Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

TATALAKSANA PRODUKSI RUMPUT RAJA SEBAGAI PAKAN TERNAK DI


BBPTU-HPT BATURRADEN JAWA TENGAH

OLEH:

SUDIMAN INDRAWAN
B1D016275

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

1
TATALAKSANA PRODUKSI RUMPUT RAJA SEBAGAI PAKAN TERNAK DI
BBPTU-HPT BATURRADEN JAWA TENGAH

OLEH:

SUDIMAN INDRAWAN
B1D 016 275

Laporan Praktik Kerja Lapang


Diserahkan untuk Keperluan Penyelesaian Pendidikan
pada Program Studi Peternakan - Fakultas Peternakan - Universitas Mataram yang
Telah Disetujui pada

MENYETUJUI :

Mataram, November 2019

Program Studi Peternakan Pembimbing,


Ketua/Sekretaris,

Dr. Ir. M. Ashari, M.Si Ir. Mastur, M. Si


NIP: 19611231 198703 1017 NIP: 196112311987031012

2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukkur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rezeki, umur
panjang, memberikan nikmat iman serta kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Lapang yang berjudul “Tatalaksana Produksi Rumput Raja
Sebagai Pakan Tenak di BBPTU-HPT BATURRADEN JAWA TENGAH ” dapat
diselesaikan sebagimana mestinya. Sholawat serta salam Nabi Besar Muhammad SAW
sehingga laporan Praktik Kerja Lapang ini disusun verdasarkan hasil kegiatan yang
dimulai pada tanggal 15 Juli 2019 – 15 Agustus 2018 yang bertempat di Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Jawa
Tengah.
Dengan rasa hormat saya menyucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Maskur. M,Si Dekan Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
2. Bapak. Ir. Mastur, M. Si Dosen Pembibing PKL.
3. Bapak Dr. Ir. M. Ashari. M,Si Ketua Jurusan Ilmu Peternakan.
4. Bapak Drh. Sintong H.M.T Hutasoit, M.Si selaku Kepala Balai Besar Pembibitan
Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden (BBPTU-HPT)
Baturraden.
5. Bapak Warsan Pembimbing Lapangan Hijauan Makanan Ternak
6. Semua staff di BBPTU-HPT Baturraden yang tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu yang telah memberikan kesan selama melakukan PKL.
7. Teman-teman seperjuangan anggota PKL yang telah membantu menguatkam dan
memberikan motivasi selama PKL.
Saya menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan laporan serupa
dikemudian hari.

Hormat saya

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia karena hijauan
mengandung zat-zat yang berguna, seperti untuk pertumbuhan, sumber energi, produksi
dan reproduksi. Hijauan memegang peran penting dalam peningkatan populasi ternak
ruminansia untuk dapat bertahan hidup dan berproduksi. Hal ini disebabkan hampir 90%
pakan ternak ruminansia berasal dari hijauan dengan konsumsi segar perhari 10–15%
dari berat badan, sedangkan sisanya adalah konsentrat dan bahan pakan tambahan
(feed supplement) (Sirait dkk., 2005).
Upaya untuk meningkatkan produksi peternakan secara cepat hanya dapat
dicapai apabila ditunjang dengan penyediaan pakan yang berkualitas. Produksi
ternak yang tinggi perlu didukung oleh ketersediaan pakan hijauan yang cukup dan
kontiniu (Suryana, 2009). Kendala dalam penyediaan pakan hijauan yang berkualitas
adalah tidak tersedianya lahan yang subur untuk penanaman pakan hijauan ternak,
karena penggunaan lahan yang subur biasanya digunakan untuk tanaman bernilai
ekonomis tinggi seperti jagung, cabe, kelapa sawit dan karet, hal ini mengakibatkan
peternak di daerah mengalami kesulitan mencari hijauan makanan ternak.
Salah satu solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan cara
pemanfaatan lahan–lahan marjinal atau kurang produktif dengan pemberian unsur hara
yang diperlukan tamanan dengan cara pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman (Fanindini dkk., 2005). Pada saat ini banyak berkembang suatu sistem
pertanian salah satunya sistem pertanian organik. Sistem pertanian organik ini dapat
memanfaatkan bahan–bahan organik yang ada sehingga dapat menghemat biaya
pengeluaran dalam memproduksi hijauan makanan ternak. Pupuk organik sangat
mudah di temukan dan mempunyai kandungan nutrisi yang sangat baik untuk tanaman.
Pupuk organik juga dapat memperbaiki unsur hara tanah yang sudah rusak oleh pupuk
kimia. Pupuk organik bermacam- macam, ada yang berasal dari kotoran ternak dan ada
juga yang berasal dari mikroba seperti Effective Microorganism 4 (EM4).
Produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat
dilakukan dengan penggunaaan pupuk organik. Penyediaan unsur hara terutama nitrogen
(N), phosphor (P), dan kalium (K) dalam tanah secara optimal bagi tanaman dapat
meningkatkan produksi tanaman dan juga penambahan pupuk kandang yang berasal dari
4
feses ternak juga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Selain upaya penyediaan unsur
hara perlu juga dilakukan pemilihan jenis hijauan unggul yang cocok dan responsif
terhadap pemupukan.
Menanggulangi masalah kekurangan pakan hijauan telah di kenal dan
dikembangkan bermacam macam jenis hijauan, salah satu sumber utama pakan hijauan
adalah berasal dari rumput. Rumput yang sangat potensial dan sering diberikan pada
ternak ruminansia adalah rumput raja (pennisetum purpuphoides). Rumput ini
merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (pennisetum purpereum) dengan
rumput barja (pennisetum typhoides). Rumput raja adalah tanaman tahunan (perenial),
tumbuh tegak membentuk rumpun, perakarannya dalam, bentuknya mirip dengan
tanaman tebu, tingginya 4m dan apabila di biarkan tumbuh tegak dapat mencapai 7 m,
berbatang tebal dan keras, berbulu serta memiliki tutul pada daun. Rumput raja memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat mengalahkan rumput gajah.produksi rumput raja sangat
tinggi dapat mencapai 1,076 ton rumput segar/ha/tahun (Suyitman dkk.,2003).

B. Tujuan dan Kegunaan Praktik Kerja Lapang


Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan sebagai berikut ;
1. Untuk mengetahui proses tatalaksana ladang
2. Dapat mengetahui sistem pemeliharaan rumput raja sebagai pakan ternak
3. Untuk mengetahui proses pengolahan pakan ternak

C. Keguanan kegiatan
Adapun kegunaan praktik lapangan ini adalah dapat memberikan sumbangsi
informasi bagi kalangan masyarakat, terkhusus akademisi ilmu peternakan mengenai
hijauan makanan ternak.

5
B. Tujuan dan Kegunaan Praktik Kerja Lapang
Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan sebagai berikut ;
1. Untuk mengetahui proses tatalaksana ladang
2. Dapat mengetahui sistem pemeliharaan rumput raja sebagai pakan ternak
3. Untuk mengetahui proses pengolahan pakan ternak

D. Keguanan kegiatan
Adapun kegunaan praktik lapangan ini adalah dapat memberikan
informasi bagi peternak tentang pemanfaatan pupuk kandang untuk budidaya
rumput raja serta memberi pedoman pengguan pupuk kandang di tambah EM4
dalam mendukung sistem pertanian organik.

BAB II
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG
2.1.Waktu dan Tempat PKL
Kegiatan Praktik Kerja Lapang dilaksakan pada bulan Juli – Agustus
2019, bertempat di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan
Pakan Ternak Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah.

2.2. Metode Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang


2.2.1.Bentuk Kegiatan Praktik Kerja Lapang
Bentuk kegiatan yang dilakukan yaitu magang yang
dilaksanakan dengan mengikuti serangkaian aktivitas yang diarahkan
oleh fasilitator yang ada di kandang, Laboratorium maupun Klinik
(kesehatan hewan). Adapun metode yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara dan Diskusi
Metode ini dilakukan dengan mewawancarai secara
langsung fasilitator yang membimbing pada saat bekerja, yaitu
melakukan tanya-jawab dengan fasilitator pada waktu jam
istirahat atau pada saat-saat waktu senggang dimana fasilitator
tidak memiliki kesibukan sehingga mereka tidak merasa diganggu
ataupun terganggu ini bertujuan untuk melengkapi data-data
penting atau hal-hal yang masih membingungkan dan tidak
dimengerti.
2. Observasi
Metode ini dilakukan dengan mengamati secara langsung
dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan judul PKL ataupun
tidak, baik itu yang dilakukan di kandang, klinik dan laboratorium
Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan
Ternak Baturraden.
3. Bekerja sacara langsung ditempat praktik kerja lapang
Selain metode diatas metode ini yang paling penting yang
harus dilakukan, yaitu bekerja secara langsung membantu para
pegawai atau fasilitator pada beberapa kegiatan yang boleh
dilakukan oleh mahasiswa magang ataupun orang lain sehingga
dapat menambah pengalaman dilapangan.
2.1.1. Macam-macam Kegiatan Praktik Kerja Lapang
1. Kegiatan utama
“Tatalaksana Produksi Rumput Raja sebagai Pakan Ternak di
Balai Besar Ternak Unggul dan Hijauan Pakan ternak.”
2. Kegiatan pendukung
Adapun kegiatan-kegiatan pendukung meliputi :
a. Identifikasi ternak
b. Pemeliharaan induk laktasi
c. Pemberikan pakan ternak
d. Manajemen pemerahan
e. Manajemen distribusi susu

2.3. Gambaran Umum Lokasi PKL


2.3.1. Sejaran BBPTU-HPT Baturraden

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan


Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat
pembibitan sapi perah di bawah Direktorat Jenderal Peternakan yang
bergerak dibidang pemuliaan, pemeliharaan, produksi dan
pemasaran bibit sapi perah unggul dan juga hijauan pakan ternak.
Balai ini telah beberapa kali mengalami perubahan nama, pada awal
didirikan tahun 1953 semula bernama “Induk Taman Ternak
Baturraden”, kemudian pada tahun 2003 berganti nama menjadi
Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU-SP)
Baturraden, dan terakhir pada tahun 2013 sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 55/Permentan/OT.140/05/2013
tanggal 24 Mei 2013, namanya ditetapkan menjadi “Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul – Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT)
Baturraden”.
2.3.2. Letak Geografis

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan


Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden berlokasi di lereng Gunung
Slamet, 14 km sebelah utara Kota Purwokerto, Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah (Gambar 1). BBPTU-HPT Baturraden
berada pada ketinggian 650-700 m di atas permukaan laut dengan
suhu pada daerah balai sekitar 18-220C. Menurut pendapat Smith dan
Mangkuwidjojo (1988) bahwa suhu nyaman bagi kambing berkisar
antara 18-300C. Kelembaban BBPTU-HPT Baturraden sekitar 70-
80% dan curah hujan per tahunnya 3000-3500 mm serta jenis tanah
berupa Andosol coklat kekuningan, asosiasi latosol dan regosol
coklat. Hal ini menunjukkan lingkungan sekitar BBPTU-HPT
Baturraden merupakan lingkungan yang baik untuk pemeliharaan
kambing perah..
Secara keseluruhan, BBPTU-HPT Baturraden memiliki lahan
seluas ±241,06 ha yang terdiri dari 4 area yaitu area farm Tegalsari
(±34,18 ha), farm Limpakuwus (±96,79 ha), farm Manggala (100
ha), dan Munggangsari. Area farm Limpakuwus memiliki lahan
hijauan pakan termak seluas 66 ha.

Gambar 1. Lokasi dan Tata letak Bangunan Farm Limpakuwus (Sumber:


Profil BBPTUHPT Tahun 2019)
Farm ini merupakan area farm untuk pemeliharaan sapi perah,
kambing perah PE dan Saanen. Kambing Saanen di BBPTU-HPT
Baturraden merupakan kambingimpor yang berasal dari Australia.
Kambing perah Saanen di impor pada tahun 2015 dengan jumlah kambing
200 ekor. Balai ini melakukan impor kambing perah dengan tujuan untuk
menghasilkan bibit kambing perah unggul, sesuai dengan visi dari
BBPTU-HPT Baturraden yaitu menghasilkan bibit ternak yang berkualitas,
berdaya saing, dan berkelanjutan.
2.3.3. Struktur Organisasi BBPTU-HPT Baturraden

Gambar 2. Struktur Organisasi BBPTU-HPT Baturraden

2.3.4. Tugas Pokok dan Fungsi BBPTU-HPT Baturraden


Adapun tugas pokok dan fungsi BBPTU-HPT Baturraden
berdasarkan Permentan No.55/Permentan/OT.140/5/2013
adalah sebagai berikut :
A. Tugas Pokok
1. Pemeliharaan
2. Produksi
3. Pengembangan
4. Penyebaran
5. Pemasaran
B. Fungsi
1. Penyusunan Program, rencana kerja dan anggaran,
pelaksanaan kerjasama serta penyiapan evaluasi dan
pelaporan,
2. Pelaksanaan pemeliharaan, produksi dan pemuliaan
bibit sapi perah dan kambing perah unggul,
3. Pelaksanaan uji performance dan uji zuriat sapi perah
dan kambing perah unggul,
4. Pelaksanaan recording pembibitan sapi perah dan
kambing perah unggul,
5. Pelaksanaan pelestarian plasma nutfah,
6. Pelaksanaan pengembangan bibit sapi perah dan
kambing perah unggul,
7. Pemberian bimbingan teknispemeliharaan, produksi dan
pemuliaan bibit sapi perah dan kambing perah unggul,
8. Pelaksanaan pengawasan mutu pakan ternak,
9. Pengelolaan pakan ternak dan hijauan pakan ternak,
10. Pelaksanaan penyebaran, distribusi, pemaaran dan
informasi hasil produksi bibit unggul sapi perah dan
kambing perah bersertifikat serta hasil ikutannya dan
hijauan pakan ternak,
11. Pelaksanaan evaluasi kegiatan pembibitan ternak unggul
dan hijauan pakan ternak,
12. Pengelolaan prasarana dan sarana teknis,
13. Pengelola urusan tata usaha dan rumah tangga BBPTU-
HPT Baturraden.
2.3.5. Visi dan Misi
A. Visi
“Mewujudkan institusi yang professional dalam
menghasilkan bibit sapi perah, kambing perah dan hijauan
pakan ternak yang berkualitas, berdaya saing dan
berkelanjutan”
B. Misi
1. Mengembangkan pembibitan sapi perah, kambing
perah dan HPT dengan melaksanakan kebijakan di
bidang pemuliaan, pemeliharaan, produksi, dan
pemasaran bibit unggul sapi perah, kambing perah dan
hijauan pakan ternak dan hasil ikutannya.
2. Mengembangkan sumber daya manusia aparatur pelaku
usaha sapi perah, kambing perah dan HPT, sarana
prasarana, pembinan, evaluasi, system informasi
manajemen (SIM), dan pelayanan prima.

2.3.6.Populasi Sapi Perah Dan Kambing Perah di BBPTU-HPT


Baturraden

Gambar 3. Populasi Ternak di BBPTU-HPT Baturraden

BAB III
HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG

3.1 Tatalaksana Produksi Rumput Raja Sebagai Pakan Ternak


Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan di BBPTU HPT Baturraden
adalah sebagai berikut :
A. Farm tegalsari
1. Oriontasi
Mahasiswa yang akan melaksanakan PKL di BBPTU-
pemasaran dan informasi yaitu Ir.Tohir ,M.Si.. Mahasiswa
;diberikan pembelajaran terlebih dahulu mengenai situasi kandang,
jumlah ternak yang ada dan kegiatan yang dilakukan di BBPTU-
HPT Baturraden serta tata krama dan sopan santun yang harus di
jaga antara mahasiswa dan pengawai yang ada

Gambar 1. penerimaan mahasiswa Gambar 2.pengenalan lingkungan


PKL farm tegalsari

i. Penanaman
Kegiatan penanaman rumput gajah dilakukan pada musim
penghujan, agar pada waktu musim kemarau akar tanaman sudah kuat.
Hujan memiliki pertumbuhan yang besar terhadap pertumbuhan
rumput gajah. Bila hujan terus-menerus maka pertumbuhan rumput
akan terus berlanjut, sedangkan jika kekurangan pertumbuhan udara
akan terhambat. Jika pengairan cukup dapaat dilakukan sepanjang
tahun.
ii. Pemeliharaan
Pemeliharaan rumput yang baik dan teratur dapat dilakukan
setalah proses penanaman sehinga dapat memperoleh hasil yang baik.
Adapun urutan teknik yang dilakukan terhadap rumput yang di tanam
di BBPTU HTP Baturraden adalah sebagai berikut :
1. Perawatan atau penyiangan
Perawatan rumput dapat dilakukan dengan
pengairan 3-4 kali pertahun atau penyiangan dilakukan
setiap kali pemangkasan tergantung dari kondisi daerah
masing-masing.
2. Penyulaman atau peremajaan
Bertujuan untuk melihat kondisi rumput yang
ditanan sehingga dapat memperbaiki produksi rumput.
Penyulaman dilakukan pada rumput yang mati atau tidak
tumbuh dan diganti dengan bibit yang lain agar
pertumbuhan tanaman bisa merata didalam mempertahan
produksi dan pertumbuhannya.
3. Penyiraman atau pengairan
Dilakukan ketika keluar tunas dan lama pengairan
dilakukan selama 1- 10 hari setalah dilkukan penanaman.
Hal ini dilkukan pada musim hujan, akan tetapi jika
penanaman dilakukan pada musim kemarau pengairaan
dilakukan setiap hari. Dengan tujuan agar tanaman secara
cepat memperbaiki pertumbuhan

3.1.5 Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk memberikan zat-zat
makanan pada tanaman, dapat mempertahankan kesuburan
tanah dan memperbaiki struktur tanah. Pemupukan biasanya
dilakukan 2 hari setelah penanaman,sedangkan untuk tanaman
yang sudah dilakukan pemotongan harus dilakukan
pemupukan 15 hari setalah pemotongan, dipupuk dengan
pupuk kandang (feses sapi), kemudian pupun anorganik
diberikan pada saat rumput berumur 35 hari,biasanya pupuk
anorganik yang biasa digunakan adalah pupuk urea dengan
dosis 250 kg/ha atau 8 kg/ petak.

Gambar. 5 pemupukan

3.1.6 Defoliasi / pemangkasan


Pemotongan dilakukan pada umur 55 hari dengan
kandungan protein kurang lebih 12%, pemangkasan dilakukan
5 – 10 cm dari atas tanah atau satu ruas batang, hal ini
dilakukan supaya akar tidak tumbuh dari samping dan tunas
tidak tumbuh bercabang diruas atasnya. Pada kebun rumput
dibuat petak yaitu 25 petak per 1 ha dengan ukuran petak 20 m
x 20 m. Sistem ini bertujuan pada setiap harinya dapat
memangkas rumput dan dapat memenuhi kebutuhan ternak
per harinya yaitu dapat memangkas rumput siap pangkas
sekitar 6 –7 petak.untuk produksi rumput di farm tegal sari
perharinya adalah 15 ton, farm limpakuwus produksi
perharinya 21 ton dan farm di manggala produksi rumput
perharinya 10 ton, biasanya pada musim kemarau ahan rumput
yang ada di BBPTU HPT baturraden tidak dapat mencungkupi
kebutuhan hijauan pakan ternak, sehingga sering mengambil
dari lahan lain. Hijauan pada musim hujan produksi rumput
melimpah dan di jadikan silase atau hay untuk kebutuhan
musim kemarau yang akan datang, selain itu rumput gajah juga
dapat di jual atau di berikan ke peternak binaan yang
membutuhkan. Rumput yang baru saja di potong tidak
langsung di berikan ke ternak akan tetapi dilayukan terlebih
dahulu. Pelayuan rumput di lakukan dengan tujuan supaya
kadar air berkurang, dan memutus siklus cacing( mati terkena
mesin cooper dan panas).

Gambar.6. pemangkasan

3.1.7 Pembersihan Kandang


Sanitasi kandang sangat penting dilakukan untuk
mencegah penyakit dan kontrol parasit pada sapi. Kegiatan
pembersihan kandang meliputi pembersihan sekat- sekat
kandang,lantai kandang,tempat pakan,tempat minum,alley atau
tempat berjalan pekerja. Peralatan yang digunakan pada
pembersihan kandang yaitu sapu lidih, selang air dan sekop.
Kegiatan pembersihan kandang dilakukan 2 kali dalam sehari
pada pagi hari pukul 07.00 - 09.00 WIB dan siang hari
dilakukan pada pukul 14.00 -15.00 WIB,
Gambar.7. pembersihan kandang

3.1.8 Pemberian Pakan


Pakan sapi perah menjadi faktor utama yang dapat
mempengaruhi produksi dan kualitas susu, serta bisa
mempengaruhi kesehatan sapi baik kesehatan tubuhnya maupun
kesehatan reproduksinya. Pemberian pakan harus sesuai dengan
berat badan sapi, kadar lemak susu dan produksi susunya
terutama bagi sapi sapi yang telah berproduksi. Waktu
pemberian pakan di lakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00
pagi dan sore sekitar 15.00 sore.cara pemberian pakan
konsentrat dalam bentuk kering tidak dikombor, hal ini di
lakukan supaya konsentrat tidak mudah berserakan. Pemberian
pakan hijauan dengan cara di cacah mengunakan mesin cooper,
supaya memudahkan sapi untuk mencerna.pemberian pakan
hijauan dan konsentrat di beri sesuai kebutuhan sapi. Konsentrat
yang di berikan sebanyak 3 % dari bobot badan sapi ,
sedangkan hijauan yang di berikan sebanyak 10% dari bobot
badan sapi.pakan di berikan 2 kalitidak langsung sekaligus.
Gambar.8. pemberian pakan

3.1.9 Pemerahan
Proses pemerahan merupakan aspek penting dalam
peternkan sapi perah. Produk utama yang dihasilkan dari ssapi
perah adalah susu dan jika tidak tangani dengan baik kualitas susu
yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang telah di
tetapkan. Susu sebagai bahan yaang kaya dengan kandungan
nutrisi menyebabkan mikroba mudah berkembangbiak pada susu,
demikian juga berbagai pencemaran lainnya berupa material fisik
dari lingkungan sekitar daan juga susu sangat mudah menyerap
baau yang ada. Dibutuhkan penanganan khusus sebelum, ketika,
dan setelah pemerahan ternak. Susu yang dihasilkn harus segara
di tangani dengan baik dan benar. Tujuan utamanya adalah untuk
menghindari kerusakan psda produk susu yang telah di perah.
Pemerahan dilakukan secara moderen menggunakan alat bucket
system atau sistem ember.
Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang
mengunakan mesin sebagai penganti tangan yang dapat dipindah
ke tempat satu ke tempat yang lain. Pemerahan dengan system
ember diharapkan dapat mennekan kandungan bakteri dibanding
meenggunakan pemerahan tangan. Pemerahan dilakukan 2 kali
sehari yaitu pagi hari ( pukul 07.00 WIB) dan sore hari (pukul
16.00WIB).
Gambar. 9 pemerahan
BAB IV

PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN

4.1 Permasalahan selema PKL


Setelah dilakukan kegiatan PKL terdapat beberapa masalah yang
dihadapi mengenai tatalaksana produksi rumput gajah sebagai pakan ternak di
Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT)
Baturraden yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Ketersediaan lahan penanaman leguminosa di koleksi masih kurang
2. Banyaknya gulma yang tumbuh
3. Pada saat pelaksanaan kegiatan PKL pupuk NPK tidak tersedia

4.2 Pemecahan Masalah


Berdasarkan permasalahan atau kendala kendala yang diperoleh
selama Praktik Kerja Lapangan di BBPTU-HPT Baturaden maka pemecahan
masalah tersebut adalah sebagai berikut ;
1. Ketersedian Lahan Penanaman Rumput Koleksi Masih Kurang
Hal ini menyebabkan rumput koleksi di BBPTU-HPT Baturraden
akan menurum kualitas pertumbuhanya dan perkembangannya karena
rumput rumput unggul sedikit di lakukan pemindahan ke lahan yang
lebih besar. Hal tersebut dapat di selesaikan dengan cara pengawai
sebaiknya menanam semua bibit rumput yang ada di lahan koleksi ke
lahan penggembalaan sehingga kecukupan rumput koleksi akan lebih
luas dan sekaligus dapat di jadikan sebagai pakan ternak selain rumput
Raja (pennisetum purpureophoides) dan rumput Gajah (pennisetum
purpureum) yang sudah di jadikan sebagai pakan ternak.

2. Banyaknya Gulma Yang Tumbuh


Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan rumput
menjadi terhambat dan produksi berkurang. Permasalahan terrsebut dapat
diatasi ;
a. Awal penanman rumput lahan harus di gemburkan dengan
baik sehingga bibit-bibit gulma bisa hilang
b. Penyemprotan lahan dengan pestisida gulma untuk
menghambat pertumbuhan gulma
c. Penanaman rumput harus diberikan jarak sehingga
mempermudah dalam penyianagan setelah rumput tumbuh
d. Pemberantas hama / gulma jika masih ada yang tumbuh
bersamaan dengan rumput
e. Penyiraman rumput secara teratur karena pada cuaaca yang
panas sehingga tanaman banyak membutuhkan air dalam
pertumbuhan
f. Pemeliharaan dilakukan dengan baik dan teratur

3. Tidak Tersedia Pupuk NPK


Hal ini menyebabkan unsur hara tanah sedikit dikarenakan tidak
ada pencampuran tanah setelah dilakukan pengemburan dengan pupuk
NPK dimana kandungan Nitrogen, posfor dan Kalium sedikit tersedia
sehingga pertumbuhan tanaman khususnya rumput akan sulit tumbuh
dengan baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan PKL


Adapun kesimpulan yang dapat di ambil selama Praktik Kerja Lapangan
adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan kegiatan PKL tatalaksana produksi rumput gajah sebagai
pakan ternak sudah dapat yang baik di karenakan kondisi rumput sangat
baik walaupun dalam musim kemarau.
2. Kegiatan tatalaksana produksi rumput gajah sebagai pakan ternak di awali
dari pengolahan lahan, penyiapan bibit, penanaman rumput dan
pemeliharaan diantaranya penyiagan , penyulaman, penyiraman,
pemupukan dan pemotongan.
3. Produksi rumput gajah perharinya bisa mencampai 6 ton dan luas lahan
per are/harinya 400 m2, hasil pangkas 6 ton di dapat dari 3 gawang, dalam
ukuran dalam 1 gawang 50 x 50

5.2 Saran
Adapun saran dalam Praktik Kerja Lapangan ini yaitu sebaiknya
dalam pengolahaan lahan tepatnya pada saat pengemburan tanah di
campur dengan pupuk kandang sebagai pengganti guna untuk menetralisir
bahan bahan organik tanah pada lahan yang akan di tanam rumput unggul.
DAFTAR PUSTAKA

Adiati, U. Soepeno, E. Handiwirawan, A. Gunawan dan D. Anggraeni. 1995.


Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Terhadap Produksi Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum ) di Kecematan Puspo Kabupaten Pasuruan.
Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, 7 – 8 November di
Bogor, Jilid 2 : 583 – 586.

Finandi , A., S. Yuhaini dan A. Wahyu. 2005. Pertumbuhan dan Produktivitas


Tanaman Sorgum (Shorghum biicolor L) Moench dan Sorgum sudanense
( Piper Stafp) yang mendapatkan kombinasi pupuk N,P,K dan Ca.
Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, 12 – 13
September di Bogor, Buku 2 : 872 – 885.

Lugiyo dan Sumarto. 2000. Teknik Budidaya Rumput Gajah cv Hawaii


(Pennisetum purpureum) Proseding Temu Teknis Fungsional Non
Peneliti. Diterbitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian : 120 – 125.

Prasetyo, A. 2003. Model Usaha Rumput Gajah Sebagai Pakan Sapi Perah Di
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Lokakarya Nasional
Tanaman Pakan Ternak. Semarang.

Sajimin, I. P. Kompiang, Supriyati dan N. P. Suratmini. 2001. Penggunaan


Biofertilizer untuk Peningkatan Produktivitas Hijauan Pakan Rumput
Gajah (Pennisetum purpureum cv Afrika) pada Lahan Marjinal di Subang
Jawa Barat. Media Peternakan, 24 (2) : 46 – 50.

Sari, N. K. 2009. Produksi Bioethnol Dari Rumput Gajah Secara Kimia. Jurnal
Teknik Kimia, 4 (1) :265 – 273.

Sirait, J., N. D. Purwantari dan K. Simanihuruk. 2005. Produksi dan Serapan


Nitrogen pada Naungan dan Pemupukan yang Berbeda. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner, 10 (3) : 175 – 181.

Anda mungkin juga menyukai