Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PEMELIHARAAN AYAM BROILER

PEMELIHARAAN AYAM BROILER


DARI DOC SAMPAI PANEN

LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI TERNAK

GURU PEMBIMBING:
SUSI TRISNA, S.Pt

NAMA KELOMPOK :
SUTRISNO
AHMAD FAUZAN
DONI SAPUTRA
ATEM AGUNG PRIONO

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS

SMK NEGERI 8 MUARO JAMBI


TAHUN 2019
BAB I
 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak
dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging
ayam menjadi sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik
di pasar modern maupun tradisional. Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh
rumah potong ayam modern dan tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci
yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam
(RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang
memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan selama prosesing
dan distribusi.

Di bidang usaha ternak unggas ini, pemeliharaan usaha ayam broiler telah menyebar
dan berkembang ke seluruh daerah. Hal ini disebabkan karena adanya perbaikan teknologi
pengelolaan  ayam broiler yang berupa bibit unggul, makanan berkualitas, perkandangan,
sanitasi dan pencegahan penyakit.
Ayam broiler memiliki sifat-sifat yang menonjol secara ekonomis dapat memberikan
keuntungan. Sifat tersebut adalah berupa produksi daging yang tinggi dengan penggunaan
pakan yang efisien. Keunggulan inilah yang dapat merangsang berkembangnya peternakan
ayam broiler.
Faktor yang paling menentukan dalam usaha peternakan terutama peternakan ayam
ada tiga hal yaitu breeding ( pemulia biakan ), feeding              ( pakan) dan management (
tata laksana ). Khusus dalam penyediaan bibit ayam, peternak diusahakan untuk dapat
memilih bibit yang berkuallitas. Tujuan penyediaan bibit yang berkualitas adalah agar hasil
panen dapat maksimal.
Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut
produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas
produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada
standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan
standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu,
persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan
pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan. Untuk itu perlu ada
penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.

1.2  Tujuan dan Manfaat


1.2.1  Tujuan

1.  Mengetahui tatalaksana pemeliharaan ayam broiler dari DOC sampai panen


2.  Mengetahui manajemen / prosedur pemberian pakan, vaksinasi dan perkandangan.

1.2.2  Manfaat

Manfaat yang di peroleh adalah mahasiswa akan memiliki kemampuan teknis dan
praktis dalam berbagai aspek yang berkaitan dengan cara pemeliharaan ayam petelur dan
memberikan pengetahuan tentang tatacara pemberian pakan, vitamin , dan vaksin kepada
ayam broiler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Broiler

Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang
memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relatif mudah sehingga sirkulasi
pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik
(Murtidjo, 1992).

Hardjoswaro dan Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam broiler dapat


digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk
menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar,
pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah
ransum menjadi daging.

Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dagingnya


empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan
cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan
sangat cepat. Sedangkan kelemahannyaadalah memerlukan pemeliharaansecara intensif dan
cermat, relatif lebih pekat terhdap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo,
1987: 5). Arga sawung Kusuma (2010: 27) menyatakan ayam  broiler mampu memproduksi
daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsipakan dalam jumlah relative sedikit

2.2. Konsumsi Pakan

Keberhasilan usahaternak ayam broiler menurut Jayanata dan Harianto (2011),


ditentukan oleh kualitas pakan yang diberikan, disamping sifat genetik yang dimiliki ayam
broiler dan manajemen yang diterapkan oleh peternakan. Sifat khas ayam broiler yang
memiliki laju pertumbuhan yang cepat harus didukung oleh pemberian jenis pakan yang
berkualitas dan dalam jumlah yang cukup. Jenis pakan yang diberikan harus disesuaikan
dengan umur ayam broiler. Hal ini dikarenakan setiap jenis pakan memiliki kandungan
nutrisi yang berbeda, sesuai dengan jumlah nutrisi yang diperlukan pada setiap fase
pertumbuhan ayam broiler.
Penggunaan jumlah pakan yang tidak berimbang dengan bobot rata-rata ayam broiler
dapat mengakibatkan kerugian bagi peternak. Hal ini dikarenakan biaya terbesar dari total
biaya produksi bersumber dari biaya pembelian pakan. Menurut Santoso dan Sudaryani
(2009), biaya untuk pakan ayam broiler menempati kontribusi terbesar, yaitu sekitar 70
persen dari total biaya produksi. Oleh karena itu, efisiensi penggunaan pakan perlu
diperhatikan oleh peternak ayam broiler.

Efisiensi penggunaan pakan dapat dilakukan dengan menambahkan probiotik dan


herbal. Jayanata dan Harianto (2011) juga menambahkan bahwa peternak ayam broiler dapat
mencampurkan probiotik pada air minum yang diberikan, yang dapat dilakukan sejak tahap
awal pemeliharaan. Menurut Jayanata dan Harianto (2011), probiotik dapat menghambat
pertumbuhan patogen di dalamtubuh, meningkatkan daya cerna, dan meningkatkan
pertumbuhan bobot tubuh. Pemberian probiotik dapat mengoptimalkan pertumbuhan ayam
broiler sehingga mampu mengefisiensikan penggunaan pakan.

Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari kenaikan


harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan.
Menurut Solihin (2009), harga pakan yang cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh
kondisi tingkat harga bahan baku pembuatan pakan.

2.3. Pertambahan Berat Badan


Pertambahan berat badan merupakan selisih antara bobot akhir dengan bobot awal
yang pengukurannya dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini untuk mempermudah
pelaksanaan sehari- hari dan untuk menghindari agar ayam tidak setres. Rumus PBB menurut
Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut:

PBB = BB akhir minggu –BB awal minggu

Keterangan :
PBB                      = Pertambahan Berat Badan
BB akhir minggu   = Berat Badan pada akhir minggu
BB awal minggu   = Berat Badan pada awal minggu
2.4. Mortalitas
Kematian ayam semasa dalam pemeliharaan sebenarnya adalah hal yang biasa terjadi
dalam peternakan ayam broiler. Namun, setiap peternak akan berupaya untuk menekan
seminimal mungkin angka mortalitas atau angka kematian pada ayam broiler yang
dipeliharanya. Angka mortalitas yang masih dianggap wajar adalah pada angka 3-5%.
Solusinya untuk menekan angka mortalitas antara lain adalah menjalankan pengelolaan
secara baik; menggunakan bibit yang bagus; memberikan ransum yang berkualitas dan dalam
jumlah yang memadai; hingga pemberian vaksin maupun obat-obatan sesuai dosis yang
dibutuhkan.

2.5. Konversi Pakan (FCR)


Konversi pakan merupakan ukuran efisiensi pakan yaitu menggambarkan tingkat
kemampuan ternak untuk mengubah pakan menjadi sejumlah produk dalam satuan tertentu 
(Wirapati , 2008).
Sehingga semakin kecil angka konversi pakan menunjukkan semakin baik efisiensi
penggunaan pakan bila angka perbandingan kecil berarti kenaikan berat badan memuaskan
atau ayam makan tidak terlalu banyak untuk menambah berat badannya (Sidadolog, 2001)

2.6. Perkandangan
Kandang merupakan faktor produksi pertama yang harus diperhatikan oleh peternak.
Menurut Jayanata dan Harianto (2011), jenis kandang ayam broiler berdasarkan konstruksi
dindingnya dibedakan menjadi kandang terbuka dan kandang tertutup. Namun, Jayanata dan
Harianto (2011) menambahkan bahwa penggunaan jenis kandang terbuka lebih banyak
dipilih oleh peternak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peternak dalam proses
penyediaan kandang antara lain :

1.  Lokasi Kandang


Lokasi kandang yang baik adalah terletak jauh dari pemukiman penduduk  dan
peternakan lain. Menurut Santoso dan Sudaryani (2009), jarak antara kandang  dengan
pemukiman penduduk adalah minimal 500 meter, sedangkan jarak dengan peternakan lain
minimal 1.000 meter. Lokasi kandang yang jauh dari pemukiman penduduk dimaksudkan
agar aktivitas penduduk tidak mengganggu keberlangsungan budidaya ayam broiler ataupun
sebaliknya, budidaya ayam broiler tidak menimbulkan efek eksternalitas negatif kepada
penduduk. Di samping itu, lokasi kandang yang jauh dari peternakan lain, merupakan salah
satu upaya antisipasi penyebaran penyakit yang didatangkan dari peternakan lain. Menurut
Setiawan (2010), lokasi yang berada di sekitar hutan atau yang dipenuhi oleh banyak pohon,
sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat peternakan unggas, khususnya ayam broiler.
Ketersediaan air, saluran listrik, dan kondisi infrastruktur juga harus diperhatikan oleh
peternak dalam memilih lokasi pendirian kandang, guna mendukung kelancaran budidaya
ayam broiler.

2.  Kapasitas Kandang


Ukuran kandang sangat mempengaruhi kapasitas pemeliharaan ayam broiler. Menurut
Rasyaf (2010), kapasitas pemeliharaan ayam broiler dapat disesuaikan dengan lokasi
peternakan. Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam broiler yang
berada di dataran rendah adalah sebanyak 8 – 9 ekor per meter persegi. Kapasitas
pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam broiler yang berada di dataran tinggi
adalah sebanyak 11 – 12ekor per meter persegi. Oleh karena itu, para peternak ayam broiler
sebaiknya 15 menyesuaikan lokasi peternakan, jumlah ayam broiler yang akan dipelihara,
dan luas kandang yang dimiliki.

3.  Ventilasi Kandang
Menurut Rasyaf (2010), semakin tinggi suhu di dalam kandang, umur, dan bobot
ayam broiler, maka semakin banyak jumlah udara segar yang dibutuhkan. Oleh karena itu,
pengaturan ventilasi sangat dibutuhkan untuk mengatur sirkulasi udara di dalam kandang.
Rasyaf (2010) menyatakan pengaturan sirkulasi udara dapat dilakukan melalui ventilasi
buatan berupa kipas angin. Kipas angin tersebut berfungsi mengeluarkan udara kotor dan
beracun ke luar kandang, dan menghembuskan udara bersih dan segar masuk ke dalam
kandang.

4.  Peralatan Kandang


Peralatan kandang menurut Santoso dan Sudaryani (2009) antara lain meliputi,
instalasi listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang, pemanas ruangan, tirai
kandang, dan pelindung indukan (brooder guard). Jenis pemanas yang seringkali digunakan
oleh peternak ayam broiler yaitu pemanas listrik, pemanas gas, pemanas batu bara, dan
pemanas minyak tanah.
5.  Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan, obat-obatan, dan peralatan
serta perlengkapan kandang lainnya. Oleh karena itu, gudang sebaiknya berada dekat dengan
kandang untuk memudahkan akses dalam pengangkutan input-nput yang diperlukan. Jarak
antara gudang dengan kandang menurut Santoso dan Sudaryani (2009) adalah sekitar 10
meter.

2.7. Pencegahan Penyakit
Ada berbagai penyakit yang dapat menjangkiti ayam broiler, diantara penyakit yang
sering menyerang adalah tetelo, gumboro, ngorok, berak kapur dan hama tungau. Adapun
penyakit ngorok merupakan penyakit utama dari ayam broiler. Untuk itu, perlu adanya
pengetahuan oleh para peternak agar terhindar dari penyakit tersebut yang dapat menghambat
pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan kematian massal, bila tidak ditangani dengan benar.

Salah satu cara untuk pencegahan penyakit yang biasa dilakukan adalah dengan cara
vaksinasi. Sebenarnya vaksinasi sendiri adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke
tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Salah satu vaksinasi yang penting adalah
vaksinasi tetelo. Vaksinasi biasa dilakukan pada ayam berumur empat hari dengan metode
tetes mata dengan vaksin ND strain B1, dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta
melalui suntikan atau air minum.

Selain itu, sanitasi kandang yang baik juga dapat mencegah perkembangbiakan
penyakit. Sanitasi kandang dapat dilakukan setelah panen. Dilakukan dengan bebebrapa
tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga kotoran yang tersisa dari pemeliharaan
sebelumnya tidak ada. Tahap kedua, yaitu pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk
menyempurnakan proses sanitasi dilakukan penyemprptan dengan formalin, bertujuan untuk
membunuh penyakit. Setelah itu, dibiarkan antara 10-14 hari sebelum budidaya kembali
untuk memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan sebelumnya.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu


Pelaksanaan praktikum pemeliharaan ayam broiler mulai dari DOC sampai pemanenan
di lakukan di kandang ayam broiler di SMKN 8 Muaro Jambi mulai bulan November sampai 
dengan bulan Desember.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum pemeliharaan ayam broiler mulai DOC
sampai panen yaitu kandang , instalasi listrik, instalasi air, tempat makan , tempat minum,
gasolec. Seng. Tirai penutup, tabung gas, timbangan, nampan untuk wadah biosecurity.

3.2.2. Bahan
Bahan yang di gunakan yaitu Day Old Chick (DOC) ayam broiler, kertas Koran, gula
merah, kapur, sekam, desinfektan, vitamin, pakan, air bersih, vaksin.

3.3. Parameter
Data yang di catat dalam pemeliharaan ayam broiler yaitu:
1.      Jumlah konsumsi pakan : Jumlah konsumsi pakan di hitung berdasarkan kapasitas
harian yang di butuhkan tiap ekornya. Presentase pemberian pakan di pagi hari 40% dan
sore hari 60% dari jumlah kapasitas pakan setiap hari setelah di hitung.
2.      Berat badan : Berat badan di timbang setiap satu minggu sekali pada hari yang sama
dengan menggunakan sampel acak (10- 20)% dari populasi ayam, lalu di cari rata- rata
berat badan per ekor.
3.      Pertambahan berat badan : Di peroleh dari berat badan minggu pertama di kurangi berat
badan awal, berat badan minggu ke dua di kurangi berat badan  minggu pertama. Dan
seterusnya.
4.      Mortalitas : Jumlah ayam yang mati di bagi dengan jumlah awal ayam hidup kemudian
dikalikan dengan 100%, perhitungan dilakukan setiap seminggu sekali di hari yang sama.
5.      Konversi Pakan (FCR) : Jumlah pakan yang habis di konsumsi di bagi dengan
pertambahan berat badan.
3.4. Prosedur Pelaksanaan
3.4.1. Persiapan Kandang
1.      Persiapan kandang di lakukan satu minggu sebelum DOC dating, dengan melakukan
pembersihan kandang dan penyemprotan desinfektan pada kandang.
2.      Mencuci tempat pakan dan tempat minum sampai bersih.
3.      Menyiapkan chickguard, pemanas ruangan, Koran, dan sekam sehari sebelum DOC
dating.

3.4.2.      Penanganan DOC
1.      DOC yang baru dating di lakukan pengecekan jumlah ayam, dan penimbangan untuk
mengetahui berat badan awal..
2.      Di lakukan seleksi jika ada ayam yang cacat maka akan di sendirikan.
3.      DOC yang sudah siap di masukkan dalam kandng dengan menyelupkan kepala ayam
ke dalam air agar terbiasa untuk minum.

3.5.        Pemeliharaan
3.5.1.      Pemberian Pakan
1.      Pemberian pakan di hari pertama sampai 7 hari dilakukan dengan menggunakan tempat
pakan yang tidak di gantung, karena ayam masih kecil.
2.      Pemberiann pakan dilakukan dua kali sehari ( pagi dan sore)

3.5.2.      Pemberian Air Minum dan Vitamin


1.  Tempat air minum selalu di bersihkan dulu sebelum di pakai.
2.  Pemberian air minum di lakukan dua kali sehari , di pagi hari air minum di campur dengan
vitamin, sedangkan yang sore hari di berikan air minum biasa.
3.  Vitamin yang digunakan selama permeliharaan yaitu fortefit

3.5.3.      Pemberian Vaksin dan Obat obatan


Pemberian vaksin dilakukan tiga kali. Yang pertama di berikan vaksin mata ND-IB/ kill di
hari ke tiga. Kemudian di berikan lagi vaksin IBD yang di berikan dan di campur dengan air
minum vaksin ini di berikan pada hari ke 10. Vaksin yang di berika selanjutnya yaitu vaksin
ND-Lasota yang di berikan dengan di campur dengan air minum, vaksin ini di berikan pada
hari ke 21.
3.5.4.      Pengaturan Tirai
Pengaturan tirai yang di lakukan yaitu tirai di buka pada siang hari dan di tutup lagi pada sore
hari. Tirai di buka terus dan tidak di bolehkan untuk di buka pada minggu terakhir sebelum di
panen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pemeliharaan Ayam Broiler

Pemeliharaan ayam broiler meliputi pemilihan bibit, perkandangan , pemeliharaan,


pencegahan penyakit, dan pemberian pakan. Ayam yang di pelihara sejumlah 400 ekor, dan
berupa ayamyang berumur satu hari. Setelah itu di lakukan penimbangan terhadap ayam
untuk mengetahui bobot awal ayam.
Setelah penimbangan di lakukan pemindahan ayam ke kandang dengan menyelupkan
kepala ayam ke dalam air agar ayam terbiasa minum air yang di sediakan. Umur dari awal
sampai tujuh hari ayam di taruh di tempat yang terdapat pemanas ruangannya, setelah hari ke
delapan ayam ayam itu di pindah kekandang yang tanpa pemanas ruangan. Kandang yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan system lantai yang di beri kapur setelah itu di
lapisi sekam, penambahan sekam di lakukan pada waktu sekam terlihat lembab dan kotor,
serta penambahan sekam di lakukan agar ammonia yang dari kotoran tidak naik.
Untuk mencegah penyakit di lakukan vaksinasi kepada ayam melalui tetes mata, setelah
itu beberapa minggu kemudian di beri vaksin lagi dengan mencampurkan vaksin dengan air
minum , sebelum di beri vaksin ayam di puasakan dulu sekitar dua jam, setelah itu ayam di
berikan air minum yang sudah di campur dengan vaksin.
Untuk pemberian pakan di lakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore, presentase pakan
yang di berikan yaitu di pagi hari di berikan 40% dari jumlah pakan ayam di hari itu, dan di
sore  hari pakan yang di berikan 60% dari jumlah pakan ayam di hari itu.

Perhitungan FCR mingguan dan komulatif


a.       Minggu 1
- FCR mingguan         =
=
=
- FCR komulatif          =
=
=
b.      Minggu 2
- FCR mingguan         =
=
=
- FCR komulatif          =
=
=

c.       Minggu 3
- FCR mingguan         =
=
=
- FCR komulatif          =
=
=
d.      Minggu 4
- FCR mingguan         =
=
=
- FCR komulatif          =
=
=

Anda mungkin juga menyukai