Anda di halaman 1dari 16

RENCANA DISEMINASI

HASIL PENGKAJIAN (RDHP)

KAJI TERAP INOVASI PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN GORONTALO


BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2021

0
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Kaji Terap Inovasi Pertanian


2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gorontalo
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Muh. Van Gobel No. 270 Kec. Tilong Kabila
Kab. Bone Bolango Prov. Gorontalo
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Gorontalo TA. 2021
5. Status Kegiatan (L/B) : L (Lama)
6. Penanggung Jawab
a. Nama : Jaka Sumarno, STP, M.Si
b. Pangkat/Golongan : Penata Tk I/III d
c. Jabatan : Peneliti Muda
7. Lokasi : Provinsi Gorontalo
8. Agroekosistem : Lintas Agroekosistem
9. Tahun Mulai : 2018
10. Tahun Selesai : Dst
11. Output Tahun 2018 1. Terdiseminasinya teknologi Badan Litbang
Pertanian
2. Data dan informasi kelayakan usahatani
teknologi introduksi
12. Biaya : Rp 27.198.000 (Dua Puluh Tujuh Juta Seratus
Sembilan Puluh Delapan Ribu Rupiah)

Koordinator Program, Penanggung Jawab RDHP,

Dr. Andi Yulyani F, SPt, MSi Jaka Sumarno, STP, M.Si


NIP. 19700703 200212 2 001 NIP. 19811104 200501 1 001

Mengetahui,
Kepala Balai Besar Pengkajian Kepala Balai
dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Dr. Ir. Muhammad Taufiq Ratule, MSi Dr. Amin Nur, SP, MSi.
NIP. 19680918 199303 1 002 NIP. 19760817 2001 12 1 001

1
RINGKASAN

Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan banyak inovasi teknologi pertanian,


yang memiliki keunggulan dalam mendukung pembangunan pertanian nasional. Agar
inovasi teknologi pertanian tersebut bermakna dan nyata dalam memajukan
pertanian, maka inovasi tersebut haruslah ada dan digunakan oleh petani sebagai
pelaku utama usahatani. Terkait dengan diseminasi inovasi tersebut, terdapat
beberapa metode penyuluhan yang telah diterapkan langsung di tingkat lapang,
salah satunya melalui Kaji Terap. Kegiatan ini bertujuan untuk meyakinkan pengguna
terhadap teknologi melalui peragaan dan ujicoba teknologi secara langsung di
Gorontalo. Lingkup kegiatan kaji terap ini meliputi demonstrasi plot kaji terap,
pelaksanaan pendampingan dan pengawalan teknologi di lapangan. Jumlah unit kaji
terap yang akan dilaksanakan di Provinsi Gorontalo direncanakan sebanyak 1 unit
kaji terap. Metode pelaksanaan kaji terap dilaksanakan secara sederhana, dengan
membandingkan introduksi teknologi Badan Litbang Pertanian (sebagai perlakuan)
dengan teknologi eksisting yang biasa dilakukan oleh petani. Inovasi teknologi
pertanian yang akan diintroduksikan berasal dari teknologi Pusat Penelitian dan Balai
Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dimana fokus introduksi
teknologi tersebut adalah mendukung program strategis Kementerian Pertanian yaitu
dukungan pengembangan hortikultura (bawang putih). Kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatnya akses dan adopsi petani dan pengguna lainnya terhadap inovasi
teknologi Badan Litbang Pertanian.

Kata Kunci : Diseminasi, Inovasi teknologi, kaji terap

2
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi penyuluh merupakan aspek penting dalam proses diseminasi
inovasi teknologi pertanian khususnya dalam penyampaian informasi dua-arah baik
kepada pemangku kepentingan (stakeholders) maupun kepada petani dan pengguna
teknologi pertanian lainnya (beneficiaries).
Dalam proses diseminasi inovasi teknologi masih terdapat kesenjangan
informasi antara penyelia inovasi teknologi (Balitbangtan) di satu sisi dan pemangku
kepentingan pertanian di daerah dan petani pemetik manfaat di sisi lain. Secara
faktual masih banyak dijumpai petani yang belum memanfaatkan teknologi secara
optimal untuk perbaikan usaha taninya sebagai akibat kurangnya informasi yang
diterima petani, keterampilan yang belum memadai, skala penerapan teknologi yang
tidak ekonomis dan sebab lainnya.
Melalui peningkatan komunikasi penyuluh diharapkan terjadi penderasan arus
informasi tentang ketersediaan dan kebutuhan inovasi teknologi dan inovasi
kelembagaan usahatani. Dalam hal ini diperlukan koordinasi dengan pemangku
kebijakan pertanian di daerah untuk sinkronisasi dan harmonisasi dengan kebijakan
pembangunan pertanian di daerah. Secara spesifik lokasi dibutuhkan sinkronisasi
antara materi hasil litkaji tingkat pengkaji dengan programa penyuluhan pusat dan
daerah.
Badan Litbang Pertanian Kementan telah banyak menghasilkan model-model
diseminasi inovasi teknologi pertanian yang dituangkan dalam program-program
strategis nasional, seperti SUTPA, PTT, Prima Tani, SL-PTT serta mP3MI. Tujuan
utamanya adalah adopsi teknologi oleh petani sebagai pengguna utama teknologi
pertanian itu sendiri. Namun di lain pihak, teknologi usahatani sangat perlu
dikomunikasikan dengan petani dengan metode-metode yang efektif dan efisien,
agar teknologi tersebut dapat dipahami dan diaplikasikan petani dalam usahataninya.
Adnyanadan Kariyasa (2003) mengemukakan bahwa teknologi yang
dihasilkan dikatakan berhasil apabila antara pengguna dan sumber informasi
memiliki persepsi yang sama terhadap teknologitersebut. Dalam bidang pengkajian
(penelitian dan pengembangan) pertanian telah banyak kegiatan penelitian dan
pengkajian yang dihasilkan oleh lembaga penelitian, namun sedikit sekali diadopsi

1
para pengguna. Dengan demikian kesan dari pemakai danpengguna teknologi bahwa
kegiatan penelitianadalah untuk kepentingan peneliti. Penyebab utama dari kondisi
ini adalah akibat dari minimnya upaya strategi mengkomunikasikan hasil penelitian
dan pengkajian kepada pengguna, kebijakan kelembagaan penyuluhan yang sering
berubah sehingga jaringan informasi teknologi dari sumber teknologi pada pengguna
di daerah terputus dan kurangnya pemahaman pemerintah daerah akan pentingnya
informasi teknologi pertanian sebagai bahan acuan penyusunan program
pembangunan pertanian di daerah.
Suryana (2005), menyatakan bahwa langkah mengatasi masalah kebuntuan
atau kelambanan dalam penerapan inovasi teknologi yang dihasilkan secara luas oleh
masyarakat pertanian sekaligus memperpendek waktu (lagperiod) yang dibutuhkan
mulai dari penciptaan inovasi teknologi sampai penerapan oleh pengguna dilakukan
melalui komunikasi teknologi pertanian akan dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan petani, peternak yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani/nelayan beserta keluarganya.
Menurut Budianto (2000) lambatnya komunikasi inovasi teknologi pertanian
sering disebabkan oleh antara lain belum terbangunnya sistem komunikasi yang
efektif antara peneliti dan penyuluh dan jarak psikologis antara petani, penyuluh dan
peneliti masih cukup lebar. Kesenjangan ini dapat diatasi melalui kegiatan diseminasi
seperti temu lapang, pengkajian di lahan petani dan penyediaan publikasi atau media
komunikasi (cetak/elektronik). Kegiatan diseminasi hasil penelitian/pengkajian
(litkaji) dapat dimaknai juga sebagai upaya scaling up hasil litkaji. Untuk itu, perlu
strategi atau mekanisme yang efesien dan efektif dalam diseminasi, agar inovasi
hasil penelitian/pengkajian sampai pada pengguna secara cepat dan meluas.

1.2. Dasar Pertimbangan

Kegiatan peningkatan kapasitas penyuluh dan diseminasi inovasi pertanian


merupakan perwujudan dari tugas melaksanakan bimbingan teknis materi
penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian spesifik lokasi. Inti
dari tambahan tugas ini adalah menyampaikan inovasi atau paket teknologi hasil-
hasil penelitian dan pengkajian Balitbangtan menjadi materi penyuluhan dalam
kegiatan penyuluhan pertanian. Kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
untuk: (1) percepatan transfer dan proses adopsi teknologi Balitbangtan, (2)

2
mendekatkan sumber inovasi kepada penyuluh dan petani, sehingga senjang inovasi
hasil penelitian dan pengkajian dapat dikurangi, (3) bagi penyuluh pertanian
daerah/lapang, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan “amunisi” baru dalam
melaksanakan tugas penyuluhan pertanian serta meningkatkan wawasan untuk
mengembangkan inovasi metode komunikasi dan diseminasi, (4) menjadi wahana
penjaringan umpan balik untuk penyempurnaan teknologi sehingga terwujud inovasi
secara berkesinambungan dan identifikasi kebutuhan teknologi spesifik lokasi. Secara
keseluruhan pelaksanaan tugas ini dapat berkontribusi terhadap terwujudnya
research – extension – farmers linkage (REFL) yang lebih baik.
Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan banyak inovasi teknologi
pertanian, yang memiliki keunggulan dalam mendukung pembangunan pertanian
nasional. Agar inovasi teknologi pertanian tersebut bermakna dan nyata dalam
memajukan pertanian, maka inovasi tersebut haruslah ada dan digunakan oleh
petani sebagai pelaku utama usahatani. Terkait dengan diseminasi inovasi tersebut,
terdapat beberapa metode penyuluhan yang telah diterapkan langsung di tingkat
lapang, salah satunya melalui Kaji Terap.
Kaji Terap merupakan kegiatan uji paket/komponen teknologi di lahan
petani/BPP sebagai wahana untuk membuktikan dan menyakinkan paket/teknologi
tersebut agar sesuai dengan kebutuhan spesifik di lokasi kajian, sekaligus sebagai
wahana pembelajaran bersama bagi peneliti, penyuluh pertanian, dan petani
(BBP2TP, 2018). Paket/komponen teknologi yang dikaji terap adalah teknologi yang
dibutuhkan oleh daerah, meningkatkan kinerja usahatani memberikan dampak yang
luas mendukung program strategis Kementan. Kegiatan ini juga mendemonstrasikan
keunggulan teknologi yang diintroduksikan. Dari hasil kaji terap ini, diharapkan
penyuluh pertanian dan petani mau dan mampu menerapkan teknologi.

1.3. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
1. Mendiseminasikan inovasi teknologi hasil Badan Litbang Pertanian kepada
petani dan penyuluh, dan
2. Mengetahui kelayakan usahatani inovasi teknologi yang diintroduksikan.

3
1.1. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :
1. Terdiseminasinya teknologi hasil Badan Litbang Pertanian di Gorontalo.
2. Data dan informasi kelayakan usahatani, sikap dan persepsi petani terhadap
teknologi introduksi.

1.5. Perkiraan Manfaat Dan Dampak


Perkiraan manfaat dan dampak dari pelaksanaan kegiatan ini adalah :
1. Meningkatnya akses dan adopsi petani serta pengguna lainnya terhadap
inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian.
2. Meningkatkan keyakinan petani mengenai paket teknologi usahatani yang
akan diterapkan,
3. Merangsang petani untuk menerapkan paket teknologi dalam usahataninya,
4. Menghimpun serta memberikan umpan balik kepada Badan Litbang Pertanian
terkait dalam pengembangan paket teknologi.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi secara umum adalah suatu proses penyampaian pesan dari


sumber kepada penerima (Berlo, 1960 dalam Saleh dan Suwanda, 2008). Namun
demikian, dalam kehidupannyata proses komunikasi tidak hanyaterbatas sampai
diterimanya pesan olehpenerima, tetapi juga sampai padakajian bagaimana pesan itu
disampaikandan diterima. Lebih lanjut dikemukakan bahwa dengan model linear
atausearahcukup relevan dalam hal penyampaian informasi (komunikasi), namun
seringkaliberujung dengan ketidakpuasan danketimpangan. Model komunikasi
lineardisebut juga dengan model SMCRE(source, message, channel, receiver
daneffect).
DeVito (1997) dalam Saleh dan Suwanda (2008) memberikan batasandefinisi
bahwa komunikasi mengacupada suatu tindakan, oleh satu orangatau lebih, yang
mengirim danmenerima pesan yang terdistorsi olehgangguan ( noise), terjadi dalam
suatukonteks tertentu, mempunyai pengaruhtertentu dan ada kesempatan
untukmelakukan umpan balik.
Kegiatan penyuluhan tidak terlepas dari masalah komunikasi dan kompetensi.
Hal yang terakhir ini merupakan faktor yang melekat pada subjek pelaku penyuluhan
yaitu para penyuluh. Kompetensi berarti kecakapan yang memadai untuk melakukan
suatu tugas atau memiliki ketrampilan dan kecakapan yang disyaratkan (Yusuf,
2010). Selanjutnya Shellabear (2002) dalam Yusuf (2010) menyatakan bahwa
kompetensi adalah penerapan dari pengetahuan yang bersifat interpersonal,
pembuatan keputusan dan ketrampilan yang diharapkan dalam menjalankan suatu
peran.
Secara etimologi kata diseminasi berasal dari bahasa Latin disseminatus yang
mengandung makna to spread a broad dan to disperse throughout(Meriam Webster
Dictionary Online, diakses tanggal 28/10/2015).Atas dasar pengertian itu dalam
kaitannya dengan inovasi teknologi pertanian, diseminasi dapat diartikan sebagai
kegiatan penyebarluasan teknologi pertanian spesifik lokasi.
Kegiatan diseminasi teknologi pertanian bertujuan meningkatkan adopsi dan
inovasi pertanian hasil litkaji melalui berbagai kegiatan komunikasi, promosi dan
komersialisasi serta penyebaran paket teknologi unggul yang dibutuhkan dan
menghasilkan nilai tambah bagi berbagai khalayak pengguna dan menyelenggarakan

5
kegiatan penyebarluasan materi penyuluhan baik secara tercetak maupun media
elektronik (Sulaiman, 2003).
Dalam kegiatan penelitian, diseminasi dapat dipandang sebagai sebuah
proses mengkomunikasikan teknologi hasil penelitian menggunakan beberapa
metode penyuluhan melalui media dan bersifat lebih luas dengan tujuan untuk
mengubah perilaku sasaran. Perubahan yang diharapkan dari kegiatan diseminasi
adalah akan terjadi pada aspek kognitif (pengetahuan – P), afektif (sikap – S) dan
psikomotorik (keterampilan – K). Perubahan tersebut menuju ke arah yang sesuai
dengan konsep dan cara yang benar atau seharusnya.
Dalam konteks pembangunan pertanian, diseminasi diartikan secara praktis
sebagai cara dan proses penyampaian hasil-hasil pengkajian teknologi kepada
masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan dimanfaatkan (Permentan No 20
tahun 2008). Di dalam Permentan No. 03/ Kpts/HK.060/1/2005, dijelaskan bahwa
hasil-hasil pengkajian teknologi di bidang pertanian tersebut merupakan inovasi yang
mengandung ilmu pengetahuan baru atau cara baru untuk menerapkan
pengetahuan dan teknologi ke dalam produk atau proses produksi. Inovasi yang
dimaksud mencakup teknologi pertanian dan kelembagaan agribisnis unggul
mutakhir hasil temuan atau ciptaan Badan Litbang Pertanian (Simatupang, 2004).
Banyak metode diseminasi inovasi teknologi pertanian yang bisa dilakukan
diantara yaitu melalui gelar teknologi, demonstrasi teknologi, temu lapang, pameran,
temu teknis, temu informasi teknologi, dan kaji terap. Sebelum inovasi teknologi
disebarluaskan, maka perlu dilakukan ujicoba terhadap inovasi teknologi tersebut,
melalui kaji terap. Kaji terap adalah Ujicoba teknologi yang dilakukan oleh pelaku
utama untuk meyakinkan keunggulan teknologi anjuran dibandingkan teknologi yang
pernah diterapkan, sebelum diterapkan atau dianjurkan kepada pelaku utama
lainnya.

6
III. METODOLOGI/PROSEDUR DISEMINASI

3.1. Lokasi dan Waktu Kegiatan

a. Kegiatan kaji terap inovasi pertanian ini dilaksanakan di Provinsi Gorontalo, di


lahan petani kooperator atau di lahan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai
wahana pembelajaran bersama bagi peneliti, penyuluh pertanian, dan petani.
b. Kegiatan kaji terap ini dilaksanakan selama satu tahun anggaran yaitu Januari
sampai dengan Desember 2021.

3.2. Ruang lingkup dan metode pelaksanan


Lingkup kegiatan kaji terap inovasi pertanian dilaksanakan secara bertahap
sebagai berikut :
a. Koordinasi Kegiatan
Koordinasi dilakukan dengan stakeholder terkait (pelaksana kegiatan) terkait
dengan maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan kaji terap inovasi pertanian. Hal ini
dimaksudkan agar terdapat sikap saling memahami mengenai pelaksanaan kegiatan
dan terdapat sinergisme.

b. Identifikasi, penetapan lokasi dan sosialisasi kegiatan


Identifikasi lokasi kegiatan kaji terap dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
calon lokasi dan calon petani terhadap rencana kegiatan. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan penentuan kelompok atau lokasi kegiatan diantaranya yaitu kelompok
atau petani mau dan bersedia menerapkan paket teknologi anjuran, dan lokasi
memiliki akses yang mudah dijangkau dan berada ditempat strategis, agar
memudahkan pelaksanaan kegiatan dan teknologi yang diterapkan dapat diamati
langsung oleh petani sekitar.
Komoditi kaji terap yang dipilih mendukung program strategis kementerian
pertanian dan inovasi teknologi yang dikaji terap untuk memecahkan permasalahan
lapangan dan atau meningkatkan kinerja usahatani serta memberikan dampak bagi
masyarakat luas.

7
c. Peragaan inovasi/teknologi
Peragaan inovasi teknologi ini berupa demplot kaji terap yaitu kaji terap
inovasi teknologi budidaya bawang putih. Demplot kaji-terap ini ditempatkan secara
purposif di lahan petani kooperator atau bisa dilahan BPP yang berfungsi sebagai
wadah pembelajaran, tempat praktek serta tukar menukar pengalaman baik antara
petani, petugas/pendamping dan masyarakat lainnya. Pelaksana kegiatan kaji terap
adalah pelaku utama (petani) yang didampingi oleh peneliti/penyuluh (petugas
lapangan) atau teknisi lapangan.
Metode pelaksanaan kaji terap dilaksanakan secara sederhana dengan
pendekatan partisipatif, dengan membandingkan introduksi teknologi Badan Litbang
Pertanian dengan teknologi eksisting yang biasa dilakukan oleh petani. Inovasi
teknologi pertanian yang diintroduksikan berasal dari teknologi Pusat Penelitian dan
Balai Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, dimana fokus
introduksi teknologi tersebut adalah mendukung program strategis Kementerian
Pertanian yaitu pengembangan komoditas hortikultura. Komoditas hortikultura yang
akan dikaji yaitu bawang putih pada dataran rendah.

d. Pendampingan, pengawalan dan bimbingan teknis penerapan teknologi


Pendampingan, pengawalan dan bimbingan teknis penerapan teknologi di
lokasi kaji terap dilakukan agar teknologi yang diintroduksikan dapat diterapkan
dengan baik dan sesuai anjuran. Pendampingan, pengawalan teknologi dan
bimbingan teknis ini sekaligus dalam rangka sosialisasi komponen teknologi yang
diintroduksikan.

3.3. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan pada kegiatan ini yaitu sebagai berikut:
a. Data agronomi, meliputi data pertumbuhan, komponen hasil, produksi dan
produktivitas sesuai komoditas yang dikaji terap.
b. Data sosial ekonomi, meliputi data input dan output produksi, harga input dan
output produksi, data persepsi petani terhadap inovasi teknologi yang
diintroduksikan.
Data dikumpulkan melalui pengamatan dan pencacatan secara periodik.

8
3.4. Analisis Data (evaluasi pelaksanaan kegiatan)
Analisis data sebagai bentuk evaluasi terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
terdiri dari: a) Analisis keragaan pertumbuhan dan hasil/produktivitas, dan analisis
usahatani teknologi yang diintroduksikan.

9
IV. ANALISIS RISIKO

DAFTAR RISIKO
No. Risiko Penyebab Dampak

1 Sulitnya mencari atau Para petani sudah Tujuan dan sasaran


mendapatkan petani atau terbiasa dgn proyek atau kegiatan tidak
kelompok tani kooperator pola pikirnya project tercapai
secara partisipatif oriented
2 Kerjasama tim pelaksana Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan kegiatan
kegiatan yang rendah tidak sesuai jadwal kurang optimal dan
Karena Anggota Tim tidak tepat waktu
terlibat pada beberapa
kegiatan (rangkap-
rangkap kegiatan)
3 Pelaksanaan kegiatan Terjadi hujan atau waktu Pelaksanaan kegiatan
tidak sesuai jadwal pelaksanaan terbentur kurang optimal dan
dengan kegiatan lain tidak tepat waktu

4 Kegagalan dalam SDM kurang terampil Pelaksanaan kegiatan


pelaksanaan dilapangan atau tingginya curah kurang optimal dan
hujan tidak tepat waktu
5 Kegiatan tidak sesuai Refocusing atau Tujuan dan keluaran
rencana pemotongan anggaran tidak tercapai

DAFTAR PENANGANAN RISIKO

No. Risiko Penyebab Penanganan Risiko

1. Sulitnya mencari atau Para petani sudah Persiapan dilakukan


men-dapatkan poktan terbiasa dengan proyek jauh lebih awal
kooperator secara atau pola pikirnya project
partisipatif oriented

2 Kerjasama Tim pelaksana Pelaksanaan kegiatan Pembuatan jadwal


kegiatan yang rendah tidak sesuai jadwal palang kegiatan,
Karena Anggota Tim pembagian tugas dan
terlibat pada beberapa pergiliran penugasan
kegiatan (rangkap lapang
kegiatan)
3 Pelaksanaan kegiatan Terjadi hujan atau waktu Koordinasi dengan
tidak sesuai jadwal pelaksanaan terbentur BMKG dan pelaksana
dengan kegiatan lain kegiatan lain
4 Kegagalan dalam SDM kurang terampil atau Pelatihan dan
pelaksanaan dilapangan tingginya curah hujan koordinasi dengan

10
No. Risiko Penyebab Penanganan Risiko

BMKG dan
stakeholders terkait.
5 Kegiatan tidak sesuai Refocusing atau Pengurangan dan
rencana pemotongan anggaran rasionalisasi kegiatan

V. TENAGA DAN ORGANISASI PELAKSANA


NO NAMA/JABATAN JABATAN URAIAN TUGAS ALOKASI
DALAM WAKTU
KEGIATAN (Jam/ming
gu)
1. Jaka Sumarno, STP, Penanggung  Mengkoordinir 20
MSi/ Peneliti Muda Jawab RDHP pelaksanaan dan
pelaporan kegiatan
Kaji Terap
2. Surya, MSi Anggota  Membantu 10
Calon Peneliti pelaksanaan dan
pelaporan kegiatan
3. Fatma Sari Indah Anggota  Membantu 5
Hiola, SP./ Penyuluh pelaksanaan dan
Muda pelaporan kegiatan

4. Heppy Prasillia H./ Anggota  Membantu 10


Calon Penyuluh pelaksanaan
kegiatan dan
pelaporan
pelaksanaan
kegiatan
5. Sukarto/ Anggota  Membantu 5
Calon Penyuluh pelaksanaan dan
pelaporan kegiatan
6. Aryandi Kurnia Anggota  Membantu 15
Rahman/ pelaksanaan dan
Teknisi Lapangan pelaporan kegiatan
7. Siti Yulana Haris/ PUMK Kegiatan  Bertanggungjawab 10
Staf Administrasi terhadap
administrasi
keuangan kegiatan

11
Jadwal Palang Kegiatan

Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Koordinasi, survey, dan X x
penetapan lokasi
2. Pelaksanaan Kegiatan Kaji X x x x x x x x x X
Terap di Lapangan
3. Pengolahan data dan
informasi x x x x x x x x x X
 Entry data x x x x x x x x x x
 Analisa data
4. Monitoring dan Evaluasi x x x x x x x x X X
5. Penulisan Laporan
 Penulisan draft laporan x X
 Seminar X

Rencana Anggaran Biaya (RAB)

1801.SD
Diseminasi Teknologi Pertanian
A.502
Peningkatan komunikasi,
koordinasi dan diseminasi hasil
'056 '0
inovasi teknologi badan litbang
pertanian

C Kaji Terap Inovasi Pertanian 27,198,000

521211 Belanja Bahan 1,000,000


(050-Gorontalo) -
- Belanja Bahan Pendukung
1 Kali 1,000,000
Kegiatan [* x *] 1,000,000
Belanja Barang Persediaan Barang
521811 20,948,000
Konsumsi
(050-Gorontalo) -
- Belanja Bahan Utama Kegiatan [*
1 kali 20,948,000
x *] 20,948,000
524111 Belanja Perjalanan Dinas Biasa 5,250,000
(050-Gorontalo) -
- Perjalanan daerah dalam rangka 1
OH 5,250,000
pelaksanaan kegiatan [* x *] 5 350,000

12
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana MO, dan K. Kariyasa 2003.Dampak dan Persepsi Petaniterhadap Penerapan


Sistem PengelolaanTanaman Terpadu Padi Sawah. JurnalPenelitian
PertanianTanaman Pangan (25) 1: 21-29.

Budianto, J. 2000. Akseptabilitas teknologi pertanian bagi konsumen. Simposium


Penelitian Tanaman Pangan IV, Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

https://diseminasi.wordpress.com/2011/01/04/halo-dunia/. 2015. Apa itu diseminasi?


Diakses tanggal 28/10/2015

Saleh, A. Dan F.N. Suwanda. 2008. Analisis Efektivitas Komunikasi Model Prima Tani
sebagai Diseminasi Teknologi Pertanian di Desa Citarik, Kabupaten
Karawang Jawa Barat. Jurnal Komunikasi Pembangunan, (06) 2 : 66 –
79.

Suryana A. 2005, Rancangan DasarProgram Rintisan dan AkselerasiPemasyarakatan


Inovasi TeknologiPertanian (PrimaTani).Prosiding Lokakarya
NasionalPrima Tani Mendukung PengembanganKUAT di Kalimantan
Barat;Kalimantan Barat.Agustus 2005.Jakarta: Badan Litbang
Pertanian.hlm 1-25.

Yusuf, 2010. Kompetensi Peternak Dalam Pengelolaan Usaha Sapi Potong di


Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Tesis. SPS-IPB, Bogor.

13

Anda mungkin juga menyukai