Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai bagian dari revitalisasi pembangunan pertanian, pemerintah telah bertekad


untuk meningkatkan produktivitas kedelai nasional menuju swasembada 2015. Program ini
harus didukung oleh semua pihak yang terkait, dalam proses produksinya. Pengalaman selama
ini menunjukkan bahwa tingkat produksi nasional lebih ditentukan oleh areal tanam dari pada
tingkat produktivitas. Namun demikian, peluang peningkatan produksi melalui perbaikan
teknologi masih terbuka lebar, mengingat produktivitas pertanaman kedelai di tingkat petani
masih rendah ( 1,3 t/ha ) dengan kisaran 0,6 – 2,0 t/ha, padahal teknologi produksi yang
tersedia mampu menghasilkan 1,7 – 3,2 t/ha.
Secara umum minat petani untuk mengembangkan kedelai masih rendah jika
dibandingkan komoditas pangan lain seperti padi, jagung, dan ubi kayu, karena pendapatan
yang diperoleh dari usahatani kedelai masih tergolong rendah. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut perlu dilakukan terobosan dalam memproduksi kedelai yang mampu memberikan
produktivitas tinggi dengan proses produksi yang efisien dan berkelanjutan. Guna mencapai hal
tersebut, diperlukan rakitan teknologi spesifik lokasi dengan memperhatikan kesesuaian
terhadap kondisi biofisik lahan, sosial ekonomi masyarakat, dan kelembagaan petani.
Penerapan teknologi hasil litkaji yang spesifik lokasi diharapkan dapat mendorong
pembangunan pertanian di daerah, sehingga sektor pertanian mampu berfungsi sebagai mesin
penggerak perekonomian nasional. Kinerja sistem alih teknologi akan berhasil dan berdaya
guna apabila mendapat dukungan dari tiga kelembagan yang saling terkait yaitu (i)
kelembagaan penelitian dan pengembangan, (ii) kelembagaan penyuluhan, dan (iii)
kelembagaan petani. Ketiga lembaga tersebut merupakan satu rangkaian yang saling
mendukung dan terkait dalam suatu sistem alih teknologi dan tidak dapat bekerja sendiri-
sendiri.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis Badan
Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi informasi, komunikasi dan diseminasi
(3-Si) diharapkan menjadi roda penggerak dalam mempercepat dan memperluas pemanfaatan
berbagai inovási pertanian hasil litkaji oleh pengguna (pelaku utama dan pelaku usaha sektor
pertanian). Diseminasi adalah cara dan proses penyebarluasan inovasi/teknologi hasil-hasil
litkaji kepada masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan dimanfaatkan. Kegiatan

1
diseminasi hasil litkaji dapat dimaknai juga sebagai upaya scalling up hasil litkaji (Kasryno,
2006). Untuk itu, perlu strategi atau mekanisme yang efisien dan efektif.
Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani-
peternak adalah melalui penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Penyuluhan Pertanian
merupakan suatu pendidikan non-formal yang ditujukan kepada petani-peternak dan
keluarganya untuk meningkatkan pengetahuannya di sektor pertanian. Penyebarluasan
informasi dalam penyuluhan pertanian mencakup penyebaran informasi yang berlangsung
antar penentu kebijakan, antar peneliti, antar penyuluh, antar petani maupun antar pihak-
pihak yang berkedudukan setingkat dalam proses pembangunan pertanian sehingga
meningkatkan produksi dan menambah pendapatan/keuntungan. Keberhasilan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian sangat ditentukan oleh materi pendukung, seperti
media dan metode penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan
kebutuhan. Media dan metode penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai
dengan sasaran yang ingin dituju, mutlak diperlukan karena tingkat kemampuan maupun
tingkat pendidikan petani-peternak berbeda.
Dari evaluasi pelaksanaan diseminasi dari berbagai media dan metode penyuluhan,
dipandang perlu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan diseminasi sehingga lebih
berdaya guna dan memenuhi pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani sesuai dengan
perkembangan pembangunan. Mengingat masih banyaknya hasil litkaji yang belum diadopsi
oleh petani karena kurangnya informasi teknologi yang diterima, maka diperlukan kegiatan
percepatan adopsi inovasi oleh BPTP Bengkulu. Percepatan adopsi inovasi di Provinsi Bengkulu
salah satunya dilakukan dengan metode demonstrasi plot (demplot). Demplot merupakan
salah satu metode penyuluhan pertanian yang dapat digunakan untuk mempercepat
penyebaran informasi inovasi pertanian kepada masyarakat pertanian. Demplot adalah
kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang penerapan teknologi pertanian yang
dilaksanakan oleh perorangan. Salah satu inovasi teknologi yang didiseminasikan melalui
demplot adalah teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) yang dilaksanakan di Kabupaten Lebong.

2
1. 2. Tujuan
1. Mendesiminasikan teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT).
2. Menjaring respon penyuluh dan petani terhadap teknologi yang didesiminasikan.

1.3. Keluaran

1. Terdesiminasinya teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan Pengelolaan


Tanaman Terpadu (PTT).
2. Terjaringnya respon penyuluh dan petani terhadap teknologi yang didesiminasikan.

3
II. PROSEDUR PELAKSANAAN

2.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Temu Lapang Teknologi Budidaya Kedelai dengan Pendekatan PTT dilaksanakan pada
tanggal 3 Juli 2015 di Lokasi Demplot Budidaya Kedelai dengan Pendekatan PTT di Lahan BP3K
Tabeak Blau Kabupaten Lebong.

2.2. Tahapan Pelaksanaan

Tahapan yang dilaksanakan pada kegiatan Temu Lapang Teknologi Budidaya Kedelai
dengan Pendekatan PTT di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong meliputi:
 Kata sambutan dan pembingkaian kegiatan.
 Kata sambutan dan pembukaan.
 Penyampaian materi tentang inovasi teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT.
 Kunjungan lapangan ke lokasi demplot.
 Diskusi.
 Pengisian daftar pertanyaan (kuesioner) pre test yang dilaksanakan sebelum kegiatan
berlangsung dan post test yang dilaksanakan setelah diskusi. Adapun tujuan dari pengisian
kuesioner adalah untuk melihat tingkat pengetahuan petani dalam budidaya padi melalui
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) sebelum dan sesudah dilaksanakannya
temu lapang.
 Penutupan.

2.3. Materi
Materi yang disampaikan pada Temu Lapang Teknologi Budidaya Kedelai dengan
Pendekatan PTT secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.

4
Tabel 1. Materi Temu Lapang Teknologi Budidaya Kedelai dengan Pendekatan PTT di
Kabupaten Lebong

No Judul Materi Pemateri/Pemandu

1. Kata sambutan dan pembingkaian kegiatan Yesmawati, SP


temu lapang

2. Kata sambutan dan pembukaan acara Kepala BP4K Kabupaten Lebong

3. Penyampaian materi Budidaya Kedelai Linda Harta, S.Pt


dengan Pendekatan PTT

4. Kunjungan lapangan Korluh BP3K Tabeak Blau

5. Pengisian kuesioner Yesmawati, SP dan Linda Harta, S.Pt

2.4. Peserta

Peserta yang hadir pada Temu Lapang Teknologi Budidaya Kedelai dengan Pendekatan
PTT di Kabupaten Lebong berjumlah 31 orang (Tabel 2).

Tabel 2. Peserta Temu Lapang Teknologi Budidaya Kedelai dengan Pendekatan PTT di
Kabupaten Lebong

No Peserta Jumlah (Orang)


1. BPTP 4
2. BP4K Kabupaten Lebo 2
3. Penyuluh BP3K 14
4. Petani 11
Jumlah 31

2.4. Pembiayaan

Pembiayaan pelaksanaan Temu Lapang Teknologi Budidaya Kedelai dengan Pendekatan


PTT di BP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tanggal 3 Juli 2015, bersumber dari alokasi

5
anggaran kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam Percepatan Penyebaran
Inovasi Pertanian di Provinsi Bengkulu pada DIPA BPTP Bengkulu Tahun Anggaran 2015.

III. HASIL

3.1. Kata Sambutan dari BPTP Bengkulu dan Pembingkaian Kegiatan

Kata sambutan dan pembingkaian kegiatan Temu Lapang Teknologi Budidaya Kedelai
dengan Pendekatan PTT disampaikan oleh Ibu Yesmawati, SP. Pada sambutan, disampaikan
apresiasi dari BPTP Bengkulu kepada Pihak BP3K yang telah bekerja sama dalam pelaksanaan
demplot budidaya kedelai di lahan BP3K yang dimiliki. Diharapkan dengan adanya demplot ini
dapat meningkatkan pengetahuan penyuluh dan petani mengenai teknologi budidaya tanaman
kedelai, yang nantinya dapat digunakan sebagai percontohan dalam melaksanakan GP-PTT
kedelai di Kabupaten Lebong.

3.2. Kata Sambutan dan Pembukaan oleh Kepala BP4K Kabupaten Lebong
Kegiatan temu lapang dibuka secara resmi oleh Kepala BP4K Kabupaten Lebong, Bapak
Syapiul Kalbi, SP. Dalam sambutannya, Kepala Badan menyampaikan bahwa Kabupaten
Lebong sangat berterima kasih dengan adanya kerjasama antara BPTP Bengkulu dengan BP4K
Kabupaten Lebong, diantaranya melalui pelaksanaan demplot tanaman kedelai pada lahan BP3K
Tabeak Blau yang sedang dilaksanakan. Kerjasama melalui demplot ini diharapkan oleh Kepala
BP4K dapat dijadikan wahana belajar bagi penyuluh maupun petani dalam teknologi budidaya
tanaman kedelai. Diharapkan juga kerjasaman antara BPTP Bengkulu tidak hanya dilaksanakan
pada tahun ini saja, tetapi juga berkelanjutan untuk tahun-tahun berikutnya.

3.3. Penyampaian Materi Budidaya Kedelai dengan Pendekatan PTT


Materi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT disampaikan oleh Ibu Linda Harta, S.Pt
(BPTP Bengkulu). Teknologi budidaya yang disampaikan meliputi: penyiapan lahan, VUB yang
dianjurkan, pembuatan saluran drainase, penanaman, pemupukan, penggunaan mulsa jerami,
pengairan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta panen dan pascapanen.

6
3.4. Pengisian Daftar Pertanyaan (Kuesioner)

Data yang diambil dalam kuesioner antara lain adalah karakteristik responden yang
meliputi pendidikan, umur, jenis kelamin, luas lahan dan tingkat pengetahuan petani terhadap
teknologi budidaya padi melalui pendekatan PTT, baik dalam penggunaan VUB dan benih
bermutu dan berlabel, penyemaian, pemupukan, dan penanaman. Kuesioner diberikan sebelum
dan sesudah dilaksanakannya kegiatan.

7
IV. KESIMPULAN

1. Meningkatnya pemahaman (pengetahuan dan sikap) petani dan penyuluh terhadap


manfaat teknologi budidaya kedelai melalui pendekatan PTT.
2. Diperolehnya umpan balik petani dan penyuluh melalui penyampaian informasi tentang
manfaat teknologi budidaya kedelai melalui pendekatan PTT.
3. Termotivasinya petani dan penyuluh untuk menerapkan teknologi budidaya kedelai
melalui pendekatan PTT.

8
Lampiran 1. Foto Kegiatan Temu Lapang Budidaya Kedelai dengan Pendekatan PTT di
Kabupaten Lebong

Anda mungkin juga menyukai