Oleh:
ALISYA NURFADHILAH
NPM: E1J021056
Oleh:
ALISYA NURFADHILAH
NPM: E1J021056
Dr. Hesti Pujiwati, S. P., M.Si Dr. Hesti Pujiwati, S. P., M.Si
NIP. 19771121 200604 2 001 NIP. 19771121 200604 2 001
ii
RINGKASAN
Magang Industri Pertanian merupakan program wajib yang harus dipenuhi mahasiswa
di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Magang ini
akan memberikan banyak manfaat baik pengalaman maupun ilmu yang akan diperoleh oleh
penulis.
Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus s.d 07 Desember
2023 yang berjudul “Teknik Pemeliharaan Tanaman Karet Menghasilkan (Hevea brasiliensis)
di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Padang Pelawi Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma Provinsi Bengkulu”. Kegiatan magang dilakukan selama 81 hari, yaitu diantaranya 61
hari pertama dilakukan di Afdeling II, 7 hari dilakukan di Pabrik Pengolahan SIR 20, 3 hari
dilakukan di Afdeling V, 3 hari dilakukan di Afdeling VI, berikutnya 1 hari di Afdeling I, dan
6 hari digunakan untuk menyusun laporan akhir kegiatan magang.
Metode pelaksanaan pada kegiatan magang kerja ini meliputi Praktik Kerja,
wawancara dan observasi, pencatatan data dan dokumentasi. Penyadapan merupakan salah
satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh
lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Dari kegiatan magang ini mahasiswa
banyak memeperoleh ilmu dan pengalaman di lapangan, mahasiswa melihat dan mempelajari
secara langsung kegiatan yang ada di lapangan sampai menjadi produk akhir. Mahasiswa
memperoleh banyak keterampilan yang dipelajari di lapangan. Melakukan kerja sama untuk
menunjang kegiatan yang berkaitan, serta melihat proses pengolahan bahan olah karet
menjadi SIR-20.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, keselamatan,
dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Magang Industri
Pertanian ini. Shalawat beserta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia dari zaman yang kegelapan ke zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak, aamiin.
Magang merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus dipenuhi mahasiswa di
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Magang ini akan
memberikan banyak manfaat baik pengalaman maupun ilmu yang akan diperoleh oleh
penulis.
Dalam penulisan Laporan Akhir Magang Industri Pertanian ini penulis menyadari
bahwa selesainya penulisan ini tidak terlepas dari doa, dukungan, serta bimbingan dari
berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Ibu Prof. Dr. Ir. Dwi Wahyuni Genefianti,M.S.
2. Ketua Jurusan Budidaya Pertanian dan Dosen Pembimbing Magang
Dr. Hesti Pujiwati, SP, M.Si.
3. Ketua Program Studi Ir. Eko Suprijono, MP.
4. Koordinator Magang Ir. Eko Suprijono, MP.
5. Manager PTPN VII Unit Usaha Padang Pelawi, Kecamatan Sukaraja,
Kabupaten Seluma yang telah memberikan izin tempat melaksanakan magang.
6. Seluruh Karyawan di PTPN VII Unit Usaha Padang Pelawi dan masyarakat
sekitar.
Penulis menyadari bahwa Laporan Akhir Magang Industri Pertanian ini masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun. Demikianlah Laporan Akhir Magang Industri Pertanian ini dapat membantu
dalam pelaksanaan magang. Terimakasih.
Alisya Nurfadhilah
NPM: E1J021056
iv
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………………............. i
RINGKASAN............................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................................3
1.3 Manfaat..............................................................................................................................3
v
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................17
5.2.1 Fogging.....................................................................................................................20
5.2.6 Pemupukan...............................................................................................................24
5.2.7 Stimulansia...............................................................................................................25
vi
BAB VI PERENCANAAN BISNIS.........................................................................................37
7.1 Kesimpulan......................................................................................................................39
7.2 Saran................................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................40
LAMPIRAN..............................................................................................................................42
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6. Fluroksipir..............................................................................................................21
Gambar 7. Glifosat...................................................................................................................21
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet
Indonesia adalah jenis karet remah yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber
(SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Dengan perkebunan
karet terluas di dunia, meskipun tanaman karet sendiri baru di introduksi pada tahun 1864.
Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak di kembangkan pertama kalinya, luas areal
perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dari total areal perkebunan
karet di Indonesia tersebut 84,5% di antaranya merupakan kebun milik rakyat 8,4% milik
swasta dan hanya 7,1% yang merupakan milik Negara.
Pertanian merupakan sektor yang menjadi sumber pendapatan bagi mayoritas
penduduk Indonesia. Sub-sektor perkebunan adalah salah satu sub-sektor pertanian yang
banyak dikembangkan oleh masyarakat. Perkebunan yang banyak dikembangkan oleh
masyarakat di antaranya yaitu perkebunan karet. Sub-sektor perkebunan memberikan
sumbangan pendapatan relatif besar bagi jutaan petani di Indonesia. Selain sebagai sumber
pendapatan bagi masyarakat, sub-sektor perkebunan juga berperan sebagai penyedia lapangan
kerja, penyumbang devisa negara dan alat pemicu bagi pertumbuhan sentra ekonomi.
Perkebunan merupakan kegiatan yang menyerap tenaga kerja relatif besar sehingga dengan
adanya perkebunan ini dapat mengurangi jumlah pengangguran. Berkurangnya jumlah
penganguran dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Magang Industri Pertanian (MIP) merupakan bentuk perkuliahan melalui bekerja
secara langsung di industri atau perusahaan. Maka dari itu, dengan dilaksanakannya kegiatan
Magang Industri Pertanian dapat menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai hal–hal
yang berkaitan tentang pertanian. Pemahaman tentang pertanian di dunia industri akan banyak
diharapkan dapat menunjang pengetahuan secara teoritis dan praktikum yang didapat di
bangku kuliah, sehingga dapat menambah wawasan dan dapat lebih mempersiapkan langkah
untuk terjun di dalam dunia industri setelah lulus nanti.
PTPN VII Unit Padang Pelawi merupakan salah satu BUMN yang bergerak dibidang
perkebunan karet. Pemilihan tempat magang ini didasarkan pada kedekatan materi praktikum
yang diperoleh mahasiswa mengenai budidaya tanaman dan perusahaan tersebut dipandang
sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri pertanian sesuai dengan salah
satu bidang ilmu yang dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari berbagai kegiatan yang ada di
PTPN VII mulai dari penyadapan, pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengendalian,
1
peningkatan mutu hasil dan kegiatan dipabrik yang ada di PTPN VII Unit Padang Pelawi.
2
Usaha karet pada PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu memiliki prospek yang
sangat bagus, di mana lahan yang dimiliki sangat luas untuk dilakukan usahatani karet
dibandingkan lokasi lain yang juga mengusahatanikan karet. Saat ini terbukanya peluang
pasar untuk komoditas karet, serta bermunculannya usaha yang mengusahatanikan karet yang
menjadi tingkat persaingan antar usaha cukup ketat. Produksi suat usaha dengan kapasitas
produksi yang tinggi akan menjadi nilai investasi yang besar, sehingga dapat mempengaruhi
keberlangsungan perusahaan. Produksi karet pada PTPN VII Unit Padang Pelawi adalah SIR
(Standart Indonesia Rubber) 20 yang diekspor ke mancanegara. Proses ekspor ini dilakukan
melalui IPGM Pulo Baai yang terletak di Pelabuhan Pulo Baai Bengkulu. Proses Pengolahan
SIR 20 Unit Padang Pelawi Bengkulu dengan penerimaan bahan baku, pengolahan basah,
pengolahan kering dan packing.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari perusahaan tanaman karet.
Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir.
Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar
diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan tetap
memperhatikan faktor kesehatan tanaman. PTPN VII Unit Padang Pelawi Bengkulu memiliki
pabrik pengolahan sendiri. Pabrik pengolahan memiliki struktur pengolahan yang terstruktur,
di mana alur-alur pengolahan produksi pada pabrik telah ditetapkan oleh perusahaan. Pabrik
pengolahan memiliki peralatan dan mesin-mesin yang lengkap untuk menunjang kegiatan
produksi produk SIR 20. Kapasitas produksi pabrik dalam satu hari dapat melakukan
pengolahan bahan baku mentah berupa bokar sebanyak 40 ton. Kapasitas tersebut merupakan
target atau pencapaian yang harus dipenuhi oleh pabrik, dengan waktu 16 jam kerja perhari.
2
1.2 `Tujuan
1). Sebagai wadah untuk mempelajari penerapan ilmu dan teknologi, yang ada
secara teoritis maupun empiris dari buku dan artikel ilmiah,secara langsung
dalam sistem produksi tanaman.
3). Untuk mempelajari sosiologi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan.
4). Untuk menimba ilmu pengelolaan usaha yang sesungguhnya pada perusahaan
dan/atau industri yang bergerak di bidang teknologi budidaya tanaman.
1.3 Manfaat
1). Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk praktek secara langsung,
melakukan kegiatan-kegiatan usaha secara profesional pada suatu perusahaan
atau industri.
2). Mahasiswa memperoleh pengalaman bekerja di perusahaan atau industri
bersama-sama dengan tenaga kerja lapangan hingga manager perusahaan.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG INDUSTRI PERTANIAN
4
meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
2.1.3 Visi dan Misi Perusahaan
A. Visi
Perusahaan Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VII menjadi perusahaan
agrobisnis berbasis karet, kelapa sawit, teh dan tebu yang tangguh dan berkarakter
global. B. Misi
1). Menjalankan perusahaan karet, kelapa sawit, teh dan tebu dengan
menggunakan teknik budidaya pengolahan yang efektif serta ramah
lingkungan. 2). Mengembangkan usaha industri yang
terintegritas dengan bisnis inti (karet, kelapa sawit, teh dan tebu)
dengan menggunakan teknologi terbarukan. 3). Mengembangkan tata
kelola yang efektif. 4). Mewujudkan daya
saing guna menumbuh kembangkan perusahaan. 5).
Memelihara dan meningkatkan stakeholders value.
5
2.3 Sistem Manajamen Produksi
2.3.1 Tanaman
Diawali dengan proses penyadapan, dimulai saat terang batang hingga selesai.
Pengumpulan hasil, dilakukan pada pagi hari sampai selesai pada tap yang sudah disadap.
Setelah di pungut hasil, dikumpulkan STL/TPH, kemudian ditimbang oleh Juru Pencatat dan
pengawal dan dibuat laporannya setelahnya berada dikantor, untuk laporan hasil sadap
dinamakan dengan PB 40 sebagai salah satu administrasi afdeling. Hasil yang sudah
ditimbang, selanjutnya dikirim ke pabrik untuk diolah menjadi SIR-20.
2.3.2 Pengolahan
Pemasok bahan baku ada tiga yaitu petani ataupun pihak III, seinduk (PTPN VII Unit
Ketahun) dan kebun inti. Proses pengolahan diawali dengan penerimaan bahan baku yang
kemudian ditimbang dengan timbangan digital kapasitas 40 ton, selanjutnya dibongkor di
rumah bongkar/loding ramp (kapasitas 1500 ton), di penerimaan bahan baku juga dilakukan
sortasi dengan cara dibelah satu persatu untuk menghindari terjadinya kontaminasi dan juga
dilakukan pengambilan KKK dari jumlah bongkar yang mewakili (sampel).
Setelah melalui proses penerimaan bahan baku, masuk ke proses olah basah. Bahan
baku diangkut dari loding ramp menggunakan bak blending menuju slab cutter, di slab cutter
bahan baku dicacah yang awalnya berukuran besar menjadi lebih kecil. Selanjutnya bahan
baku yang sudah dicacah masuk ke bak transfer 1, kemudian masuk ke hummer mil 1 untuk
dicacah kembali menjadi ukuran lebih kecil. Masuk lagi ke bak transfer 2, selanjutnya masuk
ke hummer mil 2 dicacah kembali ukuran kecil, masuk lagi ke bak transfer 3. Kemudian
bahan baku yang sudah dicacah masuk ke bak makro balending (bak bulat) pada proses ini
bahan baku menjadi lebih kecil lagi.
Selanjutnya masuk ke macerator, setalah bahan baku memalui mesin macerator bahan
baku masuk ke proses penggilingan untuk dijadikan dalam bentuk lembaran. Proses diawali
dengan bahan baku masuk ke mesin creeper 1. Kemudian, masuk kembali ke mesin creeper 2
bahan baku sudah dalam bentuk lembaran. Setelah itu creeper 3, dicreeper 3 dilakukan kepang
pertama yaitu 2 lembar creep dijadikan 1 lembar, masuk ke creeper 4 di tahap ini juga
dilakukan kepang. Selanjutnya masuk ke tahap finish creeper/ creeper 5, creep digulung diroll
creep kemudian ditimbang 200-300 kg, creep yang sudah digulung dinaikkan ke kamar
predrying menggunakan lift preddying, kamar predrying yang memiliki kapasitas ±650 ton.
Pada tahap ini creep di gantung untuk di kering anginkan selama 12 hari dengan tujuan
menurunkan KA (Kadar Air) dan menyeragamkan PO. Pada proses olah basah dari tahap
bahan baku mulai di cacah degan mesin slab cutter sampai tahap macerator pengolahan
dibantu dengan air dengan tujuan untuk mencuci bahan baku.
6
Setelah creep dikering anginkan dikamar predrying selama 12 hari selanjutnya masuk
pengolahan kering proses diawali dengan creep dicacah di mesin schreader dengan ukuran
celah roll 0,01 mm. Creep yang sudah dicacah masuk ke cuci remahan, selanjutnya divacum
menggunakan vortex pump. Kemudian masuk ke static screen, dimasukkan ke troli dengan
jumlah troli 35 buah. Kemudian masuk ketahap pengovenan dengan mesin drayer dengan
waktu 6-7 menit dari troli masuk sampai troli keluar. Creep yang di oven diangkat dari troli
satu persatu kemudian dimasukkan ke kontak untuk ditimbang dengan berat 35 kg per 1 balle
kemudian di press, setelah itu ditimbang lagi dengan timbangan digital (verifikasi berat balle).
Selajutnya masuk ke metal detector untuk memastikan tidak ada logam di dalam balle,
kemudian dibungkus plastik transparan dan plastik merah panjang (tidak lebar karena hanya
sebagai penanda), dimasukkan kedalam box, dan dimasukkan kegudang packaging. Pada
proses packing dilakukan inspeksi dan pengecekan balle ulang kemudian diberi label SIR dan
dibungkus dengan plastik SW, kemudian pengiriman SIR-20.
2.3.3 Kantor Sentral
Sebagai pendukung atau sufurts, pendukung pelaksanaan bisnis dan membantu
kekurangan yang ada dipabrik dan tanaman.
N Jabatan Tugas
o
1 Manajer Unit Memastikan pencapaian RKAP Unit komoditi karet melalui pelaksanaan
kegiatan operasional yang efektif guna mendukung pencapaian kinerja
Distrik.
2. Asisten Memastikan pencapaian RKAP Afdeling melalui kegiatan operasional yang
Kepala efektif guna mendukung kinerja Unit.
3 Tap Inspeksi Melaksanakan kegiatan pemeriksaan mutu sadap dan menentukan kelas
penyadap untuk mempertahanakan mutu sadapan sesuai norma.
7
4 Krani Mengkoordinir seluruh pekerjaan administrasi bidang tanaman di kebun
Tanaman agar memudahkan dilakukannya monitoring dan evaluasi pekerjaan
eksploitasi dan investasi budidaya karet.
7 Juru Tulis Memastikan seluruh administrasi afdeling telah dikerjakan secara up to date
Afdeling dan tersusun secara rapi sehingga seluruh data mudah untuk ditemukan.
8 Keamanan Melakukan kegiatan yang terkait pengamanan produksi dan aset vital
Afdeling perusahaan, dan mendukung pelaksanaan kegiatan perusahaan dengan
berkoordinasi langsung dengan Danton dan Asisten Afdeling.
9 Mandor Melaksanakan kegiatan yang terkait rutinitas penggalian produksi dan mutu
Deres deres agar tercapai target produktivitas perusahaan.
13 Petugas TPH Melaksanakan kegiatan yang terkait rutinitas kebersihan TPH dan Menjaga
Mutu Produksi agar tercapai target produktivitas perusahaan.
Tabel 1. Fungsi dan Jabatan Organisasi PTPN VII Unit Padang Pelawi
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet (Hevea brasilensis) berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan
sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini
dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika
Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga
dapat diperoleh dari tanaman Castilla elastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut
kurang dimanfaat lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak
dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman
yang dikebunkan secara besar-besaran (Budiman, 2012).
Tanaman karet pertama kali diperkenalkan di Indonesia tahun 1864 pada masa
penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.Selanjutnya
dilakukan pengembangan karet ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersil.
Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji coba penanaman karet adalah
Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis yang pertama kali diuji cobakan di kedua daerah
tersebut adalah species Ficus elastic atau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensis baru
ditanam di Sumatera bagian Timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906 (Tim
Penebar Swadaya, 2008).
Klasifikasi TanamanKaret
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
sumberpendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-
sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan
sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas arealterbesar dan produksi kedua
terbesar dunia, Indonesia masih menghadapibeberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas,
terutama karet rakyat yangmerupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk
olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Rendahnya
produktivitas kebun karet rakyat disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dantidak
produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta kondisi kebun yang menyerupai hutan.
Oleh karena itu perlu upaya percepatan peremajaan karet rakyat dan pengembangan industri
hilir (Kementerian Perindustrian, 2013).
Kuantitas dan kualitas sadapan di perkebunan karet Indonesia masih rendah, kebun
tidak terawatt, dan petani karet memiliki pendapatan yang kecil. Banyak faktor yang
menyebabkan rendahnya produksi karet Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain teknik
budidaya yang kurang tepat, sistem eksploitasi atau manajemen teknis penyadapan yang
9
belum efisien, penyakit akar dan kering alur sadap yang belum dapat teratasi, dan masih
kurangnya pengembangan bibit unggul yang tahan penyakit. Berikut yang perlu di perhatikan
dalam pemanenan lateks tanaman karet guna meningkatkan perekonomian di bidang pertanian
khususnya pada tanaman karet.
Syarat Tumbuh Tanaman Karet
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU.
Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga
terlambat (Suhendry, I., 2022). Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 °
C dengan suhu optimal rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas
matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Santosa, 2007). Tanaman karet memerlukan
curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar
antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi
akan berkurang (Radjam, Syam. 2019). Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada
dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut.Ketinggian > 600 m dari
permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet.
Bahan Tanam
Produktivitas tanaman karet ditentukan oleh banyak faktor, salah satu faktor yang
sangat penting tersebut adalah bahan tanam (bibit). Oleh karena bibit karet sangat berperan
terhadap keberhasilan suatu pertanaman karet, maka dalam menyiapkan bibit karet diperlukan
perhatian yang khusus dan teknis budidaya yang tepat, baik dalam penyediaan batang bawah
maupun pengelolaan batang atas pada kebun entres. Adapun jenis – jenis klon pada bibit karet
(klon anjuran 2006 – 2010) sebagai berikut :
Penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260
Penghasil lateks-kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5,
IRR 32, IRR 39, IRR 42, 112, IRR 118
Penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78
Penanaman
a). Waktu
Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, yang pada
umumnya dimulai pada bulan September, sehingga saat tersebut merupakan awal yang
baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir sebelum musim kemarau.
b). Pelaksanaan Tanam
Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan
payung satu. Adapun teknik penanaman adalah sebagai berikut :
10
1. Kantong dalam polybag dibuka dengan hati-hati agar media tanam tidak pecah.
2. Bibit ditanam tegak lurus dengan arah okulasi menghadap Timur di tengah-tengah
lubang tanam, kemudian ditimbun dengan tanah bagian bawah (subsoil), selanjutnya
dengan tanah bagian atas (top soil) .
3. Pemadatan tanah dilakukan dengan hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah
tengah. Tanah pada bagian tanaman dibuat cembung untuk menghindari air agar
tidak menggenang.
Pemeliharaan
a). Pembuangan Tunas Palsu
Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini
banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum mini
atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif kecil. Agar tanaman dalam satu blok
dapat tumbuh seragam. tunas palsu harus dibuang, karena dapat menghambat
tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak tumbuh
sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya
satu tunas yang ditinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata
okulasi. Pembuangan tunas palsu ini akan mempertahankan kemurnian klon yang
ditanam.
b). Pembuangan Tunas Cabang
Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian
sampai dengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah. Pembuangan tunas cabang akan
menghasilkan bidang sadap yang bulat, lurus, dan tegak. - Pemotongan tunas cabang
dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu selain sukar
dipotong, akan merusak batang kalau pemotongannya kurang hati-hati.
c). Perangsangan Percabangan
Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting, untuk
menghindari kerusakan oleh angin. Perangsangan percabangan perlu dilakukan pada
klon yang sulit membentuk percabangan (GT-1, RRIM-600), sedangkan pada klon
yang lain seperti PB-260 dan RRIC- 100, percabangan mudah terbentuk sehingga
tidak perlu perangsangan.
Untuk perangsangan cabang ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu
pembuangan ujung tunas, penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan
batang, dan pengeratan batang, dengan penjelasan sebagai berikut :Pembuangan ujung
11
tunas, Penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan/pelilitan batang,
pengeratan batang.
10
d). Pemupukan
Salah satu komponen biaya produksi tanaman karet adalah biaya pemupukan
yaitu 15-20% dari total biaya produksi. Untuk menekan biaya pemupukan dapat
dilakukan dengan pemupukan yang efisien. Agar pemupukan efisien harus dipahami
pola perkembangan dan penyebaran akar tanaman karet. Hal ini dapat dijadikan
sebagai acuan dalam menentukan letak tabur pupuk serta waktu pemupukan.
Perkembangan dan penyebaran akar hara tanaman karet dipengaruhi oleh klon, umur
jarak tanam dan keadaan lingkungan tumbuh. Arah jelajah akar hara pada lahan yang
datar sampai landai mengarah ke gawangan, sedangkan pada lahan yang berlereng
mengarah pada jarak datar antar tanaman di dalam teras sebelah pinggir dan sepertiga
punggung teras bagian atas. Pupuk sebaiknya ditempatkan dimana akar hara paling
banyak dan aktif agar pupuk dapat segera dimanfaatkan tanaman. Waktu pemupukan
sebaiknya dilakukan setelah masa meranggas alami, dimana pada saat tersebut
kebutuhan hara mencapai maksimum untuk pembentukan daun-daun baru.
Pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah, dapat berupa pupuk anorganik
maupun pupuk organik. Guna mengetahui kebutuhan pupuk tanaman karet di lokasi
calon lahan, hasil uji kimia tanah terhadap unsur hara terpilih (N, P dan K) dianalisis
dengan cara membandingkan antara kebutuhan tanaman karet dengan kandungan
hara dalam bentuk tersedia di dalam tanah. Dengan demikian, pemupukan hanya
diperlukan jika jumlah hara dalam bentuk tersedia di dalam tanah lebih rendah dari
yang dibutuhkan tanaman. Sementara itu, hara tersedia dalam tanah menunjukkan
bentuk hara yang dapat diserap tanaman. Nitrogen tersedia adalah nitrogen dalam
bentuk termineralisasi (amonium dan nitrat). Kadar nitrogen dalam bentuk ini dapat
diprediksi dari kadar N total di dalam tanah. Umumnya N termineralisasi sebesar 1%
dari N total. Adapun kadar hara P tersedia dihitung dari P2O5 dan kadar K tersedia
dihitung dari nilai K2O.
Penggunaan pupuk organik tersebut berfungsi memperbaiki sifat-sifat fisik
tanah dan meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman. Pupuk organik juga
mengandung asam humik yang mampu menyerap kelebihan unsur mikro yang
biasanya memiliki daya larut tinggi pada lahan dengan kondisi sebelumnya yang
anaerob, sehingga mengurangi kemungkinan tumbuhan mengalami keracunan unsur
mikro. Pemberian pupuk organik dapat berupa pupuk kandang ayam, pupuk kandang
sapi atau kompos. Pupuk organik dapat juga berasal dari tanaman legum cover crop
(LCC) yang ditanam di sekitar tanaman karet. Hasil pemangkasan LCC yang
menutupi tanah di zona perakaran (melingkari tajuk tanaman) karet dapat dibuat
12
kompos atau dibenamkan langsung di sekitar tanaman untuk menjadi pupuk organik.
LCC ini kaya dengan unsur hara yang diperlukan tanaman karet terutama karena
kemampuannya mengikat nitrogen dari udara.
Aplikasi pemupukan tanaman berumur 1-5 tahun tetap mengacu dosis
pemupukan sesuai rekomendasi tanpa mempertimbangkan kandungan unsur hara
yang tersedia dalam tanah, terlebih lagi jika kandungannya rendah. Alasannya adalah
penetapan unsur hara yang tersedia dalam tanah satuannya adalah dalam satu hektar,
sedangkan tanaman ditanam dengan jarak tanam 3 m x 7 m atau 8 m x 2,5 m.
Tanaman berumur 1-5 tahun sebaran akarnya belum meluas, sehingga jika
kandungan unsur hara tersedia diperhitungkan dikhawatirkan tanaman justru akan
kekurangan unsur hara yang malah menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu
juga menjaga ketersediaan usur hara untuk jangka panjang, sebab unsur hara yang
ada sebagian besar dari daur ulang (siklus), dan hanya sebagian kecil berasal dari
pelapukan mineral sumber unsur hara tersebut.
Teknik Pemanenan
Penyadapan merupakan proses mengeluarkan lateks dari dalam pembuluh lateks.
Penyadapan harus bisa mengeluarkan lateks sesuai dengan kapasitas potensial yang dimiliki
oleh tanaman karet serta tetap bisa menjaga keberlanjutan produksi lateks. Dengan demikian,
pengetahuan tentang pembuluh lateks dalam suatu tanaman karet menjadi sebuah
keniscayaan untuk diketahui (Setiawan, 2020).
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon.Matang sadap pohon
tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap
pertumbuhan dan kesehatan tanaman.Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan
berdasarkan “umur dan lilit batang”. Diameter untuk pohon yang layak sadap sedikitnya 45
cm diukur 100 cm dari pertautan sirkulasi dengan tebal kulit minimal 7 mm dan tanaman
tersebut harus sehat. Pohon karet biasanya dapat disadap sesudah berumur 5-6 tahun.
Semakin bertambah umur tanaman semakin meningkatkan produksi lateksnya (Santosa,
2007). Mulai umur 16 tahun produksi lateksnya dapat dikatakan stabil sedangkan sesudah
berumur 26 tahun produksinya akan menurun. Penyadapan dilakukan dengan memotong
kulit pohon karet sampai batas kambium dengan menggunakan pisau sadap. Jika penyadapan
terlalu dalam dapat membahayakan kesehatan tanaman, dan juga untuk mempercepat
kesembuhan luka sayatan maka diharapkan sadapan tidak menyentuh kayu (xilem) akan
tetapi paling dalam 1,5 mm sebelum kambium (Radjam, 2019). Sadapan dilakukan dengan
memotong kulit kayu dari kiri atas ke kanan bawah dengan sudut kemiringan 30˚ dari
horizontal dengan menggunakan pisau sadap yang berbentuk V.
13
Semakin dalam sadapan akan menghasilkan banyak lateks. Pada proses penyadapan
perlu dilakukan pengirisan. Bentuk irisan berupa saluran kecil, melingkar batang arah miring
ke bawah. Melalui saluran irisan ini akan mengalir lateks selama 1-2 jam. Sesudah itu lateks
akan mengental. Lateks yang yang mengalir tersebut ditampung ke dalam mangkok
aluminium yang digantungkan pada bagian bawah bidang sadap. Sesudah dilakukan sadapan,
lateks mengalir lewat aluran V tadi dan menetes tegak lurus ke bawah yang ditampung
dengan wadah.
Waktu penyadapan yang baik adalah jam 5.00 – 7.30 pagi dengan dasar pemikirannya
Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel,
Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari
semakin siang.Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup
terang.
Peralatan Yang Diperlukan Untuk Melakukan Penyadapan
1. Mal Sadap/Patron
Terbuat dari kayu/bambu dengan panjang 130 cm dilengkapi plat seng selebar 4 cm,
panjang 50–60 cm. Plat seng dan kayu membentuk sudut 120o.
2. Pisau Mal/Patron
Digunakan untuk menoreh kulit batang saat akan menggambar bidang sadap yang terbuat
dari besi dengan ujung runcing.
3. Quadri/Sigmat
Berfungsi untuk mengukur tebalnya kulit yang disisakan saat penyadapan. Terbuat dari
besi, bagian ujung seperti jarum dengan panjang 1– 1,5 mm.
4. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur tinggi bidang sadap dan lilit batang.
5. Talang Lateks
Berfungsi untuk mengalirkan lateks hasil sadapan ke dalam mangkuk. Talang lateks
terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjang 8-10 cm. Pemasangan talang lateks
dengan cara ditancapkan 5–10 cm dari titik terendah irisan sadap.
6. Cincin Mangkuk
Cincin mangkuk digunakan untuk meletakkan mangkuk sadap yang terbuat dari kawat.
7. Pengukur ketebalan kulit
Alat pengukur ketebalan kulit karet digunakan utuk mengukur tebal kulit karet yang telah
memenuhi syarat. Alat ini terdiri dari jarum penusuk yan runcing dan selongsong yang
pada bagian tengahnya untuk melihat tebal kulittanaman.
14
BAB IV
METODE MAGANG
16
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN MAGANG INDUSTRI PERTANIAN
18
5.1.3 Mengenal Wilayah Afdeling VI di PTPN VII Unit Padang Pelawi
Afdeling VI PTPN VII Unit Padang Pelawi di pimpin oleh Bapak Eki, Bapak Samsul
sebagai Mandor Besar, KTI Bapak Sutadji, dan bapak mandor-mandor lain Bapak Andian,
Bapak Abas, Bapak Ruspryanto, Bapak Rasman S, Bapak Ujang, bapak Dedi Y sebagai
Mandor Sadap, dan Bapak Jefri sebagai Mandor Pemeliharaan. Afdeling VI PTPN VII UNIT
Padang Pelawi memiliki luas 608 ha yang terbagi menjadi 7 field yaitu 11 N (97 ha), 11 O (10
ha), 11 S (74 ha), 11 T (73 ha), 12 E (267 ha), 12 F (57 ha), dan 12 G (30 ha). Afdeling VI
memiliki 2 tahun tanam yaitu tahun 2011 dan tahun 2012, ada 4 klon yang ditanam yaitu PB
260 (511 ha), IRR 118 (57 ha), RRIC 100 (30 ha), IRR 112 (10 ha), sistem sadap yang ada di
Afdeling VI yaitu sistem D4.
19
5.2 Pemeliharaan Tanaman Karet Menghasilkan
Pemeliharaan Tanaman Karet Menghasilkan (TM) adalah untuk mendapatkan
pertumbuhan tanaman yang seragam dan berproduksi tinggi. Manfaat pemeliharaan TM
adalah mengoptimalkan pertumbuhan tanaman karet agar berproduksi lebih tinggi. Berikut
adalah teknik pemeliharaan tanaman menghasilkan:
5.2.1 Fogging
Pestalotiopsis menyerang daun yang berfase B ke C. Fase daun terdiri dari A, B, C
dan D. Pada fase A, anak daun menggantung vertikal terhadap tangkai daun. Pada fase B
daun berwarna coklat kehijauan cerah dan bertekstur lembut. Pada fase C anak daun hampir
tumbuh sempurna dan helaian daun tegak. Penyakit gugur daun Pestalotiopsis di Indonesia
dilaporkan terjadi pada hampir semua jenis klon karet dengan tingkat keparahan penyakit
yang berbeda. (Kusdiana, A. P. J. 2021). Kejadian penyakit gugur daun karet (GDK)
Pestalotiopsis sp. yang ditemukan menyerang Sumatera pada tahun 2019 membuat perhatian
banyak pihak karena serangan penyakit ini mampu menurunkan produktivitas karet hingga
80%. Berbagai informasi dikumpulkan terkait penyebaran serangan di Indonesia dan teknik
pengendalian guna memperoleh pendekatan yang tepat dalam pengelolaan penyakit GDK
Pestalotiopsis sp. (Permana, E. I., & Diyasti, F. 2022).
Berbagai upaya pengendalian PGD telah dilakukan, baik dengan cara penggunaan
pestisida kimia maupun dengan aplikasi pestisida nabati, Berbagai kendala sering dihadapi
di lapangan, terutama terkait dengan tingginya tanaman karet yang lebih dari 10 meter
sehingga menyulitkan dalam aplikasi pestisida serta biaya yang cukup besar. Salah satu
solusi yang cukup efektif adalah dengan cara pengasapan/fogging (Oktavia, F., & Kusdiana,
A. P. J. 2021).
Kegiatan Fogging dilakukan pada hari selasa tanggal 19 September 2023, kegiatan
fogging di lakukan di Afdeling II yang di komandoi oleh Sinder dan Mandor Besar Afdeling
II yaitu Bapak Santoso dan Bapak Kasiyono. Kegiatan fogging dilakukan guna mengobati
penyakit pestalotiopsis yang menyerang tanaman karet. Pelaksanaan Fogging di lakukan
dengan menggunakan dosis fungisida Conasol 500 CC, 1 liter air, 4 liter solar dan 100 cc
Emulgator untuk satu angkatan mesin fogging. Sedangkan fogging yang kami lakukan yaitu
sebanyak 16 angkatan mesin fogging jadi menggunakan fungisida Conasol 8.000 CC, 16
liter air, 64 liter solar dan 1.600 CC Emulgator.
20
5.2.2 Pengendalian Gulma Atau Chemis (Street Weeding)
Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet diketahui dapat
menyebabkan kerugian terhadap karet tersebut akibat adanya kompetisi antara tanaman
dengan gulma dalam memanfaatkan sarana tumbuh seperti air, unsurhara, cahaya matahari
dan ruang tumbuh. Menurut (Yakup 2002). gulma atau tanaman yang tidak diinginkan
keberadaannya menjadi pesaing utama tanaman utama pada saat pertumbuhan tanaman.
Herbisida merupakan bahan kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma sementara
atau seterusnya bila diperlakukan pada ukuran yang tepat (Sembodo 2010).
Kegiatan street weeding dilakukan pada hari jumat tanggal 22 juli 2023 di afdeling II
dibimbing oleh Mandor Pemeliharaan yaitu Bapak Asmin afdeling II. Street Weeding adalah
kegiatan penyiangan gulma dengan menggunakanknapsack sprayer elektrik menggunakan
nozel berwarna orange. Gulma yang dikendalikan yaitu gulma berdaun lebar, gulma berdaun
sempit dan gulma berkayu. Penyiangan dilakukan dengan jarak 1,5 kekanan dankekiri dari
pohon karet. bahan yang digunakan dalam satu tengki yaitu 70 cc gliposat, 20 cc fluroksipir
dan 0,07 gram metil metsulpron. Dengan pengamatan kami pada saat street weeding diperoleh
sebanyak 110 batang/tengki dengan waktu 13 menit.
21
5.2.3 Rain Guard /Talang Air
Latek adalah getah atau cairan yang berwarna putih yang keluar dari pohon karet
ketika batang pohon karet disadap. Pohon karet sudah dapat disadap jika umurnya sudah
mencapai 5 tahun. Dan biasanya menyadapnya pada pagi hari. Tetapi jika musim hujan akan
keropotan, apalagi jika nyadapnya baru selesai dan hujanpun turun. Pasti lateks dari pohon
karet tersebut akan hilang tercampur air hujan. Berikut ini akan dijelaskan bahaya yang
ditimbulkan jika kita menyadap pohon karet setelah hujan atau dalam keadaan basah.
Mati Kulit merupakan salah satu jenis bahaya yang akan ditimbulkan jika kita
menyadap pohon karet dalam keadaan basah. Meskipun banyak faktor yang menyebabkan
mati kulit, akan tetapi menyadap dalam keadaan basah sangat dipercaya akan mempengaruhi
terjadinya mati kulit. Jika pohon karet sudah mengalami mati kulit, maka pohon karet tersebut
sama sekali tidak akan mengeluarkan getah. Ciri-cirinya adalah kulit pohon akan lebih empuk
namun tidak ada bercak getah karet sedikitpun yang muncul. Getah karet akan menyebar
ditempat yang banyak mengandung air. Sehingga pohon karet yang masih dalam keadaan
basah, akan mudah menyebarkan getah karet. Dengan demikian sebuah kerugian bagi kita jika
kita menyadapnya akan tetapi kita tidak mendapatkan hasilnya. Getah karet tidak akan
mengalir menurut jalur yang sudah kita buat dan getah tidak akan masuk ke dalam
panampungan sementara.
Getah karet yang tercampur dengan air sulit untuk dapat mengental sehingga
mengakibatkan lateks yang masuk ke dalam penampungan tidak dapat menjadi karet. Getah
karet yang mencair ini masih dapat mengental akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih
lama. Untuk mengatasi hal tersebut dengan cara pemasangan rain guard atau talang air
tanaman karet berguna untuk mencegah aliran air hujan melewati bidang sadap sehingga
tanaman karet tetap dapat dipanen pada musim penghujan.
23
Tanaman penutup tanah moocuna bracteata harus tetap diperhatikan karena tanaman
penutup tanah memiliki kemanpuan tumbuh yang cepat, jika tidak di perhatikan tanaman
penutup tanah akan merambat kepohon karet yang mengakibatkan pertumbuhan dari karet
akan terganggu, proses penyadapan menjadi sulit. Oleh karena itu jika mocuna brateata sudah
merambat kepohon karet harus segerah dikendalikan dengan cara rembet
mocuna/pemangkasan batang mocuna.
24
5.2.7 Stimulansia
Stimulan merupakan salah satu upaya meningkatkan produksi lateks pada tanaman
karet. Penggunaan stimulan tanpa memperhatikan karakter istik klon menyebabkan kelelahan
fisiologi. Produksi tinggi tidak lepas dari sistem eksploitasi yang sesuai bagi tanaman karet.
Kombinasi sistem eksploitasi yang mempengaruhi intensitas eksploitasi adalah panjang irisan
sadap (1/4S atau 1/2S), frekuensi sadap (d/2, d/3 atau d/4), dan stimulan (cara, dosis, dan
frekuensi aplikasi) yang menentukan tingkat produksi tanaman (Sumarmadji, 2000).
Stimulan etepon dapat menyebabkan sitosol menjadi alkalin dan berpengaruh terhadap
stabilitas karet sehingga karet tidak cepat menggumpal, jika dikombinasikan suplai air yang
memadai menyebabkan aliran lateks lebih lama (Tistama, 2013). Stimulasi ethepon pada
tanaman karet pada dasarnya adalah proses dari luar (eksogenus) yang digunakan untuk
meningkatkan produksi di atas normal pada saat penyadapan (Herlinawati, E., & Kuswanhadi
2013). Terdapat dua jalur utama peran etilen meningkatkan produksi yaitu meningkatkan
biosintesis karet dan memperpanjang lama aliran lateks. Secara seluler aplikasi etilen
eksogenos meningkatkan etilen endogenus di dalam sel-sel pembuluh lateks. Induksi ini
berkaitan dengan peningkatan biosintesis etilen.
Kegiatan dilakukan di Afdeling II PTPN VII Unit Padang Pelawi. Kegiatan
pengadukan stimulansia di bimbing langsung oleh Mandor Besar Afdeling II yakni Bapak
Kasiyono. Stimulan adalah zat yang digunakan untuk merangsang tanaman karet agar
mengeluarkan lateks lebih banyak dari biasanya.Bahanyang di gunakandalam stimulandi
PTPN VII Unit Padang Pelawi yaitu adalah Etaphon 10%, air dan pewarna makananatau biasa
di sebut dengan GEA (Grof Etrel Air). Pewarna makanan di campur dengan bahan aktif dan
air bertujuan untuk memberikan warna padaetrel, sehingga saat diaplikasikan pada pohon
dapat memberikan petanda pohon tersebut sudah di etrel atau belum. Dosis yang di gunakan
di Afdeling II yaitu 3 botol(liter) Ethapon dengan merek Cer One, 9 liter Air dan 1 sachet
pewarna makanan (merah) dalam satu pengadukan. Pengaplikasian Etrel di lakukan pada pagi
hari, tanaman karet yang di stimulan yaitutanaman karet pada fase daun C-D 60%. Berikut
adalah berbagai konsentrasi stimulan yang ada di PTPN VII Unit Padang Pelawi.
Konsentrasi 1,25 = 10 : 1,25 = 8 (konsentrasi khusus buka Sadap)
Konsentrasi 2 = 10 : 2 = 5 (Konsentrasi untuk DTS)
Konsentrasi 2,5 = 10 : 2,5 = 4 (konsentrasi untuk DTS D4)
Konsentrasi 3,33 = 10 : 3,33 = 3 (Konsentrasi untuk UTS)
25
5.3 Mempelajari Penyakit Pada Tanaman Karet
Penyakit pada tanaman karet merupakan salah satu faktor penggangu yang penting
daripada gangguan masalah lainnya, dan bahkan sering kali dapat menggagalkan satu usaha
pertanaman. Penyakit tanaman karet dapat dijumpai sejak tanaman di pembibitan sampai di
tanaman yang telah tua, dari bagian akar sampai pada daun. Penyebab penyakit pada karet
umumnya disebabkan oleh cendawan dan sampai saat ini belum diketahui adanya penyakit
yang disebabkan oleh bakteri, virus atau patogen lainnya. Diagnosa penyakit yang tepat dan
cepat akan sangat menentukan keberhasilan penanggulangan penyakit. Sampai saat ini cara-
cara penanggulangan penyakit karet yang dianjurkan dapat berupa kombinasi dari aspek
kultur teknis, manipulasi lingkungan, dan penggunaan pestisida atau masing-masing aspek
tersebut. Khusus dalam penggunaan pestisida, perlu diperhatikan akan dampak negatifnya
terhadap manusia, lingkungan, tanaman dan organisme mengganggunya itu sendiri.
5.3.1 Penyakit Kering Alur Sadap (KAS)
Kering Alur Sadap ( KAS) merupakan salah satu penyakit fisiologis pada tanaman
karet. Gejala serangan penyakit ini umumnya ditandai dengan terhentinya aliran lateks dan
mengeringnya bidang sadap. Penyebab pokok terjadinya KAS adalah adanya gangguan pada
sistem pembuluh lateks dan kurangnya pasokan sukrosa yang berkelanjutan sehingga memicu
terbentuknya senyawa-senyawa radikal tertentu yang dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan lutoid. Ketika lutoid pecah terjadi proses koagulasi lateks dalam pembuluh lateks.
Koagulasi tersebut menjadi penyebab terbentuknya jaringan tilasoid, tersumbatnya pembuluh
lateks, dan akhirnya lateks tidak dapat mengalir pada saat disadap. (Nugrahani, M. O et. al
2016).
26
sampai saat ini. Penyakit gugur daun ini merupakan penyakit tular udara yang
penyebarannya sangat cepat, lebih banyak menyerang daun yang tua, menyerang semua klon
dan juga menyerang semua umur tanaman. Kejadian penyakit gugur daun karet (GDK)
Pestalotiopsis sp. yang ditemukan menyerang Sumatera pada tahun 2019 membuat perhatian
banyak pihak karena serangan penyakit ini mampu menurunkan produktivitas karet hingga
80%. (Permana, E. I., & Diyasti, F. 2022).
27
Gambar 14. Pisau Sadap Sodesi
b). Pisau Pacekung
Pisau Pacekung digunakan untuk UTS (Up Tapping Sistem) atau Sadap Atas,
penggunaan pisau pacekung ini dengan cara didorong dari kanan bawah kekiri atas.
28
e). Kawat Tempat Mangkok
Gunanya untuk tempat mangkok cairan lateks.
29
b. Sistem Sadap UTS (Up Tapping Sistem)/Sadap Atas
Setelah panel B0-2 sudah habis, maka penyadapan dilanjutkan pada sadap atas.
Kemiringan alur sadap atas yaitu 450. Sadap atas dilakukan pada panel sadap H0-1 dalam
waktu 1 tahun kemudian pindah ke panel H0-2 dengan pemakaian panel selama 1 tahun.
Penyadapan tanaman karet pada sadap atas dilakukan sodokan dari bawah hingga ¼ bidang
sadap. Pada kegiatan ini sadap atas dilakukan pada tanaman berumur 12 tahun.
1. Bukaan sadapan atas, baik pada tanaman asal okulasi maupun tanaman asal biji
dimulai pada ketinggian sedikit di atas dan kelak penyadapannya akan berlangsung
sampai ketinggian sekitar 300 cm di atas permukaan tanah.
2. Penyadapan pada bidang sadapan atas dilakukan dengan menggunakan sadapan
arah ke atas (upword tapping) yang cara penyadapannya berbeda dengan cara
penyadapan bawah.
3. Pada sadapan arah ke atas, arah menyadap adalah dari kanan bawah ke kiri atas
dengan menggunakan pisau sadap khusus yang disebut "pacekung".
4. Pacekung ini bertangkai panjang terbuat dari kayu dan digunakan dengan cara
mendorongnya pada alur sadap yang telah ditandai.
30
5.5 Mempelajari Mutu Sadapan dan Kelas Penentu Penyadap
Tenaga penyadap menjadi faktor yang tidak kalah penting, sebab penyadapan tanaman
karet sering diartikan sebagai perpaduan antara aspek Agronomi dan pengelolaan tenaga
kerja. Dengan demikian, tinggi atau rendahnya tingkat produksi lateks yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan dapat disebabkan dari kinerja tenaga penyadap. Kinerja tenaga penyadap
dapat diukur berdasarkan kuantitas dan kualitas kerja. Akan tetapi, banyak tenaga penyadap
yang hanya terpaku pada target produksi (kuantitas) dibandingkan memperhatikan kualitas
sadapannya. (Siregar et. al 2013). Penilaian kelas penyadap yang dilakukan meliputi:
- Pemakaian Kulit DTS dan UTS - Sudut sadapan 35º dan 45º
a). >0 – 5 %(1 point/ pohon) Tidak sesuai norma (10 point/pohon)
b). 5 – 10 %(2 point/ pohon) - Senderan/ Parit Belakang
c). >10 %(3 point/ pohon) Tidak ada senderan (1 point/pohon)
Menurut Siregar et. al 2013, kulit pohon karet merupakan modal yang sangat penting
bagi perusahaan, karena berkaitan dengan umur ekonomis tanaman. Semakin tipis kulit yang
digunakan untuk satu kali penyadapan maka pemakaian kulit semakin hemat, begitu pula
sebaliknya semakin tebal irisan sadap maka pemakaian kulit akan semakin boros sehingga
dapat mempercepat habisnya kulit bidang sadapan. Dengan demikian umur ekonomis
tanaman menjadi semakin singkat. Sementara itu tenaga penyadap kelas B dan C memiliki
kedalaman sadap yang masih terlalu dangkal, sehingga berkas pembuluh lateks yang
terpotong sedikit (Ismail & Supijatno, 2016).
31
Luka sadap merupakan kerusakan pada kulit pohon karet yang ditimbulkan sebagai
akibat dari terlalu tebal dalam pemakaian kulit, sehingga kedalaman sadap yang ditimbulkan
menjadi terlalu dalam hingga menyentuh lapisan kambium. (Herlinda, F et. al 2022).
5.6 Pengolahan SIR-20
5.6.1 Penerimaan Hasil Panen di Pabrik Padang Pelawi
Penimbangan
Penerimaan bahan baku di pabrik unit Padang Pelawi terdiri dari 3 pemasok, yaitu:
- Kebun Plasma PTPN 7 (Toke)
- Kebun Inti PTPN 7 (Padang Pelawi)
- PTPN 7 Unit Ketahun
Start Penimbangan di pabrik yaitu mulai dari pukul 07.00 pagi yaitu penimbangan
untuk Penjualan SIR (Standar Internasional Rubber). Pukul 10.00 penimbangan dari kebun
plasma. Dan pukul 11.00-14.00 penimbangan hasil dari kebun inti dan Unit ketahun.
Timbangan yang di gunakan untuk menimbang hasil adalah timbangan digital dan otomatis
mengirimkan data langsung. Cara kerja timbang yaitu mobil masuk dan ditimbang lalu mobil
mundur kembali untuk meniriskan air selama 15 menit, lalu ditimbang lagi.
Penyediaan BOKAR (Bahan standar kualitas yang bermutu. Lateks kebun yang telah
sampai di PPK terlebih dahulu dilakukan pengecekan pada bagian lab dalam hal penggunaan
amonia seperti yang telah dianjurkan pabrik yaitu 0,5 gram/liter, DRC (Dry Rubber Containt)
atau KKK (Kadar Karet Kering) yang harus ≥28%, dan sifat fisik lateks yang sudah
pengalami prakoagulasi. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan asisten
pengolahan PPK, apabila terjadi penyimpangan DRC lateks dibawah 28% masih bisa diolah
sampai batas 13 – 14 %. Apabila penyimpangan dalam hal pemberian asam amoniak terlalu
tinggi, maka akan diberikan berita acara ke Kebun pemasok setelah disetujui oleh manajemen
kebun setempat. Apabila kesalahan tersebut masih terjadi secara berulang, latek akan
dipulangkan. Sejauh ini, PPK Sei Silau tidak pernah memulangkan lateks ke kebun pemasok.
Olah Karet) merupakan langkah awal pengadaan bahan baku pabrik.. Pada saat menuju ke
pabrik, perlu ada kontrol lapangan maupun pada saat BOKAR diolah menjadi sheet untuk
memastikan.
Pembokaran
Cup lump yang sudah di timbang dan di tipiskan, akan di bongkar di loading ramp
yang telah disediakan di pabrik, loading ramp di pabrik PTPN 7 PAWI ini ada 2, yaitu
loading ramp A dan B. Setelah memasuki Loading kemudian bahan baku di Sortasi oleh
32
pekerjaan, guna melihat kekotoran bahan baku tersebut. Bahan baku yang terlalu banyak tatal
di kembalikkan lagi tidak diterima. Setelah di sortasi kemudian bahan baku diambil sebagian
untuk diambil sampel keringnya. Guna melihat lebih jelas apakah bahan baku sudah layak di
olah atau belum. Proses Pengolahan sampel yaitu pertama-tama dengan menimbang sebagian
bahan baku karet kemudian di giling guna untuk memipihkan dan menyatukan bahan baku
Gambar 20. Pembongkaran Gambar 21. Pengambilan Sample K3 Gambar 22. Sample DRC
Gambar 23. Slab Cutter Gambar 24. Hummer Mil Gambar 25. Macerator
33
Gambar 26. Creeper Jumbo Gambar 27. Finisher Gambar 28. Penggulungan Creepe
34
Pengolahan kering meliputi shredder, vortex pump, trolley, dryer, timbangan press
bale, metal detector, timbangan digital cross ceck, dan packing. Sedangkan fasilitas
pendukung yaitu kendaraan operasional, perumahan, fasilitas pengadaan air, peralatan
komunikasi, peralatan pemadam kebakaran, computer, laboratorium, dan alat-alat pendukang
lainnya. Kapasitas mesin pabrik mampu memproduksi sebanyak 40 ton dalam 1 kali produksi.
Mesin pabrik yang terdapat di PTPN VII terdiri dari 1 set mesin pabrik.Kapasitas olah pabrik
normal perusahaan dalam satu hari dapat mengolah 40 ton bahan baku yang berupa bokar
dengan waktu kerja sebanyak dua sift dan selama 16 jam kerja, kapasitas olah setiap bulan
mencapai 1.200 ton dan untuk kapasitas olah setiap tahunnya sebesar 13.600 ton. Dalam satu
tahun hari kerja yang dibutuhkan adalah selama 348 hari. Dapat disimpulkan bahwa dengan
jumlah bahan baku tersebut maka kapasitas olah sudah di manfaatkan secara maksimal oleh
perusahaan (Azizah, Wijana, & Effendi, 2015). Setelah itu masuk ke stasiun packing, Di
stasiun packing bahan baku di sortasi lagi dari tatal yang menempel, setelah lolos sortasi
masuk kewadah kayu yang disiapkan kemudian disusun secara horizontal sebanyak 36
tumpuk. Kemudian di press lagi menggunakan plastik yang lebih tebal kemudian plastic
tersebut di bakar menggunakan blower guna melekatkan plastic tersebut pada bahan baku.
Lalu bahan baku yang sudah di packing masuk ke truck untuk di jual di gudang pulau Baii.
Gambar 30. Bahan Baku Olah Kering Gambar 31. Mesin Shreeder Gambar 32. Vrotex Pump
Gambar 33. Pengisian Troli Gambar 34. Proses Pengovenan Gambar 35. Pembongkaran
Bahan Baku
35
Gambar 36. Proses Press Gambar 37. Pembungkusan Gambar 38. Proses Packing
36
BAB VI
PERENCANAAN BISNIS
38
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kegiatan praktek kerja lapangan magang ini adalah:
39
DAFTAR PUSTAKA
Andriyanto, M., & Tistama, R. (2014). Perkembangan dan upaya pengendalian kering alur
sadap (KAS) pada tanaman karet (Hevea brasiliensis). Warta Perkaretan, 33(2), 89-
102.
Andriyanto, M., Wijaya, A., Junaidi, & Rachmawan, A. (2019). Produksi tanaman karet
(Hevea brasiliensis) pada waktu pengumpulan lateks yang berbeda. Jurnal Agro
Estate, 3(1),27–34
Atminingsih, Napitupulu, J.A., & Tumpal, H.S. (2016). Pengaruh konsentrasi stimulan
terhadap fisiologi lateks beberapa klon tanaman karet (Hevea
brasiliensisMuellArg).JurnalPenelitian Karet, 34(1), 13–24
Damanik, S. M. Syakir. Made Tasma dan Siswanto. 2010.Budidaya dan Pasca Panen Karet.
Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan..
Darwis, HS dan Ernaningtyas, Y. 2014. Beberapa Jenis Penyakit Daun di Pembibitan Karet.
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.
Daslin, A. 1988. Produktifitas Klon Karet Anjuran dan Kesesuaian pada Berbagai Kendala
Lingkungan. Warta Pusat Penelitian. 2 (24). Hal: 9-17.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2009. Teknis Budidaya Tanaman Karet Komoditas Karet.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Ginting, R., Siregar, I., & Ginting, T. U. H. (2015). Perancangan alat penyadap karet di
kabupaten langkat Sumatera Utara dengan metode Quality Function Deployment
(QFD) dan model Kano. Jati Undip: Jurnal Teknik Industri, 10(1), 33-40.
Herlinawati, E., & Kuswanhadi. (2013). Aktivitas metabolisme beberapa klon karet pada
berbagai frekuensi sadap dan stimulasi. Jurnal Penelitian Karet, 31(2), 102-109.
Herlinda, F., Tahir, M., Delvitasari, F., & Riniarti, D. (2022). Evaluasi Kinerja Tenaga
Penyadap Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Berdasarkan Kualitas Sadap. Jurnal
Agro Industri Perkebunan, 53-64.
Ismail, M., &Supijatno. (2016). Penyadapan tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) di
Kebun Sumber Tengah, Jember, Jawa Timur. Bul. Agrohorti, 4(3),257 –265.
40
Permana, E. I., & Diyasti, F. (2022). Surveilans insidensi penyakit gugur daun karet
Pestalotiopsis sp. di Provinsi Kalimantan Barat. AGROSCRIPT: Journal of Applied
Agricultural Sciences, 4(1), 24-31.
Permana, E. I., & Diyasti, F. 2022. Surveilans insidensi penyakit gugur daun karet
Pestalotiopsis sp. di Provinsi Kalimantan Barat. AGROSCRIPT: Journal of Applied
Agricultural Sciences, 4(1), 24-31.
Purwanta, H.J. dkk. 2008. Teknologi Budidaya Karet.Bogor.Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian.
Rachmawan, A., & Sumarmadji. (2007). Kajian karakter fisiologi dan sifat karet klon PB 260
menjelang buka sadap. Jurnal Penelitian Karet, 25 (2), 59-70.
Siregar, Tumpal,H.S., & Suhendry, I. 2013. Budi Daya dan Teknologi Karet. Penebar
Swadaya.
Sumarmadji. (2000). Sistem ekploitasi tanaman karet yang spesifik diskriminatif. Warta Pusat
Penelitian Karet,19(1-3), 31-39.
Susanto, H., & Hanif, H. (2017). Rancang Bangun Alat Bantu Sadap Karet Dengan
Pengaturan Kedalaman, Ketebalan dan Kemiringan Sudut Sadap. Prosiding Semnastek
Tim Penulis PS, 2011. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tistama, R. (2013). Peran seluler etilen eksogenus terhadap peningkatan produksi lateks pada
tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg).Warta Perkaretan, 32(1), 25-37.
41
LAMPIRAN
42
Lampiran 2. Surat Izin Praktek Umum/Magang UNIB
43
Lampiran 3. Peta Kebun Padang Pelawi
44