Anda di halaman 1dari 17

FORM A

Laporan Pelaksanaan
MERENCANAKAN UJ I COBA/PENGKAJ IAN/PENGUJ IAN PAKET
TEI{'I}IETODE PEI{YULU HAN PERTANIAN

1. Penyuluh Pertanian

a. Nama dan NIP : Gunawan, STP,MSil19761216 200501 1 002

b. PangkaUGolongan : Penata TK,l/llld

c. Jabatan : Penyuluh Pertanian Muda

d. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

2. Dasar Pelaksanaan : DIPA 2021

3, Nama Kegiatan : Ujicoba Paket Teknologi Demonstrasi Formulasi


Pakan Temak Sapi Potong Di Kab.Kediri - Jawa
Timur
4. PelaksanaanKegiatan :

a. Waktu Pelaksanaan : Pebruari-Desernber2021

b. TempaUlokasi : Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri

5. Hasil Pekerjaan : Terlampir

Mengetahui, Malang, fp':E$;fi. 202(


Kasubbag Tata Usaha, Penyuluh pertanian,

ffi#:ry'h

Dr. Gunawan,STP,MSi
NtP. 19761216 200501 1 002
LAPORAN
MERENCANAKAN UJI COBA/PENGKAJIAN/PENGUJIAN PAKET
TEKNOLOGI /METODE PENYULUHAN PERTANIAN

HASIL UJICOBA PAKET TEKNOLOGI


DEMONSTRASI FORMULASI PAKAN TERNAK SAPI POTONG
DI KAB.KEDIRI - JAWA TIMUR

Oleh :
Abu Bakar
Gunawan
Dwi Wahyu Astuti
Indriana Ratna Dewi

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmatNya sehingga
penyusun telah mampu menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir Kegiatan Uji
Coba Paket Teknologi Demonstrasi Formulasi Pakan Ternak Sapi Potong Di
Kab.Kediri - Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur yang memberikan
kepercayaan kepada penyusun dan tim untuk melaksanakan kegiatan Uji Coba
Paket Teknologi Demonstrasi Formulasi Pakan Ternak Sapi Potong Di Kab.Kediri.
Ucapan terima kasih juga penyusun sampaikan kepada Tim Pelaksana
kegiatan yang telah bekerjasama dan proaktif sejak dari penyususn perencanaan
kegiatan, pelaksanaan sampaikan penyusunan laporan akhir kegiatan.
Akhirnya penyusun berharap Laporan Akhir Kegiatan ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada pengembangan korporasi
Desa Sapi Potong secara efisien dan efektif.

Malang, Desember 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................... Error! Bookmark not defined.


DEMONSTRASI FORMULASI PAKAN TERNAK SAPI POTONG......................................... i
DI KAB.KEDIRI - JAWA TIMUR ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
1.2 TUJUAN .......................................................................................................... 3
1.3 PERKIRAAN KELUARAN .................................................................................. 3
1. 4 PERKIRAAN HASIL ......................................................................................... 3
1. 5 PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK............................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 5
III. METODE PELAKSANAAN ..................................................................................... 9
3.1 PROSEDUR ..................................................................................................... 9

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Paradigma pembangunan peternakan pada era globalisasi adalah
terwujudnya masyarakat yang sehat dan produktif serta kreatif melalui peternakan
tangguh berbasis sumber daya lokal. Program aksi untuk mewujudkan
swasembada daging sapi pada tahun 2010 antara lain dapat dilakukan melalui
kebijakan teknis pegembangan agribisnis sapi pola integrasi tanaman ternak
berskala besar dengan pendekatan berkelanjutan dengan biaya murah dan
optimalisasi pemanfaatan limbah atau yang dikenal dengan istilah Low External
Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan zero waste.

Limbah pertanian dan agroindustri pertanian memiliki potensi yang cukup


besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia. Limbah yang memiliki nilai nutrisi
relatif tinggi digunakan sebagai pakan sumber energi atau protein, sedangkan
limbah pertanian yang memiliki nilai nutrisi relatif rendah digolongkan sebagai
pakan sumber serat.

Umumnya limbah pertanian termasuk limbah biologi, karena ditimbulkan


sebagai sisa pengusahaan tumbuhan, salah atau benda biologi. Oleh karenanya,
limbah pertanian merupakan sumber bahan organik, terutama karbon dalam
bentuk karbohidrat. Selain itu, sering didapat bahan berguna lain dalam jumlah
yang masih memadai, seperti protein, lemak, vitamin dan mineral serta serat.
Oleh karena itu teknologi tentang pengolahan limbah pertanian perlu diupayakan
agar dapat membantu peternak dalam menyediakan pakan ternaknya sehingga
usahanya dapat berkembang dengan baik.

Pengolahan limbah pertanian dalam bentuk complete feed akan dapat


membantu dalam memenuhi kebutuhan ternak karena complete feed merupakan
pakan lengkap untuk ternak rumenansia yang memiliki kandungan zat-zat
makanan disusun dan diformulasi secara lengkap dan seimbang sesuai dengan
kebutuhan ternak. Penting untuk diperhatikan dalam pembuatan complete feed
adalah memperhatikan kandungan dari bahan yang akan digunakan serta memiliki
nilai ekonomis. Dengan memperhatikan hal tersebut maka peternak dapat

1
menekan biaya produksi berupa pakan dan akan memperoleh keuntungan yang
maksimal.

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor lingkungan sampai 70% dan


faktor genetik hanya sekitar 30%. Diantara faktor lingkungan tersebut, aspek
pakan mempunyai pengaruh paling besar sekitar 60%. Hal ini menunjukkan
bahwa walaupun potensi genetik ternak tinggi, namun apabila pemberian pakan
tidak memenuhi persyaratan kuantitas dan kualitas, maka produksi yang tinggi
tidak akan tercapai. Disamping pengaruhnya yang besar terhadap produktivitas
ternak, faktor pakan juga merupakan biaya produksi yang terbesar dalam usaha
peternakan. Biaya pakan ini dapat mencapai 60-80% dari keseluruhan biaya
produksi.

Perlu dipahami bersama bahwa ” tidak ada strategi dan komposisi pakan
terhebat yang dapat diterapkan pada semua sistem usaha peternakan sapi potong
yang tersebar di berbagai lokasi usaha. Yang terhebat adalah strategi untuk
mengungkap dan mengolah bahan pakan potensial setempat menjadi produk
ekonomis yang aman, sehat, utuh, halal dan berkualitas”.

Untuk itu diperlukan introduksi teknologi formulasi pakan murah


berkualitas untuk ternak sapi. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan
meningkatkan keterampilan peternak-peternak menyusun formulasi pakan melalui
pemanfaatan bahan baku lokal. Efektivitas dan efisiensi usaha tersebut sangat
tergantung pada : ketersediaan bahan, kandungan nutrisi (zat gizi yang
diperlukan ternak), harga, anti nutrisi/racun (aflatoxin), tekstur bahan (apakah
perlu diolah sebelum digunakan).

Upaya untuk mempercepat penyebarluasan teknologi formulasi pakan


murah untuk ternak sapi dengan cara mendekatkan, memperkenalkan dan
memperagakannya ditingkat peternak melalui kegiatan demonstrasi plot. Dengan
demonstrasi plot peternak tidak saja melihat dan melakukannya akan tetapi
berdampak positif bertambahnya keyakinan dan kepercayaannya. Akhirnya akan
mendorong minat dan mampu menerapkannya.

Demplot merupakan tempat bagi peternak-peternak belajar sambil


berbuat untuk menjadi tau dan mau menyelesaikan sendiri masalahnya secara

2
lebih baik sehingga hasil usaha taninya lebih menguntungkan, sebab peternak dan
keluarganya dapat belajar dari pengalaman yang mereka alami sendiri, selama
peternak menjadi pelaku dalam kegiatan demplot. Agar peternak lebih mendalami
dan memahami proses pembelajaran ini diperlukan berbagai media penyuluhan
pertanian yang sesuai dengan daya pikir dan daya nalar peternak. Di antaranya
adalah dengan metode demonstrasi, dan cara demonstrasi adalah suatu bentuk
metode penyuluhan pertanian yang melibatkan cara dan penyerapan teknologi
baru dengan lebih sempurna. Demonstrasi bukan suatu percobaan atau
pengujian, tetapi suatu pendidikan lewat suatu percontohan.

1.2 TUJUAN

 Meningkatkan kemampuan teknologi formulasi pakan murah berkualitas


untuk sapi dengan memanfaatkan limbah pertanian bagi peternak di
Kabupaten Kediri.
 Melaksanakan umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomi dan sosial
teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk sapi di Kabupaten Kediri

1.3 PERKIRAAN KELUARAN

 Meningkatnya kemapuan teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk


sapi bagi peternak di Kabupaten Kediri

 Terlaksananya umpan balik tentang kesesuaian teknis, ekonomis, sosial dan


budaya ternak sapi dengan teknologi formulasi pakan murah berkualitas di
Kabupaten Kediri

1. 4 PERKIRAAN HASIL

Terjadinya peningkatan kemapuan Peternak menformulasi pakan murah


berkualitas untuk sapi

 Terjadinya kesesuaian teknis, ekonomis, sosial dan budaya ternak sapi


dengan teknologi formulasi pakan murah berkualitas di Kabupaten Kediri

3
1. 5 PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK

MANFAAT
Peternak mampu menformulasi dan memproduksi pakan murah berkualitas
untuk ternak sapi di Kabupaten Kediri

DAMPAK
Tersedianya pakan murah dan berkualitas untuk ternak sapi di Kabupaten
Kediri sebagai suatu peluang usaha bisnis

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Salfina, dkk (2004) bahwa pakan merupakan faktor yang sangat
penting pada usaha penggemukan sapi, baik hijauan (pakan dasar), konsentrat
maupun adiktif. Sejalan dengan hasil penelitian Gunawan, et al,. (1996), bahwa
pemberian konsentrat dapat meningkatkan PBBH sapi bali , PO, dan Madura hingga
mencapai 660, 750, dan 650 gr/ekor/hari.

Ransum untuk penggemukan sapi tidak cukup hanya dipenuhi dari pakan
hijauan saja, melainkan perlu dukungan pakan konsentrat yang memadai. Kebutuhan
pakan konsentrat ini tergantung jenis sapi yang dipelihara, untuk sapisapi lokal yang
memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot badan < 1 kg/hari,
memerlukan pakan konsentrat yang lebih kecil. Lain halnya untuk sapi-sapi peranakan
unggul yang memiliki kemampuan menghasilkan pertambahan bobot badan > 1
kg/hari, maka memerlukan pakan konsentrat yang lebih tinggi (Nuschati et al.,2007)

Soeparno (1998) dan Tillman et al. (1998) melaporkan bahwa faktor genetis
dan asupan nutrisi sangat mempengaruhi terhadap kecepatan pertumbuhan ternak.
Sapi eks-impor yang memiliki kecepatan pertumbuhan tinggi (misal sapi peranakan
Simmental, Limousin, Frishian Holstein), tidak akan mampu memberikan PBBH sesuai
kemampuan genetisnya apabila asupan nutrisi yang diberikan sama seperti
penggemukan pada sapi lokal. Demikian sebaliknya untuk sapi lokal (misal sapi
Peranakan Ongole/PO) yang secara genetis memiliki kecepatan pertumbuhan rendah
sampai sedang, juga tidak akan mampu memberikan PBBH seperti sapi eks-impor
walaupun diberikan asupan nutrisi lebih dari kebutuhannya (Tillman et al.,1998 dan
Aryogi et al.,2005). Oleh karena itu dalam usaha sapi kereman perlu teknologi
pemberian pakan sesuai kebutuhan (adequate), sehingga dapat menghindari
terjadinya pemborosan biaya produksi pakan sekaligus dapat meningkatkan konversi
pakan yang dideposisi dalam daging sapi (Prawirodigdo et al.,2004).

Pemberian pakan hijauan meskipun bisa diprediksi dengan rumusan yang ada,
sebaiknya tidak terlalu dibatasi melainkan perlu dilebihkan dari yang semestinya
dikonsumsi. Hal ini untuk memberikan keleluasaan pada ternak yang mengkonsumsi
karena tingkat konsumsi ransum pada sapi kereman di Indonesia cukup beragam.
(Anggraeny et al., 2005; Wijono dan Mariyono, 2005 dan Nuschati et al., 2005).

5
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak,
umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit)
dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot
badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan
yang berbeda pula (Umiyasih, 2007).

Salah satu pengembangan teknologi formulasi pakan adalah teknologi pakan


lengkap (complete feed) merupakan salah satu metoda/teknik pembuatan pakan yang
digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian/ perkebunan dan
limbah agroindustri melalui proses pengolahan dengan perlakuan fisik dan
suplementasi untuk produksi pakan ternak ruminansia. Proses pengolahannya meliputi
pemotongan untuk merubah ukuran partikel, pengeringan, penggilingan/
penghancuran, pencampuran antara bahan serat dan konsentrat yang berupa padatan
maupun cairan, serta pengemasan. Pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan yang
tersedia secara lokal di masingmasing wilayah, ditambah dengan penggunaan limbah
agroindustri, merupakan salah satu upaya dalam mengembangkan produksi pakan
dengan kualitas standar dan sekaligus murah.

Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National


Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan
dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi
tersebut digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak
ruminansia, sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat
produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula. Tinggi
rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri). Beberapa
tentang bahan baku pakan :
Sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar
(SK) >18%, contohnya limbah pertanian, kulit biji polong-polongan dll.
Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang
dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari
35%, contohnya biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian
dan limbah sisa penggilingan.

6
Sumber protein adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan protein
kasar >20% baik bahan yang berasal dari tumbuhtumbuhan seperti
bungkil, bekatul maupun yang berasal dari hewan seperti silase ikan.
Sumber mineral adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral
yang cukup tinggi, misalnya garam dapur, kapur makan, tepung ikan,
tepung kulit bekicot, tepung kulit kerang dan tepung kulit ikan.
Sumber vitamin adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan vitamin
cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbiumbian.
Pakan tambahan adalah bahan-bahan tertentu yang ditambahkan kedalam
ransum, seperti obat-obatan, anti biotika, hormon, air, dan zat pengharum.
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat
dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan
oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit),
tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang
ternak untuk mengkonsumsinya (Umiyasih, 2007).
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang
dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain.
Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu
suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi
ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak
inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika
baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu,
pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem
belajar mandiri.

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan


melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem
sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana
pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis
perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena

7
tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial
tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi
dan atau sub sistem.

Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi: 1)


keunggulan relatif (relative advantage), 2) kompatibilitas (compatibility), 3) kerumitan
(complexity), 4) kemampuan diuji cobakan (trialability) dan 5) kemampuan diamati
(observability). Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih
baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi,
seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin
besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut
dapat diadopsi.

Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten


dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi.
Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah
sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).

Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit
untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah
dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya.
Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu
inovasi dapat diadopsi. Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu
inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam
seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan
cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan
(mendemonstrasikan) keunggulannya. Kemampuan untuk diamati adalah derajat
dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang
melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok
orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan
relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan
untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan
inovasi tersebut dapat diadopsi.

8
III. METODE PELAKSANAAN

3.1 PROSEDUR
a. Bahan
Pakan yang digunakan adalah pakan hijauan dan bahan pakan lokal yang
dapat digunakan sesuai dengan ketersediaan bahan yang ada di setiap wilayah,
adapun bahan baku pakan yang digunakan untuk menformulasi pakan murah
antara lain :

1. Sumber Serat Kasar ; kulit kacang tanah, tongkol jagung


2. Sumber Energi ; dedak.
3. Sumber Protein ; tepung ikan
4. Sumber Mineral ; pikuten

b. Pendekatan
Kegiatan Demonstrasi Plot (Demplot) akan dilaksanakan dengan pendekatan
partisipatif dalam menunjukkan teknologi formulasi pakan murah dan berkualitas
untuk sapi melalui pendayagunaan limbah pertanian dan agroindustri untuk
mendukung ketersediaan pakan yang kontinue.
C. Tahapan Pelaksanaan
 Persiapan
1) Penelusuran hasil-hasil penelitian teknologi pemanfaatan limbah pertanian
dan agroindustri sebagai sumber pakan sapi yang potensial
2) Identifikasi sebaran teknologi formulasi pakan murah berkualitas untuk
ternak sapi di Kabupaten Kediri;
3) Identifikasi peternak yang membutuhkan teknologi formulasi pakan murah
berkualitas di Kabupaten Kediri;
4) Identifikasi dan inventarisasi potensi sumberdaya limbah pertanian dan
agroindustri yang tersedia untuk formulasi pakan murah berkualitas di
Kabupaten Kediri;
 Pembentukan Tim Pelaksana
Pelaksana kegiatan adalah Tim yang terdiri dari Penyuluh , Peneliti dan Teknisi
BPTP Jawa Timur yang bidang keahliannya sesuai dengan teknologi yang di Uji
Coba/didemonstrasikan, serta melibatkan penyuluh di tingkat kabupaten

9
 Penyediaan Bahan Diseminasi
Jenis media yang disediakan adalah Juknis pelaksanaan demplot dalam bentuk
folder. yang memuat informasi tentang limbah pertanian dan agroindustri yang
potensial sebagai bahan baku pakan murah berkualitas
 Koordinasi
Koordinasi dilakukan bersama dengan pengelolah Korporasi Desa Sapi Potong,
Dinas terkait,
BPP dan Gapoktan untuk penyampaian kegiatan yang akan dilaksanakan,
data lokasi dan Gapoktan pengelolah peternak Korporasi Desa Sapi Potong
jadwal tanam yang telah disepakati oleh kelompok serta pengadaan sarana
produksi
 Penetapan Lokasi dan Peternak Pelaksana
Penetapan lokasi Uji Coba/Demonstrasi dilakukan bersama sama pengelolah
Korporasi Desa Sapi Potong Kabupaten dan Penyuluh lapangan dengan
persyaratan bahwa. : 1) Lokasi kegiatan Uji Coba/demonstrasi adalah lokasi
Korporasi Desa Sapi Potong 2) letaknya berada dipinggir jalan; 3) mudah
dijangkau sehingga dapat dilihat oleh peternak sekitar; 4) bebas dari banjir,
kekeringan; 5) tidak jauh dari jalan yang dilewati kendaraan roda 2 atau roda
4. Persyaratan peternak pelaksana/kooperator adalah : 1) ketua Gapoktan
pengelola Korporasi Desa Sapi Potong atau anggota Gapoktan yang dominan
mengusahakan komoditi yang didemonstrasikan dan membutuhkan teknologi
tersebut; 2) Peternak kooperator sebaiknya inovatif; 2) mudah diajak kerjasama
dalam pelaksanaan kegitan ; 3) dan dapat menggerakkan kelompok tani lainnya.
 Pelaksanaan
1) Waktu
Waktu pelaksanaan kegiatan pada bulan Januari 2021 sampai dengan
Desember 2021.
2) Lokasi
Desa Badal Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri dengan pertimbangan
bahwa lokasi tersebut adalah lokasi Korporasi Desa Sapi Potong
3) Peternak Pelaksana
Safarudin (ketua kelompoktani Makmur Desa Badal)

10
4) Sosialisasi/Apresiasi Awal kegiatan
Sosialisasi teknologi dilakukan mengawali kegiatan demonstrasi bertujuan
untuk menyampaikan teknologi yang akan diintroduksi. Pertemuan ini
dilakukan di lokasi kegiatan sebagai nara sumber yaitu Peneliti dan
Penyuluh BPTP Jawa Timur dihadiri oleh peternak pelaksana, peternak
anggota Gapoktan/Gapoktan lain yang mengusahakan sapi, para
penyuluh, petugas dari Instansi terkait dan Pemda. Pada pertemuan ini
interaksi yang dilakukan melalui media cetak dan dialog antara nara sumber
dan peternak-peternak Kegiatan ini melibatkan 1 (satu) kelompoktani
sapi yang tergabung dalam Korporasi Desa Sapi Potong
5) FGD (Focus Group Discussion)
Kegiatan ini bertujuan menggali informasi kemampuan/ penguasaan
teknologi, kebiasaan peternak dalam mengelola usahataninya, produksi
dan pendapatan yang diperoleh serta masalah yang dihadapi. Hasil
pertemuan ini adalah kesepakatan dengan kelompok tani tentang pilihan
jenis bahan pakan dari limbah pertanian untuk diformulasi menjadi pakan
murah berkualitas. Focus Group Discussion yang melibatkan peternak
kooperator dan anggotanya. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh
kesepakatan rakitan teknologi dengan peternak koopertaor.
6) Aplikasi Teknologi
 Memperkenalkan limbah-limbah pertanian yang dapat dijadikan sumber
pakan murah berkualitas dan kandungan nutrisinya
 Menunjukkan cara formulasi pakan murah berkualitas
 Melibatkan peternak-peternak secara aktif dalam setiap aktivitas
demonstrasi teknologi formulasi pakan murah berkualitas
 Setiap tahapan aplikasi teknologi, menghadirkan beberapa peternak
untuk melihat secara langsung formulasi pakan murah berkualitas 
Formulasi pakan murah berkualitas untuk 100 kg adalah :
 Dedak padi 31,5 kg
 Tepung Kulit kacang 31,5 kg
 Tepung Tongkol jagung 31,5 kg
 Tepung ikan 5 kg

11
 Tepung mineral Pikuten 0,5 kg
7) Pengamatan
Data yang dikumpulkan adalah :
 Ketersediaan bahan pakan berupa limbah pertanian
Jenis limbah pertanian
Jumlah limbah pertanian yang tersedia
Waktu ketersediaannya
 Palatabilitas (tingkat kesukaan sapi)
 Nilai ekonomi jenis-jenis limbah pertanian yang dijadikan sumber pakan
 Karateristik peternak anggota PETERNAK yang terlibat
 Alokasi waktu berdasarkan komponen aktivitas dalam demonstrasi
teknologi formulasi pakan murah berkualitas (tingkat partisipasi
peternak-peternak )
 Alokasi kemampuan penginderaan (telinga, mata, tangan) menyerap
informasi teknologi dalam proses belajar melalui demonstrasi (tingkat
partisipasi peternak-peternak)
 Respon, tanggapan dan komentar peternak-peternak terhadap
teknologi yang didemonstrasikan melalui dialog, wawancara
menggunakan daftar pertanyaan yang meliputi :
Tingkat pengetahuan, pemahaman, kemampuan teknis, dalam
menerapkan teknologi yang didemonstrasikan
Masalah yang ada jika teknologi diterapkan
Kemungkinan untuk dilanjutkan musim berikutnya
 Data tingkat kepuasan peternak-peternak anggota kelompok terhadap
teknologi yang di Uji Coba/Demonstrasi terkait dengan karakter
teknologi introduksi, yang meliputi :
Kelebihan teknologi yang diintroduksi
Kekurangan teknologi yang diintroduksi
8) Analisa Data
Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis :
 Analisis statistik sederhana untuk melihat kelayakan teknis teknologi

12
 Kelayakan financial pakan murah berkualitas ditentukan berdasarkan
imbangan antara tambahan penerimaan dengan tambahan biaya akibat
penerapan teknologi introduksi atau Marginal benefit cost ratio (MBCR).

Penerimaan Kotor (B) – Penerimaan Kotor (P)


MBCR :
Total Biaya (B) – Total Biaya (P)

Keterangan : B : Teknologi Baru ; P : Teknologi Peternak

 Analisis deskriptif untuk melihat tingkat partisipasi PETERNAK terkait


dengan alokasi waktu, alokasi kemampuan penginderaan, faktor
internal dan faktor eksternal peternak
 Analisis deskriptif untuk melihat tingkat kepuasan peternak terkait
preferensinya dan hasil karakterisasi teknologi yang didemonstrasikan
Analisis respon peternak-peternak dalam PETERNAK untuk
mengetahui kesesuaian teknis, ekonomi, sosial, dan budaya
peternak dengan teknologi yang didemonstrasikan
 Temu Lapang
Kegiatan ini dilakukan pada setiap tahapan aplikasi teknologi dan menjelang
akhir kegiatan, untuk lebih meningkatkan pemahaman peternak dan
kemungkinan penerapannya lebih lanjut.
 Pelaporan dan Seminar Hasil
Kegiatan ini dilakukan menjelang akhir kegiatan. Setelah data primer terkumpul,
diolah dan dianalisis, untuk penyusunan laporan dan selanjutnya dilakukan
seminar untuk menampung saran dan perbaikan, sehingga laporan dianggap
layak dan dapat dipahami oleh yang memerlukan.

13

Anda mungkin juga menyukai