlabel, 3) pemberian
bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam
bentuk kompos, 4) pengaturan populasi tanaman secara
optimum, 5) pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan
status hara tanah, dan 6) pengendalian OPT (organisme
pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian
Hama Terpadu).

5
Komponen teknologi pilihan yaitu teknologi yang
disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani
setempat yang terdiri atas: 1) pengolahan tanah sesuai musim dan
pola tanam, 2) penggunaan bibit muda (< 21 hari), 3) tanam bibit
1 – 3 batang per rumpun, 4) pengairan secara efektif dan efisien,
5) penyiangan dengan landak atau gasrok, dan 6) Panen tepat
waktu dan gabah segera dirontok.
Seiring dengan waktu program strategis Kementerian
Pertaniaan untuk mencapai swasembada dan swasembada
berkelanjutan pangan (2009-2014) persentase komponen
teknologi an implikasinya terhadap pemanfaatan teknologi yang
diadopsi oleh petani di Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Persentase komponen teknologi yang diadopsi oleh petani di


Provinsi Bengkulu.
% Sebaran
No Deskripsi Teknologi Implikasi Pemanfaatan Teknologi
Teknologi
Pengolahan tanah - Memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah
1. sesuai musim dan 96 - Mempermudah penanaman
pola tanam
Panen tepat waktu - Mempertahankan kualitas gabah
2. 94
gabah segera dirontok - Mengurangi kehilangan hasil
3. Varietas Unggul Baru - Toleran terhadap serangan OPT tertentu
(wereng, tungro, blast)
79,70 - Potensi hasil lebih tinggi
- Adaptif.
- Disukai petani
4. Penanaman bibit - Tanaman tidak stress akibat pencabutan
muda (< 21 hari) bibit, pengangkutan dan penanaman
76,47
kembali dilahan.
- Anakan produktif banyak dan seragam.
5. Tanam bibit 1-3 - Mengurangi penggunaan benih
batang per rumpun - Mengurangi persaingan bibit pada
45 rumpun yang sama
- Anakan produktif yang dihasilkan
banyak.

6
6. Sistem tanam jajar - Jumlah populasi tanaman lebih banyak
legowo (22-32 %)
- Mempermudah dalam pemeliharaan
(Pengendalian OPT)
40 - Pertumbuhan tanaman sehat dan seragam
- Mempercepat penutupan permukaan
tanah sehingga dapat menekan
pertumbuhan gulma dan meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap hama dan
penyakit.
7. Pemupukan sesuai - Pemberian pupuk berbeda antar lokasi,
kebutuhan hara musim tanam, pola tanam dan
tanaman dan status 35 pengelolaan tanaman.
hara tanah. - Penggunaan pupuk hemat dengan hasil
yang tinggi.
8. Benih bermutu dan Tingkat kemurnian dan daya tumbuh
berlabel 9,17 tinggi, menghasilkan bibit yang sehat
dengan akar yang banyak.
Ket : * Tersebar diseluruh Kabupaten/Kota Propinsi Bengkulu.

2.2. Kalender Tanam Dan Pola Tanam Spesifik Lokasi


Upaya peningkatan produksi memerlukan strategi yang
cermat berdasarkan perubahan iklim yang akurat, antara lain
melalui percepatan tanam di beberapa lokasi, terutama di wilayah
yang masih tinggi curah hujannya. Untuk memandu upaya ini
diperlukan alat bantu antisipatif, berupa kalender tanam yang
disempurnakan menjadi sistem kalender tanam terpadu yang
memuat rekomendasi teknologi dan kebutuhan sarana produksi,
yang dikembangkan untuk mendukung program peningkatan
produksi beras nasional (P2BN).
Kalender tanam ini disusun oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang berkoordinasi
dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
untuk setiap kecamatan. Dengan info ini diharapkan petani dapat
menentukan waktu tanam terbaik dan sekaligus menetapkan
varietas yang sesuai dan pemupukan yang rasional.

7
Kalender Tanam Terpadu
Kalender tanam terpadu merupakan pedoman atau alat
bantu yang memberikan informasi dan teknologi adaptasi
terhadap perubahan iklim untuk komoditas padi, jagung dan
kedelai yang berbasis web.
Manfaat Kalender Tanam
1. Menentukan waktu  tanam pada  setiap musim (MH, MK-1,
dan MK-2).
2. Menentukan pola, rotasi tanam dan rekomendasi teknologi
pada skala kecamatan.
3. Menduga potensi luas tanam untuk mendukung system
perencanaan tanam dan produksi tanaman pangan.
4. Mengurangi resiko penurunan dan kegagalan produksi serta
kerugian petani akibat kekeringan, banjir dan serangan OPT.
Keunggulan Kalender Tanam

8
1. Dinamis, karena disusun menurut kondisi iklim berdasarkan
prediksi iklim tahunan dan musim.
2. Operasional pada dan spesifik lokasi karena didasarkan pada
sumberdaya iklim, air dan tanah, wilayah rawan bencana
(banjir, kekeringan, OPT) tingkat kecamatan.
3. Terpadu karena diintegrasikan dengan rekomendasi
teknologi (pupuk, benih, PHT)
4. Mudah diperbaharui.
5. Mudah dipahami oleh pengguna, karena disusun secara
spasial dan tabular dengan uraian yang jelas.
6. Informatif karena dikomunikasikan dengan sistem informasi
website yang dapat diunduh setiap saat.
Informasi dari Kalender Tanam:
1. Prediksi curah hujan dan musim
2. Awal waktu tanam tanaman padi dan palawija
3. Pola tanam
4. Potensi luas tanam padi dan palawija
5. Potensi banjir dan kekeringan padi
6. Potensi OPT padi dan palawija
7. Rekomendasi benih dan varietas padi dan palawija
8. Rekomendasi dosis pupuk padi dan palawija
9. Rekomendasi kebutuhan pupuk padi dan palawija
10. Data alat dan sarana pertanian (Alsintan)
Kalender tanam ini merupakan sistem informasi kalender
tanam terpadu berbasis web, dapat diakses melalui www.katam.
Info atau web badan litbang pertanian, yang memiliki 2 sms
center yaitu 08 123 565 111 dan 082 123 456 500 dan versi
android dengan menggunakan telpon pintar yang berbasis
android.

9
Validasi Sistem Informasi Kalender Tanam
Validasi dilakukan dengan cara mengimplementasikan
rekomendasi Katam Terpadu. Rekomendasi teknologi yang
dipakai dalam pelaksanaan validasi ini adalah rekomendasi
pupuk, waktu tanam, dan rekomendasi varietas. Data dan luasan
lahan petani yang menggunakan rekomendasi kalender tanam
terpadu pada Tabel 2.

Tabel 2. Validasi sistem informasi kalender tanam di Provinsi Bengkulu


Tahun 2014.

Luas lahan yang Informasi Katam yang


Kecamatan menerapkan diterapkan (varietas,
katam (ha) pemupukan, waktu tanam)
Seluma Selatan 8 Pemupukan, waktu tanam,
varietas unggul baru
Taba Penanjung 8 Pemupukan, varietas
unggul baru
Tanjung Agung 8 Pemupukan,waktu tanam,
Palik varietas unggul baru
Air Manjunto 1 Pemupukan, varietas
unggul baru
Kota Bengkulu 3 Pemupukan, waktu tanam,
varietas unggul baru

10
3.3. Informasi dan Teknologi Adaptasi Perubahan Iklim
Dalam sistem Informasi kalender tanam terdapat informasi
dan teknologi adaptasi perubahan iklim yaitu rekomendasi
varietas unggul baru dan rekomendasi pemupukan spesifik
lokasi.
Rekomendasi Varietas Unggul Baru
Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis
yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian,
diantaranya pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga
panen menjadi serempak, rendemen  lebih tinggi, mutu hasil
lebih tinggi dan sesuai  dengan selera konsumen, dan tanaman
akan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan hama
dan penyakit dan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan
pestisida. 
Dalam suatu sistem produksi benih pertanian baik yang
ditujukan untuk memenuhi konsumsi sendiri maupun yang
berorientasi  komersial diperlukan adanya ketersediaan benih
dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang baik.
Daya hasil yang tinggi serta mutu yang terjamin pada umumnya
terdapat pada varietas unggul. Namun manfaat dari suatu varietas
akan dirasakan oleh petani atau konsumen apabila benih tersedia
dalam jumlah yang cukup dengan harga yang sesuai.  Dalam
pertanian modern, benih berperan sebagai  delivery mechanism
yang menyalurkan keunggulan teknologi kepada petani dan
konsumen lainnya. Salah satu yang berpengaruh dalam
peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan adalah
penggunaan benih varietas unggul bermutu yang didukung oleh
penerapan teknologi sesuai dengan anjuran. Oleh karena itu,

11
ketersediaan benih bermutu terus diupayakan mengingat manfaat
dari penggunaan benih tersebut.
Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau
spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan
tanaman, daun, bunga, buah, biji dan eksperesi karakteristik
genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari
jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satusifat
yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami
perubahan.
Varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh
pemerintah yang mempunyai kelebihan dalam potensi
hasildan/atau sifat-sifat lainnya. Varietas unggul dapat berupa
hasil pemuliaan, baik melalui cara konvensional biasanya disebut
sebagai varietas unggul inbrida, melalui cara
inkonvensional/non-konvensional biasanya disebut sebagai
varietas unggul hibrida maupun introduksi atau dapat pula
berupa varietas lokal disebut sebagai varietas unggul lokal seperti
Pandanwangi dan Rojolele.

Tabel 3. Rekomendasi varietas berdasarkan kerentanan banjir,


kekeringan dan serangan OPT.

No Kerentanan Rekomendasi VUB


1. Banjir Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Inpari
17, Inpari 21, Inpari 22, Inpari 23,
Inpari 24, Inpara 1, Inpara 2, Inpara 3,
Inpara 4, Inpara 5, Inpara 6, Inpara 7,
Inpari 29, Inpari 30
2. Kekeringan
3. Wereng batang coklat Inpari 2, Inpari 5, Inpari 6, Inpari 13,
Inpari 18, Inpari 19, Konawe,
Mekongga, Inpari 31
4. Tikus

12
5. Penggerek batang
6. Tungro Tukad Petanu, Tukad Unda, Inpari 7,
Inpari 21
7. Blast Inpari 11, Inpari 17, Batang Piaman,
Situ Patenggang, Limboto, Danau
Gaung, Batutugi, Inpari 32 HDB
Sumber : Badan Litbang (2014).

Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi


Pemupukan nitrogen sebaiknya dilakukan dengan
penggunaan bagan warna daun (BWD) demikian juga dengan
pemupukan kalium dan phosphor sebaiknya dengan
menggunakan rekomendasi pupuk hasil analisa laboratorium atau
perangkat uji tanah sawah (PUTS). Jika pemupukan ketiga unsur
tersebut belum dapat dilakukan baik dengan penggunaan BWD
maupun dengan analisa tanah ataupun penggunaan PUTS maka
rekomendasi pemupukan dapat mengacu pada Peraturan Menteri
Pertanian No. 40/Permentan/OT.140/4/2007 dan rekomendasi
pemupukan yang ada pada kalender tanam yang sifatnya spesifik
lokasi.

Tabel 4. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah Kabupaten Bengkulu


Selatan.
Pupuk Tunggal (kg/ha)
No Kecamatan Tanpa bahan organik Jerami 2 ton/ha Pupuk organik 2 ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Air Nipis 250 75 50 230 75 0 225 25 30
2. Bunga Mas 250 75 50 230 75 0 225 25 30
3. Kedurang 250 75 100 230 75 50 225 25 80
4. Kedurang Ilir 250 75 50 230 75 0 225 25 30
5. Kota Manna 250 100 100 230 100 50 225 50 80
6. Manna 250 100 100 230 100 50 225 50 80
7. Pasar Manna 250 75 100 230 75 50 225 25 80
8. Pino 250 50 50 230 50 0 225 0 30
9. Pino Raya 250 100 100 230 100 50 225 50 80
10. Seginim 250 100 100 230 100 50 225 50 80
11. Ulu Manna 250 100 100 230 100 50 225 50 80

13
Rerata 250 84 82 230 84 32 225 34 62

Tabel 5. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah Kabupaten Seluma.


Pupuk Tunggal (kg/ha)
Tanpa bahan Pupuk organik 2
No Kecamatan
organic Jerami 2 ton/ha ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Air Periukan 250 75 50 230 75 0 225 25 30
2. Ilir Talo 250 75 50 230 75 0 225 25 30
3. Lubuk Sandi 250 75 50 230 75 0 225 25 30
4. Seluma 250 75 100 230 75 50 225 25 80
5. Seluma Barat 250 50 100 230 50 50 225 0 80
6. Seluma Selatan 250 50 100 230 50 50 225 0 80
7. Seluma Timur 250 50 100 230 50 50 225 0 80
8. Seluma Utara 250 50 100 230 50 50 225 0 80
9. Semidang Alas 250 75 50 230 75 0 225 25 30
10. Semidang Alas Maras 250 75 50 230 75 0 225 25 30
11. Sukaraja 250 75 50 230 75 0 225 25 30
12. Talo 250 100 100 230 50 50 225 50 80
13. Talo Kecil 250 100 100 230 50 50 225 50 80
14. Ulu Talo 250 100 100 230 50 50 225 50 80
Rerata 250 73 79 230 73 29 225 23 59

Tabel 6. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah Kabupaten Mukomuko.


Pupuk Tunggal (kg/ha)
No Kecamatan Tanpa bahan organik Jerami 2 ton/ha Pupuk organik 2 ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Air dikit 200 75 50 180 75 0 175 25 30
2. Air manjunto 250 75 50 230 75 0 225 25 30
3. Air rami 200 75 100 180 75 50 175 25 80
4. Ipuh 200 75 100 180 75 50 175 25 80
5. Kota mukomuko 200 75 50 180 50 0 175 25 30
6. Lubuk pinang 200 75 50 180 50 0 175 25 30
7. Malin deman 250 75 50 230 50 0 225 25 30
8. Penarik 250 75 50 230 50 0 225 25 30
9. Pondok suguh 200 75 100 180 75 50 175 25 80
10. Selagan raya 250 75 50 230 75 0 225 25 30
11. Sungai rumbai 250 75 50 230 75 0 225 25 30
12. Teramang jaya 250 75 50 230 50 0 225 25 30
13. Teras terunjam 250 75 50 230 50 0 225 25 30
14. V koto 250 75 50 230 50 0 225 25 30
15. XIV koto  - -  -  - - - - - -
Rerata 229 75 61 209 75 11 204 25 41

Tabel 7. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah Kabupaten Kepahiang.

14
Pupuk Tunggal (kg/ha)
No Kecamatan Tanpa bahan organik Jerami 2 ton/ha Pupuk organik 2 ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Bermani ilir 250 75 50 230 75 0 225 25 30
2. Kaba wetan 250 75 50 230 75 0 225 25 30
3. Kepahiang 250 75 50 230 75 0 225 25 30
4. Merigi 250 75 50 230 75 0 225 25 30
5. Muara kemumu 250 75 50 230 50 0 225 25 30
6. Seberang musi 250 75 50 230 50 0 225 25 30
7. Tebat karai 250 75 50 230 50 0 225 25 30
8. Ujan mas 250 75 50 230 50 0 225 25 30
Rerata 250 75 50 230 75 0 225 25 30

Tabel 8. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah Kabupaten Rejang


Lebong.
Pupuk Tunggal (kg/ha)
Pupuk organik 2
No Kecamatan Tanpa bahan organik Jerami 2 ton/ha
ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Bermani ulu 250 75 50 230 75 0 225 25 30
2. Bermani ulu raya 250 75 50 230 75 0 225 25 30
3. Bindu riang 250 50 50 230 50 0 225 0 80
4. Curup 250 50 50 230 50 0 225 0 80
5. Curup selatan 250 50 50 230 50 0 225 0 30
6. Curup tengah 250 50 50 230 50 0 225 0 30
7. Curup timur 250 50 50 230 50 0 225 0 30
8. Curup utara 250 50 50 230 50 0 225 0 30
9. Kota padang 250 50 50 230 50 0 225 0 80
10. Padang ulak tanding 250 50 50 230 50 0 225 0 30
11. Selupu rejang 250 50 50 230 50 0 225 0 30
12. Sindang belit ilir 250 50 50 230 50 0 225 0 30
13. Sindang beliti ulu 250 50 50 230 50 0 225 0 30

15
14. Sindang dataran 250 50 50 230 50 0 225 0 30
15. Sindang kelingi 250 50 50 230 50 0 225 0 30
Rerata 250 53 50 230 53 0 225 3 30

Tabel 9. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah Kabupaten Bengkulu


Tengah.
Pupuk Tunggal (kg/ha)
Pupuk organik 2
No Kecamatan Tanpa bahan organik Jerami 2 ton/ha
Ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Bang haji 200 75 50 180 75 0 175 25 30
2. Karang tinggi 200 50 50 180 50 0 175 0 30
3. Merigi kelindang 250 75 50 230 75 0 225 25 30
4. Merigi sakti 200 100 100 180 100 50 175 50 80
5. Pagar jati 200 50 50 180 50 0 175 0 30
6. Pematang tiga 200 75 50 180 75 0 175 25 30
7. Pondok kelapa 200 100 100 180 100 50 175 50 80
8. Pondok kubang 200 75 100 180 75 50 175 25 80
9. Taba penanjung 250 75 50 230 75 0 225 25 30
10. Talang empat 200 100 50 180 100 0 175 50 30
Rerata 210 78 65 190 78 15 185 28 45

Tabel 10. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah di Kabupaten Lebong.


Pupuk Tunggal (kg/ha)
Pupuk organik 2
No Kecamatan Tanpa bahan organic Jerami 2 ton/ha
ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Amen 250 100 10 230 100 50 225 50 80
2. Bingin kuning 250 100 50 230 100 0 225 50 30
3. Lebong atas - - - - - - - - -
4. Lebong sakti 250 100 50 230 100 0 225 50 30
5. Lebong selatan 250 100 50 230 100 0 225 50 30
6. Lebong tengah - - - - - - - - -
7. Lebong utara 250 100 100 230 100 50 225 50 80
8. Padang bano 250 100 50 230 100 0 225 50 30
9. Pelaban - - - - - - - - -
10. Pinang berlapis - - - - - - - - -
11. Rimbo pengadang 250 50 50 230 50 0 225 0 30
12. Topos 250 50 50 230 50 0 225 0 30
13. Uram Raya - - - - - - - - -
Rerata 250 88 63 230 88 43 225 38 43

Tabel 11. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah Kabupaten Kaur.

16
No Pupuk Tunggal (kg/ha)
Tanpa bahan organik Pupuk organik 2
Kecamatan Jerami 2 ton/ha
ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Kaur selatan 250 100 100 230 100 50 225 50 80
2. Kaur tengah 250 100 50 230 100 0 225 50 30
3. Kaur utara 250 50 100 230 50 50 225 0 80
4. Kelam tengah 250 75 50 230 75 0 225 25 30
5. Kinal 250 100 100 230 100 50 225 50 80
6. Luas 250 75 50 230 75 0 225 25 30
7. Lungkang kule 250 100 100 230 100 50 225 50 80
8. Maje 250 100 100 230 100 50 225 50 80
9. Muara sahung 250 75 50 230 75 0 225 25 30
10. Nasal 250 75 50 230 75 0 225 25 30
11. Padang guci ilir 250 100 100 230 100 50 225 50 30
12. Padang guci ulu 250 50 50 230 50 0 225 0 80
13. Semidang gumay 250 75 50 230 75 0 225 25 30
14. Tanjung kemuning 250 100 100 230 100 50 225 50 30
15. Tetap 250 75 50 230 75 0 225 25 80
Rerata 250 83 73 230 83 23 225 33 30

Tabel 12. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah Kabupaten Bengkulu


Utara.
Pupuk Tunggal (kg/ha)
Tanpa bahan organik Pupuk organik 2
No Kecamatan Jerami 2 ton/ha
ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Air besi 200 75 50 180 75 0 175 25 30
2. Air napal 200 75 100 180 75 50 175 25 80
3. Air padang 250 75 50 230 75 0 225 25 30
4. Arga makmur 200 75 50 180 75 0 175 25 30
5. Arma jaya 200 75 50 180 75 0 175 25 30
6. Batik nau 200 50 50 180 50 0 175 0 30
7. Enggano 250 75 50 230 75 0 225 25 30
8 Giri mulya 250 75 50 230 75 0 225 25 30
9. Hulu palik 200 75 50 180 75 0 175 25 30
10. Kerkap 200 75 100 180 75 50 175 25 80
11. Ketahun 200 50 50 180 50 0 175 0 30
12. Lais 200 75 100 180 75 50 175 0 80
13. Napal putih 250 75 50 230 75 0 225 25 30
14. Padang jaya 200 50 50 180 100 0 175 0 30
15. Putri hijau 200 50 50 180 50 0 175 0 30
16. Tanjung agung palik 200 75 50 180 50 0 175 25 30
17. Ulok Kupai 250 75 50 180 75 0 225 25 30

17
Rerata 215 69 59 195 69 9 190 19 39

Tabel 13. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah di Kota Bengkulu.


Pupuk Tunggal (kg/ha)
No Kecamatan Tanpa bahan organic Jerami 2 ton/ha Pupuk organik 2 ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Gading cempaka 250 75 50 230 75 0 225 25 30
2. Kampung melayu 250 75 50 230 75 50 225 25 30
3. Muara bangka hulu 250 100 100 230 100 0 225 50 80
4. Ratu agung 250 75 50 230 75 0 225 25 30
5. Ratu samban 250 75 230 75 0 225 25 30
6. Selebar 250 75 50 230 75 0 225 25 30
7. Singaran pati 250 75 50 230 75 0 225 25 30
8. Sungai serut 250 75 50 230 75 0 225 25 30
9. Teluk segara - - - - - - - - -
Rerata 250 78 56 230 78 6 225 28 36

Tabel 14. Rekomendasi pupuk pada lahan sawah Kabupaten Kaur.


Pupuk Tunggal (kg/ha)
Pupuk organik 2
No Kecamatan Tanpa bahan organik Jerami 2 ton/ha
ton/ha
Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl
1. Kaur selatan 250 100 100 230 100 50 225 50 80
2. Kaur tengah 250 100 50 230 100 0 225 50 30
3. Kaur utara 250 50 100 230 50 50 225 0 80
4. Kelam tengah 250 75 50 230 75 0 225 25 30
5. Kinal 250 100 100 230 100 50 225 50 80
6. Luas 250 75 50 230 75 0 225 25 30
7. Lungkang kule 250 100 100 230 100 50 225 50 80
8. Maje 250 100 100 230 100 50 225 50 80
9. Muara sahung 250 75 50 230 75 0 225 25 30
10. Nasal 250 75 50 230 75 0 225 25 30
11. Padang guci ilir 250 100 100 230 100 50 225 50 30
12. Padang guci ulu 250 50 50 230 50 0 225 0 80
13. Semidang gumay 250 75 50 230 75 0 225 25 30
14. Tanjung kemuning 250 100 100 230 100 50 225 50 30
15. Tetap 250 75 50 230 75 0 225 25 80
Rerata 250 83 73 230 83 23 225 33 30

18
3. 4. Rekomendasi Varietas Unggul Baru (VUB)
Spesifik Lokasi
Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis
yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian,
diantaranya pertumbuhan tanaman menjadi seragam sehingga
panen menjadi serempak, rendemen  lebih tinggi, mutu hasil
lebih tinggi dan sesuai  dengan selera konsumen, dan tanaman
akan mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap gangguan hama
dan penyakit dan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan
sehingga dapat memperkecil penggunaan input seperti pupuk dan
pestisida. 
Dalam suatu sistem produksi benih pertanian baik yang
ditujukan untuk memenuhi konsumsi sendiri maupun yang
berorientasi  komersial diperlukan adanya ketersediaan benih
dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang baik.
Daya hasil yang tinggi serta mutu yang terjamin pada umumnya
terdapat pada varietas unggul. Namun manfaat dari suatu varietas
akan dirasakan oleh petani atau konsumen apabila benih tersedia
dalam jumlah yang cukup dengan harga yang sesuai.  Dalam
pertanian modern, benih berperan sebagai  delivery mechanism
yang menyalurkan keunggulan teknologi kepada petani dan
konsumen lainnya. Salah satu yang berpengaruh dalam
peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan adalah
penggunaan benih varietas unggul bermutu yang didukung oleh
penerapan teknologi sesuai dengan anjuran. Oleh karena itu,
ketersediaan benih bermutu terus diupayakan mengingat manfaat
dari penggunaan benih tersebut.
Benih dan varietas unggul padi sawah merupakan  galur
hasil pemuliaan yang mempunyai salah satu atau lebih
keunggulan khusus seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap
hama penyakit dan toleran terhadap cekaman lingkungan, mutu

19
produk, dan atau sifat-sifat lainnya. Varietas unggul  salah
komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi
dan pendapatan usaha tani padi. Berbagai varietas unggul telah
tersedia dan dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah,
preferensi petani, dan keinginan pasar.
Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau
spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan
tanaman, daun, bunga, buah, biji dan eksperesi karakteristik
genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari
jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat
yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami
perubahan.
Varietas Unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh
pemerintah yang mempunyai kelebihan dalam potensi
hasildan/atau sifat-sifat lainnya. Varietas unggul dapat berupa
hasil pemuliaan, baik melalui cara konvensional biasanya disebut
sebagai Varietas Unggul Inbrida, melalui cara
inkonvensional/non-konvensional biasanya disebut sebagai
Varietas Unggul Hibrida maupun introduksi atau dapat pula
berupa varietas lokal disebut sebagai Varietas Unggul Lokal
seperti Pandanwangi dan Rojolele.
Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi
sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan produktivitas
dan produksi tanaman pangan di Provinsi Bengkulu. Untuk dapat
menunjukkan potensi hasilnya, varietas memerlukan kondisi
lingkungan atau agroekosistem tertentu. Tidak semua varietas
mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem.
Dengan kata lain, tiap varietas akan memberikan hasil yang
optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai.
Pewilayahan Varietas

20
Pada budidaya padi pewilayahan varietas merupakan satu
faktor penting berhubungan dengan kondisi lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi,
seperti:
 Lahan: irigasi, tadah hujan, lahan kering, lahan rawa dan
pasang surut.
 Tinggi tempat: dataran rendah, sedang dan dataran tinggi.
 Lingkungan tumbuh:
 Endemik hama dan penyakit utama
 Kesuburan fisik dsn kesuburan kimia (status hara makro
dan mikro)
 Target produksi dan produktifitas
 Iklim
 Teknik budidaya yang diterapkan
 Mutu produk (mutu giling, mutu tanak, sesuai kekinginan
petani/konsumen)
Upaya memperkecil pengaruh lingkungan terhadap produktifitas
1. Pilih waktu tanam yang tepat.
2. Pilih varietas yang sesuai (beradaptasi yang dapat dilihat dari
keragaan varietas disustu wilayah dalam rentang musim
tanam yang memadai).
3. Gunakan teknik budidaya yang optimal.
4. Lakukan pergiliran varietas antar musim tanam dalam luasan
pertanaman yang memadai.
Manfaat pergiliran varietas antar musim
1. Varietas dipilih berdasarkan kesesuaiannya dengan musim
tanam dan pola tanam, sehingga produktivitas antar musim
tetap tinggi.

21
2. Pergiliran varietas antar musim dengan varietas berbeda akan
berfungsi sebagai penyangga pembentukan biotipe hama atau
strain penyakit baru.
3. Pergiliran varietas yang terencana memudahkan dalam
penyiapan benih agar tepat jenis, tepat mutu dan tepat waktu.

Tabel 15. Varietas yang adaptif di Provinsi Bengkulu.

No Kabupaten/Kota Varietas Unggul Baru


1. Bengkulu Selatan Inpari 1, 6, 10, 14, Inpara 2
2. Bengkulu Tengah Inpari 6, 13, 14, Inpara 2, Inpago 6, 8
3. Bengkulu Utara Inpari 1, 6, 10, 13, Inpara 2, Inpago 6, 8
4. Seluma Inpari 6, 10, 14 dan Inpara 2
5. Kepahiang Inpari 6, 13, 14, 15, 20, 28, Inpara 2
6. Rejang Lebong Inpari 6, 13, 15, 20, 28, Inpago 8
7. Lebong Inpari 6, 10, 13, 14, 15, 20
8. Kaur Inpari 1, 6, 10, 13, 14, Inpago 6, 8
9. Mukomuko Inpari 13,14 Inpara 2
10. Kota Bengkulu Inpari 1, 6, 14, Inpago 6
3.5. Penyediaan Publikasi dan Penyampaian Materi Inovasi
Teknologi PTT
Pembagian bahan informasi teknologi dan pertemuan
(presentasi dan diskusi) melalui kegiatan sosialisasi dan apresiasi
serta kegiatan demfarm dan display VUB merupakan bentuk
pendampingan yang dilakukan BPTP Bengkulu terhadap
kegiatan SL-PTT di Provinsi Bengkulu. Bahan informasi
teknologi adalah sumber informasi yang disajikan dalam bentuk
banner, leaflet, brosur maupun buku yang berisikan informasi
teknologi PTT. Jumlah bahan informasi teknologi yang telah
dicetak dan diditribusikan oleh BPTP Bengkulu dalam upaya
percepatan diseminasi teknologi PTT selama tahun 2009-2014
disajikan pada Tabel 16.

22
Tabel 16. Penyediaan bahan informasi teknologi kegiatan
Pendampingan PTT tahun 2009-2014.

Tahun Total
No Bahan Publikasi
2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Banner (buah) 2 2 2 3 3 2 14
2. Leaflet (eks) 800 800 950 950 1000 1000 5500
3. Brosur (eks) 250 300 500 400 500 1000 2950
4. Buku (eks) 200 250 250 400 500 500 2100

Penyediaan bahan informasi teknologi dalam bentuk


banner disediakan 2 - 3 buah dalam setiap tahun kegiatan.
Banner yang disediakan antara lain berjudul Pengelolaan
Tanaman Terpadu Padi Sawah (PTT) dan Komponen Teknologi
PTT. Banner biasanya menjadi alat diseminasi teknologi pada
saat kegiatan pameran maupun di tempatkan di klinik teknologi
BPTP Bengkulu yang sering dikunjungi oleh petani maupun
stakeholders.
Bahan informasi teknologi dalam bentuk tercetak juga
disediakan dalam bentuk leaflet dan brosur yang disebarkan pada
saat kegiatan pameran ataupun dibagikan kepada Badan
Pelaksana Penyuluhan baik di tingkat Provinsi, Kabupaten
hingga tingkat Kecamatan. Judul leaflet yang telah dicetak antara
lain: PTT Padi sawah, Teknologi Pembuatan Kompos Jerami,
Peningkatan Produksi Padi Melalui PTT dan IP, Pemupukan
Tanaman Padi Sawah, Perangkat Uji Pupuk, Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah, Caplak Roda dan Sistem
Tanam Jajar Legowo. Selain banner, leaflet dan brosur juga
disediakan sumber informasi dalam bentuk buku yang berisi
kumpulan inovasi teknologi dalam rangka mendukung program
SL PTT.

23
Keberhasilan kegiatan litkaji BPTP ditentukan oleh tingkat
pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang dihasilkan
oleh masyarakat tani di wilayah kerjanya. Agar hasil-hasil litkaji
dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir dan pengguna antara,
maka diperlukan upaya diseminasi melalui mekanisme dan
metode yang tepat.
Kegiatan pendampingan oleh BPTP Bengkulu juga
diprioritaskan pada penyampaian materi, khususnya kepada
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan stakeholders di tingkat
provinsi dan kabupaten sesuai dengan bagan tata hubungan kerja
antara Tim Pengendali, Tim Pembina dan Tim Pelaksana dalam
Permentan No. 45 Tahun 2011 (Kementerian Pertanian, 2011).
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi, apresiasi,
temu lapang, dan narasumber pada berbagai pelatihan.
Sosialisasi, apresiasi, temu lapang, dan narasumber pada
berbagai pelatihan dilaksanakan untuk memberikan pemahaman
kepada petugas dan petani pelaksana tentang keunggulan
pendekatan PTT dalam meningkatkan kualitas, produktivitas,
efisiensi produksi dan pendapatan. Pemahaman yang benar
tentang pendekatan PTT diharapkan dapat mempercepat adopsi
dan difusi komponen teknologi SL PTT.

Tabel 17. Penyampaian materi inovasi Teknologi PTT tahun 2009 -


2014.
Tahun Total
No Jenis kegiatan
2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Temu Lapang
3 4 3 3 5 6 24
(kali)
2. Sosialisasi (kali) 3 3 5 6 4 10 30
3. Narasumber
11 12 20 10 6 15 74
Pelatihan (kali)

24
Temu lapang adalah suatu forum pertemuan antara peneliti
dan penyuluh pertanian BPTP dengan petani, PPL, pimpinan
dinas/badan lingkup pertanian, pemerintah daerah dan pihak
terkait lainnya untuk menyaksikan dan membahas keunggulan
suatu teknologi dilapangan untuk kemungkinan penerapan
selanjutnya.
Sosialisasi inovasi teknologi PTT disampaikan dengan
metode presentasi materi kepada petani dan stakeholders. Petani
peserta sosialisasi adalah petani koperator kegiatan demfarm dan
display VUB ditambah dengan petani yang berdomisili disekitar
lokasi demfar/display. Stakehoders yang diundang dalam
kegiatan sosialisasi adalah stakeholders yang berinteraksi
langsung dengan kegiatan Pendampingan PTT ditingkat
Kabupaten hingga Desa/Kelurahan seperti Dinas Pertanian
Kabupaten, Koordinator Penyuluh Tingkat Kecamatan, Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL), Pengamat Organisme Pengganggu
Tanaman (POPT) hingga aparat pemerintah Desa/Kelurahan
seperti Kepala Desa dan Lurah. Forum diskusi dan tanya jawab
juga dilakukan pada kegiatan sosialisasi untuk pengembangan
materi dan menambah pemahaman peserta terhadap materi.
Kegiatan penyampaian materi inovasi teknologi PTT
dalam bentuk narasumber pelatihan disesuaikan dengan
permintaan stakeholders dan kebutuhan panitia penyelenggara.
Penyelenggara kegiatan pelatihan berasal dari tingkat Provinsi
hinga Kecamatan seperti Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten,
Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Pelaksana Penyuluhan
Kabupaten/Kota hingga Badan Pelaksana Penyluhan Kecamatan.

3.6. Peta Sebaran Varietas


Kegiatan display dan demfarm varietas bertujuan untuk
memperkenalkan dan menyebarluaskan VUB padi kepada petani.

25
Varietas yang digunakan diperoleh dari Balai Besar Penelitian
Padi Sukamandi. Varietas yang digunakan merupakan varietas
terpilih, dengan mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya
berikut:
1. Rasa nasi, biasanya masyarakat di Provinsi Bengkulu
cenderung lebih memilih nasi dengan rasa yang pulen.
2. Memiliki potensi hasil yang tinggi.
3. Mempertimbangkan kesesuaian agroekosistem (misalnya:
ketinggian tempat dan jenis lahan sawah).
4. Memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit tertentu.
Introduksi VUB release terbaru dilakukan untuk
mempercepat penyebarluasan dan adopsi varietas yang
dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Padi yang
diintoduksikan diperuntukkan 3 agroekosistem yaitu lahan sawah
irigasi (Inpari), padi rawa (Inpara) dan lahan kering (Inpago).
Jumlah VUB yang telah didistribusikan di Provinsi Bengkulu
dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah varietas unggul baru yang didistribusikan di Provinsi
Bengkulu.

Jumlah
No Jenis Ekosistem Varietas Unggul Baru
(Kg)
1. Padi sawah irigasi Inpari 3, 6, 10, 13, 14, 15, 20, 18, 8.276
20, 22, 23 dan 28
2. Padi rawa Inpara : 1,2,3,4,5, dan Indragiri 738
3. Padi gogo Towuti, Limboto, Inpago 6, 8 324
Jumlah 9.788

Dari Tahun 2009 – 2014 telah tersebar 22 varietas unggul


baru sebanyak 9.788 kg benih padi dengan varietas unggul baru
di 10 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Varietas unggul baru

26
yang telah didistribusikan di Provinsi Bengkulu secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Sebaran varietas unggul baru di Provinsi Bengkulu.

No Kabupaten Varietas
1. Mukomuko Inpari : 3, 10, 13, 14, 15, 18, 20
Inpara 2, 3
Inpago : 4, 5, 6, 8
2. Kaur Inpari 3, 6, 10, 13, 14, 15, 18, 20
Inpago : Limboto, Towuti
3. Bengkulu Utara Inpari : 3, 6, 10, 13, 14, 15, 18, 20, 22, 23
Inpara : 1, 3
4. Lebong Inpari : 3, 6, 10, 13, 14, 15, 18, 20, 22, 23
5. Rejang Lebong Inpari : 3, 6, 10, 13, 14, 15, 20, 28
6. Kepahiang Inpari : 3, 6, 10, 13, 14, 15, 20, 28
7. Bengkulu Tengah Inpari : 3, 10, 13, 14, 15, 18, 20, 22, 23
Inpara : 1, 2, 3, 4, 5
8. Seluma Inpari : 3, 6, 10, 13, 15, 18, 20, 22, 23
Inpara : 1, 3
Inpago : Limboti, Towuti
9. Bengkulu Selatan Inpari : 3, 6, 10, 13, 15, 18, 20
10. Kota Bengkulu Inpari : 3, 10, 13, 14, 15, 18, 20, 22
Inpara : 1, 2, 3, 4, 5
Inpago : Towuti
3.7. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani
Produktivitas, efisiensi, produksi dan pendapatan petani
sangat dipengaruhi oleh tingkat adopsi atau penggunaan inovasi
teknologi. Semakin banyak inovasi teknologi yang diadopsi akan
berdampak pada peningkatan efisiensi usaha tani, produktivitas,
nilai tambah dan daya saing, serta pendapatan petani. Dari
kegiatan Pendampingan SL-PTT secara umum menunjukkan
peningkatan produktivitas sebelum dan sesudah SL-PTT yang
dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Produktivitas sebelum dan sesudah kegiatan pendampingan


SL-PTT.

27
Sebelum
Sesudah SL-PTT
No Uraian SL-PTT
2009 2010 2011 2012 2013 2014
1. Produktivitas
(ton/ha) 3,03 4.03 4.11 4.30 4,39 4,64

Sebelum kegiatan pendampingan SL-PTT dilakukan


produktivitas padi sawah baru mencapai 3,03 ton/ha GKP. Pada
tahun-tahun berikutnya terjadi peningkatan, hingga pada Tahun
2014 produktivitasnya mencapai 4,64 ton/ha GKP.
Pendapatan sebelum pendampingan SL-PTT sebesar Rp.
4.102.657,-. Seiring dengan peningkatan produktivitas padi
sawah maka pendapatan petani pada Tahun 2014 sebesar Rp.
9.628.137,-. Penerapan komponen PTT mampu meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani. Hasil perhitungan secara
umum menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas dan
pendapatan petani juga diiringi dengan peningkatan biaya usaha
tani yaitu saprodi (pupuk) dan biaya tenaga tanam.

28
III. PENUTUP

1. Komponen teknologi PTT yang telah diadopsi petani di


Provinsi Bengkulu yaitu pengolahan tanah sesuai musim dan
pola tanam, panen tepat waktu gabah segera dirontok, varietas
unggul baru, penanaman bibit muda, tanam bibit 1-3 batang
per rumpun, system tanam jajar status hara tanah, benih
bermutu.
2. Kalender tanam terpadu merupakan pedoman atau alat bantu
yang memberikan informasi dan teknologi adaptasi terhadap
perubahan iklim.
3. Dalam system informasi kalender tanam terdapat informasi
dan teknologi adaptasi perubahan iklim yaitu rekomendasi
varietas unggul dan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi.
4. Varietas yang adaptif di Provinsi Bengkulu yaitu Inpari 1,
Inpari 6, Inpari 10, Inpari 13, Inpari 14, Inpari 15, Inpari 20,
Inpari 28, Inpara 2, Inpago 6, Inpago 8.
5. Bentuk pendampingan yang dilakukan BPTP Bengkulu yaitu
pembagian bahan informasi (banner, leaflet, brosur dan buku)
melalui kegiatan sosialisasi dan apreasiasi serta kegiatan
demfarm dan display varietas.
6. Peta sebaran varietas merupakan sebaran varietas di Provinsi
Bengkulu yang merupakan salah bentuk pendampingan yang
dilakukan.
7. Penerapan komponen PTT dapat meningkatkan produktivitas
dan pendapatan petani.

29
DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan tanaman terpadu (PTT)


padi lahan rawa lebak. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 42 p.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2014. Kalender tanam
terpadu versi 2.0. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta.
BPS Provinsi Bengkulu. 2010. Bengkulu dalam Angka.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2009. Pendampingan
program SL-PTT di Provinsi Bengkulu. Laporan Akhir Tahun
2009. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2010. Pendampingan
program SL-PTT di Provinsi Bengkulu. Laporan Akhir Tahun
2010. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2011. Pendampingan
program SL-PTT di Provinsi Bengkulu. Laporan Akhir Tahun
2011. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2012. Pendampingan
program SL-PTT di Provinsi Bengkulu. Laporan Akhir Tahun
2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2013. Pendampingan
program SL-PTT di Provinsi Bengkulu. Laporan Akhir Tahun
2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2014. Pendampingan
PTT di Provinsi Bengkulu. Laporan Akhir Tahun 2014. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Bengkulu.
Balai Penelitian Teknologi Pertanian Bengkulu. 2014. Kalender tanam
terpadu. Laporan Akhir Tahun 2014. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Bengkulu. Bengkulu.
Departemen Pertanian 2008, Pedoman Umum: Peningkatan Produksi
dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai melalui pelaksanaan
SL-PTT. Dirjen Tanaman Pangan. 72 p.

30
Dirjen Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis Sekolah Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung dan Kedelai.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika
Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi
sawah. Sukamandi.
Suprihatno, B., Aan A. Daradjat., Satato., Erwin Lubis., Baehaki, SE.,
S. Dewi Indrasari., I Putu Wardana dan M.J. Mejaya. 2011.
Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Sukamandi. 118 hal.

31
Lampiran 1. Deskripsi varietas unggul.

INPARI I
Asal persilangan : IR64/IRBB-7//IR64
Umur tanaman : 108 hari
Tinggi tanaman : 93 cm
Anakan produktif : 16 batang
daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning Bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan rebah
Rata-rata hasil : 7.3 t/ha
Potensi hasil : 10 t/ha GKG
Tekstur nasi : Pulen
Ketahanan terhadap : Tahan tehadap Wereng Batang Coklat
Hama biotipe 2 dan agak tahan terhadap
biotipe 3
Ketahanan terhadap : Tahan terhadap Hawar Daun Bakteri
Penyakit biotipe III, IV dan VIII
Anjuran Tanam : Baik ditanam pada lahan sawah dataran
rendah sampai ketinggian + 500 m dpl
Alasan dilepas : Umur sangat genjah, potensi hasil tinggi,
mutu beras baik, Tahan tehadap Wereng
Batang Coklat biotipe 2 dan agak tahan
terhadap biotipe 3 dan Tahan terhadap
Hawar Daun Bakteri biotipe III, IV dan
VIII
Tahun dilepas : 2008

32
INPARI 6 JETE
Asal persilangan : DAKAVA line 85/MEMBRAMO
Umur tanaman : 118 hari
Tinggi tanaman : 100 cm
Anakan produktif : 15 batang
daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Sedang ramping
Warna gabah : Kuning
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan rebah
Rata-rata hasil : 6,82 t/ha
Potensi hasil : 12 t/ha GKG
Tekstur nasi : Sangat pulen
Ketahanan terhadap : Agak tahan tehadap Wereng Batang
Hama Coklat biotipe 2,3
Ketahanan terhadap : Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV
Penyakit dan VIII.
Anjuran Tanam : Cocok ditanam dilahan sawah dataran
rendah sampai sedang (<600 m dpl).
Alasan dilepas : Potensi hasil tinggi, agak tahan tehadap
Wereng Batang Coklat biotipe 2 dan 3,
Tahan Hawar Daun Bakteri strain III, IV
dan VIII.
Tahun dilepas : 2008

33
INPARI 10 LAEYA
Asal persilangan : S487b-75/IR19661//IR 9661//2*IR64
Umur tanaman : 112 hari
Tinggi tanaman : 110 cm
Anakan produktif : 21 batang
daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping panjang
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Rata-rata hasil : 5,08 t/ha
Potensi hasil : 7,0 t/ha GKG
Tekstur nasi : Pulen
Ketahanan terhadap : Agak rentan tehadap Wereng Coklat
Hama biotipe 1, 2
Ketahanan terhadap :  Agak tahan Hawar Daun Bakteri
Penyakit patotipe III, agak rentan terhadap
hawar daun bakteri patotipe IV
 Tahan tungro inokulum varians
013,031, dan 131
Anjuran Tanam : Dapat ditanam pada musim hujan dan
kemarau, cocok ditanam dilahan sawah
irigasi berselang 5-7 hari sekali.
Alasan dilepas : Potensi hasil tinggi dibanding IR64,
mutu beras baik, tahan hawar daun
bakteri dan toleran kekeringan.
Tahun dilepas : 2009

34
INPARI 13
Asal persilangan : OM606/IRI8348-36-3-3
Umur tanaman : 99 hari
Tinggi tanaman : 102 cm
Anakan produktif : 17 batang
daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping panjang
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Rata-rata hasil : 6,6 t/ha
Potensi hasil : 8,0 t/ha GKG
Tekstur nasi : Pulen
Ketahanan terhadap : Tahan tehadap Wereng Coklat biotipe 1,
Hama 2 dan 3
Ketahanan terhadap :  Agak retan Hawar Daun Bakteri
Penyakit patotipe III, IV, VIII
 Tahan blas ras 033, agak tahan blas ras
133, 073, 173
Anjuran Tanam : Cocok ditanam dilahan sawah tadah
hujan dataran rendah sampai ketinggian
600 m dpl.
Alasan dilepas : Potensi hasil tinggi,umur panen sangat
genjah, nasi pulen, tahan wereng cokelat
biotipe 1,2 dan 3
Tahun dilepas : 2010

35
VARIETAS INPARI 14-PAKUAN
Asal persilangan : Cipeundeuy C/Carreon//Way Apo
Buru///IR64
Umur tanaman : 113 hari
Anakan produktif : + 17 batang
Tinggi tanaman : 103 cm
Daun bendera : Tegak-Miring
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan rebah
Tekstur nasi : pulen
Rata-rata hasil : 6,6 t/ha GKG
Potensi hasil : 8,2 t/ha GKG
Ketahanan terhadap Hama : Agak rentan terhadap wereng
cokelat biotipe I, 2 dan 3.
Ketahanan terhadap : Agak tahan HDB III, rentan HDB
Penyakit IV, VIII, agak tahan blas, tungro.
Anjuran tanam : Cocok ditanam di sawah tdah hujan
dataran rendah sampai ketinggian
600 mdpl.
Alasan utama dilepas : Tahan blas
Tahun dilepas : 2011

36
VARIETAS INPARI 15-PARAHYANGAN
Asal persilangan : TB168E-TB-4-0-1/Widas//IR64
Umur tanaman : 117 hari
Anakan produktif : + 15 batang
Tinggi tanaman : 105 cm
Daun bendera : Tegak-Miring
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan rebah
Tekstur nasi : pulen
Rata-rata hasil : 6,1 t/ha GKG
Potensi hasil : 7,5 t/ha GKG
Ketahanan terhadap Hama : Agak rentan terhadap wereng cokelat
biotipe I, 2 dan 3.
Ketahanan terhadap : Agak tahan HDB III, rentan HDB
Penyakit IV, VIII, agak tahan blas, tungro.
Anjuran tanam : Cocok ditanam di sawah tdah hujan
dataran rendah sampai ketinggian
600 mdpl.
Alasan utama dilepas : Tahan blas
Tahun dilepas : 2011

37
INPARI 20
Asal persilangan : S2823E-KN-33/IR64//S2823E/
KN-33
Umur tanaman : 104 hari
Anakan produktif : + 15 batang
Tinggi tanaman : 102 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan rebah
Warna gabah : Kuning
Tekstur nasi : pulen
Rata-rata hasil : 6,4 t/ha GKG
Potensi hasil : 8,8 t/ha GKG
Ketahanan terhadap Hama : Agak rentan terhadap wereng
cokelat biotipe I, 2 dan 3.
Ketahanan terhadap : Agak tahan HDB III, rentan HDB
Penyakit IV, VIII, agak tahan blas, tungro.
Anjuran tanam : Cocok ditanam di lahan irigasi
dan tadah hujan sampai
ketinggian 600 mdpl.
Alasan utama dilepas : Tahan blas
Tahun dilepas : 2011

38
INPARI 28 KERINCI
Asal persilangan : IR 63872-14-2-2-1/CEA-1
Umur tanaman : + 120 hari setelah sebar
Anakan produktif : + 18 batang
Tinggi tanaman : + 97 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Toleran
Warna gabah : Kuning bersih
Tekstur nasi : pulen
Rata-rata hasil : 6,6 t/ha GKG
Potensi hasil : 9,5 t/ha GKG
Ketahanan terhadap Hama : Agak rentan terhadap wereng
batang cokelat biotipe I, 2 dan 3.
Ketahanan terhadap : Tahan HDB strain III, agak rentan
Penyakit HDB Strain IV dan VIII, tahan
penyakit blas dan rentan virus
tungro
Anjuran tanam : Baik ditanam di sawah sampai
ketinggian 1100 m dpl.
Tahun dilepas : 2012

39
INPAGO 6
Asal persilangan : Introduksi, IRAM2165/NC1281
Umur tanaman : 113 hari
Anakan produktif : 11 batang
Tinggi tanaman : 117 cm
Daun bendera : Tegak-Miring
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning jerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen butir
Rata-rata hasil : 3,9 t/ha
Potensi hasil : 5,81 t/ha
Ketahanan terhadap : Tahan terhadap beberapa ras penyakit
Penyakit blas
Cekaman abiotik : Agak toleran terhadap keracunan Al (60
ppm)
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan kering subur,
lahan kering podsolik merah kuning
dengan tingkat keracunan aluminium
sedang
Alasan utama dilepas : Tahan blas, toleran Al, mutu beras baik
Dilepas tahun : 2010

40
INPAGO 8
Asal persilangan : Cirata / TB 177
Umur tanaman : 119 hari
Anakan produktif : 12 batang
Tinggi tanaman : 122 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : panjang
Warna gabah : Kuning jerami
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : pulen
Rata-rata hasil : 5,2 t/ha GKG
Potensi hasil : 8,1 t/ha GKG
Ketahanan terhadap : agak rentan terhadap wereng batang
Penyakit coklat. Tahan terhadap beberapa ras
penyakit blas
Cekaman abiotik : Agak toleran terhadap keracunan Al dan
Fe
Anjuran tanam : Baik untuk ditanam di lahan kering
dataran rendah sampai sedang < 700 m
dpl.
Alasan utama dilepas : Tahan blas, toleran Al, Fe, mutu beras
baik
Dilepas tahun : 2011

41
INPARA 2
Asal persilangan : Pucuk/Cisanggarung/Sita
Umur tanaman : 128 hari
Tinggi tanaman : 103 cm
Anakan produktif : 16 batang
Daun Bendera : Tegak
Kerebahan : Sedang
Kerontokan : Sedang
Bentuk Gabah : Sedang
Warna Gabah : Kuning
Rata-rata hasil di Rawa : 5,49 t/ha
Lebak
Rata-rata hasil di Rawa : 4,82
pasang surut
Potensi Hasil : 6,08 t/ha
Tekstur Nasi : Pulen
Ketahanan terhadap Hama : Agak tahan Wereng Batang Coklat
Biotipe 2
Ketahanan terhadap : Tahan terhadap penyakit HDB dan
Penyakit Blast
Toleran Cekaman Abiotik : Toleransi keracunan Fe dan Al.
Anjuran tanam : Baik ditanam di rawa lebak dan
pasang surut
Alasan utama dilepas : Hasil tinggi, toleran Fe dan sesuai
untuk daerah yang menyukai nasi
pulen.
Tahun dilepas : 2008

42
43

Anda mungkin juga menyukai