KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
2015
ii
ISBN:
DISUSUN OLEH:
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
2015
iii
ISBN:
Penanggung Jawab:
Dr. Ir.Dedi Sugandi,MP
Penyunting :
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP
Dr. Umi Pudji Astuti, MP
Penyusun :
Dr.Umi Pudji Astuti, MP
Yesmawati, SP
Bunaiyah Honorita, SP
Desain
Agus Darmadi, SP
Diterbitkan:
Balai Pengkajian Teknilogi Pertanian Bengkulu
Jalan Irian. Km.6,5 Bengkulu 38119
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Tujuan......................................................................................................... 3
1.3. Keluaran...................................................................................................... 3
IV. HASIL............................................................................................................ 13
4.1. Desiminasi Teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT).............................................................................. 13
4.2. Respon Penyuluh dan Petani Terhadap Teknologi PTT Kedelai......................... 14
PENUTUP............................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 17
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal BP3K Tabeak Blau
Kec. Lebong Atas Kab. Lebong, April-Juli 2015. ............................................. 13
vii
I. PENDAHULUAN
1
up hasil litkaji (Kasryno, 2006). Untuk itu, perlu strategi atau mekanisme yang efisien dan
efektif.
Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani-
peternak adalah melalui penyelenggaraan penyuluhan pertanian.Penyuluhan Pertanian
merupakan suatu pendidikan non-formal yang ditujukan kepada petani-peternak dan
keluarganya untuk meningkatkan pengetahuannya di sektor pertanian. Penyebarluasan
informasi dalam penyuluhan pertanian mencakup penyebaran informasi yang berlangsung
antar penentu kebijakan, antar peneliti, antar penyuluh, antar petani maupun antar pihak-
pihak yang berkedudukan setingkat dalam proses pembangunan pertanian sehingga
meningkatkan produksi dan menambah pendapatan/keuntungan.Keberhasilan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian sangat ditentukan oleh materi pendukung, seperti
media dan metode penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan
kebutuhan.Media dan metode penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai
dengan sasaran yang ingin dituju, mutlak diperlukan karena tingkat kemampuan maupun
tingkat pendidikan petani-peternak berbeda.
Dari evaluasi pelaksanaan diseminasi dari berbagai media dan metode penyuluhan,
dipandang perlu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan diseminasi sehingga
lebih berdaya guna dan memenuhi pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani sesuai
dengan perkembangan pembangunan. Mengingat masih banyaknya hasil litkaji yang belum
diadopsi oleh petani karena kurangnya informasi teknologi yang diterima, makadiperlukan
kegiatan percepatan adopsi inovasi oleh BPTP Bengkulu.Percepatan adopsi inovasi di
Provinsi Bengkulu salah satunya dilakukan dengan metode demonstrasi plot (demplot).
Demplot merupakan salah satu metode penyuluhan pertanian yang dapat digunakan untuk
mempercepat penyebaran informasi inovasi pertanian kepada masyarakat
pertanian.Demplot adalah kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang penerapan
teknologi pertanian yang dilaksanakan oleh perorangan.Salah satu inovasi teknologi yang
didiseminasikan melalui demplot adalah teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang dilaksanakan di Kabupaten Lebong.
2
1. 2. Tujuan
1. Mendesiminasikan teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT).
2. Menjaring sikap dan respon penyuluh dan petani terhadap teknologi yang
didesiminasikan.
1.3. Keluaran
1. Terdesiminasinya teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT).
2. Terjaringnya sikap dan respon penyuluh dan petani terhadap teknologi yang
didesiminasikan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
5. Pemupukan
Dosis sekitar 50 kg urea, 75 kg SP-36, dan 100-150 kg KCl/ha. Diberikan seluruhnya
pada saat tanam atau diberikan dua kali (saat tanam dan 2 MST).
Pada sawah yang subur dan bekas padi yang dipupuk dengan dosis tinggi, tanaman
kedelai tidak perlu tambahan NPK.
Agar dosis pemupukan sesuai dengan spesifik lokasi hendaknya dilakukan uji tanah,
baik laboratorium, PUTS, dan PUTK.
6. Penggunaan Mulsa Jerami
Penggunaan mulsa jerami penting dilakukan untuk menekan frekuensi penyiangan
dan menekan serangan lalat bibit.
Pemberian sebanyak 5 ton/ha, dihamparkan merata dengan ketebalan 10 cm.
7. Pengairan
Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah awal
pertumbuhan vegetatif yaitu pada 15-21 hari setelah tanam (HST), saat berbunga
(25-35 HST), dan saat pengisian polong (55-70 HST). Dengan demikian tanaman
perlu diairi bila curah hujan tidak cukup.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama pada tanaman kedelai yang perlu dikendalikan antara lain adalah Lalat
Bibit (Ophiomyia phaseoli), Pengisap Polong (Riptortus linearis), Ulat Grayak
(Spodoptera litura), Penggerek Polong (Etielia zincekenella). Teknik pengendaliannya
yaitu:
a) Jika pada saat pemantauan, populasi hama tinggi atau kerusakan daun 12,5%
dan kerusakan polong 2,5%, tanaman perlu disemprot dengan insektisida efektif.
b) Pengendalian secara kultur teknis yaitu penggunaan mulsa jerami, pergiliran
tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan, serta penggunaan tanaman
perangkap jagung dan kacang hijau.
Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun ( Pakopsora pachyrhizl), hawar daun
(Pseudomonas syringae), dikendalikan dengan Mancozep. Pengendalian penyakit
yang disebabkan oleh virus yaitu dengan mengendalikan vektornya berupa serangga
hama kutu menggunakan insektisidan Decis. Waktu pengendalian adalah pada saat
tanaman berumur 14, 28, dan 42 hari setelah tanam atau menyemprot berdasarkan
populasi hama/vektornya.
5
9. Panen dan Pascapanen
Panen dilakukan pada saat biji mencapai fase masak yang ditandai dengan 95%
polong telah berwarna coklat atau kehitaman dan sebagian daun pada tanaman
sudah rontok.
Panen dilakukan dengan cara memotong pangkal batang.
Brangkasan kedelai hasil panen langsung dihamparkan di bawah sinar matahari
dengan ketebalan 25 cm selama 2-3 hari (tergantung cuaca) menggunakan alas.
Pengeringan dilakukan hingga kadar air 14%.
Hindari menumpuk brangkasan basah lebih dari 2 hari sebab akan menjadikan benih
berjamur dan mutunya rendah.
Brangkasan kedelai yang telah kering (kadar air sekitar 14%) secepatnya
dirontokkan baik secara manual maupun mekanis.
Pembersihan menggunakan tampi atau secara mekanis. Untuk keperluan benih,
sortasi harus dilakukan untuk membuang biji tipe simpang.
6
2.2. Deskripsi Varietas
7
III. PROSEDUR PELAKSANAAN
8
3.1.5. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BP3K Tabeak Blau
Diskusi dan pertemuan dilaksanakan di lahan atau BP3K Tabeak
Blausebanyak 3 kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis
budidaya kedelai; 2)Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan pengolahan
data; 3) Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot.
d. Penanaman
Tugal lahan yang telah diolah dan siap dengan kedalaman 2 – 3 cm.
Buat jarak tanam 20 X 20 cm x 40 cm, 2-3 biji/lubang tanamagar tidak
terjadi akumulasi serangan hama penyakit serta kekurangan air.
9
Jumlah populasi tanaman antara 350.000-500.000 tanaman/ha dengan
kebutuhan benih 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji.
e. Pemupukan
Pupuk tanaman dengan menggunakan pupuk urea, SP-36, dan KCl dengan dosis
sebagai berikut:
10
1. Pengendalian hama dilakukan berdasarkan pemantauan. Jika populasi hama
tinggi atau kerusakan daun 12,5 % dan kerusakan polong 2,5 %, tanaman
perlu disemprot dengan insektisida efektif.
.
2. Pengendalian
secara kultur
teknis antara
lain penggunaan mulsa jerami, pergiliran tanaman dan tanam serentak
dalam satu hamparan, serta penggunaan tanaman perangkap jagung dan
kacang hijau yang ditanam pada pematang sawah.
3. Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun ( Pakopsora pachyrhizl),
hawar daun (Pseudomonas syringae) dikendalikan dengan Mancozep dan
virus yang belum dapat dikendalikan dengan pestisida. Pengendalian virus
dilakukan dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama kutu
dengan insektisida Decis. Waktu pengendalian adalah pada saat tanaman
berumur 14, 28 dan 42 hari atau menyemprot berdasarkan populasi
hama/vektornya.
11
Panen dilakukan pada umur 82,5–92,5 hari, saat biji mencapai fase masak
yang ditandai dengan95 % polong telah berwarna coklat atau kehitaman dan
sebagian besar daun pada tanaman sudah rontok. Panen dilakukan dengan
cara memotong pangkal batang.
Brangkasan kedelai hasil panen langsung dihamparkan dibawah sinar
matahari dengan ketebalan 25 cm selama 2-3 hari (tegantung cuaca)
menggunakan alas. Pengeringan dilakukan hingga kadar air mencapai 14%.
Hindari menumpuk brangkasan basah lebih dari 2 hari sebab akan
menjadikan benih berjamur dan mutunya rendah. Brangkasan kedelai yang
telah kering (kadar air sekitar 14%) secepatnya dirontokkan baik secara
manual maupun mekanis (threser).
12
IV. HASIL
13
perbatang, umur berbunga 36 hari setelah tanam (HST), jumlah polong 125-156
polong per rumpun hanya saja dengan jumlah biji per polong hanya 2-3 biji dan
kondisi pertanaman tidak mendapatkan air yang cukup serta persentase biji rusak
yang cukup tinggi (20%) sehingga produksi hanya 0,4 ton/ha biji kering.
4.2. Sikap dan Respon Penyuluh dan Petani Terhadap Teknologi PTT Kedelai
Untuk mengetahui sikap dan respon penyuluh dan petani terhadap teknologi
PTT kedelai di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau dilakukan melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner kepada penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau
yang berjumlah 21 orang. Sikap penyuluh dan petani dilihat dari tingkat pengetahuan
dan sikap kognitif penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau terhadap
teknologi PTT kedelai. Dan respon penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT
kedelai dilihat dari sikap afektif. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi
PTT kedelai disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K
Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015
14
Tabel 3. Sikap Kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3K
Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015
15
V. PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Umi P. 2015. Rencana Diseminasi Hasil Penelitian (RDHP): Peningkatan Kapasitas
Penyuluhan dalam Rangka Percepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di Provinsi
Bengkulu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian serta Program
Informasi, Komunikasi, dan Diseminasi di BPTP. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
17