Anda di halaman 1dari 44

FORM A

Laporan Pelaksanaan
KAJIAN PAKET
MENGOLAH, MENGANALISA DAN MERUMUSKAN HASIL
TEKI{OLOGUMETODE PEI'IYULUHAN PERTANIAN

1. Penyuluh Pertanian

a. Nama dan NIP Gunawan, STP,MSi/19761?16 200501 1 002

b. PangkaUGolongan Penata TK.l /llld

c. Jabatan Penyuluh Pertanian Muda

d. Unit Kerja Balai Pengkaiian Teknologi Pertanian Jawa Timur

2. Dasar Pelaksanaan DIPA 2021

J, Nama Kegiatan Ujicoba Paket Teknologi Demonstra-si .Formulasi


pit<an Temak Sapi Potong Di Kab.Kediri - Jawa
Timur
4. Pelaksanaan Kegiatan

a. Waktu Pelaksanaan Pebruari-Desember 2021

b. TempaUlokasi Kecamatan Ngadiluwih Kediri

5. HasilPekeriaan : Ter[ampir

Mengetahui, Malang, Desember 2021


Kasubbag Tata Usaha, Penyuluh Pertanian,

#sffi N,

l)
f\\q--
Dr. Gunawan,MSi
N]P. 19761216 200501 1 002
MENGOLAH , MENGANALISIS DAN MERUMUSKAN
HASIL KAJIAN PEKET TEKNOLOGI/METODE
PENYULUHAN PERTANIAN

HASIL UJICOBA PAKET TEKNOLOGI


DEMONSTRASI FORMULASI PAKAN TERNAK SAPI POTONG
DI KAB.KEDIRI - JAWA TIMUR

Oleh :
Abu Bakar
Gunawan
Dwi Wahyu Astuti
Indriana Ratna Dewi

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmatNya sehingga
penyusun telah mampu menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir Kegiatan Uji
Coba Paket Teknologi Demonstrasi Formulasi Pakan Ternak Sapi Potong Di
Kab.Kediri - Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur yang memberikan
kepercayaan kepada penyusun dan tim untuk melaksanakan kegiatan Uji Coba
Paket Teknologi Demonstrasi Formulasi Pakan Ternak Sapi Potong Di Kab.Kediri.
Ucapan terima kasih juga penyusun sampaikan kepada Tim Pelaksana
kegiatan yang telah bekerjasama dan proaktif sejak dari penyususn perencanaan
kegiatan, pelaksanaan sampaikan penyusunan laporan akhir kegiatan.
Akhirnya penyusun berharap Laporan Akhir Kegiatan ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada pengembangan korporasi
Desa Sapi Potong secara efisien dan efektif.

Malang, Desember 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................... Error! Bookmark not defined.


DEMONSTRASI FORMULASI PAKAN TERNAK SAPI POTONG......................................... i
DI KAB.KEDIRI - JAWA TIMUR ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
1.2 TUJUAN .......................................................................................................... 3
1.3 PERKIRAAN KELUARAN .................................................................................. 3
1. 4 PERKIRAAN HASIL ......................................................................................... 3
1. 5 PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK............................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 5
III. METODE PELAKSANAAN ..................................................................................... 9
3.1 PROSEDUR ..................................................................................................... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 14
4.1 Karakteristik Sumberdaya ............................................................................. 14
4.2 Karakteristik Peternak ................................................................................. 15
4.3 Kinerja Teknis Teknologi Introduksi ............................................................... 21
4.4 Kinerja Ekonomi Teknologi Introduksi ............................................................. 30
4.5 Analisis Respon Peternak ............................................................................... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 37
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 37
5.2 Saran ........................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 39

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Paradigma pembangunan peternakan pada era globalisasi adalah
terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif serta kreatif melalui peternakan
tangguh berbasis sumber daya lokal. Program aksi untuk mewujudkan
swasembada daging sapi pada tahun 2010 antara lain dapat dilakukan melalui
kebijakan teknis pegembangan agribisnis sapi pola integrasi tanaman ternak
berskala besar dengan pendekatan berkelanjutan dengan biaya murah dan
optimalisasi pemanfaatan limbah atau yang dikenal dengan istilah Low External
Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan zero waste.

Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup


besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Limbah yang memiliki nilai nutrisi
relatif tinggi digunakan sebagai pakan sumber energi atau protein, sedangkan
limbah pertanian yang memiliki nilai nutrisi relatif rendah digolongkan sebagai
pakan sumber serat.

Umumnya limbah pertanian termasuk limbah biologi, karena ditimbulkan


sebagai sisa pengusahaan tumbuhan, salah atau benda biologi. Oleh karenanya,
limbah pertanian merupakan sumber bahan organik, terutama karbon dalam
bentuk karbohidrat. Selain itu, sering didapat bahan berguna lain dalam jumlah
yang masih memadai, seperti protein, lemak, vitamin dan mineral serta serat.
Oleh karena itu teknologi tentang pengolahan limbah pertanian perlu diupayakan
agar dapat membantu peternak dalam menyediakan pakan ternaknya sehingga
usahanya dapat berkembang dengan baik.

Pengolahan limbah pertanian dalam bentuk complete feed akan dapat


membantu dalam memenuhi kebutuhan ternak karena complete feed merupakan
pakan lengkap untuk ternak rumenansia yang memiliki kandungan zat-zat
makanan disusun dan diformulasi secara lengkap dan seimbang sesuai dengan
kebutuhan ternak. Penting untuk diperhatikan dalam pembuatan complete feed
adalah memperhatikan kandungan dari bahan yang akan digunakan serta memiliki
nilai ekonomis. Dengan memperhatikan hal tersebut maka peternak dapat

1
menekan biaya produksi berupa pakan dan akan memperoleh keuntungan yang
maksimal.

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan


faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek
pakan mempunyai pengaruh paling besar sekitar 60%. Hal ini menunjukkan
bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan
tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi
tidak akan tercapai. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas
ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha
peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya
produksi.

Perlu dipahami bersama bahwa ” tidak ada strategi dan komposisi pakan
terhebat yang dapat diterapkan pada semua sistem usaha peternakan sapi potong
yang tersebar di berbagai lokasi usaha. Yang terhebat adalah strategi untuk
mengungkap dan mengolah bahan pakan potensial setempat menjadi produk
ekonomis yang aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas”.

Untuk itu diperlukan introduksi teknologi formulasi pakan murah


berkualitas untuk ternak sapi. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan
meningkatkan keterampilan peternak-peternak menyusun formulasi pakan melalui
pemanfaatan bahan baku lokal. Efektivitas dan efisiensi usaha tersebut sangat
tergantung pada : ketersediaan bahan, kandungan nutrisi (zat gizi yang
diperlukan ternak), harga, anti nutrisi/racun (aflatoxin), tekstur bahan (apakah
perlu diolah sebelum digunakan).

Upaya untuk mempercepat penyebarluasan teknologi formulasi pakan


murah untuk ternak sapi dengan cara mendekatkan, memperkenalkan dan
memperagakannya ditingkat peternak melalui kegiatan demonstrasi plot. Dengan
demonstrasi plot peternak tidak saja melihat dan melakukannya akan tetapi
berdampak positif bertambahnya keyakinan dan kepercayaannya. Akhirnya akan
mendorong minat dan mampu menerapkannya.

Demplot merupakan tempat bagi peternak-peternak belajar sambil


berbuat untuk menjadi tau dan mau menyelesaikan sendiri masalahnya secara

2
lebih baik sehingga hasil usaha taninya lebih menguntungkan, sebab peternak dan
keluarganya dapat belajar dari pengalaman yang mereka alami sendiri, selama
peternak menjadi pelaku dalam kegiatan demplot. Agar peternak lebih mendalami
dan memahami proses pembelajaran ini diperlukan berbagai media penyuluhan
pertanian yang sesuai dengan daya pikir dan daya nalar peternak. Di antaranya
adalah dengan metode demonstrasi, dan cara demonstrasi adalah suatu bentuk
metode penyuluhan pertanian yang melibatkan cara dan penyerapan teknologi
baru dengan lebih sempurna. Demonstrasi bukan suatu percobaan atau
pengujian, tetapi suatu pendidikan lewat suatu percontohan.

1.2 TUJUAN

 Meningkatkan kemampuan teknologi formulasi pakan murah berkualitas


untuk sapi dengan memanfaatkan limbah pertanian bagi peternak di
Kabupaten Kediri.
 Melaksanakan umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomi dan sosial
teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk sapi di Kabupaten Kediri

1.3 PERKIRAAN KELUARAN

 Meningkatnya kemapuan teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk


sapi bagi peternak di Kabupaten Kediri

 Terlaksananya umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomis, sosial dan


budaya ternak sapi dengan teknologi formulasi pakan murah berkualitas di
Kabupaten Kediri

1. 4 PERKIRAAN HASIL

Terjadinya peningkatan kemapuan Peternak menformulasi pakan murah


berkualitas untuk sapi

 Terjadinya kesesuaian teknis, ekonomis, sosial dan budaya ternak sapi


dengan teknologi formulasi pakan murah berkualitas di Kabupaten Kediri

3
1. 5 PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK

MANFAAT
Peternak mampu menformulasi dan memproduksi pakan murah berkualitas
untuk ternak sapi di Kabupaten Kediri

DAMPAK
Tersedianya pakan murah dan berkualitas untuk ternak sapi di Kabupaten
Kediri sebagai suatu peluang usaha bisnis

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Salfina, dkk (2004) bahwa pakan merupakan faktor yang sangat
penting pada usaha penggemukan sapi, baik hijauan (pakan dasar), konsentrat
maupun adiktif. Sejalan dengan hasil penelitian Gunawan, et al,. (1996), bahwa
pemberian konsentrat dapat meningkatkan PBBH sapi bali , PO, dan Madura hingga
mencapai 660, 750, dan 650 gr/ekor/hari.

Ransum untuk penggemukan sapi tidak cukup hanya dipenuhi dari pakan
hijauan saja, melainkan perlu dukungan pakan konsentrat yang memadai. Kebutuhan
pakan konsentrat ini tergantung jenis sapi yang dipelihara, untuk sapisapi lokal yang
memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot badan < 1 kg/hari,
memerlukan pakan konsentrat yang lebih kecil. Lain halnya untuk sapi-sapi peranakan
unggul yang memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot badan > 1
kg/hari, maka memerlukan pakan konsentrat yang lebih tinggi (Nuschati et al.,2007)

Soeparno (1998) dan Tillman et al. (1998) melaporkan bahwa faktor genetis
dan asupan nutrisi sangat mempengaruhi terhadap kecepatan pertumbuhan ternak.
Sapi eks-impor yang memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi (misal sapi peranakan
Simmental, Limousin, Frishian Holstein), tidak akan mampu memberikan PBBH sesuai
kemampuan genetisnya apabila asupan nutrisi yang diberikan sama seperti
penggemukan pada sapi lokal. Demikian sebaliknya untuk sapi lokal (misal sapi
Peranakan Ongole/PO) yang secara genetis memiliki kecepatan pertumbuhan rendah
sampai sedang, juga tidak akan mampu memberikan PBBH seperti sapi eks-impor
walaupun diberikan asupan nutrisi lebih dari kebutuhannya (Tillman et al.,1998 dan
Aryogi et al.,2005). Oleh karena itu dalam usaha sapi kereman perlu teknologi
pemberian pakan sesuai kebutuhan (adequate), sehingga dapat menghindari
terjadinya pemborosan biaya produksi pakan sekaligus dapat meningkatkan konversi
pakan yang dideposisi dalam daging sapi (Prawirodigdo et al.,2004).

Pemberian pakan hijauan meskipun bisa diprediksi dengan rumusan yang ada,
sebaiknya tidak terlalu dibatasi melainkan perlu dilebihkan dari yang semestinya
dikonsumsi. Hal ini untuk memberikan keleluasaan pada ternak yang mengkonsumsi
karena tingkat konsumsi ransum pada sapi kereman di Indonesia cukup beragam.
(Anggraeny et al., 2005; Wijono dan Mariyono, 2005 dan Nuschati et al., 2005).

5
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak,
umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit)
dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot
badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan
yang berbeda pula (Umiyasih, 2007).

Salah satu pengembangan teknologi formulasi pakan adalah teknologi pakan


lengkap (complete feed) merupakan salah satu metoda/teknik pembuatan pakan yang
digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian/ perkebunan dan
limbah agroindustri melalui proses pengolahan dengan perlakuan fisik dan
suplementasi untuk produksi pakan ternak ruminansia. Proses pengolahannya meliputi
pemotongan untuk merubah ukuran partikel, pengeringan, penggilingan/
penghancuran, pencampuran antara bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan
maupun cairan, serta pengemasan. Pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan yang
tersedia secara lokal di masingmasing wilayah, ditambah dengan penggunaan limbah
agroindustri, merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan produksi pakan
dengan kualitas standar dan sekaligus murah.

Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National


Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan
dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi
tersebut digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak
ruminansia, sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat
produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula. Tinggi
rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri). Beberapa
tentang bahan baku pakan :
Sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar
(SK) >18%, contohnya limbah pertanian, kulit biji polong-polongan dll.
Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang
dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari
35%, contohnya biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian
dan limbah sisa penggilingan.

6
Sumber protein adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan protein
kasar >20% baik bahan yang berasal dari tumbuhtumbuhan seperti
bungkil, bekatul maupun yang berasal dari hewan seperti silase ikan.
Sumber mineral adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral
yang cukup tinggi, misalnya garam dapur, kapur makan, tepung ikan,
tepung kulit bekicot, tepung kulit kerang dan tepung kulit ikan.
Sumber vitamin adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan vitamin
cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbiumbian.
Pakan tambahan adalah bahan-bahan tertentu yang ditambahkan kedalam
ransum, seperti obat-obatan, anti biotika, hormon, air, dan zat pengharum.
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat
dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan
oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit),
tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang
ternak untuk mengkonsumsinya (Umiyasih, 2007).
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang
dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain.
Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu
suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi
ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak
inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika
baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu,
pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem
belajar mandiri.

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan


melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem
sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana
pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis
perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena

7
tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial
tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi
dan atau sub sistem.

Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi: 1)


keunggulan relatif (relative advantage), 2) kompatibilitas (compatibility), 3) kerumitan
(complexity), 4) kemampuan diuji cobakan (trialability) dan 5) kemampuan diamati
(observability). Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih
baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi,
seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin
besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut
dapat diadopsi.

Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten


dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi.
Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah
sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).

Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit
untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah
dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya.
Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu
inovasi dapat diadopsi. Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu
inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam
seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan
cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan
(mendemonstrasikan) keunggulannya. Kemampuan untuk diamati adalah derajat
dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang
melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok
orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan
relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan
untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan
inovasi tersebut dapat diadopsi.

8
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 PROSEDUR
a. Bahan
Pakan yang digunakan adalah pakan hijauan dan bahan pakan lokal yang
dapat digunakan sesuai dengan ketersediaan bahan yang ada di setiap wilayah,
adapun bahan baku pakan yang digunakan untuk menformulasi pakan murah
antara lain :

1. Sumber Serat Kasar ; kulit kacang tanah, tongkol jagung


2. Sumber Energi ; dedak.
3. Sumber Protein ; tepung ikan
4. Sumber Mineral ; pikuten

b. Pendekatan
Kegiatan Demonstrasi Plot (Demplot) akan dilaksanakan dengan pendekatan
partisipatif dalam menunjukkan teknologi formulasi pakan murah dan berkualitas
untuk sapi melalui pendayagunaan limbah pertanian dan agroindustri untuk
mendukung ketersediaan pakan yang kontinue.
C. Tahapan Pelaksanaan
 Persiapan
1) Penelusuran hasil-hasil penelitian teknologi pemanfaatan limbah pertanian
dan agroindustri sebagai sumber pakan sapi yang potensial
2) Identifikasi sebaran teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk
ternak sapi di Kabupaten Kediri;
3) Identifikasi peternak yang membutuhkan teknologi formulasi pakan murah
berkualitas di Kabupaten Kediri;
4) Identifikasi dan inventarisasi potensi sumberdaya limbah pertanian dan
agroindustri yang tersedia untuk formulasi pakan murah berkualitas di
Kabupaten Kediri;
 Pembentukan Tim Pelaksana
Pelaksana kegiatan adalah Tim yang terdiri dari Penyuluh , Peneliti dan Teknisi
BPTP Jawa Timur yang bidang keahliannya sesuai dengan teknologi yang di Uji
Coba/didemonstrasikan, serta melibatkan penyuluh di tingkat kabupaten

9
 Penyediaan Bahan Diseminasi
Jenis media yang disediakan adalah Juknis pelaksanaan demplot dalam bentuk
folder. yang memuat informasi tentang limbah pertanian dan agroindustri yang
potensial sebagai bahan baku pakan murah berkualitas
 Koordinasi
Koordinasi dilakukan bersama dengan pengelolah Korporasi Desa Sapi Potong,
Dinas terkait,
BPP dan Gapoktan untuk penyampaian kegiatan yang akan dilaksanakan,
data lokasi dan Gapoktan pengelolah peternak Korporasi Desa Sapi Potong
jadwal tanam yang telah disepakati oleh kelompok serta pengadaan sarana
produksi
 Penetapan Lokasi dan Peternak Pelaksana
Penetapan lokasi Uji Coba/Demonstrasi dilakukan bersama sama pengelolah
Korporasi Desa Sapi Potong Kabupaten dan Penyuluh lapangan dengan
persyaratan bahwa. : 1) Lokasi kegiatan Uji Coba/demonstrasi adalah lokasi
Korporasi Desa Sapi Potong 2) letaknya berada dipinggir jalan; 3) mudah
dijangkau sehingga dapat dilihat oleh peternak sekitar; 4) bebas dari banjir,
kekeringan; 5) tidak jauh dari jalan yang dilewati kendaraan roda 2 atau roda
4. Persyaratan peternak pelaksana/kooperator adalah : 1) ketua Gapoktan
pengelola Korporasi Desa Sapi Potong atau anggota Gapoktan yang dominan
mengusahakan komoditi yang didemonstrasikan dan membutuhkan teknologi
tersebut; 2) Peternak kooperator sebaiknya inovatif; 2) mudah diajak kerjasama
dalam pelaksanaan kegitan ; 3) dan dapat menggerakkan kelompok tani lainnya.
 Pelaksanaan
1) Waktu
Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari 2021 sampai dengan
Desember 2021.
2) Lokasi
Desa Badal Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri dengan pertimbangan
bahwa lokasi tersebut adalah lokasi Korporasi Desa Sapi Potong
3) Peternak Pelaksana
Safarudin (ketua kelompoktani Makmur Desa Badal)

10
4) Sosialisasi/Apresiasi Awal kegiatan
Sosialisasi teknologi dilakukan mengawali kegiatan demonstrasi bertujuan
untuk menyampaikan teknologi yang akan diintroduksi. Pertemuan ini
dilakukan di lokasi kegiatan sebagai nara sumber yaitu Peneliti dan
Penyuluh BPTP Jawa Timur dihadiri oleh peternak pelaksana, peternak
anggota Gapoktan/Gapoktan lain yang mengusahakan sapi, para
penyuluh, petugas dari Instansi terkait dan Pemda. Pada pertemuan ini
interaksi yang dilakukan melalui media cetak dan dialog antara nara sumber
dan peternak-peternak Kegiatan ini melibatkan 1 (satu) kelompoktani
sapi yang tergabung dalam Korporasi Desa Sapi Potong
5) FGD (Focus Group Discussion)
Kegiatan ini bertujuan menggali informasi kemampuan/ penguasaan
teknologi, kebiasaan peternak dalam mengelola usahataninya, produksi
dan pendapatan yang diperoleh serta masalah yang dihadapi. Hasil
pertemuan ini adalah kesepakatan dengan kelompok tani tentang pilihan
jenis bahan pakan dari limbah pertanian untuk diformulasi menjadi pakan
murah berkualitas. Focus Group Discussion yang melibatkan peternak
kooperator dan anggotanya. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh
kesepakatan rakitan teknologi dengan peternak koopertaor.
6) Aplikasi Teknologi
 Memperkenalkan limbah-limbah pertanian yang dapat dijadikan sumber
pakan murah berkualitas dan kandungan nutrisinya
 Menunjukkan cara formulasi pakan murah berkualitas
 Melibatkan peternak-peternak secara aktif dalam setiap aktivitas
demonstrasi teknologi formulasi pakan murah berkualitas
 Setiap tahapan aplikasi teknologi, menghadirkan beberapa peternak
untuk melihat secara langsung formulasi pakan murah berkualitas 
Formulasi pakan murah berkualitas untuk 100 kg adalah :
 Dedak padi 31,5 kg
 Tepung Kulit kacang 31,5 kg
 Tepung Tongkol jagung 31,5 kg
 Tepung ikan 5 kg

11
 Tepung mineral Pikuten 0,5 kg
7) Pengamatan
Data yang dikumpulkan adalah :
 Ketersediaan bahan pakan berupa limbah pertanian
Jenis limbah pertanian
Jumlah limbah pertanian yang tersedia
Waktu ketersediaannya
 Palatabilitas (tingkat kesukaan sapi)
 Nilai ekonomi jenis-jenis limbah pertanian yang dijadikan sumber pakan
 Karateristik peternak anggota PETERNAK yang terlibat
 Alokasi waktu berdasarkan komponen aktivitas dalam demonstrasi
teknologi formulasi pakan murah berkualitas (tingkat partisipasi
peternak-peternak )
 Alokasi kemampuan penginderaan (telinga, mata, tangan) menyerap
informasi teknologi dalam proses belajar melalui demonstrasi (tingkat
partisipasi peternak-peternak)
 Respon, tanggapan dan komentar peternak-peternak terhadap
teknologi yang didemonstrasikan melalui dialog, wawancara
menggunakan daftar pertanyaan yang meliputi :
Tingkat pengetahuan, pemahaman, kemampuan teknis, dalam
menerapkan teknologi yang didemonstrasikan
Masalah yang ada jika teknologi diterapkan
Kemungkinan untuk dilanjutkan musim berikutnya
 Data tingkat kepuasan peternak-peternak anggota kelompok terhadap
teknologi yang di Uji Coba/Demonstrasi terkait dengan karakter
teknologi introduksi, yang meliputi :
Kelebihan teknologi yang diintroduksi
Kekurangan teknologi yang diintroduksi
8) Analisa Data
Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis :
 Analisis statistik sederhana untuk melihat kelayakan teknis teknologi

12
 Kelayakan financial pakan murah berkualitas ditentukan berdasarkan
imbangan antara tambahan penerimaan dengan tambahan biaya akibat
penerapan teknologi introduksi atau Marginal benefit cost ratio (MBCR).

Penerimaan Kotor (B) – Penerimaan Kotor (P)


MBCR :
Total Biaya (B) – Total Biaya (P)

Keterangan : B : Teknologi Baru ; P : Teknologi Peternak

 Analisis deskriptif untuk melihat tingkat partisipasi PETERNAK terkait


dengan alokasi waktu, alokasi kemampuan penginderaan, faktor
internal dan faktor eksternal peternak
 Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan peternak terkait
preferensinya dan hasil karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan
Analisis respon peternak-peternak dalam PETERNAK untuk
mengetahui kesesuaian teknis, ekonomi, sosial, dan budaya
peternak dengan teknologi yang didemonstrasikan
 Temu Lapang
Kegiatan ini dilakukan pada setiap tahapan aplikasi teknologi dan menjelang
akhir kegiatan, untuk lebih meningkatkan pemahaman peternak dan
kemungkinan penerapannya lebih lanjut.
 Pelaporan dan Seminar Hasil
Kegiatan ini dilakukan menjelang akhir kegiatan. Setelah data primer terkumpul,
diolah dan dianalisis, untuk penyusunan laporan dan selanjutnya dilakukan
seminar untuk menampung saran dan perbaikan, sehingga laporan dianggap
layak dan dapat dipahami oleh yang memerlukan.

13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Sumberdaya

Hasil analisis secara komprehensif sumberdaya alam untuk pelaksanaan


kegiatan Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Pakan Murah dan Berkualitas Untuk
Ternak Sapi merupakan indikator dalam penentuan lokasi yaitu antara lain ;
temperature, kelembaban, curah hujan dsb. Kecamatan Ngadiluwih memiliki
temperature yang relative baik bagi pertumbuhan sapi potong terbukti dengan
meningkatnya laju pertumbuhan yang diakibatkan oleh konsumsi pakan yang
meningkat.
Curah hujan di wilayah ini juga cukup tinggi yaitu 800 mm/tahun sehingga
berkorelasi tinggi dengan ketersediaan pakan hijauan. Selain itu pula karena
tingginya curah hujan mengakibatkan temperature potensial bagi pertumbuhan
sapi potong. Demikian juga dengan kondisi topografi lokasi akan mempengaruhi
temperature, curah hujan, dan kelembababan lingkungan. Dalam hal ini
kecamatan Ngadiluwih sedikit berbukit sehingga bisa menghambat arah angin
sehingga menjadi pertimbangan pembuatan kandang. Selain itu juga arah sinar
matahari dapat masuk ke dalam kandang.
Melihat kondisi tersebut masa yang tepat untuk penggemukan sapi adalah
mulai dilakukan pada bulan Desember sampai dengan bulan Juli, karena dapat
menjamin kualitas maupun kuantitas pakan yang diberikan pada masa
penggemukan sehingga akan memberikan pertumbuhan optimal serta
mempercepat periode produksi. Hal ini akan menjadi lebih efisien baik dari tenaga
ataupun biaya lain dibutuhkan dalam proses produksi.
Yasa, dkk (2006) menyatakan bahwa pertambahan bobot sapi pada bulan
Maret sampai Juni laju pertumbuhannya mulai menurun dari bulan Juli sampai
Agustus. Kondisi ini seiring dengan menurunnya ketersediaan pakan khususnya
untuk hijauan serta kurang baiknya kondisi lingkungan dengan rendahnya curah
hujan pada saat itu. Hal tersebut dapat dijadikan referensi untuk, penggemukan
sebaiknya diawali pada bulan Desember selanjutnya dipasarkan pada bulan
MeiJuni tahun berikutnya. Namun demikian pengalaman menunjukkan bahwa
penggemukan yang dilakukan mulai pada bulan Mei-Juli memberikan hasil yang
tidak mengecewakan. Strategi lain yang dapat dilakukan berupa peningkatan 1)

14
volume pemberian pakan konsentrat ditingkatkan, namun dengan perhitungan
secara ekonomis terlebih dahulu; 2) memperbesar bobot badan awal sapi yang
akan digemukkan, yakni paling tidak 300 kg supaya waktu pemeliharaan
yang dibutuhkan untuk mencapai bobot potong menjadi lebih singkat (5
bulan); dan 3) meningkatkan sumber pakan hijauan bermutu melalui penananam
hijauan pakan bermutu tahan kering seperti lamtoro yang telah terbukti
berproduksi sepanjang tahun.
Eksistensi kelembagaan pertanian di wilayah ini meliputi kelembagaan
peternak yaitu kelompoktani dan Gapoktan, kelembagaan keuangan berupa BRI
Unit, kelembagaan penyuluhan berupa Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan
berinteraksi baik dengan peternak di wilayahnya, kelembagaan pemasaran berupa
pasar tradisional tingkat kecamatan yang beroperasi 3 kali seminggu. Di pasar ini
juga sebagian besar peternak melakukan transaksi pembelian sarana produksi dan
penjualan hasil produksi.

4.2 Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak perlu menjadi pertimbagan dalam proses transfer


teknologi karena kondisi internal ersebut berperan dalam berbagai proses yang
dilalui seseorang dalam berinteraksi dengan hal-hal inovatif. Karakteristik secara
internal digambarkan oleh umur, tingkat pendidikan formal, luas pemilikan lahan
dan jumlah tanggungan keluarga serta pengalaman dalam berusaha ternak sapi
secara berturut-turut akan dibahas dan disajikan dalam tabel-tabel berikut
Umur Peternak
Kemampuan fisik seorang peternak dalam melaksanakan usahataninya sangat
dipengaruhi oleh kemampuan fisik. Demikian juga dengan kinerja seseorang
akan sejalan dengan pertambahan umur. Semakin tinggi umur seseorang,
maka kemampuan bekerja akan meningkat sehingga produktivitasnya
meningkat sampai mencapai batas umur tertentu. Secara detail akan diurai
dan dibahas kemudian disajikan dalam tabel berikut :

15
Tabel1.Distribusi Peternak Menurut Umur pada Ujicoba/Demonstrasi
Fomulasi Pakan Ternak Sapi di Kabupaten Kediri , 2021.
No. Umur (thn) Jumlah Peternak (org) Prosentase (%)

1. < 40 8 32

2. 40 – 45 11 44

3. 46 – 51 4 16

4. 52 – 57 2 8
Jumlah 25 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peternak
berada pada usia 40 – 45 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
umumnya peternak berada pada usia produktif yaitu kisaran usia 17 – 65 tahun,
sehingga secara fisik masih memiliki kemampuan yang cukup baik untuk
melakukan aktivitas usahatani dan usaha ternaknya. Termasuk di dalamnya
menerapkan berbagai teknologi yang tersedia untuk meningkatkan kinerja
usahanya. Namun demikian masih perlu bimbingan lebih lanjut untuk
menerapkan suatu komponen teknologi, karena tingkat ketrampilan seseorang
akan dapat dicapai dengan meningkatkan frekuensi aktivitas yang sama.
Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
kapasitas sumberdaya manusia. Namun peningkatan kapasitas seseorang
dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain dengan pendidikan formal,
dimana makin tinggi tingkat pendidikan formal peternak akan semakin rasional
pola pikir dan daya nalarnya, sehingga akan lebih cepat memahami fenomena
yang ada, yang selanjutnya akan menanamkan pengertian, sikap dan
mempengaruhi kemampuan peternak untuk bertindak lebih tanggap terhadap
suatu inovasi teknologi. Untuk lebih meyakini bahwa tingkat pendidikan
formal seseorang sangat mempengaruhi pembentukan opini, pembentukan
sikap, akan diuraikan dalam tabel berikut.

16
Tabel 2.Distribusi Peternak Menurut Pendidikan Formal pada
Ujicoba/Demontrasi Formulasi Pakan Ternak Sapi di
Kabupaten Kediri , 2021.
No. Tingkat Jumlah Peternak (org) Prosentase (%)
Pendidikan
1. Tidak Tamat SD - -

2. Tamat SD 2 8

3. SMP 15 60

4. SMA 8 32

Jumlah 25 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peternak
memiliki tingkat pendidikan yang relatif baik, karena mayoritas sudah pada
tingkat pendidikan menengah sehingga memberikan gambaran kapasitas yang
cukup optimal untuk melakukan interaksi dengan dunia luar. Kapasitas
tersebut salah satunya adalah kemampuan mengakses informasi dan teknologi
relatif lebih baik. Meskipun dalam berkomunikasi masih sangat terpengaruh
oleh kebudayaan setempat yang melekat kuat sehingga masih terdapat kendala
dalam transfer teknologi.
Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan dialogis untuk berinteraksi sehingga
komunikasi dapat terjalin dengan baik yang pada akhirnya akan memudahkan
upaya transfer teknologi ke depan. Kualitas interaksi yang baik akan
menghasilkan komunikasi yang timbal balik, dalam arti akan terjadi umpan balik
secara alami.
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman merupakan ujung tombak dari suatu proses penemuan, dimana
pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam hal ini peternak-peternak akan
menjadi referensi bagi pengembangan usahatani-ternaknya ke depan. Oleh
sebab itu sangatlah penting menggambarkan pengalaman karena merupakan
penggambaran tingkat ketrampilan teknis yang dimiliki, pemikiran rasional dan
kemampuan untuk melakukan inovasi usahatani-ternaknya yang dapat
memberikan nilai tambah. Hal tersebut akan diuraikan pada tabel berikut :

17
Tabel 3. Distribusi Peternak Menurut Pengalaman Berusahatani pada
Ujicoba/Demonstrasi Formulasi Pakan Ternak Sapi di
Kabupaten Kediri , 2021.
No. Pengalaman Jumlah Peternak (org) Prosentase (%)
Berusahatani (thn)
1. < 5 tahun 3 12

2. 5 – 10 tahun 12 48

3. 11 – 20 tahun 5 20

4. > 20 tahun 5 20

Jumlah 25 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peternak-
peternak memiliki pengalaman yang sudah cukup banyak yaitu 5 – 10 tahun,
yang menjadi indikator bahwa banyak pengetahuan yang sudah dimiliki
mereka dalam pemeliharaan sapi potong, sehingga dengan melakukan
interaksi dan komunikasi yang baik akan lebih mudah berlansungnya proses
transfer teknologi. Namun demikian teknologi formulasi pakan murah
berkualitas yang menggunakan bahan lokal merupakan hal baru bagi mereka
sehingga akan membawa dampak pada peningkatan mutu pemeliharaan sapi
potong.
Kondisi usaha ternak sapi potong yang dikelola Peternak masih sangat
tradisional, sehingga peluang untuk meningkatkan produksi dan pendapatran
masih terbuka lebar yang didukung dengan ketersediaan sumberdaya
pertanian yang memiliki potensi limbah yang cukup banyak.
Kepemilikan Sapi
Syarat utama penggemukan sapi adalah ternak sapi yang akan digemukkan,
dan merupakan salah satu faktor produksi. Pada umumnya peternak memiliki
1 – 3 ekor per rumah tangga tani. Kepemilikan ini juga dipengaruhi oleh tingkat
kemampuan mengelola usaha dan kepemilikan modal. Di samping itu juga
pada umumnya peternak masih berusahatani di persawahan untuk menopang
kebutuhan pangan keluarga.
Secara tradisional pengembangan sapi potong peternak hanya mengandalkan
pakan hijauan, sehingga perlu pengembangan formulasi pakan yang murah

18
dan berkualitas untuk mendukung program penggemukan sapi. Sapi sebagai
aset usahatani peternak, namun demikian untuk lebih meningkatkan
produktivitasnya perlu dikelola dengan optimal dan bijaksana. Hal tersebut
terkait dengan kelestarian sumberdaya. Untuk lebih jelasnya diuraikan dalam
tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi Peternak Menurut Kepemilikan Ternak


Ujicoba/Demonstrasi Formulasi Pakan Ternak Sapi di
Kabupaten Kediri , 2021.
No. Kepemilikan ternak Jumlah Prosentase (%)
(ekor) Peternak (org)
1. 1 5 20

2. 2-3 12 48

3. >3 8 32

Jumlah 25 100
Sumber : Hasil Olahan Data Primer
Berdasarkan data tersebut di atas menunjukkan bahwa tingkat
kepemilikan yang masih relatif kecil ini berpotensi untuk dikembangkan dalam
suatu kelompok untuk lebih mengefisienkan dan mengefektifkan penggunaan
teknologi. Hal tersebut ditempuh agar dapat diperhitungkan tingkat kelayakan
usaha penggemukan sapi di tingkat peternak. Dalam mengoptimalkan
manfaat teknologi formulasi pakan murah dan berkualitas dapat diketahui juga
nilai tambah dari investasi.
Kondisi Awal Peternak (Pengetahuan)
Proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui
saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari
sistem social, membutuhkan waktu yang relative cukup. Hal tersebut sejalan
dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an
innovation is communicated through certain channels over time among the
members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu
bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-
pesan yang berupa gagasan baru.
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi
dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan
19
inovasi. Keputusan inovasi tersebut dapat diperkuat oleh data awal yang
diperoleh melalui identifikasi pengetahuan awal yang dimiliki peternak tentang
teknologi yang akan di introduksi melalui kegiatan ujicoba/demonstrasi.
Pengetahuan awal peternak dalam kegiatan ini diuraikan secara jelas dalam
tabel berikut :
Tabel 5. Pengetahuan Awal Peternak Tentang Teknologi Introduksi pada
Ujicoba/Demonstrasi Formulasi Pakan Murah Ternak Sapi di Kabupaten
Kediri , 2021.
No. Uraian Pengetahuan Prosentase (%)
(N=25)
Ya Tidak Ya Tidak
1. Informasi Teknologi 2 23 8 92
Limbah Pertanian Sebagai
Bahan Baku Pakan
2. Potensi Bahan Baku yang 1 24 4 96
tersedia
3. Potensi Dedak Padi sebagai 15 5 60 40
bahan baku pakan
4. Potensi Limbah Kacang - 25 - 100
Tanah sebagai bahan baku
pakan
5. Potensi Limbah Tongkol - 25 - 100
Jagung sebagai bahan baku
pakan
6. Potensi Limbah ikan 8 17 32 68
sebagai bahan baku pakan
7. Potensi Keong Mas sebagai - 25 - 100
bahan baku pakan
Jumlah 26 144 104 596

Rata-rata 3,71 20,57 14,86 85,14


Sumber : Hasil Olahan Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
peternak tentang potensi limbah pertanian sebagai bahan baku pakan maupun
jenis-jenis limbah pertanian yang dapat dijadikan bahan baku pakan relatif kurang
(85,14%). Meskipun potensi bahan baku pakan lokal yang dapat dimanfaatkan
tersedia cukup banyak di lokasi. Hal tersebut merupakan indikator bahwa
teknologi yang akan didemonstrasikan memiliki peluang untuk dapat diterima dan

20
diterapkan karena ketersediaan bahan demonstrasi cukup baik dari aspek
kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya terjamin.
Sumber energi, termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan
ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi
serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah : (a) kelompok hasil sampingan serealia
(tongkol jagung dan kulit kacang tanah); dan (b) limbah penggilingan (dedak
padi).
Sumber protein Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan
ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari
hewan/tanaman). Pada kegiatan ini sumber protein dalam formulasi pakan murah
digunakan bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan
sebagainya).
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman
maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi
sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan,
penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu
beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap
bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan
mineralnya.
Sumber vitamin dan mineral, yang digunakan dalam kegiatan ini diharapkan
berasal dari keong mas yang akan digiling menjadi tepung, karena cukup tersedia.
Namun karena setelah dicoba dijemur untuk kemudian digiling, isi keong mas ikut
mencair sehingga tidak memungkinkan untuk diolah, selain itu pula kandungan
gizinya sudah berkurang. Untuk itu digunakan bahan pengganti berupa mineral
yang sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan
olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya pikuten.
4.3 Kinerja Teknis Teknologi Introduksi
Melalui teknologi yang diaplikasikan dalam kegiatan ini, menunjukkan
bahwa antusias peternak dalam mempelajari kandungan gizi pakan, pencampuran
pakan sangat tinggi sehingga memberikan efek yang baik terhadap pertambahan
bobot badan harian sapi yang digemukkan. Kinerja teknis teknologi yang akan
diurai dan dibahas meliputi penimbangan sapi untuk mengetahui pertambahan

21
bobot badan harian (PBBH). Dimana tingkat efektivitasnya ditunjukkan oleh
besarnya tingkat kenaikan. Secara detailnya akan diuraikan dalam tabel berikut :.
Tabel 6. Kinerja Teknis Teknologi pada Ujicoba/Demonstrasi Formulasi Pakan
Ternak Sapi di Kabupaten Kediri , 2021.
ID Sapi/ Periode Penimbangan I II III IV V VI
A1-1 363 390 417 450 479 520
A1-2 351 377 404 432 462 510
A1-3 268 293 319 347 377 406
Sumber : Hasil Olahan Data Primer
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bobot badan
setiap kali penimbangan, namun demikian laju peningkatannya sangat bervariasi.

Grafik 1. Hasil Penimbangan Sapi yang Diberi Pakan


Hasil kegiatan penggemukan sapi potong ini juga membrikan rata-rata
pertambahan bobot badan harian sapi sebesar 1,7 kg/ekor/hari. Uraian data
PBBH sapi yang digemukkan dituangkan dalam tabel berikut :
Tabel 7. Data Pertambahan Bobot Badan Harian Sapi pada Ujicoba/Demonstrasi
Formulasi Pakan Ternak Sapi di Kabupaten Kediri , 2021.
ID Sapi/ BB AWAL BB AKHIR SELISIH PBBH
Komponen (kg) (kg) (kg) (kg/hari)
pengukuran
A1-1 363 520 157 1,75
A1-2 351 510 159 1,76
A1-3 268 406 138 1,53
Jumlah 982 1.436 454 5,04
Rata-rata 327,3 478,6 151,3 1,68
Sumber : Analisis Data Primer

22
Grafik 2. PBBH Sapi yang Digemukkan
Pada tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa dalam penggemukan sapi
sangat ditentukan oleh sistem atau pola yang dikembangkan. Dalam hal ini bahwa
setiap pola atau model penggemukan sapi yang dikembangkan perlu perencanaan
yang matang sehingga seluruh komponen yang berpengaruh dalam
berlangsungnya penggemukan dapat dikendalikan dengan baik.
Pembelajaran penting dalam usaha penggmukan sapi adalah penerapan
sistem manajemen yang baik yang disertai dengan kemampuan manajerial
pengelola. Dalam penggemukan sapi semua komponen manajeman diterapkan,
mulai dari perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan
pengendalian/pengawasan mutlak harus dilakukan.
Teknologi yang akan di introduksi sebelumnya di sosialisasikan dalam suatu
forum pertemuan yang dihadiri oleh peternak, penyuluh dan peneliti sebagi nara
sumber. Dalam kegiatan ini dicapai kesepakatan tentang jenis dan macam yang
akan diujicoba/demonstrasikan sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dan
kemampuan peternak secara teknis untuk menerapkan teknologi.
Apabila kita mengharapkan peternak akan mengadopsi teknologi tersebut,
harus diyakini bahwa hal itu merupakan kebutuhan yang benar-benar diingikan
oleh peternak. Suatu teknologi akan menjadi kebutuhan apabila dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi peternak. Sehingga dibutuhkan
identifikasi masalah yang tepat; karena sesuatu yang kita anggap masalah, belum

23
tentu menjadi masalah pula bagi orang lain, kemudian jikapun permasalahan itu
benar dirasakan oleh peternak, belum tentu penyelesaian yang ditawarkan melalui
intervensi teknologi sesuai dengan kondisi peternak secara ekonomi, teknis, social
dan budayanya.
Dari kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan kegiatan
FGD untuk memperoleh rancangan dan desain teknologi yang disepakati dan siap
untuk di demonstrasikan kepada peternak. Kesepakatan yang dicapai melalui
hasil musyawarah dan diskusi tentang kandungan gizi bahan pakan, ketersediaan
bahan pakan di lokasi dari aspek kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya, dan teknis
pengolahannya. Secara jelas akan diuraikan dalam tabel berikut :
Tabel8.Ketersediaan Bahan Baku Pakan pada Ujicoba/Demosntrasi
Formulasi Pakan Ternak Sapi di Kabupaten Kediri , 2021.
No. Bahan Baku Waktu Palatabilitas Nilai Ekonomi
Pakan Ketersediaannya (Rp/kg)
1. Dedak Sepanjang waktu Suka 1.500
2. Kulit Kacang Tergantung Musim Suka 500
3. Tongkol Jagung Sepanjang Waktu Suka 500
4. Limbah Ikan Sepanjang Waktu Suka 15.000
5. Pikuten Sepanjang Waktu Suka 35.000
Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ketersediaan bahan baku pakan


yang dipilih untuk menformulasi pakan murah cukup banyak tersedia di lokasi,
namun pemanfaatannya masih relatif rendah. Penelitian (Syamsu, 2006)
menunjukkan hanya 37.88% peternak di Jawa Timur yang menggunakan limbah
pertanian sebagai pakan.
Beberapa faktor yang menyebabkan peternak tidak menggunakan limbah
tanaman pangan sebagai pakan adalah Liana & Febrina (2021) : a) umumnya
peternak membakar limbah tanaman pangan terutama jerami padi karena
secepatnya akan dilakukan pengolahan tanah, b) limbah tanaman pangan bersifat
kamba sehingga menyulitkan peternak untuk mengangkut dalam jumlah banyak
untuk diberikan kepada ternak, dan umumnya lahan pertanian jauh dari
pemukiman peternak sehingga membutuhkan biaya dalam pengangkutan, c) tidak
tersedianya tempat penyimpanan limbah tanaman pangan, dan peternak tidak

24
bersedia menyimpan/menumpuk limbah di sekitar rumah/kolong rumah karena
takut akan bahaya kebakaran, d) peternak menganggap bahwa ketersediaan
hijauan di lahan pekarangan, kebun, sawah masih mencukupi sebagai pakan
ternak.
Di sentra-sentra penghasil padi, banyak jerami yang dibuang atau dibakar
begitu saja setelah bulir-bulir padi dipanen. Padahal jerami tersebut setelah
dikeringkan dan disimpan dengan baik digudang dapat dimanfaatkan untuk bahan
pakan ternak ruminansia andalan.
Jaminan ketersediaan limbah pertanian mengikuti pola musim tanam yang
berlangsung, namun untuk antisipasi pada saat krang dapat dilakukan dengan
penyimpanan, dimana sebelumnya perlu penjemuran untuk mengurangi
kandungan kadar air sehingga memudahkan penggilingan pakan juga akan
meningkatkan kualitas pakan yang dibuat.
Selanjutnya, setelah dicapai kesepakatan tentang jenis bahan baku yang
digunakan maka dilakukan formulasi pakan dengan pengaturan sesuaio dengan
karakteristik bahan baku tersebut dan kebutuhan sapi yang akan diberi pakan
dengan mempertimbangkan pertambahan bobot badan sapi yang diinginkan.
Selanjutnya akan diuraikan secara jelas karakteristik teknologi yang
diintroduksi berdasarkan komponen-komponen aktivitas yang menjadi bagian dari
teknologi tersebut, dalam tabel berikut ini :
Tabel 9.Karakteristik Teknologi Introduksi pada Ujicoba/Demonstrasi
Formulasi Pakan Ternak Sapi di Kabupaten Kediri , 2021.
No. Paket/Komponen Karakter Teknologi Introduksi
Teknologi Kelebihan Kekurangan
1. Pengumpulan bahan Bahan baku pakan berupa Membutuhkan tempat
Baku pakan limbah pertanian banyak penyimpanan yang
tersedia aman dan baik
Memiliki kandungan gizi
yang baik
2. Penggilingan Bahan  Teksrturnya lebih lembut Butuh peralatan
Baku pakan  Mudah dicerna oleh sapi khusus
 Memudahkan Butuh biaya untuk
penyimpanan penggilingan

25
No. Paket/Komponen Karakter Teknologi Introduksi
Teknologi Kelebihan Kekurangan
3. Menformulasi Pakan Bahan baku pakan Membutuhkan
Murah memiliki kandungan gizi pengetahuan untuk
yang lengkap dan menghitung
seimbang kesesuaiannya dengan
Bahan baku pakan kebutuhan ternak
memiliki nilai ekonomi
yang murah

4. Penimbangan Bahan Takaran yang dapat Kesulitan penimbangan


Baku Pakan diatur sesuai dengan dalam
kebutuhan ternak jumlah banyak

5. Pencampuran Pakan Formulasi pakan yang Kesulitan pencampuran


Murah lengkap dan seimbang dalam jumlah banyak

6. Pengemasan Pakan Pakan lebih aman dan bisa Butuh biaya tambahan
Murah bertahan untuk pengemasan
Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan uraian tabel di atas menunjukkan bahwa karakteristik


teknologi yang dilakukan berdasarkan pada kelebihan dan kekurangan
masingmasing komponen aktivitas. Untuk itu dibutuhkan strategi dalam memilih
teknologi yang akan diterapkan, demikian juga dengan seorang peternak
membutuhkan strategi dalam memilih teknologi yang tepat guna antara lain
dengan melakukan karakterisasi terhadap teknologi tersebut.
Hasil karakterisasi teknologi menunjukkan bahwa suatu teknologi yang
ditawarkan akan memberikan keuntungan yang relative lebih besar, dari nilai yang
dihasilkan oleh teknologi lama, maka adopsi akan berjalan lebih cepat. Untuk itu
dapat dilakukan dengan cara; bandingkan kelebihan dan kekurangan teknologi
introduksi dengan teknologi yang sudah ada, kemudian identifikasi teknologi
dengan biaya rendah atau teknologi yang produksinya tinggi.
Gambaran ini menunjukkan bahwa indikator diterimanya suatu teknologi
oleh peternak sebagai pengguna teknologi. Selain itu juga, suatu teknologi juga
harus memiliki kompatibilitas yaitu mempunyai keterkaitan dengan sosial budaya,
kepercayaan dan gagasan yang dikenalkan sebelumnya dan keperluan yang
dirasakan oleh pengguna. Selain itu teknologi harus mudah untuk diamati,
sehingga banyak adopter yang mampu menggunakannya dengan meniru tata

26
pelaksanaannya tanpa bertanya kepada para ahlinya. Dengan demikian akan
terjadi proses difusi, sehingga jumlah adopter akan meningkat.
Selanjutnya akan dilihat dan dianalisis hasil pengumpulan data tentang
tingkat kepuasan pengguna (peternak) terhadap pelayanan diseminasi teknologi
yang telah dilakukan BPTP Jawa Timur melalui kegiatan ujicoba/demonstrasi
teknologi formulasi pakan murah dan berkualitas untuk ternak sapi di Kabupaten
Kediri, yang secara rinci akan diuraikan dalam tabel berikut :
Tabel 10. Tingkat Kepuasan Peternak pada Ujicoba/Demonstrasi Formulasi
Pakan Ternak Sapi di Kabupaten Kediri , 2021.
No. Uraian Tingkat Kepuasan (%) N= 25

Sangat Puas Puas Kurang Puas

1. Penyediaan Informasi 50 30 20
Teknologi yang
dibutuhkan
2. Temu Lapang Teknik 80 20 -
Pelaksanaan ujicoba
3. Bimbingan Lapangan 80 20 -
pelaksanaan ujicoba
4. Nara sumber 80 20 -

Jumlah 290 90 20

Rata-rata 72,5 22,5 5


Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pengguna terhadap


pelayanan diseminasi yang dilakukan BPTP sangat baik dengan nilai 72,5%,
sebagai indikator bahwa tingkat kepuasan yang sangat baik tersebut merupakan
garansi bagi BPTP bahwa teknologi yang di introduksikan memiliki progress yang
baik pula dalam tingkat difusi dan adopsi ke depan. Berdasarkan kepuasan yang
dirasakan pengguna akan menggiring masuk ke tahapan pengambilan keputusan
yang lebih baik.
Untuk melihat partisipasi peternak maka perlu direkam waktu yang tercurah
pada aktivitas selama pelaksanaan ujicoba/demonstrasi teknologi. Partisipasi
peternak khususnya anggota poktan Sicirinnae 2 cukup tinggi, karena adanya
ketertarikan terhadap teknologi yang diintroduksi, selain mudah dilakukan secara

27
teknis, secara ekonomis efisien dan secara sosial budaya sesuai dengan kebiasaan
peternak setempat. Secara jelas akan diuraikan dalam tabel berikut :
Tabel 11. Partisipasi Peternak Berdasarkan Komponen Aktivitas pada
Ujicoba/ Pakan Ternak Sapi di Kabupaten Kediri , 2021.
No. Uraian Partisipasi Prosentase (%)
(N=25)
Ya Tidak Ya Tidak
1. Sosialisasi 25 - 100 -

2. FGD 25 - 50 50

3. Pengumpulan bahan baku 5 20 20 80


pakan
4. Penjemuran Bahan baku 2 23 8 92
pakan
5. Penggilingan Bahan Baku 3 22 12 88
Pakan
6. Formulasi Pakan Murah 5 20 20 80
berkualitas
7. Penimbangan Pakan 25 - 100 -

8. Pencampuran Pakan 25 - 100 -

9. Penimbangan sapi 25 - 100 -

10. Temu Lapang 25 - 100 -

Jumlah 165 85 610 390

Rata-rata 16,5 8,5 61,0 39,0


Sumber : Hasil Olahan Data Primer
Berdasarkan uraian dalam tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat
partisipasi peternak secara keseluruhan cukup baik (61,0%) dan tingkat partisipasi
tertinggi pada 6 (enam) komponen aktivitas, sementara yang terendah pada
komponen aktivitas yaitu penjemuran (8,0%) karena penjemuran kemudian
disusul oleh aktivitas penggilingan (12,0%) karena masih menggunakan jasa
penggilingan yang jaraknya cukup jauh dari lokasi, dan terkendala oleh
transportasi. Hal ini juga menjadi masalah dalam penerapan teknologi pakan
murah ini, karena terbatasnya jangkauan peternak terhadap mesin penggiling
bahan baku pakan.

28
Selain partisipasi peternak berdasarkan komponen aktivitasnya, maka akan
diamati pula partisipasi berdasarkan kemampuan penginderaannya dalam setiap
tahapan pelaksanaan aktivitas secara lebih jelas akan diuraiakan dalam tabel
berikut.
Tabel 12. Partisipasi Berdasarkan Kemampuan Penginderaan Peternak pada
Ujicoba/Demonstrasi Formulasi Pakan Ternak Sapi di Kabupaten Kediri,
2021.
No. Uraian Partisipasi (N=25)
Melihat Mendengar Bicara Melakukan
1. Sosialisasi 25 25 5 -
2. Pengumpulan Bahan 5 25 - 5
Baku Pakan
3. Penjemuran Bahan 2 25 - 2
Baku Pakan
4. Penggilingan Bahan 3 25 7 3
Baku Pakan
5. Menformulasi Pakan 25 25 10 5
Murah
6. Penimbangan Bahan 25 25 8 4
Baku Pakan
7. Pencampuran Pakan 25 25 12 3
Murah
8. Pengemasan Pakan 25 25 8 5
Murah
Jumlah 135 200 45 27

Rata-rata 16,88 25 5,62 3,38


Sumber : Hasil Olahan Data Primer
Berdasarkan uraian dalam tabel di atas menunjukkan bahwa partisipasi
peternak berdasarkan kemampuan penginderaan dalam setiap komponen
aktivitas yang dilakukan menunjukkan partisipasi tertinggi hanya pada
kemampuan mendengar (25) disusul dengan kemampuan melihat (16,88)
sementara kemampuan ikut memberikan pertanyaan hanya (5,62) dan ikut
terlibat melakukan aktivitas relatif masih rendah (3,38). Namun harapan ke
depan para peternak diharapkan dapat menerapkan informasi teknologi yang
telah diperolehnya.

29
Selanjutnya akan diuraikan dalam tabel respon, tanggapan dan komentar
peternak terhadap teknologi yang diuji cobakan yang meliputi pengetahuan,
pemahaman, kemampuan teknis, masalah yang dihadapi dan peluang
keberlanjutannya.

4.4 Kinerja Ekonomi Teknologi Introduksi


Kebutuhan pakan dalam formulasi pakan murah berkualitas ini tergantung
jenis sapi yang dipelihara, untuk sapi-sapi lokal yang memiliki kemampuan
menghasilkan pertambahan bobot badan < 1 kg/hari, memerlukan pakan
konsentrat yang lebih kecil. Lain halnya untuk sapi-sapi peranakan unggul yang
memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot badan > 1 kg/hari, maka
memerlukan pakan konsentrat yang lebih tinggi. Kebutuhan pakan sapi yang
digemukkan 6 kg/ekor/hari. Hasil yang diperoleh selama periode penggemukan
90 hari menunjukkan PBBH sapi 1,8 kg/ekor/hari.
Analisis finansial dalam formulasi pakan murah per 100 kg pakan yang akan
diuraikan berikut ini terdiri dari beberapa input antara lain : (1) Biaya sarana
produksi yang terdiri dari formulasi pakan komplit; (2) Biaya tenaga kerja. Untuk
mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dan pendapatan serta keuntungan
yang diperoleh. Adapun biaya produksi yang dikeluarkan, penadapatan yang
diperoleh dan keuntungan yang bisa diraup, secara rinci disajikan dalam tabel
berikut ini
Tabel 13. Analisis Usahatani pada Ujicoba/Demonstrasi Plot Teknologi Formulasi
Pakan ternak sapi di Kab. Kediri , 2021
Teknologi Introduksi
No.
Uraian Volume Harga Sat. (Rp) Nilai (Rp)
(Kg)
A. Biaya Produksi

1 Pakan Komplit 2.774.250

Dedak Padi 510.3 1.500 765.450

Tepung Kulit Kacang Tanah 510.3 500 255.150

Tepung Tongkol Jagung 510.3 500 255.150

Tepung Ikan 81 15.000 1.215.000

Mineral Pikuten 8.1 35.000 283.500

30
Teknologi Introduksi
No.
Uraian Volume Harga Sat. (Rp) Nilai (Rp)
(Kg)
2 Biaya Tenaga Kerja

Tenaga Kerja (HOK) 15 25.000 375.000

3. Total Biaya Produksi (1 + 2) 3.149.250

Biaya Produksi Per kg 1 3.150

Estimasi Harga Jual 1 4.000

B. Penerimaan

1. Produksi Pakan 1.620 4.000 6.480.000

3. Total Penerimaan 6.480.000

C. Keuntungan (B-A) 3.330.750


Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2021

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam


formulasi pakan murah selama periode peggemukan 90 hari sebesar yaitu
Rp.3.149.250,- sehingga untuk memproduksi pakan murah membutuhkan biaya
sebesar Rp. 3.150/kg, sehingga dapat diestimasi harga jual sebesar Rp.
4.000/kg. Berdasarkan estimasi untuk penjualan pakan murah, maka
penerimaan peternak sebesar Rp. 6.480.000,-, .
Tabel 14. Analisis Usahatani Penggemukan Sapi Tanpa Pakan di Kab. Kediri , 2021

No. Teknologi
Uraian Volume Harga Sat. Nilai (Rp)
(Kg) (Rp)
A. Biaya Produksi

1 Pakan Hijauan

Rumput Gajah 2.500 600 1.500.000

Jerami Padi 1.500 600 900.000

2 Biaya Tenaga Kerja

Tenaga Kerja (HOK) 15 25.000 375.000

3. Total Biaya Produksi (1 + 2) 2.775.500

B. Penerimaan 3.387.500

1. PBBH (ekor/hari) 0.25 50.000 12.500

2. Nilai 3 ekor sapi (3 x 0.25 x 90) 67.5 50.000 3.375.000

31
No. Teknologi
Uraian Volume Harga Sat. Nilai (Rp)
(Kg) (Rp)
C. Keuntungan (B-A) 599.500
Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2021

Dari hasil MBCR yang diperoleh sebesar 8.27 menunjukkan bahwa dengan
menerapkan teknologi formulasi pakan murah yang diintroduksi akan memberikan
penambahan pendapatan sebesar Rp.8.27,- dengan penambahan biaya input
sebesar Rp.1,-. Angka ini juga memberikan keyakinan kepada peternak bahwa
dengan teknologi ini akan memberikan peningkatan pendapatan dan keuntungan.
Selanjutnya apabila suatu usaha penggemukan akan dikembangkan dalam skala
yang lebih besar sangat layak dengan referensi MBCR tersebut.

Penerimaan Kotor (B) – Penerimaan Kotor (P)


MBCR :
Total Biaya (B) – Total Biaya (P)

6.480.000 – 3.387.500
MBCR :
3.149.250 – 2.775.500

MBCR : 3.092.500

373.750

MBCR : 8.27
4.5 Analisis Respon Peternak
Analisis ini digunakan untuk mengetahui respon peternak terhadap
teknologi yang diujicobakan/demonstasikan dalam Penggemukan sapi. Gambaran
respon peternak menunjukkan sangat baik dan mengharapkan dilakukan di
beberapa PETERNAK lainnya khususnya di Kecamatan Ngadiluwih. Secara detail
tentang respon peternak terhadap teknologi formulasi pakan murah akan dibahas
dalam tabel berikut ini berdasarkan tahapan proses pengambilan keputusan inovasi
: antara lain ; (1) tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang
individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami
eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi; (2)
tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik; (3) tahap Keputusan

32
(Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya
terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan
sebuah inovasi; (4) tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang
individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu
inovasi; (5) tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit
pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan
atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
Tabel 15. Respon Peternak Terhadap Teknologi Formulasi Pakan di Kab.
Kediri , 2021.
Tahapan Komponen Teknologi (%)
No. Proses
Bahan Baku Penggilingan Formulasi Pencampuran
Pengambilan
Pakan Pakan Pakan pakan
Keputusan
1. Pembentukan 80 100 50 50
Pengetahuan

2. Persuasi 70 80 50 50

3. Keputusan 60 50 40 40

4. Implementasi 60 50 40 40

5. Konfirmasi 20 20 20 20

Sumber : Hasil Olahan Data Primer, 2021

Grafik 5. Respon Peternak Terhadap Teknologi Formulasi Pakan


Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa respon atau tanggapan
peternak terhadap teknologi formulasi pakan murah untuk ternak sapi. Keadaan
33
ini menggambarkan faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi dalam
demonstrasi teknologi adalah kemampuan untuk diuji cobakan suatu inovasi dapat
diuji-coba batas tertentu. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi
sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan)
keunggulannya.

Tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses pengambilan keputusan inovasi


diawali dengan tahap pembentukan pengetahuan pada umumnya baik artinya
respon awal melalui sosialisasi teknologi berupa pengetahuan tentang komponen-
komponen yang diintroduksikan. Tahapan selanjutnya akan cenderung menurun
seiring dengan proses mental yang dilalui peternak. Tahapan implementasi yang
dicapai dalam kegiatan ini berkisar antara 40 – 60% kemudian menurun pada
tahap konfirmasi.

Pada saat semua tahapan proses pengambilan keputusan telah dilalui maka
dapat disimpulkan bahwa adopsi teknologi formulasi pakan murah baru pada
sekitar 20% dari responden. Tindak lanjut yang cukup efektif yang lebih
memungkinkan adalah memberikan informasi teknologi melalui media, sehingga
pencarian peternak sebagai pengguna tidak berhenti pada keterlibatannya
sebagai partisipan dalam kegiatan demonstrasi plot.

Dari respon yang ditunjukkan, hasil analisis menunjukkan bahwa


kemampuan secara teknis dapat peternak raih apabila diikuti oleh kemauan keras
untuk berubah dan komitmen tinggi dalam menerapkan aturan-aturan teknis
suatu teknologi. Kedisiplinan tersebut perlu disepakati khusus dalam penggunaan
ternak sapi yang sedang dalam proses penggemukan.

Komunikasi dan interaksi yang berlangsung sangat ditentukan oleh peran


sumber teknologi untuk mempelajari dan berusaha melakukan penyesuaian
karakteristik program dan kebutuhan peternak dengan pelayanan jasa penelitian
dan penyuluhan menjadi suatu keharusan dan dikembangkan sebagai suatu
strategi pemberdayaan peternak dan keluarganya pada masa yang akan datang.
Selain karena sifatnya yang dinamis, juga sebagai konsekuensi terhadap
penyediaan jasa penelitian dan penyuluhan sebagai solusi. Seberapa besar
peluang terjadinya konflik dan dinamika konflik yang terjadi dari interaksi dan

34
komunikasi yang dilakukan secara cermat perlu dilakukan. Sehingga perlu
dilakukani kajian khusus mengeksplorasi kebutuhan peternak secara riel dan
mendetail.
Hal lain yang menjadi sorotan peternak dalam kaitannya introduksi
teknologi dengan kesesuaian kebutuhan peternak adalah materi penyuluhan,
dimana penyesuaian yang dilakukan tidak terlepas dari kondisi internal dan
eksternal sasaran. Penyesuaian materi penyuluhan dengan kebutuhan peternak
sangat penting karena perbedaan persepsi dan interpretasi simbol sangat
menentukan kualitas interaksi dan komunikasi yang dilakukan yang dapat
mengarah pada kerjasama atau konflik.

Setelah melihat respon dan posisi pengguna dalam proses pengambilan


keputusan, analisis dapat dilanjutkan lagi untuk melihat peningkatan pengetahuan
yang diperoleh pengguna (peternak) setelah seluruh rangkaian kegiatan berakhir.
Menurut Kotler dalam Fandy (2000 : 90), Kepuasan pelanggan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang telah ia
dapatkan dibandingkan dengan harapannya. Berdasarkan itu pula maka dapat
diyakini bahwa telah terjadi proses persepsi terhadap teknologi yang di introduksi
melalui pengungkapan kinerja teknis dan ekonomi teknologi tersebut yang telah
dilakukan, sebagai rangkaian pelayanan BPTP kepada penggunanya dalam hal ini
peternak sapi pada umumnya dan khususnya di Kabupaten Kediri. Pelayanan
berhubungan erat dengan keputusan peternak. Tingkat kualitas yang lebih tinggi
akan menghasilkan keputusan yang lebih tinggi pula. Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 16. Peningkatan Pengetahuan Peternak Tentang Teknologi Introduksi pada


Ujicoba/DemonstrasiFormulasi Ternak Sapi di Kabupaten Kediri , 2021.
No. Uraian Pengetahuan Prosentase (%)
(N=25)
Ya Tidak Ya Tidak
1. Informasi Teknologi 25 - 100 -
Limbah Pertanian Sebagai
Bahan Baku Pakan
2. Potensi Bahan Baku yang 15 10 60 40
tersedia

35
No. Uraian Pengetahuan Prosentase (%)
(N=25)
Ya Tidak Ya Tidak
3. Potensi Dedak Padi sebagai 25 - 100 -
bahan baku pakan
4. Potensi Limbah Kacang 25 - 100 -
Tanah sebagai bahan baku
pakan

5. Potensi Limbah Tongkol 25 - 100 -


Jagung sebagai bahan baku
pakan
6. Potensi Limbah ikan 25 - 100 -
sebagai bahan baku pakan
7. Potensi Keong Mas sebagai 10 15 40 60
bahan baku pakan
Jumlah 150 25 600 100

Rata-rata 21,4 3,5 85,7 14,2


Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan


peternak tentang beberapa komponen penting teknologi formulasi pakan murah,
berupa pembelajaran yang diperoleh secara empiris melalui keterlibatan dalam
berbagai aktivitas. Pembelajaran bersama (Share Learning) melalui peningkatan
partisipasi peternak akan menjadikan individu peternak sebagai mitra yang
memiliki komitmen kuat terhadap tarnsfer teknologi yang dilakukan untuk
keberlanjutannya. Komitmen perubahan tersebut, dalam siklus pembelajaran
bersama, diharapkan akan terus memperbesar dan meningkatkan lingkaran
pemahaman, dan kesadaran peternak secara bertahap.

36
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Ketersediaan bahan baku pakan yang dipilih untuk menformulasi pakan
murah cukup banyak tersedia di lokasi, namun pemanfaatannya masih relatif
rendah.
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa secara teknis teknologi yang
diintroduksikan memiliki karakter yang dibedakan atas kelebihan dan
kekurangan dari teknologi tersebut diperoleh Kelebihan teknologi introduksi
berdasarkan komponen aktivitas sebanyak 10 poin sementara kekurangannya
hanya 7 poin.
Tingkat partisipasi peternak secara keseluruhan cukup baik (61,0%) dan
tingkat partisipasi tertinggi pada 6 (enam) komponen aktivitas, sementara
yang terendah pada komponen aktivitas yaitu penjemuran (8,0%) karena
penjemuran kemudian disusul oleh aktivitas penggilingan (12,0%) karena
masih menggunakan jasa penggilingan yang jaraknya cukup jauh dari lokasi,
dan terkendala oleh transportasi.
Tingkat partisipasi peternak terkait dengan kemampuan penginderaan dalam
setiap komponen aktivitas yang dilakukan menunjukkan partisipasi tertinggi
hanya pada kemampuan mendengar (25) disusul dengan kemampuan
melihat (16,88) sementara kemampuan ikut memberikan pertanyaan hanya
(5,62) dan ikut terlibat melakukan aktivitas relatif masih rendah (3,38).
Kelayakan financial pakan murah berkualitas berdasarkan nilai MBCR yang
diperoleh sebesar 8.27 menunjukkan bahwa dengan menerapkan teknologi
formulasi pakan murah yang diintroduksi akan memberikan penambahan
pendapatan sebesar Rp.8.27,- dengan penambahan biaya input sebesar
Rp.1,-.
Faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi dalam demonstrasi
teknologi adalah kemampuannya untuk diuji cobakan, berdasarkan
tahapantahapan yang dilalui dalam proses pengambilan keputusan inovasi
pada umumnya baik khususnya respon awal melalui sosialisasi teknologi
berupa pengetahuan. Tahapan selanjutnya cenderung menurun seiring
dengan proses mental yang dilalui peternak. Pada saat semua tahapan

37
proses pengambilan keputusan telah dilalui maka dapat disimpulkan bahwa
adopsi teknologi formulasi pakan murah baru pada sekitar 20% dari
responden.
Kemampuan secara teknis dapat peternak raih apabila diikuti oleh kemauan
keras untuk berubah dan komitmen yang tinggi untuk disiplin menerapkan
aturan-aturan teknis suatu teknologi. Kedisiplinan tersebut perlu disepakati
khusus dalam penggunaan ternak sapi sebagai tenaga kerja dalam
pengolahan tanah sementara dalam proses penggemukan.
5.2 Saran
Upaya yang ditempuh dalam transfer teknologi melalui demonstrasi teknologi
membutuhkan proses yang sangat terkait dengan proses mental yang dilalui
peternak sehingga butuh pengetahuan sosio humanis dan pendekatan dalam
memahami kondisi internal peternak secara utuh agar mereka dapat membuka
diri untuk kepentingan pengembangan wawasan. Hal tersebut dapat ditempuh
dengan jalan melakukan kegiatan yang sifatnya partisipatif dengan
memberikan ruang dan kesempatan peternak melibatkan diri.

38
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous,. 2007. Laporan Tahunan 2007. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.
Anggraeny, Y.N., Uum Umiyasih dan D. Pamungkas. 2005. Pengaruh Suplementasi
Multinutrien terhadap Performan Sapi Potong yang memperoleh Pakan Basal
Jerami Jagung. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Buku I. Puslitbang, Bogor.
Aryogi, Sumadi dan W. Hardjosubroto. 2005. Performan Silangan Peranakan Ongole
Di Dataran Rendah (Studi Kasus di Kecamatan Kota Anyar Kab. Probolinggo Jawa
Timur). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Buku I.
Puslitbang, Bogor. National Research Council (NRC). 2000. Nutrients
Requirements of Beef Cattle. National Academy of Science. Washington D.C.
Darmono,. 1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Dwyanto, K., A. Priyanti dan D. Zainuddin. 1996. Pengembangan Ternak
Berwawasan Agribisnis di Pedesaan dengan Pemanfaatan Limbah Pertanian dan
Pemilihan Bibit yang Tepat. Jurnal Litbang Pertanian XV (1) : 6 – 15.
Gunawan M., A. Yusron, Aryogi dan A. Rasyid. 1996. Peningkatan Produktivitas
Pedet Jantan Sapi Perah Rakyat melalui Penambahan Pakan Konsentrat.
Prosiding Seminar Peternakan dan Veteriner, Bogor 7 – 8 November 1995. Jilid
II. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. 561 – 566.
I.G.Putu., K.Diwyanto., P.Sitepu., dan T.D. Soedjana,. 1997. Ketersediaan dan
Kebutuhan Teknologi Produksi Sapi Potong. Prosiding Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner, Bogor 7 – 8 Januari 1997. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor. 50 – 62.
Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Pembangunan. Jakarta.
Matheus, S,. 2006. Integrasi Padi – Ternak. Makalah disampaikan pada Pelatihan
dan Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian Jawa Timur di Makassar 5 Nopember
2006. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur.
National Research Council. 1989. Dairy Cattle Requirement. 6th Revised Ed. National
Academy Press. Washington, DC.
Nuschati, U. Subiharta, Ernawati, G. Sejati dan Soepadi,W. 2005. Gelar Teknologi
Pengelolaan Pakan Sapi Kereman di Wilayah Desa Miskin Kab. Blora. Laporan
Hasil Pengkajian BPTP Jateng, Ungaran. (Tidak dipublikasikan). Prawirodigdo, S.,
U. Nuschati, A. Prasetyo, Herwinarni, E.M., G. Sejati dan Soepadi,W. 2004.
Introduksi adequate feed untuk Peningkatan Efisiensi
Plomp, Tjeerd & Donald P. Ely, “International Encyclopedia of Educational
Technology”, (Cam-bridge, UK: Elsevier Science Ltd., 1996)
Rogers, E.M. dan Shoemaker, F.F., 1971, Communication of Innovations, London:
The Free Press.
Rogers, Everett M., 1983, Diffusion of Innovations. London: The Free Press.
Rogers, Everett M, 1995, Diffusions of Innovations, Forth Edition. New York: Tree
Press.

39
Salfina, D.D. Siswansyah, M. Sabran dan Sunardi,. 2001. Pengkajian Peningkatan
Productivitas Sapi Potong melalui Perbaikan Manajemen Pakan dan Kesehatan
Ternak di Lahan Kering dan Pasang Surut Kalimantan Tengah. Laporan Akhir.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimntan Tengah.
Salfina, D.D. Siswansyah, M. Sabran dan Sunardi,. 2001. Pengkajian Peningkatan
Productivitas Sapi Potong melalui Perbaikan Manajemen Pakan dan Kesehatan
Ternak di Lahan Kering dan Pasang Surut Kalimantan Tengah. Laporan Akhir.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah.
Salfina, N., Ahmad, Deddy D. Siswansyah, dan Dewa K.S.Swastika,. 2004. Kajian
Sistem Usaha Ternak Sapi Potong di Kalimantan Tengah. Jornal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Volume 7 Nomor 2, Juli 2004. Puslitbang
Sosek Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan III, Penerbit Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosukojo.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Umiyasih U., Anggraeny Y N. 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi Pakan
Pada Sapi Potong. Loka Penelitian Sapi Potong Grati.
Wijono,D.E dan Mariyono. 2005. Review hasil penelitian model low-external input di
Loka Penelitian Sapi Potong th 2002-2004. Pros. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Buku I. Puslitbang, Bogor
Wiyono,D.B. dan Aryogi. 2006. Petunjuk Teknis Sistim Perbibitan Sapi Potong. Loka
Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan.

40

Anda mungkin juga menyukai