Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH PEMBERIAN POC SABUT KELAPA TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI


PEMBIBITAN AWAL (Pre Nursery)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

RUDINI
NIM. 407 2018 218

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PENGELOLAAN HASIL PERKEBUNAN
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG
2021
PENGARUH PEMBERIAN POC SABUT KELAPA TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI
PEMBIBITAN AWAL (Pre Nursery)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

RUDINI
NIM. 407 2018 218

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PENGELOLAAN HASIL PERKEBUNAN
POLITEKNIK NEGERI KETAPANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal penelitian ini diajukan oleh :


Nama : Rudini
NIM : 4072018218
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Judul : Pengaruh Pemberian POC Sabut Kelapa terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq) di Pembibitan Awal (Pre
Nursery)

TIM PEMBIMBING

Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Rika Fitry Ramanda, S.P., M.P

2. Beny Setiawan, S.TP., M.P

Mengetahui :
Koordinator Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan

Assrorudin, S.Pd., M.Pd.


NUP. 19871218201512173
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN POC SABUT KELAPA TERHADAP


PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq) DI PEMBIBITAN AWAL (Pre Nursery)

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:
RUDINI
NIM. 4072018218

Proposal ini disetujui untuk diseminarkan


Pada tanggal, 3 September 2021

Disetujui oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing II

Rika Fitry Ramanda, S.P., M.P Beny Setiawan, S.TP., M.P


NUP. 19910413201509161 NUP. 19821217201509164

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan

Assrorudin, S.Pd., M.Pd


NUP. 19871218201512173
PENGARUH PEMBERIAN POC SABUT KELAPA TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq) DI
PEMBIBITAN AWAL (Pre Nursery)

Rudini1, Rika Fitry Ramanda2 Beny Setiawan2

1
Mahasiswa Politeknik Negeri Ketapang 2Staf pengajar Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan Politeknik Negeri Ketapang
(rudinibtp@gmail.com)

ABSTRAK

POC sabut kelapa memiliki sejumlah kandungan hara yang dibutuhkan


tanaman, yaitu N, P, K, Ca dan Mg. Air hasil rendaman sabut kelapa yang
mengandung unsur K tersebut sangat baik jika diberikan sebagai pupuk serta
pengganti pupuk KCl anorganik untuk tanaman .Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian POC sabut kelapa terhadap pertumbuhan
kecambah kelapa sawit dan mengetahui berapa dosis POC sabut kelapa terbaik
yang mempengaruhi pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Penelitian ini akan
dilaksanakan mulai Oktober sampai Desember 2022 di Politeknik Negeri
Ketapang.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non
faktorial dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap perlakuan terdiri dari 5
tanaman sehingga diperoleh 125 satuan percobaan. Parameter pengamatan
meliputi tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), jumlah pelepah (helai),
panjang daun (cm) dan lebar daun (cm). Data yang diperoleh dianalisis secara
statistik dengan Analysis of Variance (ANOVA). Apabila berpengaruh nyata,
maka dilakukan uji lanjut Duncan Multi Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Kata kunci : POC, Sabut Kelapa, Kelapa Sawit.


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya, sehingga penuls dapat menyelesaikan

proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian POC Sabut Kelapa

terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pembibitan

Awal (Pre Nursery)". Penyusunan proposal penelitian ini merupakan salah satu

syarat yang harus dipenuhi mahasiswa Program Studi Budidaya Tanaman

Perkebunan Diploma IV Politeknik Negeri Ketapang.

Proposal penelitian ini disusun atas kerjasama dan berkat bantuan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

dosen pembimbing 1 Rika Fitry Ramanda, S.P., M.P. dan pembimbing 2 Beny

Setiawan,S.TP., M.P. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua

serta teman seperjuangan atas dukungan dan bantuannya sehingga terselesaikan

proposal penelitian ini.

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penyusunan proposal

penelitian ini, besar harapan penulis akan saran dan kritik yang bersifat

membangun. Akhir kata penulis berharap agar laporan ini bermanfaat bagi penulis

dan pembaca.

Ketapang, 6 September 2021

Rudini
NIM. 4072018218
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv


DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan................................................................................................... 2
1.4 Hipotesis .............................................................................................. 3
1.5 Manfaat ................................................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Umum Kelapa Sawit ............................................................. 4
2.2 POC Sabut Kelapa ............................................................................... 10

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 12
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian ................................................................................ 12
3.3.1 Rancangan Penelitian ................................................................. 12
3.3.2 Pelaksanaan Penelitian................................................................ 13
3.4 Parameter Pengamatan ......................................................................... 16
3.5 Analisis Data ........................................................................................ 17
3.6 Diagram Alir ........................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ............................................. 18

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Penelitian Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial .......... 21


Lampiran 2. Jadwal Penelitian ............................................................................ 22
Lampiran 3. RABP (Rancangan Anggaran Belanja Penelitian) ......................... 23

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Benua Afrila.

Kelapa sawit banyak dijumpai di hutan hujan tropis negara kamerun, Pantai

Gading, Ghana, Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo, Angola, dan Kongo.

Penduduk setempat menggunaka kelapa sawit untuk memasak dan bahan untuk

kecantikan. Selain itu, buh kelapa sawit juga dapat diolah menjadi minyak nabati.

Warna dan rasa minyak yang dihasilkan sangat bervariasi (Lubis dan Agus, 2011).

Keberhasilan pengembangan komoditas kelapa sawit salah satunya

ditentukan oleh pemeliharaan pada pembibitan. Pembibitan yang baik diharapkan

dapat menghasilkan tanaman kelapa sawit dengan kualitas yang tinggi dan

menghasilkan mutu produk yang baik. Salah satu cara penyediaan bibit bermutu

ialah dengan memperhatikan media tanam dan pemupukan. Media tanam dan

pemupukan sangat penting dan berketerkaitan erat terhadap pertumbuhan

tanaman. Media tanam dan pemupukan yang baik akan berpengaruh terhadap

proses serapan hara dan perakaran tanaman sehingga tanaman akan tumbuh dan

berkembang secara optimal.

Menurut Nasution, dkk. (2019), untuk menunjang pertumbuhan bibit

kelapa sawit yang berkualitas, sangat diperlukan pemupukan salah satunya karena

bibit kelapa sawit memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan membutuhkan

cukup banyak pupuk. Selain jumlah pupuk majemuk yang diperlukan banyak juga

sulit diperoleh dan mahal. Penggunaan pupuk anorganik terus menerus juga dapat

merusak lingkungan.

1
Permasalahan pupuk hampir selalu muncul, permasalahan tersebut adalah

penggunaan pupuk anorganik terus menerus dapat merusak lingkungan, harga

pupuk yang cenderung meningkat, beredarnya pupuk palsu dan beban subsidi

pemerintah yang semakin meningkat, untuk mengatasi kelangkaan pupuk petani

didorong untuk menggunakan pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik.

Pemberian pupuk organik memiliki banyak keunggulan seperti mengandung

berbagai unsur hara yang lebih kompleks dibanding pupuk anorganik. Adapun

pupuk organik yang dapat digunakan yaitu POC sabut kelapa.

Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara yang kurang sesuai

di dalam tanah, sehingga pertumbuhan lebih optimum. Berdasarkan permasalahan

yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Pengaruh Pemberian POC Sabut Kelapa terhadap Pertumbuhan

Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pembibitan Awal (Pre Nursery).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah pemberian POC sabut kelapa berpengaruh terhadap pertumbuhan

bibit kelapa sawit?

2. Berapakah dosis POC sabut kelapa terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan

bibit kelapa sawit?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengaruh pemberian POC sabut kelapa terhadap pertumbuhan

bibit kelapa sawit.

2
2. Mengetahui berapa dosis POC sabut kelapa terbaik yang mempengaruhi

pertumbuhan bibit kelapa sawit.

1.4 Hipotesis

1. Diduga pemberian POC sabut kelapa mempengaruhi pertumbuhan bibit

kelapa sawit.

2. Diduga terdapat salah satu dosis POC sabut kelapa yang terbaik terhadap

pertumbuhan bibit kelapa sawit.

1.5 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada petani tentang

pengaruh pemberian pupuk organik cair (POC) Sabut Kelapa terhadap

pertumbuhan bibit kelapa sawit, meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit

sehingga dapat memberikan kualitas bibit yang baik dan efesiensi biaya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Benua Afrika.

Kelapa sawit banyak dijumpai di hutan hujan tropis Negara Kamerun, Pantai

Gading, Ghana, Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo, Angola, dan Kongo.

Penduduk setempat menggunakan kelapa sawit untuk memasak dan bahan untuk

kecantikan. Selain itu, buah kelapa sawit juga dapat diolah menjadi minyak

nabati. Warna dan rasa minyak yang dihasilkan sangat bervariasi (Lubis dan

Agus, 2011).

Menurut Yudistina, dkk. (2017), tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam

tanaman monokotil. Taksonomi kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai

berikut: Divisi: Tracheophyta, Subdivisi: Pteropsida, Kelas: Angiospermae,

Subkelas: Monocotyledoneae, Ordo: Spadiciflorae (Arecales), Familli: Palmae,

Sub-famili: Cocoideae, Genus: Elaeis, Spesies: Elaeis guineensis Jacq.

Menurut Lubis dan Agus (2011), varietas unggul kelapa sawit pada

umumnya dibedakan berdasarkan ketebalan cangkang. Tanaman kelapa sawit

dibagi menjadi tiga varietas, yaitu:

1. Dura

Varietas dura memiliki ciri–ciri yaitu ketebalan cangkang 2-5 mm,

dibagian luar cangkang tidak terdapat lingkaran serabut, daging buahnya relatif

4
tipis, dan daging biji besar dengan kandungan minyak rendah. Varietas ini

biasanya digunakan sebagai indukan betina oleh para pemulia tanaman.

2. Pisifera

Varietas pisifera memiliki ciri–ciri yaitu ketebalan cangkang yang tipis.

Daging buah Pisifera tebal mengandung minyak yang tinggi dan daging biji

sangat tipis. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan baku untuk tanaman

komersial, tetapi digunakan sebagai indukan jantan oleh pemulia tanaman untuk

melakukan peyerbukan pada bunga betina.

3. Tenera

Varietas tenera merupakan hasil persilangan antara dura dan pisifera.

Varietas ini memiliki ciri–ciri yaitu cangkang yang tipis 1–2,5 mm, terdapat

serabut melingkar disekeliling tempurung dan daging buah yang sangat tebal

mengandung minyak cukup tinggi. Varietas ini umumnya menghasilkan banyak

tandan buah sehingga banyak perusahaan–perusahaan perkebunan kelapa sawit

yang membudidayakan jenis varietas ini.

2.1.1 Morfologi Kelapa Sawit

1. Akar

Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

(monokotil) yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar

pertama muncul dari biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu, radikula

akan mati dan membentuk akar utama atau primer. Selanjutnya, akar primer

5
akan membentuk akar sekunder, tertier, dan kuartener. Akar yang paling aktif

menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang berada di

kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan

Agus, 2011).

2. Batang

Tanaman kelapa sawit memiliki batang lurus, melawan arah gravitasi

bumi, dan dapat berbelok jika tanaman tumbang (doyong). Dalam beberapa

kondisi, batang kelapa sawit juga dapat bercabang. Fungsi utama batang

sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar

melalui xilem serta mengangkut hasil fotosintesis melalui floem. Selain itu,

batang juga sebagai penyangga daun, bunga, buah, dan sebagai penyimpan

cadangan makanan (Lubis dan Agus, 2011).

Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm/tahun, dalam kondisi lingkungan

yang sesuai, pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm/tahun. Pada saat

tanaman berumur 25 tahun, tinggi batang kelapa sawit dapat mencapai 13-18

meter. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 10 cm

pada tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua. Bagian bawah batang

yang agak membesar disebut bonggol. Bagian ini memiliki diameter lebih

besar 10-20% dari batang bagian atas.

3. Daun

6
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi

tanaman. Bentuk daun, jumlah daun, dan susunannya sangat berpengaruh pada

luas tangkapan sinar matahari untuk diproses menjadi energi. Pada saat

kecambah, bakal daun pertama yang muncul adalah plumula, lalu mulai

membelah menjadi dua helai daun pada umur satu bulan. Seiring

bertambahnya daun, anak daun mulai membelah pada umur 3-4 bulan

sehingga terbentuk daun sempurna. Daun ini terdiri dari kumpulan anak daun

(leaflet) yang memiliki tulang anak daun (midrib) dengan helai anak daun

(lamina). Sementara itu, tangkai daun (rachis) yang berfungsi sebagai tempat

anak daun melekat akan semakin membesar menjadi pelepah sawit (Lubis dan

Agus, 2011).

4. Bunga

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2,5 tahun, tetapi

umumnya bunga tersebut gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya.

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monoecious. Karena itu, bunga

jantan dan bunga betina terletak pada satu pohon. Bunga sawit muncul dari

ketiak daun yang disebut infloresen (bunga majemuk). Bakal bunga tersebut

dapat berkembang menjadi bunga jantan atau bunga betina tergantung pada

kondisi tanaman. Inflorescen awal terbentuk selama 2-3 bulan, lalu

pertumbuhan salah satu organ reproduktifnya terhenti dan hanya satu jenis

bunga yang dihasilkan dalam satu infloresen. Namun, tidak jarang juga organ

7
betina (gynoecium) dapat berkembang bersama-sama dengan organ jantan

(androecium) dan menghasilkan organ hermaprodit (Lubis dan Agus, 2011).

5. Buah

Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe. Susunan buah

kelapa sawit yaitu pericarp (daging buah) yang terbungkus oleh exocarp

(kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1-4 inti atau

kernel. Sementara itu, inti memiliki testa (kulit), endosperm dan sebuah

embrio.

Tandan kelapa sawit terdiri dari dua ribu buah sawit dengan tingkat

kematangan yang bervariasi. Secara praktis, tandan yang dianggap matang

atau layak panen dicirikan dengan tanda berwarna merah jingga yang

menandakan adanya kandungan karotena. Buah yang masih muda berwarna

hijau pucat, semakin tua warnanya berubah menjadi hijau hitam hingga

kuning (Lubis dan Agus, 2011).

6. Biji

Biji kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot yang berbeda untuk setiap

jenisnya. Umumnya, biji kelapa sawit memiliki waktu dorman.

Perkecambahan bisa berlangsung dari enam bulan dengan tingkat keberhasilan

8
50%. Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit

dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

a. Dura (D), memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan

rendemen minyak 15-17%.

b. Tenera (T), memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal,

dan rendemen minyak 21-23%.

c. Pisifera (P), memiliki cangkang sangat tipis, daging buah tebal, biji kecil,

dan rendemen minyak 23-25% (Lubis dan Agus, 2011).

2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Produktivitas tanaman menjadi lebih baik jika unsur hara dan air tersedia

dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Selain itu, tanaman kelapa sawit

membutuhkan intesitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan

proses fotosintesis (Lubis dan Agus, 2011).

1. Curah Hujan

Idealnya, curah hujan sekitar 2.000 mm/tahun, terbagi merata sepanjang

tahun, dan tidak terdapat periode kering yang tegas. Berikut beberapa kondisi

yang disebabkan oleh pengaruh curah hujan.

– Curah hujan tinggi menyebabkan produksi bunga tinggi, persentase buah

menjadi rendah, penyerbukan terhambat, sebagian besar pollen terhanyut oleh

air hujan.

9
– Curah hujan rendah menyebabkan pembentukan daun terhambat serta

pembentukan bunga dan buah terhambat.

2. Suhu

Perbedaan suhu dapat memengaruhi pertumbuhan dan produksi buah.

Suhu 20 °C merupakan suhu minimum bagi pertumbuhan vegetatif. Sementara

itu, suhu 22-23 °C merupakan suhu rata-rata tahunan yang diperlukan untuk

produksi buah. Suhu terkait dengan garis lintang dan elevasi di suatu daerah.

Berdasarkan hasil pengamatan, lokasi tumbuh kelapa sawit lebih optimal berada

di daerah tropis.

3. Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti

podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Kelapa sawit tumbuh

baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan

mempunyai solum tanah yang tebal yaitu sekitar 80 cm, tanpa lapisan padas.

Dengan tekstur tanah ringan, kandungan pasir 20% – 60%, debu 10% – 40% dan

liat 20% -50%. Tanah aluvial merupakan tanah yang dicirikan oleh warna matriks

tanah abu-abu terang (7,5 YR 7/1), warna bercak tanah kuning (10 YR 8/6) (Lubis

dan Agus, 2011).

2.2 POC Sabut Kelapa

10
Pupuk organik cair atau POC memiliki kelebihan yaitu secara cepat dapat

mengatasi defisiensi unsur hara karena bentuknya yang cair sehingga mudah

masuk kedalam tanah dan mudah diserap tanaman. Penyerapan pupuk organik cair

pada tanaman dapat melalui akar maupun daun (Daniel, dkk., 2020).

Sabut kelapa bisa digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk

organik cair, karena di dalam sabut kelapa terdapat unsur hara makro dan mikro.

Kandungan unsur hara yang terdapat dalam sabut kelapa, yaitu: air 53,83%, N

0,28% ppm, P 0,1 ppm, K 6,726 ppm, Ca 140 ppm dan Mg 170 ppm (Sabri,

2017).

Air hasil rendaman yang mengandung unsur K tersebut sangat baik jika

diberikan sebagai pupuk serta pengganti pupuk KCL anorganik untuk tanaman.

(Wijaya dan Madijid, 2017).

Pupuk organik cair merupakan salah satu alternatife untuk mengurangi

pemakaian pupuk anorganik yang diberikan melalui akar. Pupuk organik sangat

bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantititas,

mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara

berkelanjutan (Nasution, dkk., 2019).

Pupuk organik baik berbentuk padat maupun cair mempunyai fungsi yang

penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan top soil,

meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air.

Hasil penelitian Anwar (2019) menyatakan aplikasi POC sabut kelapa

(150 mL/tanaman) berpengaruh nyata terhadap panjang buah (22.42 cm) dan

berat buah per tanaman (3.65 kg) pada buah semangka.

11
Hasil penelitian Galla, dkk. (2018), menyatakan pemberian pupuk

organik cair sabut kelapa berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan

dan produksi tanaman cabai lokal Toraja dengan pemberian pada dosis 400

mL.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan di Politeknik Negeri Ketapang, Jalan

Rangga Sentap Dalong, Ketapang Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang,

Kalimantan Barat, mulai Desember sampai Februari 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, parang, gergaji,

paku, kayu, polybag ukuran 15 cm x 35 cm, drum, alat ukur, paranet dengan

intensitas cahaya 70%, meteran, gembor, label, kamera, dan alat-alat tulis.

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini meliputi kecambah kelapa

sawit varietas DxP PPKS, tanah aluvial kedalaman 20 cm – 30 cm, EM4, gula

merah, dan sabut kelapa.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) non faktorial yang terdiri dari 5 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari

5 ulangan, sehingga terdapat 25 unit percobaan, dimana setiap unit percobaan

terdiri dari 5 sampel benih sehingga jumlah keseluruhannya 125 sampel.

Adapun perlakuan ini terdiri dari:

K0 = tanpa POC sabut kelapa

12
K1 = POC sabut kelapa 200 mL/polybag

K2 = POC sabut kelapa 300 mL/polybag

K3 = POC sabut kelapa 400 mL/polybag

K4 = POC sabut kelapa 500 mL/polybag.

3.3.2Pelaksanaan Penelitian

3.3.2.1 Persiapan Lahan

Sebelum melaksanakan penelitian, lahan dibersihkan dari tumbuhan

pengganggu (gulma) dan sisa-sisa tanaman maupun batuan yang terdapat di

sekitar areal penelitian dengan menggunakan cangkul. Pembersihan lahan

bertujuan untuk menghindari serangan hama, penyakit, dan menekan

persaingan tanaman dengan gulma.

3.3.2.2 Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil (aluvial) dari tanah

mineral (kedalaman 20-30 cm) dengan tekstur lempung, tanah ini diambil di

Sungai Awan Kanan. Tanah diayak dengan ayakan 1 cm x 1 cm untuk

mencegah masuknya gumpalan-gumpalan tanah, sehingga tanah bersih dari

sampah dan kotoran lain. Setelah itu tanah dimasukkan ke dalam polybag

ukuran 20 cm x 30 cm sebanyak 4 kg, kemudian diberi tanda atau label untuk

masing-masing perlakuan, supaya memudahkan pada saat pengamatan. Jarak

antar polybag 20 cm x 20 cm.

13
3.3.2.3 Pembuatan POC sabut kelapa

Sabut kelapa yang sudah disiapkan sebanyak 1 kg (kering) kemudian

dipotong kecil, sabut kelapa yang sudah dipotong kecil dimasukkan ke dalam

drum, kemudian EM4 dilarutkan sebanyak 100 mL dan gula merah sebanyak

250 g ke dalam air dan di aduk hingga merata, setelah itu semua bahan

dicampurkan ke dalam air yang sudah disiapkan sebanyak 10 liter.

Setelah semua bahan dimasukkan lalu diaduk hingga rata sampai

homogen, drum plastik ditutup dan didiamkan selama 14 hari. Setiap 1 hari

sekali tutup drum dibuka agar gasnya dapat terbuang. POC yang sudah jadi

ditandai dengan ketentuan air rendaman akan berubah warna menjadi cokelat

kehitaman. Air rendaman yang sudah jadi POC disaring dan siap digunakan.

Penggunaan POC sabut kelapa dengan perbandingan 1 liter POC sabut kelapa

dicampur dengan air 10 liter[ CITATION Suh19 \l 1033 ].

3.3.2.4 Penanaman kecambah kelapa sawit

Penanaman dilakukan dengan menanam kecambah kelapa sawit ke

dalam polybag yang sudah berisi media tanam. Sebelum melakukan

penanaman tanah pada polybag disiram sampai jenuh, pada saat penyemaian

kantong dibuka dan dipercik air untuk memberi kelembaban pada setiap kali

penanaman bila cuaca panas. Kemudian dibuat lubang tanam dengan

kedalaman 2 cm. Kecambah harus ditanam dalam polybag dengan akar

(radikula) menghadap ke bawah pada kedalaman sekitar 2 cm sehingga daun

(plumula) berada 1 cm di bawah permukaan setelah ditutup dengan tanah.

14
Kecambah dengan radikula dan plumula yang sukar dibedakan sebaiknya

ditinggalkan di dalam kantong dan disimpan dengan suhu 25 ºC selama 5-6

hari. Kemudian menutup dan meratakan tanah di sekeliling kecambah,

kecambah harus disiram segera setelah tanam.

3.3.2.5 Pengaplikasian POC Sabut Kelapa

Perlakuan diberikan pada pagi hari mulai 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9

MST, 11 MST, 13 MST, dan 15 MST. Perlakuan diberikan sesuai dengan

perlakuan masing-masing yang telah ditetapkan. Pemberian POC sabut kelapa

dilakukan dengan menyiramkan langsung pada permukaan tanah di sekitar

tanaman.

3.3.2.6 Pemeliharaan

Penyiraman yang dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari

sesuaikan dengan kebutuan bibit tanaman. Apabila turun hujan maka tidak

dilakukan penyiraman. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan

mencabut rumput yang tumbuh dalam polibag dan menggunakan cangkul

untuk gulma yang tumbuh di plot. Pengendalian hama dilakukan dengan cara

manual dengan mengambil dan membuang hama yang terdapat di areal

penelitian.

15
3.4 Parameter Pengamatan

3.5.1 Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur bibit

kelapa sawit mulai dari pangkal atau dasar batang sampai ke ujung daun

tertinggi. Pengukuran dimulai saat tanaman mulai tumbuh (plumula sudah

membentuk daun) menggunakan penggaris. Interval waktu pengamatan,

dilakukan dua minggu sekali yaitu umur 4 MST, 6 MST, 8 MST, 10 MST, 12

MST, 14 MST dan 16 MST [ CITATION Zul21 \l 1033 ].

3.5.2 Diameter Batang (cm)

Pengukuran diameter batang dilakukan dengan cara mengukur bagian

batang bibit kelapa sawit pada bagian bonggol batang menggunakan jangka

sorong, cara mengukur diameter batang 1 cm dari atas permukaan tanah.

Interval waktu pengamatan, dilakukan dua minggu sekali yaitu umur 4 MST,

6 MST, 8 MST, 10 MST, 12 MST, 14 MST dan 16 MST [ CITATION Zul21 \l

1033 ].

3.5.3 Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung dengan menghitung seluruh daun yang telah

membuka sempurna. Interval waktu pengamatan, dilakukan dua minggu

sekali yaitu umur 4 MST, 6 MST, 8 MST, 10 MST, 12 MST, 14 MST dan 16

MST[ CITATION Zul21 \l 1033 ].

16
3.5.4 Panjang Daun (cm)

Pengukuran panjang daun dilakukan dengan cara mengukur daun mulai

dari pangkal daun yang sudah diberi tanda hingga pucuk daun menggunakan

penggaris. Interval waktu pengamatan, dilakukan dua minggu sekali yaitu

umur 4 MST, 6 MST, 8 MST, 10 MST, 12 MST, 14 MST dan 16

MST[ CITATION Zul21 \l 1033 ].

3.5.5 Lebar Daun (cm)

Pengukuran lebar daun dilakukan dengan cara meletakkan penggaris

dari tepi daun yang sudah diberi tanda pada sisi kanan hingga sisi kiri daun

menggunakan penggaris. Interval waktu pengamatan, dilakukan dua minggu

sekali yaitu umur 4 MST, 6 MST, 8 MST, 10 MST, 12 MST, 14 MST dan 16

MST[ CITATION Zul21 \l 1033 ].

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan

sidik ragam atau Analisis of Variance (ANOVA). Apabila data yang didapat

berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multi Range Test

(DMRT) pada taraf 5%.

17
3.6 Diagram Alir

Persiapan lahan

Persiapan Media Tanam

Pembuatan POC Sabut Kelapa

Penanaman Kecambah Kelapa Sawit

Aplikasi Pemberian POC Sabut Kelapa

Pemeliharaan antara lain:


Penyiraman, pengendalian gulma dan HPT.

Parameter Pengamatan Antara Lain:


Tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), jumlah daun
(helai), panjang daun (cm), dan lebar daun (cm).

Analisis data
Dianalisis menggunakan sidik ragam menunjukkan perbedaan
yang nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test
(DMRT) 5%.
Gambar 3.1 Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

18
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K. 2019. "Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Semangka Kuning


(Citrullus vulgaris Schard) terhadap Pemberian POC Sabut Kelapa dan
Bokashi Ampas Tebu". Skripsi. Medan: Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Fakultas Pertanian.

Daniel, A. R., Diane D, P., Rafli, K., Adeleyda M. W, L. 2020. Pengaruh


Pemberian Mol Sabut Kelapa terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi
Pakcoy (Brassica rapa L.). Jurnal Agroteknologi. 3(3), 1-7.

Galla, E. A., Vonnisye., Apriya, A. P. 2018. Respon Pertumbuhan dan Produksi


Tanaman Cabai (Capsiicum annum) Varietas Lokal Toraja terhadap Pupuk
Organik Cair Sabut Kelapa. Jurnal Agrosaint UKI Toraja. 9(1), 7-15

Lubis, R. E., Agus, W. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta: Agro Media
Pustaka.

Nasution, A., Ahmad, N., Tengku, B. 2019. Respon Pemberian Pupuk Urea dan
Urine Sapi terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Pembibitan Awal. Jurnal Agroteknologi dan Perkebunan. 2(2),
28-32.

Sabri, Y. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair dari Sabut Kelapa dan
Bokashi Cair dari Kotoran Ayam terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi
Caisim (Brassica juncea L.). Jurnal Pertanian Faperta UMSB. 1(1), 35-42

Sebastian, B. 2019. "Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Sabut Kelapa


Muda dan Pupuk Gandasil Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Okra Hijau (Abelmoschus esculentus)". Skripsi. Medan: Universitas
Medan Area. Fakultas Pertanian.

Suhastyo, A. A. 2019. Perberdayaan Kelompok Wanita Tani melalui Pelatihan


Pembuatan Pupuk Organik Cair. Jurnal PPKM. 6(2), 60-64.

19
Syahputra, A. 2019. "Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing dan POC Sabut Kelapa
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah "Allium
ascalonicum L". Skripsi. Medan: Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Fakultas Pertanian.

Wijaya, R., M. Madijid, B. F. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair dari Sabut
Kelapa dan Pupuk Kandang Ayam Terhadap Ketersediaan dan Serapan
Kalium serta Pertumbuhan Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol Kwala
Bekala. Jurnal Agroekoteknologi. 5(2), 249-255.

Yudistina, V., Mudji, S., Nurul, A. 2017. Hubungan antara Diameter Batang
dengan Umur Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kelapa
Sawit. Buana Sains. 17(1), 43-48.

Zulfadli, A. 2021. "Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)


pada Perbandiangan Media Tanam Tanah Gambut dan Solid Decanter di
Pre Nursery". Skripsi. Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau. Fakultas Pertanian dan Peternakan.

20
Lampiran 1. Denah Penelitian Rancangan Acak Lengkap Non Faktorial

Jumlah Perlakuan = 5
Jumlah Ulangan = 5
Setiap perlakuan terdapat 5 sampel jumlah keseluruhan 125 sampel

K4 K0 K0 K1 K1
(1) (2) (1) (2) (4)

K0 K2 K0 K4 K2
(4) (3) (5) (5) (5)

K3 K3 K1 K3 K1
(2) (3) (3) (1) (5)

K4 K4 K2 K2 K2
(3) (4) (4) (2) (1)

K3 K0 K1 K3 K4
(4) (3) (1) (5) (2)

Utara
Keterangan:
K0 : Tanpa POC sabut kelapa
K1 : POC sabut kelapa 200 ml/polybag,
K2 : POC sabut kelapa 300 ml/polybag, Barat Timur
K3 : POC sabut kelapa 400 ml/polybag,
K4 : POC sabut kelapa 500 ml/polybag.

Jarak masing-masing polybag 20 x 20 cm Selatan


(1), (2), (3), (4), (5) = Ulangan

21
Lampiran 2. Jadwal penelitian

N Septemb Oktobe Novemb Desembe Januar Februar


Kegiatan
o er r er r i i
Pembuatan
1 proposal
penelitian
Survei
2 lokasi
penelitian
Persiapan
3
penelitian
Pengumpula
4
n data
5 Analisa data
6 Kesimpulan

22
Lampiran 3. Rancangan Anggaran Biaya (RAB)

No Keterangan Biaya
1. Persiapan Alat dan Bahan
Cangkul Rp. 50.000
Gembor Rp. 50.000
Parang Rp. 50.000
Paku Rp. 20.000
Meteran Rp. 60.000
Penggaris Rp. 35.000
Paranet Rp. 300.000
Sabut Kelapa Rp. 40.000
Alat tulis Rp. 15.000
Kayu Rp. 90.000
Kecambah sawit Rp. 1.062.500
EM4 Rp. 25.000
Gula Merah Rp. 15.000
2. Transportasi Rp. 200.000
3. Konsumsi Rp. 200.000
4. Analisis Data
Pelaporan Hasil Rp. 450.000
Pencetakan Gambar Rp. 250.000
5. Biaya Lain-Lain Rp. 1.500.000
Total Biaya Rp 4.412.500

23

Anda mungkin juga menyukai