Anda di halaman 1dari 80

i

MANAJEMEN PEMBIBITAN DI PRE-NURSERY DAN


MAIN-NURSERY KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
KEBUN PINANG SEBATANG ESTATE,
PT ANEKA INTIPERSADA, SIAK, RIAU

ELKI RESTU NUGROHO


A24130086

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ii
iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER


INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen
Pembibitan di Pre-nursery dan Main-nursery Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Siak, Riau adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya baik yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2017

Elki Restu Nugroho


NIM A24130086
iv
v

ABSTRAK
ELKI RESTU NUGROHO. Manajemen Pembibitan di Pre-nursery dan Main-
nursery Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kebun Pinang Sebatang Estate, PT
Aneka Intipersada, Siak, Riau. Dibimbing oleh M. RAHMAD SUHARTANTO
dan HARIYADI.
Pembibitan memiliki peranan penting dalam menghasilkan bibit yang
kelak akan menentukan produktivitas perkebunan kelapa sawit. Perkebunan
kelapa sawit mempunyai peranan penting bagi perekonomian Indonesia, salah
satu perkebunan itu adalah PT Aneka Intipersada. Kegiatan magang bertujuan
umum untuk meningkatkan wawasan, kemampuan profesional, dan keterampilan
mahasiswa dalam budidaya kelapa sawit dan tujuan khusus untuk mengetahui
dan menganalisis manajemen pembibitan kelapa sawit di Kebun Pinang Sebatang
Estate (PSE), PT Aneka Intipersada, Siak, Riau. Kegiatan magang dilaksanakan
dari tanggal 6 Februari sampai 6 Juni 2017. Metode yang dilaksanakan meliputi
kegiatan sebagai karyawan, pendamping mandor, dan pendamping asisten. Data
yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Secara umum pengelolaan
pembibitan di Kebun PSE telah dilakukan sesuai dengan standar perusahaan dan
sudah berjalan dengan baik. Hasil seleksi kecambah diperoleh kecambah normal
99,6%; seleksi bibit pada pre-nursery diperoleh bibit normal 90,01%; seleksi pada
main-nursery diperoleh bibit normal 96,72%. Hasil persamaan regresi
pertumbuhan vegetatif bibit pada pre-nursery dapat digunakan untuk memprediksi
pertumbuhan diameter dan jumlah pelepah bibit di main-nursery. Hasil
pengukuran volume irigasi pada pre-nursery dan main-nursery menunjukkan
bahwa volume irigasi masih berada di bawah standar perusahaan, akan tetapi
pertumbuhan bibit masih memenuhi standar perusahaan. Perawatan bibit baik dari
pengendalian hama, pengendalian penyakit, dan pemupukan dilaksanakan dengan
baik sesuai standar perusahaan.
Kata kunci : bibit abnormal, kecambah ganda, seleksi bibit
vi
vii

ABSTRACT
ELKI RESTU NUGROHO. Management of Pre-nursery and Main-nursery of
Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) at Pinang Sebatang Estate, PT Aneka
Intipersada, Siak, Riau. Supervised by M. RAHMAD SUHARTANTO and
HARIYADI.
Nursery have an important role in producing plants that will determine
the productivity of oil palm plantations. Oil palm plantations have an important
role for the Indonesian economy, one of which is PT Aneka Intipersada.
Iinternship has a general aimed to improve students' insight, professional skills,
and skills in oil palm cultivation, and specific aimed to knowing and analyzing the
management of nursery a palm oil in Kebun Pinang Sebatang Estate (PSE), PT
Aneka Intipersada, Siak, Riau. This internship held from 6 February to 6 June
2017. The methods undertaken in this internship include activities as laborers,
escort staff, and assistant. The data obtained is the primary data and secondary
data. In general, nursery management in PSE Plantation has been done in
accordance with company standard and has been working well. The result of
sprout selection obtained 99.6% normal seeds; Seed selection on pre-nursery
obtained 90.01% normal seedlings; Selection on main-nursery obtained 96.72%
normal seedlings. The result of regression equation of seedling vegetative growth
on pre-nursery can be used to predict stem diameter and number of leave
seedlings on main-nursery. The results of irrigation volume measurements in pre-
nursery and main-nursery show that irrigation volume is still below company
standard, but seedling growth is stil meet with the company standard. Seedling
maintenance including pest control and disease control, and fertilization is well
implemented according to company standards.

Keywords: abnormal seedling, double sprouts, seedling selection


viii
ix

MANAJEMEN PEMBIBITAN DI PRE-NURSERY DAN


MAIN-NURSERY KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
KEBUN PINANG SEBATANG ESTATE,
PT ANEKA INTIPERSADA, SIAK, RIAU

ELKI RESTU NUGROHO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
x
xi

Judul Skripsi : Manajemen Pembibitan di Pre-nursery dan Main-nursery Kelapa


Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kebun Pinang Sebatang Estate,
PT Aneka Intipersada, Siak, Riau.
Nama : Elki Restu Nugroho
NIM : A24130086

Disetujui Oleh

Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, M.Si. Dr. Ir. Hariyadi, M.S.


Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Diketahui Oleh

Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si.


Ketua Departemen

Tanggal disetujui :
xii
xiii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan judul
Manajemen Pembibitan di Pre-nursery dan Main-nursery Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Siak,
Riau.
Skripsi ini disusun untuk kelulusan program pendidikan sarjana di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, M.Si. dan Dr. Ir. Hariyadi, M.S. selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis dalam menyusun proposal usulan magang.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan materi
maupun non materi.
3. Jhon D. Purba, Gusti Bayu H., Pambudi Adhe, Ahmad Jalaludin, selaku
asisten Kebun PSE, Tawang Purna W. selaku kasie Kebun PSE, dan Jimmy
Sihombing selaku manajer Kebun PSE, yang telah membantu dan
menfasilitasi penulis dalam pelaksanaan magang ini.
4. Cecep Ruhiyat selaku mandor 1 pembibitan, dan seluruh mandor divisi II
kebun PSE yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis.
5. Seluruh staf dan karyawan kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka
Intipersada, Siak, Riau, yang telah membantu dan memfasilitasi pelaksanaan
kegiatan magang ini.
6. Keluarga besar mahasiswa Agronomi dan Hortikultura 50 “Magnolia” yang
telah mendukung penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Oktober 2017

Elki Restu Nugroho


xiv
xv

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Botani Kelapa Sawit 2
Persiapan Pembibitan 2
Sistem Pembibitan 3
Pemeliharaan Bibit 4
Standar Pertumbuhan Bibit 6
Seleksi Bibit 5
METODE 5
Tempat dan Waktu Magang 5
Metode Pelaksanaan 6
Pengamatan dan Pengumpulan Data 6
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG 8
Letak Wilayah dan Administratif Kebun 8
Keadaan Iklim dan Tanah 9
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan 9
Keadaan Tanaman dan Produksi 9
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Aspek Teknis 11
Aspek Manajerial 35
Pembahasan 36
KESIMPULAN DAN SARAN 41
Kesimpulan 41
Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 44
RIWAYAT HIDUP 60
xvi
xvii

DAFTAR TABEL

1. Data topografi tanah Kebun Pinang Sebatang Estate 9


2. Data luas dan populasi tanaman kelapa sawit PSE 10
3. Data produksi buah Kebun PSE tahun 2011-2016 10
4. Data karyawan staff dan non-staff Kebun PSE 11
5. Hasil seleksi kecambah varietas DXP PPKS SM-B (Simalungun) 16
6. Data hasil pengukuran volume irigasi bibit di pre-nursery 18
7. Pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery kebun PSE 19
8. Hasil uji korelasi dan persamaan regresi antara umur bibit dengan
peubah yang diamati 20
9. Hasil seleksi bibit varietas DXP PPKS SM-B (Simalungun)
Kebun PSE 21
10. Hasil pengukuran volume irigasi bibit di main-nursery 25
11. Data pemupukan pada pembibitan Kebun PSE 27
12. Hasil seleksi bibit varietas DAMI PNG Kebun PSE 29
13. Hasil pengukuran tinggi bibit, diameter batang, dan jumlah
pelepah bibit di main-nursery kebun PSE 29
14. Tingkat kematangan dan kriteria panen 33

DAFTAR GAMBAR

1. Polybag yang digunakan di Kebun PSE; (a) polybag kecil (22 cm


x 6,5 cm) dan (b) polybag besar (50 cm x 20 cm) 12
2. Rotasi lokasi transplanting bibit di Kebun PSE 13
3. Benefical plant sebagai pagar pembibitan; (a) Turnera ulmifolia
dan (b) Antigonon leptopus 14
4. Persiapan babybag; (a) pengayakan tanah top soil, (b) pengisian
babybag, dan (c) pemupukan pupuk CRF 15
5. Bahan tanam yang digunakan Kebun PSE; (a) wadah kardus, (b)
wadah papan kayu, dan (c) wadah dari plastik 15
6. Seleksi kecambah pada pre-nursery; (a) kecambah normal, (b)
doubletone, (c) tripletone, (d) quadratone, (e) kecambah
abnormal, dan (f) kegiatan seleksi 16
7. Proses penanaman kecambah; (a) penyemprotan fungisida, (b)
penanaman kecambah, dan (c) posisi penanaman kecambah yang
benar 17
8. Penyiraman bibit di pre-nursery; (a) Aplikasi penyirmanan bibit
dan (b) Headsprayer tipe shower 18
9. Grafik respon antara umur bibit dengan tinggi bibit 20
10. Grafik respon antara umur bibit dengan diameter batang bibit 20
11. Grafik respon antara umur bibit dengan jumlah pelepah bibit 21
xviii
xix
x

12. Kriteria seleksi bibit umur 3 bulan pada pre-nursery 22


13. Persiapan transplanting; (a) pengisian largebag, (b) layout
penyusunan largebag, dan (c) alat pembuat lubang tanam 23
14. Proses transplanting; (a) pelangsiran bibit, (b) pengeceran bibit,
dan (c) penanaman bibit 24
15. Jenis head sprayer irigasi pada main-nursery Kebun PSE; (a)
sprinkler, dan (b) shower 24
16. Pengendalian gulma pada main-nursery; (a) secara manual, (b)
secara kimia, dan (c) pengendalian gulma pada jalan kontrol 26
17. Pengendalian hama penyakit bibit di main-nursery 26
18. Kriteria seleksi di main-nursery Kebun PSE 28
19. Pemupukan sawit TM dengan CCM 44; (a) Pupuk majemuk NPK
compound 44 (CCM 44) dan (b) aplikasi pemupukan 30
20. Pengendalian gulma secara kimia pada piringan 30
21. Pengendalian gulma pada piringan TM 1; (a) aplikasi
penyemprotan gulma dan (b) mobil semprot 31
22. Pengendalian gulma pada piringan sawit TM; (a) herbisida merek
dagang Ken-up, (b) herbisida merek dagang Kenly, dan (c)
aplikasi penyemprotan dengan MHS 32
23. Pengendalian hama oryctes pada sawit TBM; (a) insektisida yang
digunakan dan (b) aplikasi penyemprotan oryctes 33
24. Pemanenan pada Divisi II kebun PSE; (a) pemanenan, (b) TBS
yang terkumpul di TPH, dan (c) pemuatan TBS ke PKS 34

DAFTAR LAMPIRAN

1. Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian (KH) di kebun Pinang


Sebatang Estate 45
2. Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor di kebun Pinang
Sebatang Estate 46
3. Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten di kebun Pinang
Sebatang Estate 48
4. Peta areal statement Kebun Pinang Sebatang Estate 51
5. Data curah hujan dan hari hujan kebun Pinang Sebatang
Estate tahun 2011-2016 52
6. Data tata guna lahan Kebun Pinang Sebatang Estate 53
7. Struktur organisasi kebun Pinang Sebatang Estate 54
8. Peta areal pembibitan Kebun PSE 55
9. Berita acara seleksi dan penanaman kecambah pembibitan PSE 56
10. Instalasi irigasi pembibitan kebun PSE 57
11. Laporan hasil seleksi bibit umur 3 bulan di pembibitan Kebun PSE 58
12. Berita acara seleksi bibit umur 6 bulan pembibitan Kebun PSE 59
xx
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas tanaman


perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
Kelapa sawit mempunyai prospek yang cerah, baik sebagai sumber devisa
maupun sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Kelapa sawit merupakan tanaman
penghasil crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku utama minyak goreng dan
bahan baku industri lainya yang banyak digunakan diseluruh dunia.
Indonesia merupakan produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di
dunia. Pada tahun 2015 luas lahan perkebunan diperkirakan sebesar 11 juta hektar,
dengan produksi CPO 31,2 juta ton tahun-1, dengan komposisi 5 juta ton
dikonsumsi didalam negeri, sementara 80% sisanya diekspor. Industri kelapa
sawit sangat pantas dikembangkan karena menciptakan sekitar 4 juta kesempatan
kerja (pro job), mendukung pembangunan daerah, dan pengentasan kemiskinan,
terutama di daerah pedesaan luar Jawa (pro poor). Mayoritas perkebunan kelapa
sawit ditanam di kawasan hutan left over atau bekas HPH (pro environment). Nilai
ekspor CPO dan produk CPO berkontribusi cukup signifikan terhadap pendapatan
ekspor, yaitu sekitar USD 20 miliar (sekitar 10% dari pendapatan ekspor total),
terbesar kedua setelah minyak dan gas (pro growth). CPO digunakan untuk bahan
baku industri pangan sebesar 80-85% dan industri non pangan sebesar 15-20%.
Pertumbuhan konsumsi minyak sawit dalam negeri adalah sekitar 5,5% tahun-1
(Ditjenbun, 2016).
Salah satu masalah utama pengusahaan komoditas kelapa sawit Indonesia
adalah rendahnya produktivitas tanaman. Produktivitas kebun sawit rata–rata
hanya 16 ton tandan buah segar (TBS) ha-1, sedangkan potensi produksi dapat
mencapai 30 ton TBS ha-1 (PPKS, 2003). Terdapat tiga faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan kelapa sawit yaitu faktor innate, induce, dan enforce.
Faktor innate (genetik) meliputi varietas bibit yang digunakan dan umur tanaman
kelapa sawit (Pahan, 2010). Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas
tanaman di perkebunan kelapa sawit yaitu penggunaan bibit yang berkualitas,
seperti yang diungkapkan Pahan (2010) bahwa investasi yang sebenarnya bagi
perkebunan komersial berada pada bahan tanaman (bibit) yang akan ditanam,
karena merupakan sumber keuntungan pada perusahaan kelak.

Tujuan

Tujuan kegiatan magang ini adalah meningkatkan wawasan, kemampuan


profesional, dan keterampilan mahasiswa dalam memahami aspek budidaya
kelapa sawit, permasalahan, proses kerja secara nyata, serta mengetahui dan
menganalisis manajemen pembibitan kelapa sawit di Kebun Pinang Sebatang
Estate, PT Aneka Intipersada, Siak, Riau.
2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Tanaman Kelapa sawit menurut Pahan (2010) diklasifikasikan sebagai


berikut:
Divisi : Embryophytha Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Arecaceae
Subfamili : Cocodeae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Elaeis oleifera (H.B.K.) Cortes
Elaeis odora
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang, dan daun. Bagian generatif merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari
bunga dan buah (Fauzi et al., 2012). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan
sistem perakaran serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier, dan
kuarterner. Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat
secara diskrit dalam jaringan parenkim. Daun merupakan para-pinnate dengan
pinnae (anak daun) tersusun dalam dua atau lebih bidang yang ada pada setiap sisi
rachis. Pada setiap ketiak daun terdapat satu primordium bunga (Pahan, 2010).

Persiapan Pembibitan

Pembibitan merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk


mengecambahkan bahan tanaman agar menjadi bibit yang bermutu dan
berkualitas serta siap untuk ditanam (Lubis, 2008). Menurut Setyamidjaja (2006)
pembibitan merupakan kegiatan awal di lapangan yang bertujuan untuk
mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu
tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit yang ditanam tersebut
memenuhi syarat, baik umurnya maupun ukurannya. Menurut Lubis dan
Widanarko (2012) Persiapan pembibitan menentukan sistem pembibitan yang
akan dipakai dengan melihat keuntungan dan kerugian secara komprehensif.
Beberapa perencanaan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan
pembibitan menurut Pahan (2010) :
1. Pemilihan lokasi
2. Penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan
3. Penyediaan bahan tanaman
4. Sistem pembibitan yang digunakan (pre-nursery dan main-nursery)
5. Penyediaan media dan wadah tanam (polybag)
6. Penentuan teknik budidaya dan manajemen pembibitan.
3

Menurut Pahan (2010), lokasi pembibitan kelapa sawit harus memperhatikan


syarat-syarat sebagai berikut :
1. Areal diusahakan memiliki topografi yang rata dan berada di tengah kebun
2. Dekat dengan sumber air
3. Drainase harus baik sehingga air hujan tidak akan tergenang
4. Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan
5. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak, dan manusia
6. Dekat dengan emplasemen sehingga pengawasan dapat dilakukan lebih intensif.
Kecambah yang akan dijadikan bibit dibeli dari institusi yang menjual
kecambah seperti Marihat dan Socfindo. Kecambah berasal dari benih yang
berkualitas dan bermutu. Benih kelapa sawit apabila ditanam langsung di tanah
maka persentasi daya kecambahnya hanya 50% dalam 3-6 bulan karena benih
kelapa sawit mempunyai sifat dormansi. Pematahan sifat dormansi tersebut
dilakukan dengan merendam benih dalam larutan fungisida dan antibiotik dan
disimpan di dalam ruang pengering selama 2 hari (Pahan, 2010).

Sistem Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan yang sangat


berarti. Menurut Lubis (2008) sampai tahun 1963 pembibitan masih menggunakan
bibit tanam (field nursery). Kecambah ditanam dalam bak pasir selama satu bulan
kemudian ditanam langsung di tanah pada lokasi pembibitan. Sistem ini sudah
tidak digunakan lagi karena memiliki banyak kelemahan dan tidak efisien.
Menurut Pardamean (2012) ada dua sistem pembibitan kelapa sawit, yaitu sistem
satu tahap (tahap tunggal) atau single stage system dan sistem pembibitan dua
tahap (tahap ganda) atau double stage system. Pada pembibitan satu tahap
kecambah langsung ditanam di polybag besar sehingga tidak perlu dibesarkan
dahulu. Pembibitan dua tahap kecambah ditanam dan dipelihara dahulu pada
polybag kecil selama 3 bulan, yang disebut juga tahap awal (pre-nursery). Bibit
akan dipindahkan pada polybag besar selama 9 bulan, tahap ini disebut juga
pembibitan utama (main-nursery).
Pembibitan awal merupakan kegiatan pembibitan yang ditujukan untuk
memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam sebelum dipindahkan ke
pembibitan utama (Pardamean, 2012). Pre-nursery atau pembibitan awal dapat
dilakukan pada bedengan yang tanahnya ditinggikan hingga mencapai 35 cm atau
bibit ditanam dalam polybag kecil dengan media tanah bagian atas (top soil) yang
sudah dibersihkan (Sastrosayono, 2008). Tahapan pre-nursery dilaksanakan pada
saat awal tanam benih hingga masa tumbuh benih umur 4 bulan. Kegiatan yang
dilakukan pada saat tahapan ini adalah persiapan plot, pengisian polybag kecil,
pemberian pupuk awal, penanaman kecambah, penyiraman, perawatan,
pemupukan tambahan, pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT).
Setelah empat bulan di pre-nursery bibit siap dipindah tanamkan ke main-nursery
hinga mencapai umur bibit 12 bulan. Tahapannya adalah pengisian polybag,
pembuatan lubang tanam, transplanting, pemupukan, penyiraman, pengendalian
OPT, sensus, seleksi, pemberikan pupuk tambahan, konsolidasi atau pengaturan
posisi bibit (Huzaifi, 2014). Pembibitan utama (main-nursery) memerlukan lahan
yang luas karena bibit ditanam dengan jarak tanam yang lebih lebar. Lokasi
pembibitan harus tersedia sumber air yang mencukupi kebutuhan pembibitan.
4

Areal pembibitan harus terbuka, bebas dari gulma, dan terhindar dari gangguan
hewan liar (Setyamidjaja, 2006). Main-nursery bibit diletakkan dengan jarak
tanam 90 x 90 x 90 cm atau dalam satu ha bersisi sebanyak 12.000 bibit (Lubis,
2008).

Pemeliharaan Bibit

Pemeliharan bibit di pre-nursery dan main-nursery meliputi: penyiraman,


pemupukan, penyiangan gulma, dan pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT). Salisbury dan Ross (1997) menyatakan bahwa ketersediaan air
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting. Peranan
air pada tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik (unsur hara)
dari dalam tanah kedalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber (source) ke
limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel dan
membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur
suhu bagi tanaman. Menurut Ardian et al.(2015) aplikasi penyiraman pembibitan
yang terbaik yakni kombinasi waktu pukul 07.30 WIB dengan volume pemberian
air 2,0 liter-1 polybag-1 hari-1 terhadap parameter pertambahan tinggi bibit dan
pertambahan jumlah daun. Perlakuan waktu pukul 14.00 WIB dengan volume
pemberian air 1,5 liter-1 polybag-1 hari-1 berpengaruh nyata terhadap parameter
luas daun.
Bibit kelapa sawit sangat cepat pertumbuhannya dan membutuhkan banyak
pupuk. Pupuk yang digunakan bisa pupuk tunggal maupun majemuk (Pahan,
2010). Pembibitan awal (pre-nursery) bibit muda memerlukan pupuk agar tumbuh
lebih baik. Pupuk urea (0,20%) dapat disemprotkan sekali seminggu dimana
campuran lima liter cukup untuk 100 bibit (Lubis, 2008). Pemupukan pada main-
nursery yang optimum adalah dengan menggunakan pupuk majemuk NPK 15-15-
15 dengan dosis 333 g bibit-1 selama delapan bulan di main nursery, dengan dosis
setiap bulan sebagai berikut 7,00, 7,00, 19,45, 59,25, 66,3, 61,55, 58,97 dan 54,16
g bibit-1 (Ramadhani et al.,2014). Pemberian pupuk kompos juga akan
meningkatkan pertumbuhan bibit. Menurut Ichsan et al., (2012) terdapat interaksi
sangat nyata antara dosis kompos dan interval penyiraman terhadap tinggi bibit
kelapa sawit. Menurut Darlan et al., (2005) aplikasi tandan kosong sawit utuh
maupun cacah di media pembibitan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
pertumbuhan bibit dibandingkan pertumbuhan bibit tanpa tandan kosong sawit.
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan
daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan
tanaman pokok harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu
mengembangkan pertutumbuhanya secara berdampingan atau pada waktu
bersamaan dengan tanaman pokok (Pahan, 2010). Pengendalian gulma bisa
dilakukan dengan mekanis seperti menggaruk dan mencabut dengan tanah atau
menggunakan bahan kimia seperti ametrin, simazin, dan diuron (Lubis, 2008).
Pengendalian ini perlu dilakukan mengingat hama dan penyakit akan
berpengaruh terhadap hasil produksi. Hama dan penyakit akan menyerang
tanaman sawit apabila tidak cepat diberantas, produksi buah akan turun, baik
secara kuantitas maupun kualitas (Sastrosayono, 2008).
5

Seleksi Bibit

Tidak semua bibit yang disemaikan di pembibitan awal dan dipelihara di


pembibitan utama akan berkembang menjadi bibit yang unggul. Sekitar 25% dari
jumlah benih yang akan disemaikan akan diafkir dari pembibitan karena tumbuh
abnormal (Darmosarkoro et al., 2008). Keberadaan tanaman abnormal di lapangan
sangat merugikan. Hal ini dikarenakan pohon tersebut tidak dapat berproduksi,
dan bila berproduksi hanya 25-50% dari produksi tanaman normal. Jika
dilapangan dijumpai tanaman abnormal 5% maka kerugian produksi akan
mencapai lebih dari 4,42% (Lubis, 2008). Timbulnya pohon abnormal dapat
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetis dan faktor lingkungan.
Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor genetis bersifat menetap dan
diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sedangkan abnormalitas yang disebabkan
oleh faktor lingkungan bersifat sementara (Fauzy et al., 1999).
Seleksi bibit adalah kegiatan memilih bibit yang baik dan membuang bibit
yang abnormal (Soebagyo, 1997). Seleksi bibit harus dilakukan dengan cermat
untuk memastikan bahwa bibit yang ditanam di lapangan merupakan bibit yang
baik dan sehat. Bibit-bibit abnormal yang ikut ditanam ke lapangan dapat
mengurangi homogenitas tanaman sehingga dapat menurunkan potensi produksi
(Darmosarkoro et al., 2008). Untuk seleksi bibit kelapa sawit dilakukan sebanyak
tiga kali, seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan
utama (main-nursery). Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan
di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke
lapangan. Bibit dapat dipindahkan setelah berumur 12-14 bulan (Darmosarkoro et
al., 2008).
Seleksi bibit pada persemaian awal atau pre-nursery menurut Soebagyo
(1997) seleksi pembibitan awal harus dilakukan sebelum tanaman dipindahkan ke
pembibitan utama untuk menghindari tanaman yang abnormal dan kontaminasi
dari bibit yang terkena penyakit. Kriteria seleksinya yakni : daun seperti rumput
(grass leaf), daun bergulung (rolled leaf), daun berputar (twisted leaf), daun tidak
terbuka (collante), daun berkerut (crinkled leaf), daun dengan strip kuning
(chimera), tanaman kerdil (runt), tanaman sakit (diseased).
Kriteria bibit abnormal yang harus diseleksi pada pembibitan utama atau
main-nursery menurut Soebagyo (1997) yakni: pelepah tegak (barren atau
sterile), pelepah memendek, rata atas (top flat), pelepah dan anak daun lemas
(limp atau flacit), pelepah tidak pecah, bentuk muda (juvenile), jarak anak daun
pendek (short internode), jarak anak daun lebar (wide internode), jarak daun
sempit (narrow pinnae), anak daun lebar dan pendek (short broad leaf), sudut
anak daun tajam (acute pinnae insertion).

METODE

Tempat dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilaksanakan pada tanggal 06 Februari sampai dengan 06


Juni 2017 di Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Siak, Riau.
6

Standar Pertumbuhan Bibit

Bibit dapat hidup sendiri setelah umur tiga bulan dimana akar primer dan
sekunder telah terbentuk dan pada saat ini penggemukan batang sudah dimulai.
Daun berubah-ubah bentuknya dari lanceolate menjadi bifurcate dan kemudian
berbentuk pinnate pada umur 5-6 bulan. Fotosintesis dimulai pada umur satu
bulan yaitu ketika daun pertama telah terbentuk dan selanjutnya secara berangsur-
angsur peranan endosperm sebagai suplai bahan makanan mulai tergantikan.
Pertumbuhan bibit banyak dipengaruhi jenis persilangan, tindakan kultur teknis,
media tanah, jarak tanam, pemupukan, hama penyakit, penyiraman dan lain-lain
(Lubis, 2008).

Metode Pelaksanaan

Metode magang yang digunakan adalah metode langsung dan tidak


langsung untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Metode langsung
dengan melakukan seluruh pekerjaan yang mengarah pada pengelolaan kebun
diberbagai tingkat jabatan secara teknis dan manajerial dimulai sebagai karyawan
harian (KH) selama satu bulan pertama (Lampiran 1), kemudian bertindak sebagai
pendamping mandor pada satu bulan berikutnya (Lampiran 2), dan sebagai
pendamping asisten kebun pada dua bulan berikutnya (Lampiran 3). Kegiatan
sebagai KH meliputi melakukan berbagai pekerjaan pada pembibitan,
pengendalian gulma, pengendalian hama penyakit, dan pemanenan. Kegiatan
sebagai pendamping mandor meliputi pengawasan dan pengkoordinasian kegiatan
karyawan, mengisi formulir kegiatan harian mandor, serta membantu dalam
pembuatan buku kegiatan mandor (BKM). Kegiatan sebagai pendamping asisten
kebun meliputi pengawasan kegiatan karyawan di divisi dan pembibitan,
mempersiapkan sertifikasi dari Indonesia suistainable palm oil (ISPO),
mendampingi asisten dalam memimpin apel pagi, dan mempelajari administrasi
tingkat divisi dan kantor besar. Metode tidak langsung dilakukan melalui
pengumpulan data-data di perkebunan kelapa sawit berupa laporan bulanan,
laporan tahunan, dan arsip-arsip kebun lainnya.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan


data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan terhadap pembibitan baik di
pre-nursery dan main-nursery yang meliputi:
1. Penghitungan jumlah kecambah normal dan kecambah abnormal atau afkir di
Pre-nursery
Penghitungan jumlah kecambah normal dan kecambah abnormal atau afkir
bibit kelapa sawit. Data ini digunakan untuk mengetahui tingkat persentase
kecambah normal yang ditanam dan untuk mengetahui kualitas bibit serta upaya-
upaya perbaikan dalam menekan kematian kecambah tersebut. Kecambah normal
apabila kecambah mempunyai calon akar dan calon daun. Kecambah yang
termasuk kriteria kecambah afkir meliputi: kecambah mati, kecambah hanya
mempunyai satu radikula atau plumula saja, dan kecambah yang plumula atau
7

radikulanya patah. Pengamatan ini dilakukan pada saat kecambah kelapa sawit
ditanam di pre-nursery. Pengamatan ini dilakukan pada 71.000 kecambah varietas
DXP PPKS SM-B (Simalungun).
2. Pengukuran tinggi bibit, diameter batang bibit, dan menghitung jumlah
pelepah bibit kelapa sawit di pre-nursery dan main-nursery
Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan menggunakan penggaris dari
permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Diameter batang diukur dengan
menggunakan jangka sorong sekitar 1 cm dari permukaan tanah. Penghitungan
jumlah pelepah dilakukan pada daun yang berwarna hijau dan telah membuka
sempurna. Pengukuran pada pre-nursery dilakukan pada 8 bedengan, masing-
masing bedengan diambil 10 bibit contoh sehingga terdapat 80 bibit contoh yang
diamati. Pengukuran dimulai saat bibit sawit berumur 6 minggu setelah tanam
(MST) sampai 11 MST dan pengukuran dilakukan 1 minggu sekali. Pengukuran
pada main-nursery dilakukan pada 3 plot, masing-masing plot diambil 25 bibit
contoh sehingga terdapat 75 bibit contoh yang diamati. Pengamatan dimulai saat
bibit berumur 24 MST sampai bibit berumur 38 MST. Data yang diperoleh dari
pre-nursery digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan bibit, dan dilakukan
uji korelasi dan regresi untuk mengetahui hubungan antar peubah vegetatif bibit
kelapa sawit dengan umur bibit dan memprediksi pertumbuhan bibit pada main-
nursery.
3. Pengamatan sistem irigasi dan pengukuran volume irigasi yang diberikan
pada bibit di pre-nursery dan main-nursery
Pengukuran volume irigasi bertujuan mengetahui volume irigasi yang
diaplikasikan di pembibitan pre-nursery maupun main-nursery sudah sesuai
dengan standar perkebunan atau literatur yang ada. Sistem irigasi akan
menentukan efektifitas dan efisiensi irigasi. Pengamatan sistem irigasi dilakukan
dengan melakukan pengamatan langsung sistem irigasi yang digunakan di
pembibitan pre-nursery dan main-nursery. Pengukuran volume irigasi di pre-
nursery dan main-nursery dilakukan pada pagi dan sore hari dengan
menggunakan wadah yang berukuran sama dengan ukuran polybag, kemudian
mengukur volume irigasi wadah tersebut yang mewakili jumlah air yang diterima
bibit. Pengamatan pada pre-nursery dilakukan sebanyak 4 ulangan denga masing-
masing 3 sample. Pengamatan pada main-nursery dilakukan pada dua sprayer
yaitu tipe sprinkler dan shower, masing-masing diambil 6 ulangan. Hasil yang
diperoleh kemudian dirata-ratakan dan dibandingkan dengan standar kebun atau
literatur.
4. Pengamatan jenis pupuk, dosis pupuk, frekuensi, dan cara aplikasi
pemupukan di pre-nursery dan main-nursery
Jenis pupuk, dosis pupuk, frekuensi, dan cara aplikasi pemupukan akan
mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pemupukan serta laju pertumbuhan bibit.
Pengamatan dilakukan dengan pengamatan secara langsung di pre-nursery dan
main-nursery. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan standar
kebun atau literatur yang ada.
5. Pengamatan pengendalian gulma, hama, dan penyakit di pre-nursery dan
main-nursery
Pengamatan ini bertujuan mengetahui cara atau teknik pengendalian gulma,
hama, dan penyakit yang efektif dan efisien untuk diterapkan di pembibitan pre-
nursery dan main-nursery. Pengamatan dilakukan secara langsung di lahan
8

pembibitan pre-nursery dan main-nursery. Pengamatan meliputi: teknik dan


fekuensi pengendalian serta jenis gulma, hama, dan penyakit.
6. Seleksi bibit di pre-nursery dan main-nursery
Seleksi bertujuan memperoleh bibit yang baik dan memenuhi kriteria untuk
ditanam di pembibitan utama atau ditanam di kebun utama. Seleksi bibit
abnormal pada pre-nursery seperti: bibit rolled leaf (daun menggulung), twisted
shoot (daun terpuntir), chimera (bibit bulai), bibit mati, bibit ganda, dan bibit
juvenil (daun tidak membuka). Seleksi pada main-nursery meliputi: bibit dengan
permukaan tajuk rata, bibit dengan titik tumbuh ganda, bibit erect, bibit juvenile,
bibit dengan daun bulai (chimaera), dan bibit narrow pinnae. Seleksi di pre-
nursery dilakukan pada bibit varietas DXP PPKS SM-B (Simalungun) saat
berumur 3 bulan atau saat akan dipindah ke main-nursery, sedangkan seleksi di
main-nursery dilakukan pada bibit varietas DAMI PNG saat bibit berumur 6
bulan.
Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan mempelajari arsip kebun,
laporan bulanan, laporan tahunan, serta dari dokumentasi kebun lainya. Jenis data
yang diperoleh adalah sejarah dan kondisi umum perusahaan, kondisi iklim,
kondisi tanaman, organisasi manajemen perusahaan, dan data produksi kebun.

Analisis Data dan Informasi

Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis


kualitatif merupakan analisis yang mendeskripsikan kegiatan di kebun kemudian
dibandingkan dengan norma baku dan standar yang ditetapkan di perusahaan
ataupun studi pustaka. Analisis kuantitatif merupakan analisis statistik dengan
menggunakan rata-rata, persentase atau uji korelasi. Uji korelasi dan regresi
digunakan untuk mengetahui hubungan antar berbagai peubah pertumbuhan yang
diamati dan memprediksi pertumbuhan bibit pada main-nursery.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Wilayah dan Administratif Kebun

Pinang Sebatang Estate (PSE) merupakan perkebunan kelapa sawit yang


secara administratif berada di Desa Maredan, Kecamatan Tualang, Kabupaten
Siak, Provinsi Riau. Perjalanan dari bandara Sultan Sarif Hasyim menuju kebun
PSE dapat ditempuh selama kurang lebih 1,5 jam menggunakan kendaraan roda
empat atau roda dua. Pinang Sebatang Estate merupakan bagian dari PT Aneka
Intipersada yang memiliki 3 kebun dengan 1 pabrik kelapa sawit. PT Aneka
Intipersada tergabung dalam manajemen group Minamas Plantation. Kebun PSE
berjarak sekitar ± 50 km dari ibu kota provinsi. Letak geografis Pinang Sebatang
Estate PT Aneka Intipersada berada di koordinat 0° 32' 35" - 0° 35' 24" LS dan
101° 34' 30" - 101° 39' 21" LU. Ketinggian tempat Pinang Sebatang Estate sekitar
± 52 mdpl dengan suhu harian berkisar antara 28° - 32° C. Peta Kebun PSE
disajikan pada Lampiran 4.
9

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan data curah hujan dan hari hujan dari tahun 2011-2016 Kebun
PSE memiliki curah hujan rata-rata tahunan 1.959 mm dan hari hujan
rata-rata 139 hari dengan rata-rata bulan basah 9,17 dan rata-rata bulan
kering 1,17. Keadaan iklim di Kebun PSE menurut klasifikasi Schmidth Ferguson
termasuk kedalam tipe iklim A (sangat basah) dengan nilai Q = 12,74%. Data
curah hujan dan hari hujan selengkapnya tercamtum pada Lampiran 5.
Kebun PSE secara umum mempunyai topografi tanah yang berbukit
sampai datar. Data topografi tanah disajikan pada Tabel 1. Kebun PSE
mempunyai jenis tanah ultisol yang berasal dari bahan induk alluvial dengan
tekstur liat berpasir (sandy clay). Topografi tanah Kebun PSE didominasi oleh
topografi tanah berbukit yaitu sebanyak 94,58%, kemudian topografi datar 3,41%,
dan bergelombang 2,01%.

Tabel 1. Data topografi tanah Kebun Pinang Sebatang Estate.


Luas Areal
Topografi
(Ha) (%)
Berbukit 3.048,77 94,58
Bergelombang 64,68 2,01
Datar 109,98 3,41
Total 3.223,43 100,00
Sumber: Kantor Besar Pinang Sebatang Estate (2017).

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Kebun Pinang Sebatang Estate mempunyai lahan seluas 3.799,21 ha


dengan areal yang ditanami kelapa sawit seluas 3.223,43 ha. Kebun PSE dibagi
menjadi 4 divisi, divisi I seluas 757 ha, divisi II 720 ha, divisi III 882,89 ha, dan
divisi IV seluas 863,55 ha. Divisi II mempunyai areal TBM atau replanting seluas
179,42 ha, divisi III 204,5 ha, divisi IV seluas 708,48, sedangkan divisi I tidak
terdapat areal TBM atau replanting. Kebun PSE mempunyai areal pembibitan
seluas 22,96 ha yang termasuk kedalam areal divisi II. Luas areal yang digunakan
untuk prasarana seperti jalan, jembatan, dan bangunan adalah 120,15 ha. Kebun
PSE mempunyai areal konservasi seluas 59,69 ha yang berupa hutan konservasi
dan areal okupasi permanen seluas 372,98. Tata guna lahan kebun PSE secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit di Kebun Pinang Sebatang Estate ditanam dengan


waktu yang beragam mulai dari tahun 1994 hingga tahun 2016. Varietas kelapa
sawit yang ditanam adalah varietas Marihat, Socfindo, dan PPKS. Tanaman
kelapa sawit di PSE rata-rata jumlah populasi ha-1 sebanyak 134 pohon. Jumlah
populasi dan luas areal disajikan pada Tabel 2. Data produktivitas kebun Pinang
Sebatang Estate lima tahun terakhir disajikan dalam Tabel 3.
10

Tabel 2. Data luas dan populasi tanaman kelapa sawit Kebun PSE
Tahun Tanam Luas (ha) Populasi Pokok
1994 617,45 65.694 134
1995 368,07 39.379 140
1996 152,11 15.001 135
1997 439,12 39.058 141
1998 154,21 17.889 139
1999 128,79 14.938 145
2001 126,22 15.270 154
2011 30,00 4.080 136
2013 202,87 27.960 139
2014 315,98 44,064 137
2015 275,23 38.776 145
2016 296,12 41.700 159
Sumber: Kantor Besar PSE (2017)

Tabel 3. Data produksi buah Kebun PSE tahun 2011-2016


Berat Janjang Yield per
Tahun Luas (ha) Janjang Tonase (ton)
Rata-rata (kg) Hektar (ton)
2011 3.202,840 4.021,552 70.608,170 17,56 22,05
2012 2.959,435 3.878,021 67.985,880 17,53 22,97
2013 2.704,589 3.128,360 53.734,640 17,18 19,87
2014 2.473,369 3.090,819 54.231,460 17,55 21,93
2015 2.133,239 2.332,434 39.983,900 17,14 18,74
Sumber: Kantor Besar PSE (2017)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Kebun Pinang Sebatang Estate dipimpin oleh seorang estate manager


(EM) yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di kebun. Estate manager
dibantu seorang senior asisten dan seorang kepala administrasi (kasie). Senior
asisten memimpin satu divisi, traksi, petugas security dan wilayah kerjanya
mencakup keseluruhan divisi, dibantu oleh tiga asisten kebun. Asisten kebun
divisi II, III, dan IV masing-masing memimpin satu divisi, sedangkan Asisten
divisi I memimpin satu divisi dan pembibitan. Administrasi kantor besar dipimpin
oleh seorang kepala administrasi yang dibantu oleh bagian kasir, administrasi
tanaman, checkroll, pembukuan, pembelian, opas kantor, guru, krani gudang dan
kepala gudang. Struktur organisasi kebun dapat dilihat pada Lampiran 7.
Status karyawan di Kebun PSE terdiri atas karyawan staf dan karyawan
non staf. Karyawan staf meliputi estate manager, senior asisten, asisten divisi dan
kepala administrasi. Karyawan non-staf meliputi karyawan bulanan dan karyawan
harian. Jumlah karyawan Kebun PSE disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data
luas lahan dan jumlah tenaga kerja dapat diperoleh data indeks tenaga kerja (ITK)
sebagai berikut:
Jumla t naga k r a
ITK= Lua ar a k lapa awit = = 0,15 karyawan ha-1
a
11

Berdasarkan perhitungan diperoleh ITK Kebun PSE sebesar 0,15 karyawan ha-1.
Hasil tersebut termasuk kategori normal karena menurut Pahan (2008) Indeks
Tenaga Kerja (ITK) untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0,2 karyawan ha-1.

Tabel 4. Data karyawan staff dan non-staff Kebun PSE


Uraian Jumlah
Karyawan staff:
-Estate manajer 1
-Senior asisten 1
-Asisten 3
-Kepala administrasi 1
Total 7
Karyawan non-staff:
-Karyawan bulanan 111
-Karyawan harian 375
Total 486
Sumber: Kantor Besar PSE (2017)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Teknis

Lokasi dan Infrastruktur


Lokasi. Pembibitan Kebun PSE merupakan pembibitan yang diadakan
untuk memasok kebutuhan bibit untuk tiga kebun yang ada dibawah naungan PT.
Aneka Intipersada yaitu Aneka Persada Estate, Teluk Siak Estate, dan Pinang
Sebatang Estate. Pembibitan ini terpusat permanen disatu tempat yang berguna
agar kualitas bibit lebih baik, lebih terkontrol, seragam dan penghematan biaya
persatuan bibit. Pembibitan Kebun Pinang Sebatang Estate mempunyai luas total
23,58 ha dan luas efektif 17,13 ha. Sebagian besar lokasi pembibitan berada pada
divisi II dan sebagian lagi berada di divisi I. Peta areal pembibitan Kebun PSE
disajikan pada Lampiran 8.
Berdasarkan kriteria yang disampaikan oleh Pahan (2010), maka pembibitan
Kebun PSE sudah memenuhi persyaratan sebagai pembibitan yaitu :
1. Memiliki topografi yang mayoritas datar
2. Dekat dengan sumber air berupa waduk buatan
3. Memiliki drainase yang baik berupa parit dan sungai
4. Memiliki akses jalan yang baik dan terdapat pos dan petugas keamanan yang
menjaga pembibitan
5. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak, dan manusia. Kebun
pembibitan dibatasi oleh pagar kawat dan parit sehingga terhindar dari
gangguan ternak. Disekitar pagar ditanami benefical plant yang dapat
menjadi tempat hidup predator hama penyakit bibit
6. Dekat dengan pondok karyawan, sehingga pengawasan lebih intensif
Infrastruktur. Infrastruktur adalah sarana pendukung kegiatan
operasional. Infrastruktur yang terdapat pada pembibitan PSE sudah cukup
memadai untuk penjagaan dan pemeliharaan bibit yang baik. Infrastruktur yang
12

terdapat pada pembibitan PSE meliputi : kantor pembibitan, pos penjagaan, rumah
pompa air, waduk, titi rintis, pagar, parit, main road, jalan kontrol, toilet, gudang,
dan ombrometer.

Sistem Pembibitan
Tahap pembibitan. Sistem pembibitan di Kebun PSE menggunakan
sistem pembibitan dua tahap (double stage system), yang terdiri atas pembibitan
awal (pre-nursery) selama ±3 bulan pada babybag (polybag kecil) kemudian
dipindahkan atau transplanting ke pembibitan utama (main-nursery) pada
largebag (polybag besar) sampai bibit siap tanam di lapang ±12 bulan. Polybag
kecil yang digunakan berwarna hitam, ukuran 22 cm x 6,5 cm, ketebalan 0,1 mm,
dengan 24 lubang drainase. Polybag besar yang digunakan berwarna hitam,
berukuran 20 cm x 50 cm, ketebalan 0,2 mm, dengan 80 lubang drainanse.

(a) (b)

Gambar 1. Polybag yang digunakan di Kebun PSE; (a) polybag kecil (22 cm x 6,5
cm) dan (b) polybag besar (50 cm x 20 cm)

Rotasi lokasi transplanting. Bibit yang berada pada pre-nursery setelah


berumur ±4 bulan akan dilakukan transplanting atau pindah tanam ke lahan main-
nursery. Diperlukan perencanaan alokasi tempat transplanting yang baik agar
memudahkan dalam kegiatan perawatan, pengawasan, dan transportasi bibit.
Pembibitan Kebun PSE mempunyai 1 areal pre-nursery dan 3 blok main-nursery
yaitu blok A, B, dan C. Masing-masing blok main-nursery dibagi menjadi
beberapa plot kecil yang ditandai dengan nomor urut mulai dari angka 01. Rotasi
lokasi tanam yang terdapat di Kebun Pembibitan PSE yaitu bibit yang telah
berumur ±3 bulan pada pre-nursery akan dilakukan pindah tanam (transplanting)
ke blok main-nursery. Bibit secara berurutan akan ditempatkan pada blok main-
nursery mulai dari blok A01, setelah blok A01 sudah tidak mampu memuat bibit
lagi maka akan dilanjutkan ke blok A02. Blok A02 setelah penuh maka akan
dilanjutkan ke blok A03, dan akan berlanjut sampai kembali lagi ke blok A01.
Skema rotasi lokasi transplanting dapat dilihat pada Gambar 2.
13

A01

A02
B01
A03

PN
A04 B02
C02

A05 B03
C03

B04

Keterangan: = Arah rotasi lokasi transplanting

Gambar 2. Rotasi lokasi transplanting bibit di Kebun PSE

Pembibitan Pre-nursery
Bedengan. Bedengan merupakan tempat untuk menyusun polybag kecil
yang berisikan bibit pada pre-nursery agar mempermudah dalam perawatan dan
penghitungan bibit. Bedengan yang berada di areal pembibitan pre-nursery Kebun
PSE berukuran 12 m x 1,4 m yang mampu menampung sekitar 1.800 bibit dengan
jumlah bedeng sebanyak 40 bedeng. Antar bedengan terdapat jarak 1 m sebagai
jalan kontrol dalam pemeliharaan bibit seperti: penyiangan gulma, konsolidasi
bibit, penyemprotan, dan pemupukan bibit. Ukuran bedengan dibuat agar
mepermudah pekerja dalam melakukan perawatan bibit. Bedengan pada
pembibitan kebun PSE terbuat dari dua jenis bahan yaitu dari bahan besi dan
kayu. Bedengan dibuat memanjang dari arah barat ke timur untuk memaksimalkan
potensi sinar matahari. Pembuatan bedengan dilakukan oleh 2 orang pekerja
dengan prestasi kerja karywan 5 bendeng hari kerja (HK)-1 prestasi kerja
mahasiswa adalah 2 bedeng HK-1. Basis kerja pembuatan bedeng adalah 5 bedeng
HK-1.
Naungan. Naungan merupakan pelindung bibit dari paparan sinar
matahari langsung dan percikan hujan secara langsung. Naungan yang digunakan
pada pembibitan pre-nursery Kebun PSE adalah paranet 60% yang berarti 60%
sinar matahari yang diloloskan. Paranet disangga menggunakan tiang besi dengan
tinggi 2 meter dari permukaan tanah. Paranet secara bertahap akan dibuka setelah
bibit mempunyai daun sebanyak 2 helai. Berdasar standar operasional prosedur
(SOP) kira-kira 10 minggu setelah tanam (dua daun) naungan berangsur-angsur
dikurangi sehingga dalam waktu 2 minggu kemudian naungan sama sekali
dihilangkan (setiap selang waktu 4 hari naungan dikurangi seperempatnya).
Pembukaan paranet bertujuan agar bibit dapat beradaptasi dengan cahaya matahari
langsung sebelum di transplanting ke main-nursery (ARM Minamas, 2004).
14

Pagar keliling. Salah satu syarat pembibitan yang baik adalah pembibitan
yang memiliki sistem keamanan yang baik. Faktor keamanan merupakan faktor
yang penting guna menjaga keamanan bibit dari berbagai macam gangguan, baik
itu dari hama besar seperti hewan ternak, hama babi maupun dari gangguan
manusia. Pemasangan pagar atau pemagaran pada areal pembibitan merupakan
salah satu usaha untuk menciptakan keamanan lingkungan pembibitan. Selain itu
pemasangan pagar juga berfungsi sebagai tempat hidup tanaman benefical plant
(tanaman menguntungkan) seperti Antigonon leptopus dan Turnera ulmifolia yang
dapat mengendalikan hama secara alami (Gambar 3). Areal pembibitan yang
dipagari adalah batas terluar dari seluruh luasan areal pembibitan Kebun PSE.
Pemagaran menggunakan kawat berduri yang membentang mengelilingi areal
pembibitan.

(a) (b)
Gambar 3. Benefical plant sebagai pagar pembibitan; (a) Turnera ulmifolia dan
(b) Antigonon leptopus

Persiapan babybag. Pengisian babybag dilakukan seminggu sebelum


kedatangan kecambah dan jumlah babybag yang disiapkan harus sesuai dengan
jumlah kecambah yang akan ditanam. Pengisian babybag dilakukan oleh pekerja
borongan. Pekerja borongan harus selalu diawasi agar kualitas pekerjaan selalu
baik. Tanah yang digunakan untuk mengisi babybag merupakan tanah top soil
yang diambil dari areal replanting. Menurut ARM Minamas (2013), walaupun
dianjurkan menggunakan tanah yang mengandung kaya hara, tetapi lebih
diutamakan tanah yang mempunyai struktur dan permeabilitas yang baik, dimana
hal ini penting untuk pertumbuhan bibit di pembibitan dan pemindahan di lapang.
Struktur dan drainanse yang kurang baik dapat membatasi pertumbuhan akar dan
menghambat penyerapan air dan pupuk.
Tanah sebelum diisikan ke dalam babybag terlebih dahulu harus diayak
mengunakan ayakan tanah. Ayakan tanah yang digunakan mempunyai panjang
sisi lubang ayakan 2 cm x 2 cm. Pengayakan bertujuan untuk memisahkan tanah
dari kotoran, gumpalan tanah, dan batu. Tanah yang telah diayak diangkut
kelokasi pre-nursery menggunakan angkong, kemudian dicampurkan dengan
pupuk rockpospate dengan dosis 12,5 g babybag-1. Tanah yang telah tercampur
kemudian dimasukan kedalam babybag kira-kira 1 kg babybag-1 dan disusun pada
bedengan. Satu minggu sebelum ditanami kecambah, babybag terlebih dahulu
diberikan aplikasi pupuk Control Release Fertilizer (CRF.) Pupuk yang
digunakan adalah merek dagang Agroblant dengan dosis 5 g babybag-1. Cara
15

aplikasi pupuk CRF adalah dengan memasukan pupuk kedalam babybag dengan
membuat lubang di tengah-tengah media kemudian menutupnya kembali. Prestasi
kerja mahasiswa adalah 113 babybag HK-1, sedangkan prestasi kerja karyawan
adalah 350 babybag HK-1. Tidak ada standar perusahaan dalam pekerjaan ini
karena tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja borongan yang
ditargetkan menyelesaikan pekerjaan secepatnya.

(a) (b) (c)


Gambar 4. Persiapan babybag; (a) pengayakan tanah top soil, (b) pengisian
babybag, dan (c) pemupukan pupuk CRF

Bahan tanam. Terdapat empat jenis kecambah yang ditanam di


pembibitan Kebun PSE yaitu kecambah Lonsum, Dami (PNG), Socfindo, dan
PPKS. Kecambah PPKS merupakan hasil kerjasama pihak Minamas Research
Center (MRC) dengan pusat penelitian kelapa sawit (PPKS). Benih kelapa sawit
berasal dari PPKS dan pihak MRC yang mengecambahkan dan juga menjual
secara umum dengan sistem bagi hasil, 40% untuk MRC dan 60% untuk PPKS.
Kecambah yang ditanam adalah varietas DXP PPKS SM-B (Simalungun) yang
berasal dari PPKS. Jumlah kecambah utama sebanyak 40.000 dan kecambah
ekstra sebanyak 2,5% (1.000). Kecambah ekstra dimaksutkan sebagi cadangan
apabila terdapat kecambah yang mati atau abnormal. Kecambah dikemas dalam
wadah kardus yang didalamnya dibungkus lagi dengan wadah papan kayu. Wadah
papan kayu berisikan 42 bungkus plastik yang masing-masing bungkus berisikan
150 kecambah (Gambar 5). Bungkus terbuat dari bahan plastik yang tertutup
rapat, dengan tujuan agar kelembapan kecambah terjaga. Kemasan dibuat dari
bahan papan untuk melindungi kecambah dari benturan saat pengiriman. Ruang
antar bungkus plastik terdapat peredam benturan berupa potongan kertas.

(a) (b) (c)

Gambar 5. Bahan tanam yang digunakan Kebun PSE; (a) wadah kardus, (b)
wadah papan kayu, dan (c) wadah dari plastik
16

Seleksi kecambah. Mandor dan asisten melakukan pengarahan kepada


karyawan tentang kriteria dan cara melakukan seleksi kecambah. Mandor bertugas
mencatat jumlah kecambah afkir dan mengawasi proses seleksi berjalan dengan
benar. Proses seleksi kecambah dilakukan di tempat yang terhindar dari cahaya
matahari secara langsung untuk melindungi kecambah dari kekeringan. Seleksi
dilakukan diatas nampan untuk mempermudah memilah kecambah normal dan
abnormal. Seleksi kecambah dilakukan sebelum kecamabah ditanam dalam
babybag. Seleksi dilakukan pada kecambah afkir yang meliputi: kecambah mati
dan abnormal. Pekerja seleksi bertugas memisahkan kecambah afkir dan
kecambah normal (Gambar 6), kemudian menghitung jumlah kecambah afkir dan
normal yang akan dilaporkan kepada mandor untuk didata. Penanaman dilakukan
pada hari yang sama saat dilaksanakan proses seleksi kecambah. Kecambah yang
diseleksi adalah kecambah varietas DXP PPKS SM-B (Simalungun). Jumlah
kecambah yang diseleksi adalah 41.000 kecambah. Kegiatan seleksi yang
dilakukan mahasiswa magang diperoleh kecambah abnormal atau afkir sebanyak
164 (0,40%) dan kecambah normal sebanyak 40.836 (99,60%) (Tabel 5). Berita
acara seleksi kecambah disajikan dalam Lampiran 9.

Tabel 5. Hasil seleksi kecambah varietas DXP PPKS SM-B (Simalungun)


Kriteria Jumlah Persentase (%)
Kecambah abnormal (afkir) 164 0,40
Kecambah normal 40.836 99,60
Total kecambah 41.000 100

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 6. Seleksi kecambah pada pre-nursery; (a) kecambah normal, (b)


doubletone, (c) tripletone, (d) quadratone, (e) kecambah abnormal,
dan (f) kegiatan seleksi
17

Penanaman kecambah. Penanaman kecambah dimulai dengan


penyiraman babybag sampai jenuh agar memudahkan dalam penanaman.
Kecambah normal yang telah lolos seleksi harus segera ditanam pada hari yang
sama atau maksimal 4 hari setelah kecambah datang (ARM Minamas, 2013).
Kecambah tidak boleh terkena cahaya matahari secara langsung untuk
menghindari kerusakan pada kecambah. Kecambah yang lolos seleksi kemudian
ditanam pada babybag. Sebelum ditanam kecambah terlebih dahulu disemprot
dengan larutan fungisida merek dagang Ekflour dengan konsentrasi 0,1%. Pekerja
pada saat penanaman harus dapat membedakan antara plumula dan radikula untuk
mencegah terjadinya pertumbuhan bibit yang abnormal. Radikula atau bakal akar
ditandai dengan bagian kecambah yang tumpul dan berwarna putih kecoklatan,
sedangkan plumula atau bakal daun ditandai dengan ujung yang sedikit runcing.
Penanaman kecambah harus baik dan benar dengan ketentuan bagian radikula
atau bakal akar ditanam menghadap kedalam tanah, sedangkan plumula atau bakal
daun menghadap ke atas. Penanaman kecambah tidak boleh terlalu dalam untuk
menghindari kecambah sulit berkembang. Posisi penanaman kecambah yang
benar disajikan pada Gambar 7.

Sumber: ARM Minamas (2013)


(a) (b) (c)

Gambar 7. Proses penanaman kecambah; (a) penyemprotan fungisida, (b)


penanaman kecambah, dan (c) posisi penanaman kecambah yang
benar
Penyiraman bibit. Penyiraman bibit di pembibitan Kebun PSE
menggunkan sumber air yang berasal waduk buatan yang dipompa dengan
menggunakan mesin pompa air. Terdapat dua mesin pompa air yang digunakan
yaitu merek Mitsubisi tipe 6D14-OA dan Deutz tipe F 6L 912. Air yang berasal
dari waduk akan dipompa ol m in pompa m nu u pipa ukuran ” k mudian
m nu u pipa ” dan ” k mudian m nu u pipa ” dan t rak ir m nu u head
shower atau sprinngkle. Rangkain instalasi irigasi pembibitan Kebun PSE
disajikan pada Lampiran 10. Penyiraman bibit yang terdapat di areal pre-nursery
menggunakan sistem irigasi shower. Shower yang digunakan mampu
menyemprotkan air dalam bentuk butiran-butiran halus sehingga tidak merusak
permukaan tanah babybag. Instalasi shower disusun di tengah jalan kontrol antar
bedengan dengan jarak antar shower 4 meter dengan tinggi shower 60 cm. Satu
instalasi shower mampu menjangkau 2 bedeng sekaligus, sehingga pemasangan
satu instalasi shower untuk mengairi 2 bedeng.
18

(a) (b)

Gambar 8. Penyiraman bibit di pre-nursery; (a) Aplikasi penyirmanan bibit dan


(b) Headsprayer tipe shower

Penyiraman pada pre-nursery dilakukan 2 kali dalam sehari selama 30


menit. Penyiraman pada pagi hari dari pukul 06.00-06.30 WIB dan sore hari dari
pukul 17.00-17.30 WIB. Penyiraman tidak dilakukan apabila hari sebelumnya
terdapat hujan dengan intensistas curah hujan mencapai 8 mm. Kegiatan magang
ini dilakukan pengukuran terhadap volume irigasi yang diterima bibit. Pengukuran
volume irigasi dilakukan sebanyak 4 ulangan dan masing-masing ulangan diambil
3 sample. Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore hari saat dilakukan aplikasi
penyiraman bibit. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh volume rata-rata irigasi
yang diterima bibit hari-1 adalah sebesar 108,75 ml. Hasil tersebut masih dibawah
standar perusahaan yaitu sebesar 0,2-0,3 liter hari-1. Hasil pengukuran volume
irigasi pada pre-nursery disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Data hasil pengukuran volume irigasi bibit di pre-nursery


Volume Irigasi
Durasi Sample Total Irigasi
Ulangan (ml babybag-1)
(Menit) ke- (ml babybag-1 hari-1)
Pagi Sore
1 30 1 31 40 71
2 54 60 114
3 52 58 110
2 30 1 22 32 54
2 30 37 67
3 35 34 69
3 30 1 94 82 176
2 45 56 101
3 46 64 110
4 30 1 84 78 162
2 72 77 149
3 56 66 122
Rata-rata 108,75

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma di pre-nursery dilakukan


secara manual dan tidak diperkenankan menggunakan herbisida. Penggunaan
herbisida akan berpotensi mengenai bibit yang masih rentan dan dapat
menyebabkan bibit mati. Pengendalian gulma dilakukan pada babybag dan jalan
kontrol antar bedeng. Pembibitan Kebun PSE mempunyai dua pekerja yang
khusus menangani bibit di pre-nursery. Prestasi kerja pekerja adalah 4 bedeng dan
19

prestasi kerja mahasiswa adalah 4 bedeng alam 7 jam kerja. Jumlah bibit dalam 1
bedeng berisikan sekitar 1700 bibit.
Pengendalian hama dan penyakit. Upaya untuk mencegah dan
mengatasi serangan hama pada pembibitan pre-nursery adalah dengan melakukan
penyemprotan insektisida secara rutin. Penyemprotan menggunakan insektisida
berbahan aktif sipermetrin yang dicampur dengan Agristik berbahan aktif alkilaril
poliglikoll eter. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer kapasitas 15 liter.
Insektisida yang dibutuhkan untuk 1 knapsack sprayer adalah 30 ml dan agristik
sebanyak 10 ml. 1 knapsack sprayer dapat diaplikasikan sebayak 800-1.000 bibit
pada pre-nursery. Penyemprotan insektisida diaplikasikan dengan rotasi 2 minggu
sekali.
Pencegahan dan penanganan serangan jamur dilakukan penyemprotan
fungisida secara rutin dengan rotasi 2 minggu sekali. Penyemprotan menggunkan
knapsack sprayer kapasistas 15 liter. fungisida yang digunakan adalah fungisida
merek dagang Cozeb berbahan aktif mancozeb konsentasi 0,2%. Agristik
ditambahkan sebagai perekat dengan konsentrasi 0,06%. Dibutuhkan 30 ml Cozeb
dan 10 ml Agristik untuk 1 knapsack sprayer kapasitas 15 liter.
Pertumbuhan bibit. Kegiatan magang ini dilakukan pengukuran
pertumbuhan bibit di pre-nursery untuk mengetahui kualitas bibit yang berada
pada pembibitan Kebun Pinang Sebatang Estate. Pengamatan dilakukan setiap
satu minggu sekali dengan parameter: tinggi bibit, diameter batang bibit, dan
jumlah pelepah. Tinggi bibit diukur menggunakan penggaris dari permukaan
tanah hingga pucuk pelepah tertinggi. Diameter batang diukur sekitar 1 cm dari
pangkal batang menggunakan jangka sorong. Penghitungan pelepah adalah
pelepah yang sudah membuka sempurna dan berwarna hijau. Pengukuran
dilaksanakan saat bibit berumur 6 minggu setelah tanam (MST) sampai bibit
berumur 11 MST. Bibit siap tanam di pembibitan utama setelah bibit berumur ±3
bulan. Hasil pengukuran bibit yang diamati disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery kebun PSE


Jumlah Rata-rata Tinggi Rata-rata Diameter Rata-rata Jumlah
Plot MST
Sample Bibit (cm bibit-1) Batang (cm bibit-1) Pelepah bibit-1)
A 80 6 10,450 0,362 2,0
7 12,551 0,423 2,5
8 14,981 0,472 2,8
9 16,578 0,547 3,0
10 17,654 0,619 3,4
11 18,744 0,733 3,9

Hasil pengukuran bibit pada pre-nursery dilakukan uji korelasi dan regresi
menggunakan aplikasi Minitab. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui
hubungan umur bibit dengan peubah yang diamati. Uji regresi digunakan untuk
memprediksi pertumbuhan tinggi, diameter batang, dan jumlah pelepah bibit pada
main-nursery. Hasil uji korelasi dan regresi disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan
hasil uji regresi pada Tabel 8 diketahui bahwa variabel umur bibit mempunyai
korelasi positif sangat nyata dengan variabel tinggi bibit, diameter bibit, dan
jumlah pelepah. Berdasarkan hasil uji korelasi jika umur bibit bertambah maka
20

pertumbuhan tinggi bibit, diameter bibit, dan jumlah pelepah juga akan
bertambah.
Tinggi bibit, diameter batang, dan jumlah pelepah bibit mengalami
pertumbuhan yang linear, dimana pertumbuhan bibit menunjukan petumbuhan
yang terus meningkat seiring pertambahan umur bibit. Bibit berada fase
generative yang masih aktif mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan kelapa sawit
akan cenderung konstan setelah memasuki fase generative. Grafik pertumbuhan
bibit pada pre-nursery disajikan pada Gambar 9, 10, dan 11.

Tabel 8. Hasil uji korelasi dan persamaan regresi antara umur bibit dengan peubah
yang diamati
Peubah Korelasi Persamaan Regresi
Umur bibit vs rata-rata tinggi bibit 0,986** Y = 1,6679X + 9,3221
Umur bibit vs rata-rata diameter batang bibit 0,990** Y = 0,0719X + 0,2742
Umur bibit vs rata-rata jumlah pelepah bibit 0,995** Y = 0,3543X + 1,6935
Keterangan: nyata pada taraf 1%

25
Y = 1.6679X + 9.3221
Tinggi Bibit (cm)

20
15
10
5
0
6 7 8 9 10 11
Umur (MST)
Gambar 9. Grafik respon antara umur bibit dengan tinggi bibit

0.8
0.7 Y = 0.0719X + 0.2742
Diameter Batang (cm)

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
6 7 8 9 10 11
Umur (MST)

Gambar 10. Grafik respon antara umur bibit dengan diameter batang bibit
21

5 Y = 0.3543X + 1.6935
4
4

Jumlah Pelepah
3
3
2
2
1
1
0
61 6 277 83 8 49 9 10
5 10116 11
Umur (MST)
Gambar 11. Grafik respon antara umur bibit dengan jumlah pelepah bibit

Seleksi bibit. Kegiatan seleksi bertujuan untuk memperoleh bibit yang


baik dan memenuhi kriteria untuk ditanam ke tahap yang lebih lanjut. Kegiatan
seleksi bibit di pre-nursery Kebun PSE dilakukan oleh 2 pekerja wanita dibawah
pengawasan tim Minamas Research Centre (MRC). Seleksi bibit di pre-nursery
dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan atau pada saat pindah tanam ke main-
nursery. Seleksi di pembibitan awal dilakukan terhadap bibit abnormal seperti
(Gambar 12) bibit grass, chimera, rolled leaf, crinkle leaf, collante, twisted shoot,
bibit mati, bibit kerdil, dan bibit terkena penyakit (leaf spot). Bibit grass yaitu
bibit yang mempunyai daun yang sempit dari pangkal sampai ujung, tegak seperti
daun rumput. Bibit chimera yaitu bibit yang daunnya sebagian atau semuanya
bewarna kunng seperti tanpa klorofil. Bibit rolled leaf yaitu bibit dengan daun
menggulung dengan poros memanjang secara vertical, bentuk seperti paku. Bibit
crinkle leaf yaitu bibit yang mempunyai daun sebagian atau seluruhnya
mengkerut. Bibit collante yaitu bibit yang daunnya menyempit di bagian tengah
saja. Bibit twisted shoot yaitu bibit dengan pertumbuhan daun seperti terpelintir
dan batang yang melilit. Bibit terkena penyakit leafspot adalah bibit yang
terserang jamur, ditandai dengan adanya bintik merah pada daun. Bibit kerdil
adalah bibit yang pertumbuhan terhambat, sehingga ukuranya lebih kecil dari bibit
normal. Bibit yang termasuk dalam kriteria bibit abnormal maka bibit akan
dibuang atau dihancurkan dengan cara dicincang dengan parang. Hasil seleksi
diperoleh bibit afkir sebanyak 9,09%, hasil tersebut masih memenuhi standar
perusahaan yaitu maksimal 10% bibit afkir. Hasil seleksi pada bibit pada pre-
nursery disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil seleksi bibit varietas DXP PPKS SM-B (Simalungun) Kebun PSE
Kriteria Jumlah Persentase (%)
Bibit abnormal (afkir) 3.705 9,09
Bibit normal 33.359 90,01
Total bibit 37.064 100,00
22

Grass Chimera Role leaf Crinkle leaf

Collante Twisted shoot Leaf spot Bibit normal dan kerdil

Gambar 12. Kriteria seleksi bibit umur 3 bulan pada pre-nursery

Pembibitan Main-nursery
Pengisian largebag dan pembutan lubang tanam. Pengisian largebag di
main-nursery dilakukan oleh pekerja borongan. Tanah yang digunakan adalah
tanah top soil yang berasal dari areal replanting. Tanah yang akan digunakan tidak
boleh tercampur dengan batu dan tidak boleh kontaminasi herbisida 3 bulan
sebelumnya. Setelah pengisian tanah ke largebag selesai dilakukan juga kegiatan
penataan largebag sesuai dengan jarak antar largebag yaitu 94 cm x 94 cm x 94
cm. Spacing merupakan kegiatan penjarangan atau penyusunan largebag pada
main nursery. Tujuan kegiatan penjarangan ini adalah untuk memperbaiki sistem
aerasi pada lingkungan pembibitan. Sistem aerasi harus baik untuk menghindari
keadaan lingkungan menjadi lembab yang akan memicu perkembangan spora
fungi penyebab penyakit. Pembuatan lubang tanam dilakukan pada saat akan
dilakukan transplanting bibit dari pembibitan pre-nursery ke pembibitan main-
nursery. Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan menggunakan pipa
b rukuran ” (Gambar 13) sesuai standar perusahaan. Cara pembuatan lubang
tanam yaitu dengan menancapkan pipa ke dalam polybag hingga mencapai ±20
cm, kemudian mengeluarkan tanah yang berada didalam pipa. Kegiatan
pembuatan lubang tanam dilakukan oleh tenaga kerja borongan laki-laki.
23

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

(a) (b) (c)

Gambar 13. Persiapan transplanting; (a) pengisian largebag, (b) layout


penyusunan largebag, dan (c) alat pembuat lubang tanam

Transplanting. Sistem pembibitan dua tahap dilakukan pemindahan tanam


(transplanting) dari babybag ke largebag. Transplanting dilakukan saat bibit
berumur 3 bulan, sebaiknya dilakukan pada musim penghujan agar bibit tidak
mengalami shock transplanting. Transplanting pada sistem dua tahap dilakukan
untuk menyediakan polybag yang lebih besar sehingga perkembangan akar tidak
terhambat serta mencegah bibit mengalami etiolasi akibat sempitnya ruang
tumbuh. Pembibitan pada main nursery dilakukan selama 9 bulan sampai bibit
siap tanam di lapang. Sebelum melakukan transplanting, largebag yang telah
diberi lubang tanam diberikan pupuk control release fertilizer (CRF) merek
dagang Agroblant dengan dosis 50 g largebag-1 dan juga pupuk rock phosphate
-
dengan dosis 120 g . Pupuk CRF dan rock phosphate diaplikasikan
pada lubang tanam. Aplikasi pupuk rock phosphate akan lebih baik jika dicampur
atau diaduk dengan tanah sehingga lebih merata. Pupuk CRF merupakan pupuk
slow release. Penggunaan pupuk slow release bertujuan agar ketersediaan unsur
hara untuk bibit dapat mencukupi selama bibit masih dalam masa pertumbuhan
hingga siap untuk ditanam di lapang. Transplanting dikerjakan oleh pekerja
borongan. Pekerja dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: pelangsir (memindahkan bibit
dari satu lokasi ke lokasi lainya), pengecer, dan penanam. Bibit dari pre-nursery
dilangsir menuju lokasi transplanting dengan menggunakan mobil bak terbuka,
kemudian diecer pada masing-masing largebag menggunakan angkong (alat
angkut). Proses terakhir adalah menaman bibit dari babybag ke largebag.
Sebelum ditanam pada largebag, babybag terlebih dahulu harus dilepas dari
bibit. Penanaman bibit pada largebag harus beserta dengan agregat tanah utuh
yang melekat pada akar bibit, diusahakan jangan sampai pecah. Penanaman bibit
harus dalam posisi tegak, kemudian melakukan konsolidasi tanah atau
memadatkan tanah pada permukaan largebag. Proses transplanting disajikan pada
Gambar 14.
24

(a) (b) (c)

Gambar 14. Proses transplanting; (a) pelangsiran bibit, (b) pengeceran bibit, dan
(c) penanaman bibit

Penyiraman bibit. Penyiraman bibit di pembibitan PSE menggunkan


sumber air yang berasal waduk buatan yang dipompa dengan menggunakan mesin
pompa air. Terdapat dua mesin pompa air yang digunakan yaitu merek Mitsubisi
tipe 6D14-OA dan Deutz tipe F 6L 912. Air yang berasal dari waduk akan
dipompa oleh mesin pompa menuju pipa ukuran ” k mudian m nu u pipa ”
dan ” k mudian m nu u pipa ” dan t rak ir m nu u head shower atau
sprinngkle. Penyiraman bibit yang berada di areal main-nursery menggunakan dua
jenis head sprayer, yaitu dengan jenis shower dan jenis sprinkler (Gambar 15).
Instalasi irigasi headsprayer tipe shower disusun dengan jarak 10 m antar shower
dengan ketinggian 2 m dapat menjangkau jarak 7,5 m secara melingkar. Sistem
irigasi shower mengeluarkan air yang lebih halus dan merata. Instalasi irigasi
headsprayer tipe sprinkler disusun dengan jarak 15 m antar sprinkler. Sprinkler
disusun dengan ketinggian 2 m dapat menjangkau radius 12 m secara melingkar.
Irigasi jenis sprinkler mengeluarkan air secara terpusat, memutar, dan kurang
merata. Rangkain instalasi irigasi disajikan pada Lampiran 10.

(a) (b)
Gambar 15. Jenis head sprayer irigasi pada main-nursery Kebun PSE; (a)
sprinkler, dan (b) shower

Penyiraman pada main-nursery dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi


hari pukul 07.00-10.30 WIB dan sore hari pada pukul 15.00-18.00 WIB dengan
durasi penyiraman masing-masing 1 jam. Penyiraman bibit tidak dilakukan
apabila curah hujan hari sebelumnya mencapai 10 mm hari-1. Kegiatan magang ini
dilakukan pengukuran volume irigasi yang diterima bibit hari-1. Pengukuran
dilakukan pada kedua jenis head sprayer, masing-masing diambil 6 ulangan.
25

Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore hari saat dilakukan aplikasi penyiraman
bibit. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh rata-rata volume irigasi untuk head
sprayer tipe sprinkler sebesar 563,67 ml largebag-1 hari-1 dan tipe shower sebesar
1.339,83 ml largebag-1 hari-1. Keduan hasil tersebut masih berada di bawah
standar perusahaan yaitu sebesar 2-3 liter largebag-1 hari-1. Hasil pengukuran
volume irigasi pada main-nursery disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil pengukuran volume irigasi bibit di main-nursery


Volume Irigasi (ml
Jenis Durasi Total Irigasi (ml
Ulangan largebag-1)
Irigasi (Jam) largebag-1 hari-1)
Pagi Sore
Sprinkler 1 1 200 231 431
2 215 221 436
3 450 418 868
4 245 237 482
5 283 267 550
6 305 310 615
Rata-rata 563,67
Shower 1 1 507 482 989
2 950 798 1.748
3 462 421 883
4 805 783 1.588
5 698 594 1.292
6 800 739 1.539
Rata-rata 1.339,83

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma pada main-nursery meliputi


pengendalian gulma pada largebag, antar largebag dan gulma pada jalan kontrol.
Pengendalian gulma didalam largebag dilakukan secara manual oleh pekerja
borongan. Pengendalian gulma pada largebag tidak dibolehkan menggunakan
herbisida karena dapat berpotensi menyebabakan bibit mengalami kerusakan atau
mati. Pengendalian gulma diluar largebag menggunakan herbisida merek dagang
Basta bahan aktif ammonium glufosinat dengan dosis 100 ml 15 liter-1. Alat
semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer kapasitas 15 liter. Nozel
dilengkapi dengan tudung dengan tujuan agar uap dan percikan herbisida tidak
mengenai bibit. Pengendalian diluar largebag dilakukan secara rutin dengan rotasi
2 minggu sekali. Jalan kontrol merupakan jalan yang digunakan pekerja untuk
melakukan perawatan bibit dan jalur pemuatan bibit ke areal replanting. Jalan
kontrol secara rutin dilakukan penyemprotan agar gulma tidak menghambat
perawatan dan pengangkutan bibit. Prestasi kerja yang diperoleh pekerja adalah
10 knapsack HK-1. Standart perusahaan adalah 10 knapsack HK-1. Aplikasi
pengendalian gulma pada main-nursery disajikan pada Gambar 16.
26

(a) (b) (c)

Gambar 16. Pengendalian gulma pada main-nursery; (a) secara manual, (b) secara
kimia, dan (c) pengendalian gulma pada jalan kontrol

Pengendalian hama penyakit. Hama yang sering menyerang bibit di


kebun Pinang Sebatang Estate adalah ulat api, kumbang malam, ulat kantong,
belalang, dan jangkrik. Upaya untuk mencegah dan mengatasi serangan hama
tersebut dilakukan penyemprotan insektisida secara rutin. Penyemprotan
menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin yang dicampur dengan
agristik berbahan aktif alkilaril poliglikoll eter. Penyemprotan menggunakan
knapsack sprayer kapasitas 15 liter. Insektisida yang dibutuhkan untuk 1
knapsack sprayer adalah 30 ml dan agristik sebanyak 10 ml. 1 knapsack sprayer
dapat diaplikasikan sebayak 200-300 bibit pada main-nursery. Penyemprotan
insektisida pada main-nursery diaplikasikan dengan rotasi 2 minggu sekali.
Pencegahan dan penanganan serangan jamur dilakukan penyemprotan
fungisida secara rutin dengan rotasi 2 minggu sekali. Penyemprotan menggunakan
knapsack sprayer kapasistas 15 liter. fungisida yang digunakan adalah fungisida
merek dagang Cozeb berbahan aktif mancozeb konsentasi 0.2%. agristik
ditambahkan sebagai perekat dengan konsentrasi 0.06%. Dibutuhkan 30 ml Cozeb
dan 10 ml Agristik untuk 1 knapsack sprayer kapasitas 15 liter. Aplikasi
pengendalian hama dan penyakit disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Pengendalian hama penyakit bibit di main-nursery

Pemupukan. Kegiatan magang ini juga dilakukan pengamatan mengenai


pemupukan yang diaplikasikan pada pembibitan Kebun PSE. Pemupukan yang
diamati mulai dari persiapan tanam sampai bibit siap kirim ke lapang. Pupuk yang
digunakan dalam pembibitan merupakan pupuk yang diaplikasikan pada tanah dan
juga pada daun bibit. Hasil pengamatan pemupukan yang diaplikasikan pada pre-
nursery dan main-nursery Kebun PSE disajikan pada Tabel 11.
27

Tabel 11. Data pemupukan pada pembibitan Kebun PSE


Fase Umur Bibit
Jenis Pupuk Dosis Cara Aplikasi
Bibit (MST)
Pre- Tanam Agroblant 5 g bibit-1 Dalam lubang tanam.
nursery kecambah Rock phosphate 12,5 g bibit-1 Campur ke media
5-8 Bayfolan 15 ml 5 liter-1 air Semprot pada
untuk 100 bibit pelepah
Main- Transplanting Agroblant 50 g bibit-1 Dalam lubang tanam
nursery Rock phosphate 120 g bibit-1 Dalam lubang tanam
Cangkang kernel 0,5 kg bibit-1 Ditebar pada
largebag
36;40;44;48;52 CCM 25 30 g bibit-1 Ditebar pada
largebag

Seleksi bibit. Seleksi bibit di pembibitan main-nursery Kebun PSE


dilakukan secara bertahap yaitu saat bibit berumur 6 bulan, 9 bulan, dan 10-12
bulan. Kriteria bibit yang diseleksi adalah (Gambar 18) bibit flat top, juvenile,
narrow pinnae, short internode, wide internode, chimera, erect, kerdil, dan bibit
yang terkena serangan hama dan penyakit kondisi parah. Bibit flat top adalah bibit
yang mempunyai pertumbuhan pelepah muda yang lebih pendek, terlihat datar
pada permukaan tajuk. Bibit juvenile adalah bibit yang daun tua tidak mengalami
perkembangan atau tidak keseluruhan membuka. Bibit erect yaitu bibit yang
mempunyai pertubuhan tajuk yang sangat tegak dan kaku. Bibit short internode
yaitu bibit dengan pelepah yang mempunyai jarak antar anak daun sangat rapat.
Bibit chimera adalah bibit yang terserang jamur, ditandai dengan sebagian atau
seluruh daun yang bewarna kekuningan. Bibit wide internode yaitu pelepah bibit
yang mempunyai jarak antar anak daun yang lebar. Bibit narrow pinnae yaitu
bibit yang mempunyai anak daun yang sempit seperti jarum. Bibit terserang
bercak daun ditandai dengan daun bibit terdapat bercak bewarna merah
kekuningan. Bibit kerdil adalah bibit yang mempunyai umur sama tetapi
pertumbuhan terhambat. Kegiatan seleksi merupakan salah satu kegiatan yang
sangat penting untuk dilakukan agar mendapat kualitas bibit yang baik. Seleksi
pada umur 6 dan 9 bulan dilaksanakan oleh pekerja diawasi oleh mandor dan
asisten, sedangkan seleksi umur 10-12 bulan dilaksanakan oleh Minamas
Research Center (MRC). Seleksi umur 6 bulan telah dilaksanakan sebelum
mahasiswa melakukan magang. Bibit yang termasuk dalam kriteria afkir atau
abnormal akan dihancurkan dengan cara dicincang. Mandor pembibitan akan
membuat berita acara seleksi yang ditanda tangani oleh asisten pembibitan dan
Estate Manajer Kebun PSE (Lampiran 12). Hasil seleksi bibit umur 6 bulan
varietas DAMI PNG (Tabel 12) diperoleh bibit afkir sebanyak 3,28%, hasil
tersebut memenuhi standar perusahaan yaitu maksimal bibit afkir 10%.

Tabel 12. Hasil seleksi bibit varietas DAMI PNG Kebun PSE
Kriteria Jumlah Persentase (%)
Bibit abnormal (afkir) 1.380 3,28
Bibit normal 40.657 96,72
Total bibit 42.037 100
28

Flat top Juvenile Erect Short internode


Sumber: ARM Minamas (2004)

Chimera Wide internode Bibit kerdil Bercak daun


Sumber: ARM Minamas (2004)

Narrow pinnae
Sumber: ARM Minamas (2004)

Gambar 18. Kriteria seleksi di main-nursery Kebun PSE

Pertumbuhan vegetatif bibit. Selain melakukan pengukuran


pertumbuhan vegetatif bibit di pre-nursery kegiatan magang ini juga dilakukan
pengukuran pertumbuhan bibit di main-nursery. Pembibitan main-nursery
merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan dua tahap. Keberhasilan rencana
penanaman di lapangan dan produksi kemudian hari ditentukan oleh pelaksanaan
di main-nursery dan kualitas bibit yang dihasilkan. Parameter pengkuran sama
dengan di pre-nursery meliputi: tinggi bibit, diameter batang, dan jumlah pelepah
dan dilakukan saat bibit umur 24 MST sampai 38 MST pada 3 plot. Persamaan
regresi (Tabel 8) yang diperoleh berdasarkan pertumbuhan bibit pada pre-nursery
digunakan untuk memprediksi pertumbuhan tinggi bibit, diameter batang bibit,
29

dan jumlah pelepah bibit pada main-nursery. Hasil pengukuran riil akan
dibandingkan dengan prediksi untuk mengetahui tingkat akurasi prediksi
pertumbuhan. Semakin besar selisih antara hasil pengukuran riil dengan prediksi
maka tingkat akurasi semakin rendah. Hasil pengukuran riil, prediksi, dan selisih
pertumbuhan bibit disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil pengukuran tinggi bibit, diameter batang, dan jumlah pelepah
bibit di main-nursery kebun PSE
M Pertumbuhan Riil Prediksi Pertumbuhan Selisih
S TB DB JP TB DB JP TB DB JP
T (cm) (cm) (pelepah) (cm (cm (pelepah) (cm) (cm) (pelepah)
24 50,25 1,84 8,7 49,35 2,00 10,2 0,90 -0,16 -1,5
25 53,67 2,10 9,3 51,02 2,07 10,6 2,65 0,03 -1,3
26 60,77 2,27 9,8 52,69 2,14 10,9 8,08 0,13 -1,1
27 64,50 2,41 10,4 54,36 2,22 11,3 10,14 0,19 -0,9
28 71,04 2,59 10,8 56,02 2,29 11,6 15,02 0,30 -0,8
29 74,30 2,68 11,5 57,69 2,36 11,9 16,61 0,32 -0,4
30 79,60 2,83 11,9 59,36 2,43 12,3 20,24 0,40 -0,4
31 82,22 2,95 12,5 61,03 2,50 12,7 21,19 0,45 -0,2
32 86,01 3,06 12,8 62,69 2,58 13,0 23,32 0,48 -0,2
33 89,69 3,14 13,2 64,36 2,65 13,4 25,33 0,49 -0,2
34 94,62 3,20 13,6 66,03 2,72 13,7 28,59 0,48 -0,1
35 97,76 3,28 13,8 67,69 2,79 14,1 30,07 0,49 -0,3
36 102,88 3,36 14,6 69,37 2,86 14,5 33,51 0,50 0,1
37 106,82 3,42 14,8 71,03 2,93 14,8 35,79 0,49 0,0
38 112,40 3,50 15,2 72,70 3,01 15,2 39,70 0,49 0,0
Keterangan: MST= minggu setelah tanam TB= tinggi bibit
DB= diameter batang bibit JP= jumlah pelepah bibit

Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM)


Kegiatan pemupukan diawali dengan perencanaan pemupukan untuk
menentukan jenis pupuk, dosis pupuk, jumlah pupuk, jumlah tenaga kerja,
kebutuhan perlengkapan, serta persiapan lokasi. Pemupukan yang dilakukan
adalah pemupukan sawit TM dengan menggunakan pupuk majemuk NPK
Compound 44 (Gambar 19). Kelapa sawit yang dipupuk berada pada Blok A001
Divisi II tahun tanam 1997 dengan dosis 4 kg pokok-1. Sawit TM mempunyai
sistem perakaran yang telah berkembang jauh dari pokok batang utama, sehingga
aplikasi pemupukan adalah dengan menaburkan pupuk secara melingkar pada
jarak ±2 m dari pokok batang atau pada susunan pelepah pada pasar mati. Tujuan
aplikasi pupuk pada susunan pelepah atau pasar mati adalah agar pupuk yang
berada dibawah susunan pelepah tetap terjaga dari pencucian atau penguapan.
Pemupukan pada Divisi II Kebun PSE dilakukan oleh pekerja borongan. Pupuk
diambil dari gudang pupuk kemudian diangkut dan didistribusikan ke blok yang
akan dilakukan aplikasi pemupukan. Prestasi pekerja adalah 10 karung atau 500
kg HK-1, mahasiswa magang bekerja sebagai pelangsir pupuk.
30

(a) (b)

Gambar 19. Pemupukan sawit TM dengan CCM 44; (a) Pupuk majemuk NPK
compound 44 (CCM 44) dan (b) aplikasi pemupukan

Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma bertujuan untuk menghilangkan persaingan antara
tumbuhan yang diusahakan dengan gulma, sanitasi, memudahkan perawatan,
memudahkan pemanenan dan menghilangkan pengaruh buruk bagi tanaman yang
diusahakan. Jenis gulma terdiri dari 3 yaitu rumput-rumputan, teki-tekian dan
tanaman kayu. Pengendalian gulma terdiri dari pengendalian gulma secara manual
dan kimiawi. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya berfokus
pada 3 tempat, yaitu pada piringan, pasar pikul dan tempat pengumpulan hasil
(TPH).
Pengendalian gulma pada piringan TBM. Pengendalian gulma piringan
TBM kelapa sawit secara kimia pada Divisi II Kebun Pinang Sebatang Estate
dilakukan secara rutin dengan rotasi 2 bulan sekali. Herbisida yang digukan
adalah herbisida sistemik dengan bahan aktif glufosinat dengan konsentrasi 1%.
Aplikasi penyemprotan mengunakan knapsack sprayer dengan kapasitas 15 liter.
Herbisida yang dibutuhkan untuk 1 knapsack sprayer yaitu sebanyak 150 ml 15
liter-1 atau 10 ml liter-1 yang dilarutkan dengan 15 liter air. Aplikasi 1 knapsack
dapat diaplikasikan antara 40-45 piringan sawit. Pengendalian gulma secara kimia
dilakukan oleh team semprot yang terdiri dari 10 pekerja wanita yang dimandori
oleh satu orang mandor. Pekerja dalam 1 hari kerja (HK) mampu menyemprot
sekitar 9-10 knapsack HK-1. Aplikasi pengendalian gulma pada piringan sawit
TBM disajikan pada Gambar 20.

Gambar 20. Pengendalian gulma secara kimia pada piringan


31

Pengendalian gulma pada piringan sawit TM 1. Pengendalian gulma


piringan kelapa sawit umur 4 tahun atau TM 1 secara kimia pada Divisi II Kebun
PSE dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik dengan bahan aktif metil
metsulforon konsentrasi 0,67%, dan dicampur dengan isopropil amina glifosat
konsentrasi 0,025%. Lebar piringan kelapa sawit yaitu sekitar 2 m dari pokok
sawit dan harus bebas dari gulma. Penyemprotan piringan pada TM 1 dilakukan
secara berkala yaitu selama 3 bulan sekali. Aplikasi penyemprotan menggunakan
knapsack spayer dengan kapasitas 15 liter. Kedua herbisida terlebih dahulu
dicampurkan dengan cara dilarutkan dengan air dengan perbandingan air dan
herbisida 1:1. Herbisida yang digunakan yaitu sebanyak 100 ml 15 liter-1 dengan
bahan aktif isopropil amina glifosat dan 3,75 g 15 liter-1 dengan bahan aktif metil
metsulforon. Aplikasi penyemprotan piringan dimulai dari tempat pengumpulan
hasil (TPH) kemudian dilanjutkan menuju piringan sawit. Campuran herbisida 1
knapsack spayer dapat diaplikasikan antara 12-13 piringan pokok kelapa sawit,
tergantung kondisi gulma pada piringan. Kebun Pinang Sebatang Estate
mempunyai mobil khusus untuk mengantar dan menyediakan air untuk
penyemprot sebagai penanggulangan terbatasnya ketersedian air di lapangan.
Mobil semprot mampu menampung sekitar 2000 liter air (Gambar 21). Prestasi
kerja karyawan adalah 8 knapsack sprayer HK-1, prestasi mahasiswa magang 2
knapsack sprayer HK-1. Standar perusahaan adalah 8 knapsack sprayer HK-1.
Aplikasi pengendalian gulma pada piringan sawit TM 1 disajikan pada Gambar
21.

(a) (b)

Gambar 21. Pengendalian gulma pada piringan TM 1; (a) aplikasi penyemprotan


gulma dan (b) mobil semprot
Pengendalian gulma pada piringan sawit TM besar. Pengendalian
gulma pada piringan sawit TM besar kebun PSE menggunakan knapsack sprayer
tipe micro herbisida atau micron herbiside sprayer (MHS) kapasitas 10 liter. MHS
hanya digunakan pada tanaman sawit TM besar, karena MHS melakukan
penyemprotan dengan sistem otomatis sehingga membutuhkan gerak bebas dan
cepat. Team MHS beranggotakan 9 karyawan dan berada dibawah pimpinan
Divisi II yang beroperasi untuk semua divisi secara bergantian. Penyemprotan
MHS menggunakan herbisida merek Ken up (Gambar 22) konsentrasi 2% atau
dosis 200 ml 10 liter-1 dan kenlly dosis 13 g 10 liter-1. Satu knapsack sprayer dapat
diaplikasikan pada sekitar 110 piringan tergantung kondisi kerapatan gulma pada
piringan. Penyemprotan MHS dilakukan secara rutin dengan rotasi 4 bulan.
32

(a) (b) (c)

Gambar 22. Pengendalian gulma pada piringan sawit TM; (a) herbisida merek
dagang Ken-up, (b) herbisida merek dagang Kenly, dan (c) aplikasi
penyemprotan dengan MHS

Pengendalian Hama Kumbang (Oryctes) Sawit TBM


Kumbang tanduk (Oryctes rynoceros) dapat mengganggu pertumbuhan
vegetatif kelapa sawit. Kumbang tanduk menggerek pangkal pelepah muda dan
meneruskan gerekannya kearah titik tumbuh dan dapat menyebabkan batang
busuk, selanjutnya menyebabkan pokok mati terutama pada TBM. Pada tanaman
muda, serangan hama ini akan menghambat pertumbuhan dan pada tahun pertama
bahkan dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Kumbang tanduk hidup pada sisa
tanaman yang mengalami dekomposisi. Hama ini meletakkan larvanya pada
tumpukan pelepah kering, janjang kosong, dan batang pokok kelapa sawit yang
sudah mati. Pengendalian hama ini lebih dititik beratkan pada usaha pencegahan
yang dapat menghambat perkembangan larva hama ini. Ini penting untuk areal
replanting, karena hama ini sering ditemukan berkembang biak didalam batang
atau tunggul kelapa sawit yang telah lapuk.
Pengendalian hama oryctes areal TBM pada Kebun Pinang Sebatang
Estate dilakukan secara kimia. Pengendalian dilakukan dengan melakukan
penyemprotan insektisida pada tanaman sawit TBM. Pengendalian dilakukan
secara rutin dengan rotasi 2 minggu sekali. Insektisida yang digunkan berbahan
aktif sipermetrin dengan konsentrasi 2% (Gambar 23). Penyemprotan
menggunakan knapsack sprayer dengan kapasitas 10 liter. Dibutuhkan insektisida
sebanyak 200 ml 10 liter-1 untuk 1 knapsack sprayer. Penyemprotan dilakukan
oleh suatu team khusus pengendalian oryctes yang beranggotakan 13 pekerja dan
dimandori oleh 1 mandor. Satu knapsack sprayer larutan insektisida dapat
diaplikasikan antara 67-70 pokok sawit, dosis satu pokok sawit sekitar 150 ml.
Prestasi kerja yang diperoleh oleh pekerja adalah 8 knapsack sprayer untuk 5 jam
kerja. Pengendalian oryctes secara kimia disajikan pada Gambar 23.
33

(a) (b)

Gambar 23. Pengendalian hama oryctes pada sawit TBM; (a) insektisida yang
digunakan dan (b) aplikasi penyemprotan oryctes
Pemanenan
Pemanenan merupakan kegiatan memotong tandan buah yang termasuk
dalam kriteria panen dan mengangkut buah ke TPH. Tujuan pemanenan adalah
memotong semua buah matang dengan mutu panen sesuai standar untuk
memaksimalkan perolehan minyak dan meminimalkan biaya panen. Keberhasilan
pemanenan dan produksi kelapa sawit bergantung pada bahan tanam, tenaga
pemanenan, peralatan pemanenan, kelancaran tranportasi, organisasi pemanenan,
dan areal pemanenan. Urutan kegiatan pemanen yaitu pemotongan tandan buah
segar (TBS) di pohon kelapa sawit, mengutip brondolan dengan menggunakan
karung, memotong gagang TBS, mengumpulkan TBS ke TPH, penomoran di
setiap TBS, dan pengangkutan TBS ke pabrik.
Kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar
memotong buah dengan tepat. Kriteria umum untuk TBS yang dipanen yaitu
berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh ke piringan kelapa sawit. Kriteria panen
yang diterapkan di Kebun PSE adalah jika terdapat minimal 10 brondolan pada
piringan maka layak untuk dipanen. Tingkat kematangan dapat dilihat pada Tabel
14.
Tabel 14. Tingkat kematangan dan kriteria panen
Tingkat kematangan Kategori Toleransi
Unripe 0-4 brondolan 0%
Under ripe 5-9 brondolan <5%
Ripe 10 atau lebih brondolan > 95%
Empty bunch Brondolan yang lepas per janjang > 95 % 0%
Longstalk Panjang gagang lebih dari 5 cm 0%
Old bunch Lebih dari 48 jam 0%
Sumber: ARM Minamas (2013)
Rotasi panen adalah interval yang dibutuhkan untuk kembali ke blok yang
sudah dipanen sebelumnya. Rotasi panen berkaitan dengan penyebaran
kematangan buah, dimana variasi penyebaran kematangan buah dari bulan ke
bulan berbeda akibat dari faktor iklim, umur tanaman, tempat, dan pemupukan.
Rotasi panen (umur panen) merupakan faktor pembatas dalam menentukan
produksi TBS, kualitas atau mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS,
34

serta biaya pengolahan. Rotasi panen yang dilakukan pada kebun PSE adalah 7 –
9 hari, namun kondisi ini dapat berubah-ubah tergantung kondisi di lapangan.
Kegiatan panen diawasi oleh mandor. Mandor panen memberikan
pengarahan dan membagi hancak kepada pemanen. Pemanen memeriksa buah
sebelum dipanen dan memastikan bahwa buah tersebut sudah matang. Buah
matang yang akan dipanen memiliki kriteria lebih dari 10 brondolan setiap janjang
yang jatuh dan penampakan visual berwarna merah tua. Pelepah yang berada di
bawah TBS yang akan dipanen wajib diturunkan sebelum memotong TBS akan
tetapi jumlah pelepah yang tinggal di pokok harus sesuai dengan standar jumlah
pelepah pohon-1. Pelepah yang sudah dijatuhkan kemudian dipotong menjadi dua
bagian dan disusun diantara pokok dalam barisan jika pada terasan dan disusun
antar pokok pada pasar mati jika pada areal datar atau mata lima. TBS yang telah
dipanen kemudian akan dipikul atau diangkut mengunakan alat angkut (angkong)
menuju tempat pengumpulan hasil (TPH). Setelah itu pemanen wajib mengutip
brondolan yang terdapat pada piringan, batang sawit, dan gawangan kedalam
karung. Pengutipan brondolan harus bebas dari kotoran, toleransi yang diterapkan
adalah maksimal kotoran adalah 10% dari total brondolan. Setelah terkumpul,
brondolan dikumpulkan pada TPH. TBS yang telah terkumpul di TPH dipotong
tangkai tandannya kemudian diberi nomor identitas pemanen sebelum diangkut ke
pabrik kelapa sawit (PKS). Pemanen untuk 1 HK minimal harus mampu memanen
TBS sebayak 1.3 ton atau berkisar 75 tandan yang merupakan basis panen untuk
sawit TM besar. Jika lebih dari 1.3 ton maka akan dihitung lebih borong dan
masuk premi pemanen. Premi basis panen adalah Rp13.500 dan premi lebih
borong adalah Rp45 Kg-1. Brondolan yang dikutip bersih dan diwadahi karung
akan mendapat premi Rp140 Pemanenan dan pengangkutan TBS disajikan pada
Gambar 24.

(a) (b) (c)

Gambar 24. Pemanenan pada Divisi II kebun PSE; (a) pemanenan, (b) TBS yang
terkumpul di TPH, dan (c) pemuatan TBS ke PKS
35

Aspek Manajerial

Pendamping Mandor Pembibitan


Mandor pembibitan bertugas memimpin apel pagi, membagi pekerjaan
yang dilaksanakan karyawan, mengawasi pekerjaan karyawan, dan memeriksa
kehadiran karyawan. Apel pagi dengan karyawan dimulai pukul 06.30-07.00,
Mandor bibitan bertanggung jawab atas semua pekerjaan yang ada di bibitan
misalnya pemupukan, konsolidasi, pengiriman bibit, dll. Mandor bibitan
melaporkan hasil kerja hari ini dalam buku kegiatan mandor (BKM). Ketika
menjadi pendamping mandor bibitan, kegiatan yang dilakukan mahasiswa magang
adalah merekapitulasi BKM, mengawasi transplanting, penyemprotan insektisida,
pengendalian gulma secara kimia, pemupukan Agroblant pada babybag,
pengendalian gulma secara manual, dan penyemprotan fungisida.

Pendamping Mandor I
Mandor I bertugas membantu asisten mengkoordinasikan mandor-mandor
divisi dalam melaksanakan kegiatan lapangan serta mengawasi kerja karyawan
setiap hari. Mandor ke I bertugas: memeriksa ancak panen, memimpin apel pagi
sekaligus menentukan jumlah karyawan permandoran dan memberikan instruksi
kepada karyawan, mandor, kerani panen, dan membantu memeriksa ancak panen
untuk memeriksa kualitas pemanen. Setiap hari Mandor I wajib memeriksa
minimal 7 ancak panen. Pemeriksaan dilakukan secara langsung di lapang dan
menginput hasil kedalam aplikasi android khusus buatan Minamas bernama Sime
Darby Digital Supervisi (SDDS). Pemeriksaan meliputi: apakah terdapat buah
tinggal, brondolan tertinggal, dan pelepah yang tidak disusun atau dipotong.

Pendampinng Mandor Pupuk


Mandor pupuk bertugas memimpin antrian pagi dengan karyawan setelah
selesai melaksanakan antrian dengan asisten. Mengecek kehadiran karyawan
memberikan pengarahan kepada karyawan. Memastikan pupuk telah diangkut
semua kedalam angkutan untuk diangkut dan diecer ke lokasi yang akan
dilakukan aplikasi pemupukan. Mandor pupuk juga bertanggung jawab dalam
keseragaman dosis pupuk pokok-1 sesuai standar perusahaan. Mandor pupuk
melaporkan hasil kerja dalam BKM. Kegiatan yang dikerjakan saat menjadi
pendamping mandor pupuk adalah mengawasi dan memastikan kegiatan
pemupukan ZA pada sawit TBM.

Pendamping Mandor Semprot


Mandor semprot bertugas memimpin apel pagi dengan karyawan, memberi
pengarahan serta mengabsensi tenaga semprot, mengatur dan mengecek alat
semprot untuk masing-masing penyemprot, mengecek alat pelindung diri (APD)
kerja setiap karyawan semprot. Kegiatan ketika menjadi pendamping mandor
semprot adalah membantu mengawasi pencampuran bahan dan memastikan
herbisida sesuai dosis, mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan semprot di
lapangan. Selesai menyemprot, seluruh alat semprot dan bahan sisa dicuci bersih
dan disimpan di rumah semprot. Limbah bahan beracun berbahaya (B3) seperti
36

botol, galon tempat racun dikumpulkan ke gudang Limbah B3. Hasil kerja
dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM).

Pendamping Asisten
Asisten bertugas memimpin antrian pagi di divisi. Berkeliling blok
mengawasi kerja mandor serta karyawan di lapangan dan menginput data pada
aplikasi SDDS. Kegiatan sebagai pendamping asisten adalah mempersiapkan dan
melengkapi persyaratan inspeksi rutin sertifikasi ISPO, mengecek teknis kerja di
lapangan dan melakukan pemeriksaan pemanen dengan aplikasi SDDS. Sore
harinya melakukan sharing pendapat di kantor besar bersama petugas kantor besar
dan asisten divisi lain. Kegiatan saat menjadi pendamping asisten adalah
mengawasi mandor perawatan, pembibitan, pemupukan, dan penyemprotan.

Pembahasan

Penyiraman
Penyiraman di pre-nursery. Penyiraman bibit yang terdapat di areal pre-
nursery adalah menggunakan sistem irigasi sprayer. Sprayer yang digunakan
mampu menyemprotkan air dalam bentuk butiran-butiran halus sehingga tidak
merusak permukaan tanah pada babybag. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam
sehari selama 30 menit. Penyiraman pada pagi hari pada pukul 06.00-06.30 WIB
dan sore hari pada pukul 17.00-17.30 WIB. Penyiraman tidak dilakukan apabila
hari sebelumnya terdapat hujan dengan intensistas curah hujan mencapai 8 mm.
Berdasarkan hasil pengukuran yang disajikan pada Tabel 6 diperoleh hasil
rata-rata volume irigasi bibit pada pre-nursery sebesar 108,75 ml babybag-1 hari-1
atau 0,109 liter babybag-1 hari-1 dengan durasi penyiraman 30 menit pada pagi
dan sore hari. Menurut ARM Minamas (2004) kebutuhan air bibit di pre-nursery
adalah sekitar 0,2-0,3 liter babybag-1 hari-1. Hasil pengukuran tersebut
menunjukkan bahwa penyiraman yang dilakukan di pembibitan pre-nursery
Kebun PSE belum mencukupi jumlah volume irigasi yang ditetapkan perusahaan,
akan tetapi pertumbuhan bibit yang diamati menunjukan pertumbuhan yang baik.
Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah bibit afkir pada pre-nursery masih berada di
bawah batas maksimum yang ditetapkan perusahaan. Keadaan tersebut diduga
karena kebutuhan air bibit tercukupi dengan adanya curah hujan yang cukup
tinggi. Jumlah volume air irigasi yang diberikan dapat tercukupi dengan adanya
hujan pada hari sebelumnya yang kurang atau lebih dari 8 mm hari-1 sehingga air
akan terakumulasi pada media dan tersedia bagi kebutuhan bibit. Terpenuhinya
kebutuhan air bibit dipengaruhi oleh kadar air tanah atau kandungan air yang
terakumulasi pada media tanam. Tanah mampu mempertahankan kadar air tanah
sehingga dapat menyuplai kebutuhan air bibit dengan baik. Perusahaan lebih baik
menggunakan kadar air tanah sebagai standar operasional irigasi bibit, sehingga
dapat menentukan secara tepat ketersediaan air tanah bagi bibit. Bibit yang tidak
tercukupi kebutuhan airnya dapat menghambat proses pertumbuhan bibit.
Penyiraman di main-nursery. Penyiraman bibit yang berada di areal
main-nursery menggunakan dua jenis head sprayer, yaitu jenis shower dan jenis
sprinkler. Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari pukul
07.00-10.30 WIB dan sore hari pada pukul 15.00-18.00 WIB dengan durasi
37

penyiraman masing-masing 1 jam pada pagi dan sore hari. Penyiraman bibit tidak
dilakukan apabila curah hujan hari sebelumnya mencapai 10 mm hari-1. Menurut
Ardian et al.(2015) aplikasi penyiraman pembibitan yang terbaik yakni kombinasi
waktu jam 07.30 WIB dengan volume pemberian air 2,0 liter largebag-1 hari-1
terhadap parameter pertambahan tinggi bibit dan pertambahan jumlah daun.
Berdasar Tabel 10 diperoleh rata-rata volume irigasi 0,564 liter largebag-1
hari-1 untuk irigasi dengan sprinkler, dan 1,340 liter largebag-1 hari-1 irigasi
dengan shower, sedangkan kebutuhan air bibit hari-1 menurut SOP Minamas yaitu
berkisar 2-3 liter largebag-1 hari-1. Berdasarkan pengukuran pada Tabel 10 jenis
headsprayer jenis shower memberikan volume irigasi yang lebih banyak daripada
headsprayer jenis sprinkler. Hasil pengukuran volume irigasi dari kedua
headsprayer belum memenuhi standar yang ditetapkan perusahaan, akan tetapi
sama halnya pada pre-nursery bibit yang berada di main-nursery mempunyai
pertumbuhan yang relatif baik. Terdapat faktor-faktor diduga mempengaruhi hal
tersebut diantaranya curah hujan yang tinggi, kadar air tanah yang masih mampu
mencukupi kebutuhan air bibit dengan baik, dan media tanah yang diaplikasikan
pupuk kompos sehingga mampu menyimpan air dengan baik. Menurut Ichsan et
al., (2012) pemberian pupuk kompos mampu mencukupi kebutuhan air bibit
kelapa sawit yang disiram dengan interval penyiraman yang lebih panjang.
Perusahaan lebih baik menggunakan kadar air tanah sebagai standar
operasional kebutuhan irigasi bibit. Penggunaan kadar air tanah dapat menentukan
secara tepat ketersediaan air pada tanah atau media yang dapat tersedia bagi bibit.
Bibit yang tidak tercukupi kebutuhan airnya dapat menghambat proses
pertumbuhan bibit. Irigasi adalah faktor penting yang perlu mendapatkan
perhatian lebih untuk menghasilkan bibit yang berkualitas.

Seleksi atau Culling


Seleksi kecambah. Seleksi kecambah bertujuan mendapatkan kecambah
yang struktur dan pertumbuhanya baik, sehingga saat ditanam akan menghasilkan
bibit dengan kualitas baik. Kecambah normal memiliki satu calon akar atau
radikula yang bewarna kecoklatan sedikit tumpul dan satu calon daun atau
plumula yang berwarna putih gading dan sedikit runcing. Kecambah yang
termasuk kriteria kecambah afkir meliputi: kecambah mati, kecambah hanya
mempunyai satu radikula atau plumula saja, dan kecambah yang plumula atau
radikulanya patah. Kecambah ganda atau doubletone akan tetap ditanam,
kemudian setelah bibit berumur ± 4 MST akan dipisah dan disisakan satu bibit
yang paling baik pertumbuhannya. Penanganan untuk kecambah tripletone dan
quadratone adalah dengan membuang salah satu radikula dan plumula, sehingga
tersisa dua pasang plumula dan radikula (doubletone) yang paling baik. Kecambah
yang diseleksi adalah kecambah varietas DXP PPKS SM-B (Simalungun). Jumlah
kecambah yang diseleksi adalah 41.000 kecambah. Diperoleh kecambah abnormal
atau afkir sebanyak 164 (0,40%) dan kecambah normal sebanyak 40.836 (99,60%)
(Tabel 5). Hasil yang diperoleh masih di bawah standar maksimum yang
ditetapkan perusahaan yaitu sekitar 3 – 5% (ARM Minamas, 2004). Berdasarkan
hasil seleksi menunjukkan bahwa kecambah yang digunakan merupakan
kecambah yang berkualitas baik.
Seleksi bibit pada pre-nursery. Kegiatan seleksi bertujuan memperoleh
bibit yang baik dan memenuhi kriteria untuk ditanam ketahap yang lebih lanjut.
38

Seleksi bibit di pre-nursery dilakukan pada saat bibit berumur 3 bulan atau pada
saat pindah tanam ke lapangan main-nursery. Seleksi di pembibitan awal
dilakukan terhadap bibit abnormal seperti: bibit rolled leaf (daun menggulung),
twisted shoot (daun terpuntir), chimera (bibit bulai), bibit mati, grass (bibit
berdaun sempit), crinkle leaf (bibit berkerut), bibit kerdil, dan bibit terkena
penyakit (leaf spot). Bibit yang abnormal kemudian dihancurkan.
Bibit abnormal atau afkir yang terseleksi disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya faktor genetik, lingkungan, dan human error. Contoh bibit yang
disebabkan oleh faktor genetik yaitu rolled leaf, collante, crinkle leaf, dan
chimera. Kadang kala bibit chimera tidak masuk dalam kategori afkir karena bisa
saja saat transplanting atau penanaman di lapangan chimera tersebut bisa hilang.
Contoh bibit abnormal yang disebabkan lingkungan yaitu penyakit bercak daun
karena lingkungan yang terlalu lembab sehingga menjadi tempat berkembang
jamur Curvularia sp. Penyakit bercak daun dapat menyebar dari satu tanaman ke
tanaman lain melalui air. Bibit yang terkena Culvularia harus segera dikendalikan,
jika tidak akan segera menyebar ke bibit lainya. Contoh bibit yang disebabkan
human error adalah twisted shoot. Twisted shoot terjadi karena kesalahan
penanaman yaitu terbaliknya posisi plumula dan radikula. Bibit mati terjadi
karena pemeliharaan yang kurang intensif. Hasil seleksi bibit umur 3 bulan
varietas DXP PPKS SM-B (Simalungun) diperoleh bibit abnormal sebanyak 3.705
(9,09%) dan bibit normal sebanyak 33.359 (90,01%) (Tabel 9). Hal ini sudah
memenuhi standar perusahaan yaitu sekitar 5 - 10% (ARM Minamas, 2004).
Laporan seleksi atau culling umur 3 bulan disajikan pada Lampiran 11.
Seleksi bibit di main-nursery. Seleksi bibit di pembibitan main-nursery
Kebun PSE dilakukan secara bertahap yaitu ketika bibit berumur 6 bulan, 9 bulan,
dan 10-12 bulan. Kriteria bibit yang diseleksi adalah flat top (permukaan tajuk
rata), juvenile (tajuk yang belum membuka), narrow pinnae (daun seperti
rumput), short internode (jarak antar daun terlalu rapat), wide internode (jarak
antar anak daun terlalu renggang), chimera (bulai), erect (daun tegak), kerdil, dan
bibit yang terkena serangan hama dan penyakit kondisi parah. Kegiatan seleksi
merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan agar
mendapat kualitas bibit yang baik. Hasil seleksi bibit varietas DAMI PNG umur 6
bulan diperoleh bibit afkir sebanyak 1.380 (3,28%) dan bibit normal sebanyak
40.657 (96,72%) (Tabel 12). Hal ini sudah memenuhi standar yang ditetapkan
perusahaan yaitu berkisar 10 – 15% (ARM Minamas, 2004). Laporan seleksi atau
culling umur 6 bulan disajikan pada Lampiran 12.

Pertumbuhan Vegetatif Bibit


Pengukuran pertumbuhan vegetatif bibit di pre-nursery dan main-nursery
dilakukan untuk mengetahui kualitas bibit yang berada pada pembibitan Kebun
Pinang Sebatang Estate. Pengamatan pada pre-nursery dilakukan setiap satu
minggu sekali dengan parameter: tinggi bibit, diameter batang bibit, dan jumlah
pelepah. Tinggi bibit diukur menggunakan penggaris dari permukaan tanah
hingga pucuk pelepah tertinggi. Diameter batang diukur sekitar 1 cm dari pangkal
batang menggunakan jangka sorong. Penghitungan pelepah adalah pelepah yang
sudah membuka sempurna dan berwarna hijau. Pengukuran pada pre-nursery
39

dilaksanakan saat bibit berumur 6 minggu setelah tanam (MST) sampai bibit
berumur 11 MST, kemudian pada main-nursery ketika berumur 24 MST sampai
38 MST.
Pertumbuhan awal bibit merupakan periode kritis yang sangat menentukan
keberhasilan tanaman dalam mencapai pertumbuhan yang baik di pembibitan
(Pahan, 2010). Berdasarkan Gambar 9 bibit di pre-nursery mempunyai
pertumbuhaan yang baik. Bibit dikatakan baik apabila pertumbuhan tinggi
tanaman semakin bertambah dan tidak kerdil. Pertambahan tinggi bibit setiap
minggu bibit mengalami pertambahan yang relatif konstan. Pertumbuhan bibit
kelapa sawit juga dapat dilihat dari parameter pertambahan diameter batang bibit.
Menurut Rahayu (2012) bibit kelapa sawit memiliki pertumbuhan yang unik
ketika masih dalam masa pertumbuhan, sehingga diameter batang dapat dijadikan
parameter pada masa pembibitan. Kenaikan pertumbuhan diameter batang bibit
kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan grafik pada Gambar 10
diameter batang mengalami pertambahan setiap minggunya. Pertumbuhan bibit
kelapa sawit juga dapat dilihat berdasarkan jumlah pelepah. Berdasarkan data
pada Gambar 11 jumlah pelepah mengalami pertambahan setiap 2 minggu sekali.
Rata-rata jumlah pelepah bibit saat transplanting adalah 4 pelepah.
Hasil uji korelasi pada Tabel 8 menunjukkan hasil bahwa variabel umur
bibit, tinggi bibit, diameter bibit, dan jumlah pelepah saling berkorelasi positif
sangat nyata antar masing-masing variabel. Nilai koefisien korelasi dari hasil uji
korelasi menunjukkan hasil sebesar 0,955-0,995. Berdasarkan hasil uji korelasi
maka umur bibit berbanding lurus dengan pertumbuhan tinggi bibit, diameter
bibit, dan jumlah pelepah. Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2013) besaran dari
koefisien korelasi tidak menggambarkan hubungan sebab akibat antara dua
peubah atau lebih. Berdasarkan pernyataan tersebut berarti keragaan suatu
variabel agronomi tidak menjadi penyebab keragaan suatu variabel agronomi
lainya.
Berdasarkan uji regresi pada pertumbuhan bibit di pre-nursery diperoleh
persamaan antara umur bibit dengan berbagai peubah yang diamati. Persamaan
antara umur bibit dengan tinggi bibit Y = 1,6679X + 9,3221; umur bibit dengan
diameter batang bibit Y = 0,0719X + 0,2742; dan umur bibit dengan jumlah
pelepah bibit Y = 0,3543X + 1,6935. X merupakan umur bibit dan Y adalah
peubah pertumbuhan yang diamati. Persamaan dari hasil uji regresi dapat
digunakan untuk memprediksi angka pertumbuhan bibit yang meliputi tinggi
bibit, diameter batang, dan jumlah pelepah pada umur bibit yang diinginkan. Hal
tersebut akan berguna bagi perusahaan untuk memprediksi umur bibit saat
perusahaan menginginkan pertumbuhan bibit pada angka tertentu. Berdasarkan
data persamaan regresi maka pertumbuhan bibit yang akan datang dapat
diprediksi pertumbuhannya. Data riil dan prediksi pertumbuhan bibit di main-
nursery disajikan pada Tabel 13.
Berdasarkan data pada Tabel 13 diperoleh hasil pengukuran real, prediksi,
selisih pertumbuhan tinggi, diameter batang, dan jumlah pelepah bibit pada main-
nursery. Selisih tinggi bibit hasil pengukuran riil dengan prediksi menunjukan
hasil yang relatif rendah pada umur 24 dan 25 MST, kemudian pada umur 26-38
MST menunjukan selisih yang relatif tinggi. Selisih antara pertumbuhan prediksi
dan pertumbuhan riil yang semakin kecil menunjukan tingkat akurasi yang tinggi
dan sebaliknya semakin besar selisih maka semakin tidak akurat prediksi
40

pertumbuhan bibit. Selisih hasil pengukuran riil dengan prediksi untuk diameter
batang dan jumlah pelepah menunjukkan hasil yang relatif rendah. Berdasarkan
ketiga data tersebut dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi yang diperoleh
dari pertumbuhan bibit pre-nursery dapat diaplikasikan untuk memprediksi
pertumbuhan diameter batang dan jumlah pelepah pada main-nursery, sedangkan
untuk tinggi bibit kurang dapat diterapkan karena kedua bibit yang diamati
berbeda varietas. Diameter batang dan jumlah pelepah antar varietas relatif sama
sedangkan untuk tinggi bibit dapat berbeda, karena tinggi bibit merupakan peubah
khusus yang membedakan antar varietas.

Pengendalian Gulma, Hama, dan Penyakit


Pengendalian gulma. Pengendalian gulma pada pre-nursery dilakukan
secara manual dengan menggunakan tangan dengan rotasi satu minggu. Gulma
yang dibersihkan meliputi gulma yang berada pada babybag, antar babybag, dan
pada jalan kontrol. Pengendalian gulma pada main-nursery dilakukan secara
manual dan kimia. Secara manunal untuk membersihkan gulma yang berada pada
largebag dan secara kimia digunakan untuk mengendalikan gulma yang berada
antar largebag dan pada jalan kontrol. Herbisida yang digunakan berbahan aktif
ammonium glufosinat dengan dosis 100 ml 15 liter-1. Alat semprot yang
digunakan adalah knapsack sprayer kapasitas 15 liter. Nozel dilengkapi dengan
tudung dengan tujuan agar uap dan percikan herbisida tidak mengenai bibit.
Pengendalian gulma dilakukan secara rutin dengan rotasi 2 minggu.
Pengendalian hama dan penyakit. Upaya untuk mencegah dan
mengatasi serangan hama pada pembibitan pre-nursery dan main-nursery adalah
dengan penyemprotan insektisida secara rutin. Penyemprotan menggunakan
insektisida berbahan aktif sipermetrin yang dicampur dengan Agristik berbahan
aktif alkilaril poliglikoll eter. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer
kapasitas 15 liter. Insektisida yang dibutuhkan untuk 1 knapsack sprayer adalah
sebanyak 30 ml dan agristik sebanyak 10 ml untuk pre-nursery dan main-nursery.
1 knapsack sprayer dapat diaplikasikan sebayak 800-1.000 bibit pada pre-nursery
dan 200-300 bibit pada main-nursery. Penyemprotan insektisida diaplikasikan
dengan rotasi 2 minggu sekali.
Pencegahan dan penanganan serangan jamur dilakukan penyemprotan
fungisida secara rutin dengan rotasi 2 minggu sekali. Penyemprotan menggunkan
knapsack sprayer kapasistas 15 L. Fungisida yang digunakan adalah fungisida
merek dagang Cozeb berbahan aktif mancozeb, Agristik ditambahkan sebagai
perekat dengan konsentrasi 0,06%. Penyemprotan pada pre-nursery dan main-
nursery dibutuhkan 30 ml Cozeb dan 10 ml Agristik untuk 1 knapsack sprayer.
Pemupukan
Bibit kelapa sawit sangat cepat pertumbuhannya dan membutuhkan
banyak pupuk. Pupuk yang digunakan bisa pupuk tunggal maupun majemuk
(Pahan, 2010). Pembibitan awal (pre-nursery) bibit muda memerlukan pupuk agar
tumbuh lebih baik.
Pemupukan pada pre-nursery. Pemupukan yang diberikan saat tahap
pre-nursery kebun pembibitan PSE meliputi pemberian rock phosphate pada
media tanam, pupuk control release fertilizer (CRF) merek dagang Agroblant
sebelum tanam kecambah, dan pemupukan pupuk daun Bayfolan jika terdapat
41

gejala defisiensi unsur hara. Pupuk rock phosphate yang diberikan adalah 12,5 g
babybag-1 dicampurkan dengan media tanah secara merata saat pengisiian
babybag. Aplikasi pupuk CRF diberikan sekitar 1 minggu sebelum penanaman
kecambah dengan dosis 5 g babybag-1 dengan cara membuat lubang pada tengah
babybag. Pupuk CRF bersifat slow release sehingga dapat menyuplai kebutuhan
hara bagi bibit sampai bibit siap untuk dipindah tanam. Pupuk daun Bayfolan
diberikan pada bibit apabila terjadi diefisiensi unsur hara pada bibit, biasanya
terlihat pelepah bewarna kekuningan. Aplikasi pupuk daun dilakukan dengan
melarutkan 15 ml Bayfolan kedalam 5 liter larutan air untuk disemprotkan pada
100 bibit.
Pemupukan pada main-nursery. Pemupukan pada main-nursery meliputi
pemupukan rock phosphate (RP), CRF, CCM 25, dan cangkang kernel (fiber).
Pemupukan rock phosphate dan CRF merek dagang Agroblant diaplikasikan pada
lubang tanam. Dosis masing-masing pupuk adalah 120 g largebag-1 untuk RP dan
dibutuhkan50 g largebag-1 untuk pupuk CRF. Bibit di main-nursery akan dipupuk
lagi menggunakan pupuk CCM 25 berbentuk granule. Pemupukan dengan CCM
25 diaplikasikan saat bibit berumur 9 bulan dan terus berlanjut dengan selang
waktu 4 minggu sampai bibit siap ditanam di lapang. Pupuk CCM 25 tersebut
mengandung unsur nitrogen 14%, fosfat 13%, kalium 9% dan unsur mikro
essensial lainnya yang berguna untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit. Pupuk
CCM 25 diaplikasikan dengan dosis 30 g largebag-1 dengan cara menebar pupuk
secara melingkar sekitar pokok sawit dan tidak boleh terkena batang atau pelapah
bibit. Bibit di main-nursery juga mendapatkan pupuk organik berupa cangkang
kernel. Tujuan pemberian cangkang kernel adalah menggemburkan tanah di
dalam polybag dan mengurangi serangan gulma. Aplikasi cangkang kernel setelah
bibit ditransplanting dari pre-nursery ke main-nursery dengan cara menaburkan
secara tipis pada largebag dengan jarak 3 cm dari batang bibit.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan magang yang telah dilaksanakan di Kebun Pinang Sebatang


Estate (PSE) dapat meningkatkan pengetahuan serta wawasan mengenai teknik
budidaya tanaman kelapa sawit. Kegiatan magang ini juga dapat menambah
pengalaman kerja nyata dan keterampilan kerja mulai dari menjadi karyawan
harian lepas (KHL), pendamping mandor, pendamping asisten divisi dan
pembibitan dalam pengelolaan kelapa sawit baik secara teknis maupun manajerial
khususnya dalam aspek khusus manajemen pembibitan.
Secara umum pengelolaan kebun kelapa sawit di Kebun Pinang Sebatang
Estate telah dilakukan sesuai dengan standar perusahaan dan sudah berjalan
dengan baik, mulai dari persiapan tanam sampai dengan pengiriman bibit.
Pengelolaan pembibitan di Kebun PSE sudah dilakukan dengan baik. Berdasarkan
hasil seleksi atau culling baik di pre-nursery dan main-nursery menunjukkan hasil
yang memenuhi standar perusahaan. Hal tersebut menunjukan bahwa bibit dirawat
dengan baik dan mempunyai kualitas yang baik. Hasil seleksi kecambah diperoleh
42

kecambah afkir 0,4% dan kecambah normal 99,6%; seleksi bibit pada pre-nursery
diperoleh bibit afkir 9,09% dan bibit normal 90,01%; seleksi pada main-nursery
diperoleh bibit afkir 3,28% dan bibit normal 96,72%. Hasil persamaan regresi
pertumbuhan vegetatif bibit pada pre-nursery dapat digunakan untuk memprediksi
pertumbuhan bibit di main-nursery untuk peubah diameter batang dan jumlah
pelepah bibit. Hasil pengukuran volume irigasi pada pre-nursery dan main-
nursery menunjukkan bahwa volume irigasi masih berada di bawah standar
perusahaan, akan tetapi pertumbuhan bibit masih dalam keadaan baik dan
memenuhi standar perusahaan. Perawatan bibit baik dari pengendalian hama,
pengendalian penyakit, dan pemupukan dilaksanakan dengan baik sesuai standar
perusahaan.

Saran

Perusahaan lebih baik menggunakan standar kadar air tanah sebagai


standar penetuan irigasi yang dibutuhkan bibit pada pembibitan. Pengukuran
kadar air tanah dapat menggunakan alat ukur moisture meter. Pengawasan
terhadap karyawan perlu lebih intensif agar karyawan melakukan pekerjaan sesuai
standar perusahaan. Pengawasan terhadap karyawan perlu lebih intensif agar
karyawan melakukan pekerjaan sesuai standar perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

[ARM] Agricultural Reference Manual Minamas. 2004. Standar Operational


Procedure Referensi Manual Agronomi Penanaman Kelapa Sawit.
Minamas Plantation, Jakarta.
Ardian, Dwiyana S.R., dan Sampoernoe. 2015. Waktu dan volume pemberian air
pada bibit kelapa sawit (Elaeis Gueneensis Jacq.) di main-nursery. Jom
Faperta. 2(1):1-10.
[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2016. Pembibitan. http://perbenihan/
berita-314-daya-saing-kelapa-sawit-indonesia-yang-mendunia.html [22
November 2016]
Darmosarkoro W., Akiyat, Sugiyono E.S., dan Sutarta. 2008. Pembibitan Kelapa
Sawit (Bagaimana Memperoleh Bibit yang Jagur). CV Mitra Karya,
Medan.
Fauzi Y., Paeru R.H., Satyawibawa I., dan Widyastuti Y.E. 2012. Kelapa Sawit.
Niaga Swadaya, Jakarta.
Fauzy N., Ikwan M., Supriyanto E., Akiyat, dan Lubis A.U. 1999. Pohon Kelapa
Sawit Abnormal di Lapangan. Pedoman Teknis PPKS. No. 14-1.1-Pub-99,
Medan.
Huzaifi M.S. 2014. Pengelolaan kebun induk dan pembibitan kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau.
Skripsi. Istitut Pertanian Bogor. Bogor.
Ichsan C.N. dan Erida N. 2012. Respon aplikasi dosis kompos dan interval
penyiraman pada pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.). Jurnal Agrista. 16(2):97-98.
43

Lubis A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Sumatera Utara.
Lubis R.E. dan Widanarko A. 2012. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Mattjik A.A. dan Sumertajaya I.M. 2013. Perancangan Percobaan dengan
Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press, Bogor.
[PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Kultur Teknis Kelapa Sawit. PPKS,
Medan.
Pahan I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
ke Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pardamean M. 2012. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Rahayu N.R. 2012. Pengelolaan pembibitan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
di Kebun Bangun Bandar, PT Socfindo Medan, Sumatera Utara. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ramadhaini R.F., Sudradjad, dan Wachjar A. 2014. Optimasi dosis pupuk
majemuk NPK dan kalsium pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di pembibitan utama. J. Agron. Indonesia 42(1):52 – 58.
Salisbury F.B. dan Ross C.W. 1997. Fisiologi tumbuhan. Terjemahan Dian
Rukmana dan Sumaryono. ITB, Bandung.
Sastrosayono S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan.
Kanisius, Yogyakarta.
Soebagyo F.X. 1997. Seleksi pada pembibitan kelapa sawit, hal. 27-31. Dalam
Panin K., Poeloengan Z., Purba P., Hutomo T., Tobing P.L., dan Fadli
M.L. (Eds.). Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit, Pengenalan Bahan
Tanaman Kelapa Sawit. PPKS. Medan.
44

LAMPIRAN
45

Lampiran 1. Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian (KH) di Kebun Pinang Sebatang Estate
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
06/02/2017 Sampai di kebun dan perkenalan dengan staf PSE - - - Kantor besar PSE
07/02/2017 Orientasi Pembibitan - - - Pembibitan
08/02/2017 Penyiangan gulma di PN 4 bedeng 4 bedeng 4 bedeng PN pembibitan
09/02/2017 Sensus bibit umur 6 bulan 1 plot 1 plot - MN pembibitan
10/02/2017 Sensus bibit umur 6 bulan 1 plot 1 plot - MN pembibitan
11/02/2017 Persiapan pengamatan - - - Pembibitan
13/02/2017 Pengendalian gulma secara kimia 4 knapsack 8 knapsack 10 knapsack MN pembibitan
14/02/2017 Take buah, pemberondolan TBS 50 tandan 100 tandan - B006
15/02/2017 Pengisian babybag 133 babybag 350 babybag 350 babybag PN pembibitan
16/02/2017 Pengisian babybag 150 babybag 350 babybag 350 babybag PN pembibitan
17/02/2017 Pemupukan areal TM Melangsir 500 kg - Blok A001
18/02/2017 Penanaman mukuna pada polybag 535 - - PN pembibitan
20/02/2017 Penanaman mukuna pada polybag 750 - - PN pembibitan
21/02/2017 Pengisian babybag 70 - - PN pembibitan
22/02/2017 Penyemprotan gulma pada gawangan 4 knapsack 8 knapsack 10 knapsack Blok A002
24/02/2017 Pengendalian gulma piringan TM 1 2 knapsack 7 knapsack 7 knapsack B006
25/02/2017 Seleksi dan penanaman kecambah 1500 kecambah 4000 kecambah 4000 kecambah PN pembibitan
27/02/2017 Pengendalian gulma piringan TM 1 2 knapsack 10 knapsack 10 knapsack Blok B006
28/02/2017 Pengendalian gulma manual di MN 4 baris 8 baris 10 baris MN pembibitan
01/03/2017 Konsolidasi pelepah 2 Gawangan 4 Gawangan - Blok A002
04/03/2017 Pembuatan bedengan 2 bedeng 5 bedeng 5 bedeng PN pembibitan
06/03/2017 Konsolidasi pelepah 2 teras 5 teras - Blok A002
07/03/2017 Pengendalian gulma kimia piringan TBM - 10 knapsack 10 knapsack Blok A004
08/03/2017 Panen TBS - 1,3 Ton 1,3 Ton Blok ZA05

45
46

46
Lampiran 1. (Lanjutan)
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
09/03/2017 Pemupukan TM - 16 - Blok A004
10/03/2017 Pemuatan TBS ke PKS - 3 trip 3 trip Blok A001
11/03/2017 Pengamatan data primer - - - Pembibitan
14/03/2017 Pengikatan bibit siap kirim 30 bibit 70 bibit - Pembibitan
21/03/2017 Konsolidasi Pelepah 1 teras 4 teras - Blok B003

Lampiran 2. Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor di Kebun Pinang Sebatang Estate
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KH yang Luas Areal yang Lama Kegiatan Lokasi
diawasi (orang) diawasi (ha) (jam)
23/02/2017 Field checking Blok A005
- - -
Blok B004
02/03/2017 Pengendalian hama oryctes 13 76,67 7 Blok B005
03/03/2017 Pengendalian hama oryctes 13 102,75 5 Blok B005
13/03/2017 Pengendalian gulma pada gawangan 3 10 7 Blok A004
15/03/2017 Penumbangan dan cheaping pokok sawit 3 3 7 Blok A012
16/03/2017 Penanaman sawit 1 0,5 7 Blok B013
17/03/2017 Penanaman kacangan 3 3 7 Blok B013
18/03/2017 Transplanting bibit 15 0,25 7 MN pembibitan
20/03/2017 Pengendalian gulma kimia piringan sawit TM Blok A001
6 16,5 7
besar Blok A004
22/03/2017 Field checking - 69,57 7 Blok B003
23/03/2017 Pemupukan ZA sawit TBM 9 27 7 Blok A004
25/03/2017 Pengamatan data primer - - 7 Pembibitan
28/03/2017 Libur Hari Nyepi - - -
47

Lampiran 2. (Lanjutan)
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KH yang Luas Areal yang Lama Kegiatan Lokasi
diawasi (orang) diawasi (ha) (jam)
06/04/2017 Penyemprotan insektisida bibit pada MN 3 1,5 7 MN pemibitan
07/04/2017 Pengendalian gulma kimia bibit pada MN 3 1 5 MN pembibitan
08/04/2017 Pengamatan data primer - - 7 Pembibitan
10/04/2017 Pemupukan babybag sebelum tanam 6 0,25 7 PN pembibitan
11/04/2017 Supervisi - - 7 Pembibitan
12/04/2017 Pemupukan babybag sebelum tanam 6 0,25 7 PN pembibitan
13/04/2017 Pemasangan plang peringatan - - 7 Blok A004
14/04/2017 Libur Wafat Isa Almasih - - - -
15/04/2017 Penyemprotan fungisida bibit pada MN 3 0,5 7 MN pembibitan
16/04/2017 Libur Hari Paskah - - - -
17/04/2017 Pengendalian gulma piringan TM dengan MHS 5 22,5 7 Blook D005
19/04/2017 Mandor pengendalian gulma piringan TM dengan 7 31,5 7 Blook A005
MHS
21/04/2017 Mandor pengendalian gulma manual MN 3 0,25 5 MN pembibitan
25/04/2017 Mandor pengendalian gulma kima pada MN 3 0,25 7 MN pembibitan

47
48

48
Lampiran 3. Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten di Kebun Pinang Sebatang Estate
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Luas areal yang Lama kegiatan Lokasi
diawasi (orang) diawasi (ha) (jam)
7/02/2017 Field checking 3 139 7 Blok B007
Blok A007
24/03/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 5 Kantor besar PSE
25/03/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 7 Kantor besar PSE
27/03/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 7 Kantor besar PSE
28/03/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 7 Kantor besar PSE
29/03/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 7 Kantor besar PSE
30/03/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 7 Kantor besar PSE
31/03/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 5 Kantor besar PSE
01/03/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 7 Kantor besar PSE
03/03/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 7 Kantor besar PSE
04/04/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 7 Kantor besar PSE
5/04/2017 Mempersiapkan sertifikasi ISPO - - 7 Kantor besar PSE
18/04/2017 Field checking dengan SDDS - 69,52 7 Blok B003
26/04/2017 Field checking dengan SDDS - 69,52 7 Blok B003
27/04/2017 Pengawasan pengendalian gulma secara 1 16 7 Blok A004
kimia piringan TBM
28/04/2017 Field checking dengan SDDS - 69,52 5 Blok B003
29/04/2017 Pengamatan data primer - - 7 Pembibitan
01/05/2017 Libur Hari Buruh Internasional - - -
02/05/2017 Pengawasan pengendalian gulma 1 102,75 7 Blok A004
03/05/2017 Pembuatan plang peringatan - - 7 Kantor Divisi II
04/05/2017 Pengawasan ablasi 1 20 7 Blok A004
49

Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Luas areal yang Lama kegiatan Lokasi
diawasi (orang) diawasi (ha) (jam)
05/05/2017 Pengawasan pemupukan CCM 24 1 24 5 Blok A004
06/05/2017 Pengawasan pekerjaan di pembibitan 2 24 7 Pembibitan
08/05/2017 Seleksi bibit umur 3 bulan 2 0,5 7 PN pembibitan
09/05/2017 Belajar administrasi kantor besar - - 7 Kantor Besar
10/05/2017 Pengawasan pekerjaan di pembibitan 2 24 7 Pembibitan
11/05/2017 Libur Hari Waisak - - - -
12/05/2017 Seleksi bibit umur 3 bulan 2 0,5 5 PN pembibitan
13/05/2017 Seleksi bibit umur 3 bulan 2 0,5 7 PN pembibitan
15/05/2017 Belajar administrasi kantor besar - - 7 Kantor Besar PSE
16/05/2017 Pengawasan pekerjaan di pembibitan 2 24 7 Pembibitan
17/05/2017 Pengawasan dongkel anak kayu dan 1 76,09 7 Blok A001
kentosan
18/05/2017 Pengawasan semprot alang-alang dan 1 102,75 7 Blok A004
anak kayu
19/05/2017 Field checking SDDS - 69,52 5 Blok B003
20/05/2017 Pengawasan pekerjaan di pembibitan 2 24 7 Pembibitan
22/05/2017 Pengawasan pengiriman bibit 1 1 7 Pembibitan
23/05/2017 Pengawasan pengendalian gulma 1 20 7 Blok B006
piringan TM 1
24/05/2017 Pengawasan pekerjaan di pembibitan 2 24 7 Pembibitan
25/05/2017 Libur kenaikan Isa Almasih - - - -
26/05/2017 Pengawasan pekerjaan di pembibitan 2 24 5 Pembibitan

49
50

50
Lampiran 3. (Lanjutan)
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah Mandor yang Luas areal yang Lama kegiatan Lokasi
diawasi (orang) diawasi (ha) (jam)
27/05/2017 Pengawasan pekerjaan di pembibitan 2 24 7 Pembibitan
29/05/2017 Melengkapi laporan - - 7 Kantor besar
30/05/2017 Melengkapi laporan - - 7 Kantor besar
31/05/2017 Melengkapi laporan - - 7 Kantor besar
01/06/2017 Libur hari Lahir Pancasila - - - -
02/06/2017 Pengambilan data primer - - 5 Pembibitan
03/06/2017 Persiapan presentasi kebun - - 7 Kantor besar
05/06/2017 Presentasi kebun dan perpisahan - - 7 Kantor besar
06/06/2017 Kembali ke Bogor - - - -
51

Lampiran 4. Peta areal statement Kebun Pinang Sebatang Estate

Pembibitan
PSE
Sumber : Kantor besar Pinang Sebatang Estate (2017)

51
52

52
Lampiran 5. Data curah hujan dan hari hujan kebun Pinang Sebatang Estate tahun 2011-2016
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Bulan
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Januari 16 244 5 116 7 93 8 141 13 111 16 141
Februari 8 153 13 118 14 286 - - 2 18 10 165
Maret 11 128 12 154 12 103 6 68 14 189 7 111
April 13 189 11 176 7 118 14 331 9 172 8 158
Mei 6 87 7 81 5 125 7 197 9 176 10 151
Juni 9 67 5 90 2 5 6 152 8 71 5 74
Juli 6 102 7 126 7 113 5 114 1 3 8 240
Agustus 5 145 11 231 6 135 13 117 1 9 5 41
September 7 216 8 228 14 199 7 118 5 35 12 288
Oktober 19 290 16 211 13 289 16 192 4 74 9 197
November 16 232 19 460 20 407 22 312 17 285 19 319
Desember 16 242 15 181 13 399 14 161 15 278 108 9
Total 132 2.095 129 2.173 120 2.272 118 1.903 98 1.420 217 1.894
Rata-rata 11 175 11 181 10 189 10 159 8 118 18 158
BB 10 10 10 10 6 9
BL 2 2 1 1 2 1
BK 0 0 1 0 4 2
Sumber: Kantor besar kebun Pinang Sebatang Estate (2017)

Keterangan :
Hari hujan (HH); curah hujan (CH); bulan basah (BB) >100 mm; bulan lembab (BL) 60-100 mm; bulan kering (BK) <60 mm.
Q= x100% = x100% =12.74%
Jadi menurut Schmidt dan Ferguson, kebun Pinang Sebatang Estate termasuk beriklim A atau sangat basah
53

Lampiran 6. Data tata guna lahan Kebun Pinang Sebatang Estate


Tahun Divisi (ha)
Kriteria Area Total (ha)
Tanam I II III IV
TM 1994 - 404,58 125,07 529,65
1995 - 94,26 273,81 - 368,07
1996 89,46 62,66 - - 152,11
1997 183,93 255,19 - - 439,12
1998 154,21 - - - 154,21
1999 68,05 60,74 - - 128,79
2001 126,22 - - - 126,22
2011 - - - 30,00 30,00
2013 135,14 67,73 - - 202,87
Sub Total 757,00 540,58 678,39 155,07 2.131,03
TBM- 2013/2014 - - - 315,98 315,98
Replanting
2014/2015 - - - 231,22 231,22
2015/2016 - 179,42 116,70 44,01 340,13
2016/2017 - - 87,80 117,27 205,07
Sub Total - 179,42 204,50 708,48 1.092,40
Total Areal Yang Ditanami 757,00 720,00 882,89 863,55 3.223,43
Pembibitan 1.33 21,63 - - 22,96
Jalan/Jembatan 19,63 17,12 22,56 24,96 84,27
Bangunan 16,85 - - 19,03 35,88
Sub Total 36,48 17,12 22,56 43,99 120,15
Areal - - 13,69 46,00 59,69
Konservasi
Areal Okupasi 179,98 193,00 - - 372,98
Permanen
Total Areal Keseluruhan 974,79 951,75 919,14 953,54 3.799,21
Sumber: Kantor Besar Pinang Sebatang Estate 2017.
54

54
Lampiran 7. Struktur organisasi kebun Pinang Sebatang Estate
Struktur Organisasi PSE
E tat Manag r
Jimmy S Si ombing

P Sr A i t n
Divi i IV
A mad Jalaludin A i t n Divi i I A i t n Divi i A i t n Divi i Ka i
II III
Divisi IV Gu ti Bayu H J on D Purba Pambudi Ad Tawang Purna W
P
Mandor I Mandor I Mandor I Mandor I Kantor B ar
Mdr. Panen Mdr. Panen Mdr. Panen Mdr. Panen
Mdr. Perawatan Mdr. Perawatan Mdr. Perawatan Mdr. Perawatan
Kerani Divisi Pembukuan
Mdr. Replanting Kerani Divisi Kerani Divisi
Kerani Panen Kasir
Kerani Divisi Kerani Panen Kerani Panen
Pembelian
Kerani Panen Admin Tanaman
Mantri Tanaman
Team BMS Checkroll
Opas Kantor
Pembibitan Team BSS Kerani RSPO
Trak i
Kepala Gudang
Chief Mekanik Kerani gudang
Kerani Traksi SD
Mdr. CE
Mdr. Transport
TK
Operator & Driver

Security

Sumber: Kantor Besar Pinang Sebatang Estate (2017)


55

Lampiran 8. Peta areal pembibitan Kebun PSE

Sumber: Kantor Pembibitan PSE (2017)

Sumber: Kantor Pembibitan Kebun PSE (2017)


56

Lampiran 9. Berita acara seleksi dan penanaman kecambah pembibitan PSE

PT Aneka Intipersada
Pinang Sebatang Estate

Kepada Yth, : Manager PSE


Dari : Asisten Bibitan PSE
Tanggal : 01 April 2017
Subject : Laporan Tanam Kecambah PPKS –SM-B

Dengan hormat,

Bersama ini saya melporkan tanam kecambah PPKS yang dikirim hari
Sabtu tanggal 01 April 2017 dan ditanam pada hari Sabtu tanggal: 01 April 2017.
Adapun yang dikirim sejumlah = 28.968 Kecambah
Terdiri dari 1 jenis yaitu PPKS-SM-B = 28.968 Kecambah
Diterima dilapangan sejumlah 28,968 Kecambah, dari jumlah tersebut
ditanam sejumlah 28,889 .kecambah ( 99,73 % )sedangkan yang afkir ( karena
patah ataupertumbuhan yang tidak bagus) sejumlah 99 atau ( 0,27 % ).
Demikian laporan penanama kecambah dari PPKS SM-B ini kami
sampaikan, atas persetujuan Bapak kami ucapkan terima kasih.
Pinang Sebatang, 01 April 2017
Hormat Kami Disetujui Oleh

Gusti Bayu Hariady Jimmy S Sihombing


Asisten Bibitan PSE Est Manager PSE

Sumber: Kantor Pembibitan Kebun PSE (2017)


57

Lampiran 10. Instalasi irigasi pembibitan Kebun PSE

S LAYUOT INSTALASI AIR BIBITAN

PRE
NURSERY

Pipa ” 7 m Pipa ”
Pipa ” 0 4m Pipa ” Kantor
Di Persiapkan Oleh
Pipa ” 50 m Pipa ”
Pipa ¾” 5 m Waduk
Tanki Air
Sprinkl r ¾” 7 B Kamar Mesin
Pambudi Adhe P.
Sow r ¾” 70 B Pos Jaga Asisten Bibitan PSE

Sumber: Kantor Pembibitan Kebun PSE (2017)

57
58

58
Lampiran 11. Laporan hasil seleksi bibit umur 3 bulan di pembibitan Kebun PSE
PT. ANEKA
INTIPERSADA
KEBUN PINANG
SEBATANG

LAPORAN STOCK BIBIT MRC-8 IO : E451NPP018 ( UMUR 4,1 BULAN )


No PLOT Seleksi Bibit
Bibit Bibit Saldo
ditanam Keterangan
Culvularia Busuk
(Pkk) Chimaera Afkir Total Doubleton Akhir
Pucuk
30 April selesai
A 3 7,472 7,472 Transplanting Bibit

B 2 18,192 18,192 Afkir = 3705 (9,09%)

B 3 11,400 11,400
Grand
37,064 -
Total - - - - - 37,064

Diketahui Oleh : Pinang Sebatang, 30 April 2017


Dibuat Oleh

JIMMY S SIHOMBING GUSTI BAYU H


Est.Manager PSE Asisten Nursery PT.AIP-PSE
Sumber: Kantor Pembibitan Kebun PSE (2017)
59

Lampiran 12. Berita acara seleksi bibit umur 6 bulan pembibitan Kebun PSE

PT Aneka Intipersada
Pinang Sebatang Estate

Kepada Yth, : Manager PSE


Cc : Kasie PSE
Dari : Asisten Bibitan PSE
Tanggal : 10 /02/2017
Subject : Berita Acara Culling Bibit DAMI (PNG)

Dengan hormat,
Sehubungan dengan ini kami sampaikan Laporan culling bibit DAMI PNG
( 017 ) Umur 6 bulan yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari2017 di Main
Nursery PT.AIP-PSE.Adapun rinciannya yaitu :
Culling Umur 3 Culling
Jenis Jumlah Afkir Stok
Tanam Bln ( Umur 6
Bibit Awal Kecambah Akhir
Transplanting) Bln
DAMI 49.034 2.856 46.178 4.141 1.380 40,657

% 5,82 8,97 3,28


Dokumentasi Culling Bibit :

Demikian hal ini kami sampaikan, atas persetujuan Bapak kami ucapkan terima
kasih.
Pinang Sebatang, 10 Februari 2017
Hormat Kami Disetujui Oleh

Pambudi Adhe Pranowo Jimmy S Sihombing


Asisten Bibitan PSE Est Manager PSE

Sumber: Kantor Pembibitan Kebun PSE (2017)


60

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sragen pada tanggal 30 Maret 1995 dari ayah


Maryanto dan ibu Sriyatun. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SDN Pengkok 1, Kedawung, Sragen pada
tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP MTA Gemolong dan lulus
pada tahun 2010. Tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sragen, dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan
diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama
mengikuti perkuliahan di IPB, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan
kepanitiaan, antara lain anggota divisi acara kepanitiaan Agrosportmen 2015,
anggota panitia divisi lomba mobil hias festival bunga dan bunga nusantara 2015,
dan anggota divisi logistik dan transportasi (logstran) Tegar (Temu Keluarga
Agronomi dan Hortikultura) tahun 2016. Prestasi penulis selama menjalani
perkuliahan pernah mendapatkan juara I lomba bola voli tingkat departemen.

Anda mungkin juga menyukai