Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEMELIHARAAN AYAM PETELUR DI CV. LANANG ISTRI MESARI

BR. BUUNGAN

NAMA: I GEDE AGUS GERI PEDROANA

NPM: 1853121035

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS WARMADEWA

2021

LEMBAR PENGESAHAN

PEMELIHARAAN AYAM PETELUR DI CV. LANANG ISTRI MESARI


BR. BUUNGAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini Telah Disetujui dan Disahkan

Oleh:

Menyetujui

Pembimbing Satu Pembimbing Dua

Dr.Ir. Ni Made Ayu Gemuh Rasa Astiti, MP I Putu Ardana Putra

NIP. 196412191994032001

Mengesahkan

Universitas Warmadewa Universitas Warmadewa

Fakultas Pertanian Fakultas Pertanian

Dekan, Program Studi Peternakan

I Nyoman Sadguna, M. Agb. Ketua

NIP. 230 50 084 Ir. Luh Suariani, M.Si.

NIP. 196806051993032002
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan jumlah penduduk yang selalu meningkat dari tahun ke tahun terus
diimbangi dengan kesadaran akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini
berimplikasi pada pola konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat. Disamping tujuan
utama penggunaan makanan sebagai pemberi zak gizi bagi tubuh yang berguna untuk
mempertahankan hidup, manusia juga menggunakannya untuk nilai-nilai sosial, karena
penggunaan makanan telah melembaga sebagai alat untuk berhubungan dengan orang lain.
Oleh karena itu makanan dalam lingkungan masyarakat menyangkut gizi dan aspek sosial.
Secara ekonomi, pengembangan pengusahaan ternak ayam petelur di Indonesia memiliki
prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah. Hal tersebut dapat
berlangsung bila kondisi perekonomian berjalan normal. Lain halnya bila secara makro terjadi
perubahan-perubahan secara ekonomi yang membuat berubahnya pasar yang pada gilirannya
akan mempengaruhi permodalan, produksi dan pemasaran hasil ternak.
Dalam skala lokal, konsumsi protein hewani dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan, setelah pada tahun 1998 mengalami penurunan yang tajam akibat dari krisis
moneter. Besarnya peluang pasar ayam petelur ini merupakan kesempatan yang sangat
potensial untuk mengembangkan peternakan ayam petelur. Bagi seorang peternak kesalahan
pemeliharaan ayam akan menghasilkan pertumbuhan ayam yang buruk sehingga
mengakibatkan hasil produksi menurun.
Ayam petelur dijadikan pilihan dalam beternak karena dirasa ayam tersebut mampu
untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup dengan waktu yang cepat. Telur pertama
dihasilkan pada saat berumur 6 bulan dan akan terus menghasilkan telur sampai umurnya
mencapai 2 tahun. Dengan total produksi telurnya antara 250 sampai 280 butir per tahun.
Teknik manajemen pemeliharaan ayam ras petelur yang sesuai sangat diperlukan untuk
mencapai hasil produksi yang optimal.
Dalam beternak dan mendapatkan hasil yang sesuai, kita perlu memperhatikan
manajemen dalam pemeliharaan yaitu mulai dari pakan, kandang, penyakit serta
pengobatannya, sifat genetikanya, asal usulnya ternak, vaksinasi dan sebagainya.
Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan sangat penting untuk
diperhatian. Kunci utama untuk mencapai produksi yang optimal yaitu manajemen yang baik,
yaitu persiapan awal, terutama pada fase persiapan kandang, fase starter, grower dan layer
serta didukung dengan manajemen sistem recording baik. Dengan adanya penulisan ini, di
harapkan kepada mahasiswa ataupun peternak ayam petelur yang baru memulai usaha
mendapatkan masukan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi secara optimal.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Adapun tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapangan, yaitu :
1. Agar mahasiswa bisa terjun langsung kemasyarakat untuk mengaplikasikan ilmu yang
didapat dibangku perkuliahan.
2.  Untuk mengetahui permasalahan peternakan di lapangan khususnya tentang manajemen
pemeliharaan ayam ras petelur.
3. Mahasiswa dapat mengembangkan usaha ayam petelur di daerah masing-masing.

1.3 Manfaat praktek kerja lapangan


Adanya PKL ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat, yaitu:

1. Bagi mahasiswa:
Dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa tentang situasi dalam dunia kerja
2. Bagi Program Studi:
a) Dapat menjadi tolak ukur pencapaian kinerja program studi khususnya untuk
mengevaluasi hasil pembelajaran oleh instansi tempat PKL.
b) Dapat menjalin kerjasama dengan instansi tempat PKL.
3. Bagi instansi tempat PKL:
Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebijakan perusahaan di
masa yang akan datang berdasarkan hasil pengkajian dan analisis yang dilakukan
mahasiswa selama PKL.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Petelur

Ayam petelur adalah ayam yang diternakkan khusus untuk menghasilkan telur
konsumsi. Jenis ayam petelur dibagi menjadi tipe ayam petelur ringan dan medium. Tipe
ayam petelur ringan mempunyai badan yang ramping dan kecil, bulu berwarna putih bersih,
dan berjengger merah, berasal dari galur murni white leghorn, dan mampu bertelur lebih dari
260 telur per tahun produksihen house. Ayam petelur ringan sensitif terhadap cuaca panas dan
keributan, responnya yaitu produksi akan menurun. Tipe ayam petelur medium memiliki
bobot tubuh yang cukup berat, tidak terlalu gemuk, kerabang telur berwarna coklat dan
bersifat dwiguna. Ayam yang dipelihara sebagai penghasil telur konsumsi umumnya tidak
memakai pejantan dalam kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi.

Produksi ayam dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain bangsa dan strain ayam
yang digunakan, kondisi lingkungan di kandang, dan manajemen pakan. Strain adalah
kelompok unggas dalam satu bangsa yang diseleksi menurut kriteria yang spesifik, yaitu umur
saat dewasa kelamin, daya hidup, produksi telur, kualitas telur, atau kombinasi dari faktor-
faktor tersebut. Pemeliharaan ayam petelur membutuhkan penanganan khusus dan sangat
penting untuk diperhatian. Karena dengan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan
pertumbuhan ayam yang baik, kondisi ayam yang sehat, tingkat mortalitas yang rendah dan
pada akhirnya akan menghasilkan ayam petelur dengan produksi telur yang tinggi.

Usaha ternak ayam seperti halnya usaha-usaha ternak lainnya, yakni dengan tujuan
untuk mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya produksi yang serendah-
rendahnya. Oleh karena itu agar usaha peternakan itu bisa berkembang serta menguntungkan
perlu diatur segi manajemen pemeliharaan yang bisa di pertanggungjawabkan secara baik dan
ekonomis
2.2 Fase Starter

Fase starter merupakan fase pemeliharaan ayam dari umur 1 hari (DOC) sampai umur
6-8 minggu (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Pemeliharaan fase starter perlu
memperhatikan persiapan pemeliharaan, pemilihan anak ayam, perkandangan meliputi
kandang, brooder, suhu dan kelembaban, kepadatan kandang, dan litter. Pencegahan penyakit
perlu diperhatikan agar mendapatkan pertumbuhan ayam yang baik dengan tingkat kematian
yang rendah. Pilihlah anak ayam yang tidak cacat, mata yang jernih, paruh yang tidak
bengkok, dan berbulu bersih (Jahya, 2004). Fase strarter merupakan fase penting untuk
keberlanjutan pada fase-fase berikutnya, sebab penanganan yang salah pada fase ini akan
berdampak pada fase grower dan layer.

2.3 Fase Grower

Fase grower dimulai saat ayam berumur 6-14 minggu dan 14-20 minggu
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemeliharaan ayam fase grower, meliputi perkandangan, pakan, pemotongan paruh, dan
pencegahan penyakit. Sifat pertumbuhan ayam fase grower cenderung meningkat lalu
menurun. Ayam fase grower harus dijaga pemberian pakannya, sebab pemberian pakan yang
tidak dibatasi akan menyebabkan ayam terlalu gemuk yang berdampak pada penurunan
produksi telur. Kontrol berat badan dapat dilakukan pada fase grower, bertujuan agar
mengetahui apakah bobot badan sesuai dengan standar atau 5 tidak. Pengamatan pada ayam
juga perlu dilakukan agar mengetahui ayam dalam kondisi sehat atau sakit (Jahya, 2004).

2.4 Fase Finisher

Fase finisher lebih dikenal dengan fase layer, yaitu fase ayam sudah mulai
berproduksi. Ayam dikatakan sudah masuk fase produksi apabila dalam kandang yang berisi
ayam dengan umur yang sama tersebut produksinya telah mencapai 5% (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2010). Tanda ayam petelur sedang berproduksi dapat dilihat dari jengger yang
relatif membesar dan berwarna merah, mata yang bersinar, kloaka membesar, dan jarak ujung
tulang pubis selebar 2-3 jari tangan atau lebih. Salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam pemeliharaan fase finisher adalah program pencahayaan, sebab dapat mempengaruhi
produksi telur. Kandang untuk ayam dalam fase produksi biasanya berupa kandang baterai,
sebab kandang baterai memiliki banyak kelebihan. Kelebihan menggunakan kandang baterai
yaitu memudahkan dalam hal pengawasan dan pencegahan penyakit, memudahkan proses
seleksi dan culling ayam yang tidak produktif, serta kotoran yang dihasilkan langsung
terkumpul dibawah kandang (Suprijatna dkk., 2008).

2.5 Kandang

Kandang merupakan tempat tinggal untuk ayam yang harus memberikan rasa aman
dan nyaman. Peternakan ayam juga harus memiliki lahan untuk gudang pakan, gudang
perlengkapan, gudang produksi untuk memudahkan dalam manajemen. Tipe 6 kandang ayam
petelur yang biasa digunakan berupa lantai langsung, lantai kawat, dan baterai (Blakely dan
Bade, 1998). Kandang baterai memiliki keuntungan diantaranya adalah memudahkan
pengamatan produksi, pengontrolan pakan, dan pengontrolan penyakit. Jarak antar kandang
sebaiknya 6-8 meter untuk memudahkan sirkulasi udara dan mencegah penularan penyakit
antar kandang (Suprijatna dkk., 2008). Peralatan kandang meliputi tempat pakan, tempat
minum, termometer, dan alat kebersihan. Tempat pakan yang digunakan di peternakan ayam
biasanya terbuat dari bahan plastik, bambu, paralon, maupun metal (Kartadisastra, 1994).
Pekerja kandang merupakan seseorang atau lebih yang bertanggung jawab untuk menjalankan
manajemen pemeliharaan ayam (Setyono dkk., 2013).

2.6 Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas ayam
petelur. Pakan merupakan campuran dari beberapa bahan pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi
yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya.
Bahan pakan yang digunakan untuk pembuatan pakan terdiri atas bahan pakan sumber energi,
sumber protein, sumber lemak, sumber mineral, dan bahan pakan alternatif (Suci dan
Hermana, 2012). Ransum untuk ayam petelur disusun sesuai dengan kebutuhan ayam.
Pemberian pakan sebaiknya dilakukan 2 kali sehari agar lebih efisien (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2010). Penyimpanan pakan perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan yang
dapat disebabkan karena kerusakan fisik, kimiawi, dan biologis. Pakan perlu dikemas untuk
memudahkan didtribusi pakan. Palet merupakan alas yang terbuat dari kayu agar pakan tidak
langsung menempel pada lantai (Suci dan Hermana, 2012). Untuk menekan biaya
pengeluaran yang tidak sedikit, maka peternak memerlukan inovasi baru membuat pakan
yang dapat mengurangi biaya pengeluaran, namun tetap memperhatikan jenis bahan pakan
yang berkualitas dan mengandung unsur protein, mineral, karbohidrat, lemak dan juga
vitamin.
2.7 Alat Pemanas (brooder)

Pemanas atau brooder berfungsi untuk menjaga suhu kandang tetap stabil dan bisa
memberikan kenyamanan pada ayam sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi produksi dan
perkembangan ayam DOC. Dalam pengaturan brooding, ventilasi udara perlu diperhatikan
untuk menjamin pertukaran udara yang baik, kecukupan tempat pakan dan minum untuk
menjamin pencapaian feed intake, jumlah pemanas untuk mencapai kecukupan suhu,
pencahayaan, dan kualitas air (terbebas dari kuman penyakit). Suhu yang terlalu dingin akan
menyebabkan anak ayam bergerombol mendekati brooder dan malas beraktivitas, termasuk
makan dan minum. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan ayam terhambat. Selain itu, secara
fisiologis suhu dingin dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah pada paru-paru dan
memicu terjadinya hydrops ascites (perut kembung). Selain itu, suhu dingin bisa
mengakibatkan penyerapan kuning telur tidak sempurna dan berkembang menjadi penyakit
omphalatis dan colibacillosis.

Sebaliknya, suhu yang terlalu panas akan menyebabkan anak ayam menjauhi brooder
dan mencari tempat yang lebih dingin dengan aliran udara yang lebih banyak. Ayam juga
akan mengalami panting (terengah-engah) sehingga meningkatkan konsumsi minum dan
mengurangi konsumsi pakan. Hal yang demikian akan mengakibatkan pertumbuhannya
terhambat. Sementara itu, konsumsi minum yang meningkat akan menyebabkan litter cepat
lembab karena basah. Keadaan litter yang basah dengan suhu lingkungan yang tinggi
merupakan factor utama yang memicu meningkatnya kadar amonia dalam kandang karena
aktivitas bakteri ureletik meningkat.

2.8 Penyakit Pada Ayam Petelur

Penyakit yang menyerang ayam petelur dapat disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit.
Berikut adalah beberapa penyakit yang sering menyerang ayam petelur.

1. Newcastle disease yang disebabkan oleh Paramxyo virus. Virus tersebut menyerang
saluran pernafasan dan sistem syaraf pusat. Pencegahan penyakit Newcastle disease dapat
dilakukan dengan vaksinasi, memperbaiki manajemen pemeliharaan, dan memberikan
antibiotic untuk meminimalisir penyakit ikutan (secondary infection) (Suprijatna dkk.,
2008).
2. Infectious bronchitis (IB) menyerang sistem pernafasan dan saluran reproduksi, serta
memiliki sifat penularan yang tinggi. Pencegahan penyakit Infectious bronchitis dapat
dilakukan dengan vaksinasi. Penyakit Infectious bronchitis menyebabkan kematian dan
produksi telur yang rendah (Blakely dan Bade, 1998).
3. Avian influenza lebih dikenal dengan istilah flu burung. Avian influenza disebabkan oleh
virus yang dimasukkan dalam klasifikasi Orthomyxoviruses dan memiliki 3 tipe yaitu tipe
A, B, dan C. Pencegahan penyakit Avian influenza dapat dilakukan dengan vaksinasi,
memberikian pakan yang berkualitas, melakukan manajemen pemeliharaan dengan baik.
4. Eggs drop syndrome (EDS) disebabkan oleh Hemaggluinating adenovirus. Gejala penyakit
ini tidak terlalu nampak sebab ayam terlihat sehat namun produksi telur menurun.
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan vaksinasi pada umur sekitar 14-16 minggu dan
melakukan sanitasi dengan ketat (Fadilah dan Polana, 2005).

2.9 Vaksin

Vaksin merupakan hal yang cukup penting untuk diperhatikan. Baik vaksin melalui air
minum maupun suntikan. Jika vaksin melalui air minum maka, untuk tempat minum
dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan dilakukan 24 jam sebelum proses vaksinasi. Jika
vaksin melalui suntikan, maka untuk alat suntik juga harus dalam kondisi bersih. Jika
mengandung desinfektan maka dapat di sterilkan dengan cara direbus, Sebelum melakukan
penyuntikan terhadap ayam petelur alangkah baiknya peternak mengecek jarum dalam
kondisi tajam dan sering diganti. Secara Umum ada dua teknik vaksinasi yaitu teknik
vaksinasi massal dan individual.

1. Vaksinasi Massal

Beberapa hal dalam proses persiapan vaksinasi massal dengan air minum sebagai berikut:

a. Tempat minum yang akan digunakan dikosongkan 2 jam sebelum vaksinasi

b.  Air minum yang sudah diberi vaksin, terlindung dari sinar matahari

c. Air minum bebas dari zat kimia atau desinfektan yang merusak vaksin

d. Vaksin yang sudah dicampur dengan air harus dihabiskan maksimal 1,5 jam

e. Permukaan air di tempat air minum diatur, agar lubang hidung tersentuh air. Pastikan
semua mendapat vaksin.

Manfaat vaksin dengan air minum hasil yang didapatkan akan lebih efektif, menghemat
tenaga dan lebih cepat serta mengurangi stress berat.
2. Vaksinasi Individual

Vaksinasi Individual dilaksanakan melalui tetes mata, tetes hidung, tetes mulut dan suntikan.
Dengan cara diteteskan maka partikel virus dengan alat pernapasan akan berhubungan
langsung dan akan membuat hasil lebih efektif. Saat ini jenis vaksin tersebut banyak dipilih
peternak terutama pada usia kurang dari 1 bulan.
BAB III

METODE DAN WAKTU

3.1 Materi

Materi yang di gunakan dalam praktek kerja lapangan yaitu peternakan ayam petelur di CV.
Lanang Istri Mesari Br. Buungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.Pemilik
perusahaan memberikan materi ataupun arahan tentang bagaimana manajemen peternakan
disana agar mahasiswa bisa memahami apa yang harus di kerjakan dan di lakukan di lapangan
sesuai arahan pemilik ataupun karyawan perusahaan.

3.2 Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapangan yang di laksanakan di CV. Lanang Istri Mesari Br. Buungan, Desa
Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli mulai dari tanggal 1 Februari 2021 - 2 Maret 2021.

3.3 Metode

Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan adalah dengan
cara pengamatan secara langsung dengan mengikuti semua kegiatan di lapangan mulai dari
persiapan DOC datang hingga siap produksi.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Manajemen kandang

Kandang ini menjadi salah satu syarat kesuksesan perawatan DOC ayam petelur.
Tanpa adanya kandang yang ideal akan membuat DOC ayam tersebut tidak bisa bertahan
hidup. Kandang ideal bagi DOC adalah yang tidak membuat banyak angin masuk. Jika
banyak angin yang masuk bisa menyebabkan DOC mudah terkena penyakit. Periode brooding
(masa pemeliharaan dari DOC) adalah 4 minggu awal hidup DOC, merupakan periode sangat
penting karenamerupakan faktor awal untuk menghasilkan ayam yang bagus.

4.2 Persiapan masa brooding

Persiapan kandang

1. Di lakukan pengecekan kondisi kandang, apakah kandang dalam kondisi baik-baik saja
apa perlu di lakukan perbaikan karena kualitas kandang sangat berpengaruh terhadap
kesehatan ataupun produksi ayam petelur, maka dari itu kandang harus benar benar dalam
kondisi siap dan baik.
2. Melakukan pembersihan ataupun penyemprotan menggunakan air kemudian di semprot
menggunakan sabun.
3. Tahap berikutnya penyemprotan desinfektan tujuannya adalah untuk membasmi virus,
bakteri dan fungi.
4. Lantai di tebar kapur akif, setelah itu kandang ditutup rapat, minimal 6 jam sebelum
datang DOC.

4.3 Sekat brooding

Sekat Brooding bertujuan untuk membatasi atau melindungi DOC dari terpaan angin
secara langsung dan juga memfokuskan panas yang di hasilkan dari broder.Tinggi sekat yang
umum yaitu 40 cm – 50 cm,sekat yang di gunkan di CV.lanang istri mesari ada 2 yaitu
berbentuk persegi dan juga lingkaran.Bentuk persgi,bentuk sekan yang paling banyak di
gunkan memiliki kelebihan yautu lebih praktis tapi kelemahannya ada titik blackspot di setiap
pojok sekat, yang memungkinkan ayam DOC berkumpul di pojok sekat sehingga ayam tidak
mendapatkan pakan ataupun minum secara maksimal. Hal ini bisa terjadi karena ayam
kedinginan ataupun kepanasan. Bentuk melingkar  berfungsi untuk membantu  agar panas
brooding tetap terfokus dan untuk menghindari penumpukan anak ayam pada sudut brooding
sehingga ayam bisa mengkonsumsi pakan ataupun minum secara merata.

Ukuran sekat menyesuakikan dengan kapasitas ayam yang masuk/1000 ekor ayam

Umur 0-1 minggu ukuran sekat 5 x 4 meter

Umur 2 minggu ukuran sekat 10 x 4 meter

Umur 3 minggu ukuran sekat 15 x 4 meter

Umur 4 minggu ukuran sekat 20 x 4 meter

4.4 Alas kandang (litter)

Pemakaian alas kandang bisa menggunakan sekam, tongkol jagung, kulit kacang
kedelai, jerami padi, limbah serbuk kayu, dan juga karung goni. Aalas kandang yang sering di
gunakan yaitu sekam selain mudah di dapatkan harganya juga tidak terlalu mahal, unruk
pengaplikasiannya cukup di tebar dengan tebal 8-10 cm.

Dari DOC masuk hingga berumur 4 minggu alas yang di guknakan pada lapisan pertama yaitu
sekam dengan ketebalan sesuai standar kemudian di atas sekam di tutup menggunakan koran
tujuannya untuk membantu mempercepat pengeringan feses atau kotoran ayam,agar ayam
merasa hangat dan juga agar ayam yang baru masuk tidak memakan sekam yang bisa
membahayakan kondisi ayam DOC tersebut.Lapisan koran harus di ganti 3 hari sekali dengan
koran baru selama 4 minggu itupun bisa menyesuaikan dengan kondisi koran. Setelah ayam
berumur 4 minggu lapisan koran di angkat dan mulai menggunakan sekam sampai ayam
berumur 12 minggu.

4.5 Tempat pakan dan minum

Tempat pakan ataupun minum di sediakan 14 buah tempat pakan dan juga 14 tempat
minum /1000 ekor ayam. Tempat pakan dan minum harus di bersihkan setiap hari pagi ketika
pemberian pakan ataupun minum terutama tempat minum yang riskan adanya bakteri. Di
beberapa kasus banyak peternak yang menggunakan kardus bekas bibit DOC sebagai tempat
pakan hal tersebut tidak baik di lakukan mengingat itu adalah kardus yang kemungkinan cepat
rusak ataupun mudah basah dan menyebabkan pakan menjadi basi dan tentu tidak baik bagi
ayam DOC.
4.5 Pemanas (brooder)

Sebelum doc masuk pemanas di hidupkan 1- 2 jam tujuanya agar ayam tidak terkejut
dengan suhu pada lingkungan barunya dan juga agar suhu ayam tetap stabil dan
beradaptasi.1broder/1000 ekor ayam.

Suhu dan kelembaban kandang

umur Suhu kelembaban


1-2 hari 31-33 55-60
3-5 hari 31-32 55-60
6-8 hari 28-30 55-60
9-11 hari 26-28 55-60
12-14 hari 25-26 55-65

Pengaturan suhu pada kandang DOC bisa berubah- ubah menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan, missal musim hujan suhu kandang akan di naikan agar ayam tidak kedinginan
begitu juga sebaliknya ketika musim panas maka suhu kandang akan di turunkan agar ayam
tidak kepanasan dan berpotensi menyebabkan penyakit kaki kering.

Siatem pemberian pakan

Pemberian pakan di umur 0-1 minggu di berikan 11 gr/ekor/hari selama lima minggu
dengan penambahan pakan 8 gram perminggunya, di minggu ke 3 sesekali ayam di beri pakan
basah dengan campuran pakan dengan air 1:1 ditambah vitamin untuk mengjar bobot ayam.
Untuk pakannya sendiri masih menggunakan pakan pabrik seperti B 100.

Pemberian pakan di berikan pada pagi dan juga sore, unruk cara pemberianya di taruh di
wadah dan juga di tebar di atas koran selama 4 minggu.

Program vaksin DOC


1. Hari ke 5 stelah ayam masuk kandang di berikan vaksin NDIB emulsion kil dan NDIB
levt (suntik + tetes)
2. 2 hari kemudian di berikan vaksin gumboro I (tetes pada mata)
3. Minggu ke 2 di berikan vaksin gumboro ke II (tetes)
4. Minggu ke 3 di berikan vaksin ND lasota (tetes)
5. Minggu ke 4 di berikan vaksin gumboro ke III (tetes)
6. Minggu ke 6 di berikan vaksin corisa (suntik)
7. Minggu ke 7 di berikan vaksin FOX (suntik)
8. Minggu ke 8 di berikan vaksin AI pertama (suntik)
9. Minggu ke 9 di berikan vaksin ND lasota levt (minum)
10. Minggu ke 12 di berikan vaksin ND lasota levt (minum)

Kondisi DOC

Kualitas bibit DOC tentu akan menghasilkan produktifitas yang baik pula, berikut ciri-ciri
DOC berkualitas bagus:

1. Respon 3 detik ketika ayam di balik


2. Mata bersih, terbuka dan mengkilat
3. Pusar tertutup dan bersih
4. Warna kaki, tidak kering dan juga tidak bengkak
5. Paruh bersih
6. Kloaka kering
7. Keseragaman berat badan DOC berukuran sama
8. Suhu ayam 40 derajat selama 1 – 2 jam setelah tiba

Standar berat badan DOC perminggu

Minggu Hari Berat badan(gr)


1 1-7 65-68
2 8-14 110-120
3 15-21 195-210
4 22-28 285-305
5 29-35 380-400
6 36-42 470-500
7 43-49 560-590
8 50-56 650-680
9 57-63 740-775
10 64-70 830-865
11 71-77 920-960
12 78-84 1010-1050
13 85-91 1095-1140
14 92-98 1180-1230
15 99-105 1265-1320
16 108-112 1350-1410
17 113-119 1430-1505
18 120-127 1500-1600

Jika berat badan tidak sesuai standard, maka ayam tidak akan bertelur tepat waktu, bertelur
namun lambat, dan umumnya terjadi proplasus. Disinilah pentingnya pembentukan frame
lebih awal agar ayam betul-betul siap untuk berproduksi. Ayam yang memiliki berat badan
sesuai standard tentu juga perkembangan bulu-bulu primernya menyesuaikan. Bulu primer
pada sayap harus 10 lembar, jika tidak maka produksi telur tidak akan maksimal. Lakukan
seleksi dengan melihat jengger, jika jengger tidak berkembang, maka berat badan juga tidak
sesuai.

Keseragaman berat DOC di CV. LANANG ISTRI MESARI

Umur 3 minggu

Kandang I Kandang II Kandang III


125 153 148,2
173 129 123,6
153 155,6 132,2
122 137 125,6
133 144 143,4
134 131 121,3
154 122 159
130,8 135 160
150,8 154,5 163
131 160,8 128.8
Total 140,61 Total 142,1 Total 130,42

140,61 + 142,1 + 130.42 = 413,13

413,13 : 3 =137,1

Rata rata berat badan ayam yaitu 137,1


Berat standar ayam DOC umur 3 minggu yaitu 195 – 210. Jadi berat yang ada di kandang
DOC belum mencapai standar dan perlu di lakukan penambahan pakan lebih.

Keseragaman ayam akan menunjukkan persistensi produksi yang lama, minimal produksi
telur 90 % adalah 25 minggu bahkan lebih. Apabila persistensi produksi tidak lama, maka
pullet yang dipelihara pada saat masuk kandang memiliki uniformity yang tidak standard atau
rendah. Oleh karena itu seleksi pullet sebelum masuk kandang laying sangat penting. Lakukan
grading total apabila keseragaman pullet di bawah 60 %, atau jika pullet dibeli dari orang lain
maka sebaiknya recording pemeliharaan selama masa pullet diikutsertakan, karena hal
tersebut akan menjadi dasar atau semacam garansi atas kualitas.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pemeliharaan ayam petelur di CV. Lanang Istri Mesari Br. Buungan, Desa Tiga, Kecamatan
Susut, Kabupaten Bangli menggunakan system kandang baterai. Manajemen pemeliharaan
ayam petelur fase stater demulai dari persiapan kandang sebelum DOC datang,
mempersiapkan peralatan kandang, pengaturan temperatur kandang dan pengaturan ventilasi
kandang. Kualitas brooding sangat mempengaruhi perkembangan dan produksi ayam petelur.
5.2 Saran

Saran yang bisa saya berikan kepada CV. Lanang Istri Mesari agar lebih meningkatkan
pemeliharaan di fase stater karena fase tersebut sangat mempengaruhi perkembangan dan
produksi ayam petelur dan juga kebersihan kandang.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai