Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Circular Disk Watering Device: Alat Penyiraman Tanaman


Budidaya Berbentuk Lingkaran Yang Memanfaatkan Teknologi
Sensor Untuk Kebutuhan Nutrisi Tanaman

BIDANG KEGIATAN
PKM – GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh :
Timotius Putra Aditya ; 195040200111197 ; 2019
Muhammad Farkhan Atoillah ; 155040207111171 ; 2015
Nur Shinta Anggaraeni ; 195040201111068 ; 2019
Amelia Nisa Agustin ; 195040200111023 ; 2019

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN PKM-GT
1. Judul Kegiatan : Circular Disk Watering Device : Alat
Penyiraman Tanaman Budidaya Berbentuk
Lingkaran yang Memanfaatkan Teknologi
Sensor Untuk Kebutuhan Nutrisi Tanaman
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Timotius Putra Aditya
b. NIM : 195040200111197
c. Jurusan : Agroekoteknologi
d. Universitas : Universitas Brawijaya
e. Alamat Rumah : Jl. Kembang Kertas No. 22, Jatimulyo
f. No. Telp/HP : 081292674752
g. E-mail : timotiuspaditya@gmail.com
4. Anggota Kegiatan : 4 Orang
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap : Andrean Eka Hardana, SP.,MP.,M.BA.
b. NIDN : 0018089003
c. Alamat Rumah : JL. MT. Haryono Keramik, 308B, Malang
d. No. Telp/Hp : 085648622841
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemristekdikti : Rp 15.000.000,00
b. Sumber lain : Rp 15.000.000,00
7. Jangka Pelaksanaan :
Malang, 5 April 2020

Dosen Pendamping, Ketua Pelaksana


Kegiatan

(Andrean Eka Hardana, SP.,MP.,M.BA.) (Timotius Putra Aditya)


NIDN. 0018089003
NIM. 195040200111197
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan yang sering terjadi di dalam sektor pertanian yaitu kurangnya
asupan nutrisi bagi tanaman sehingga tanaman menjadi kekeringan dan
menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kurangnya nutrisi pada tanaman
budidaya, salah satunya dengan menurunnya kadar nutrisi yang tersedia pada
lahan budidaya. Menurunnya kadar nutrisi tersebut dapat disebabkan oleh
penggunaan pupuk yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Saktya (2016)
yang menyatakan bahwa salah satu masalah utama yang terjadi di dalam sektor
pertanian ialah kurangnya nutrisi dan gizi pada tanaman budidaya. Menurut
Nasaruddin, (2012) faktor penyebab menurunnya produksi pertanian yaitu kondisi
lahan atau tanah yang tidak sesuai bagi tanaman dan kurangnya nutrisi yang
diserap tanaman. Nutrisi merupakan unsur kimia yang sangat diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Jika nutrisi yang diperlukan oleh
tanaman tidak tersedia dengan cukup, maka tanaman tidak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik. Sedangkan penyebab menurunnya kesuburan tanah
yaitu pemakaian pupuk secara berlebihan, pengolahan lahan yang kurang tepat
dan pengairan yang tidak merata. Ketepatan perbaikan kondisi lahan yang rusak
sangat berpengaruh, seperti bagaimana cara petani mengatur dosis pemakaian
pupuk dan air agar kesuburan tanah tetap terjaga.
Dalam hal ini, petani membutuhkan banyak informasi mengenai tingkat
kesuburan tanah dan cara mengelola tanah dengan baik. Dalam hal ini, peran
pemerintah daerah sangat dibutuhkan guna memberikan edukasi dan melakukan
penyuluhan kepada para petani mengenai cara budidaya tanaman yang baik agar
tanaman budidaya dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal sehingga
dapat meningkatkan hasil produksi pertanian Indonesia. Selain memberikan
edukasi dan melakukan penyuluhan, pemerintah daerah juga harus mengawasi
kestabilan produksi pertanian di daerahnya. Untuk mengatasi permasalahan ini,
dibuatlah sebuah gagasan untuk memajukan pertanian di Indonesia yang bernama
Circular Disk Watering Device (CDWD). Circular Disk Watering Device (CDWD
merupakan alat berbentuk piringan bulat yang dapat menyemprotkan campuran air
dan nutrisi pada tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dengan adanya alat
ini, maka akan memudahkan para petani untuk menyiram lahan pertaniannya
secara merata. Selain dapat membantu menyiram tanaman secara merata, alat ini
juga dapat menghemat waktu karena cairan tersebut sudah dicampur dengan
nutrisi yang dibutuhan tanaman.
Dalam proses pengolahan lahan maupun tanaman budidaya, pengairan
merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan tanaman.
Dengan adanya gagasan ini, dapat mempermudah para petani dalam proses
pengairan sekaligus pemupukan. Circular Disk Watering Device (CDWD)
diharapkan dapat membantu para petani dalam mengadapi permasalahan
kekurangan nutrisi serta kekeringan pada tanaman budidaya dan diharapkan pula
dapat diterima dan diterapkan oleh petani-petani di Indonesia nantinya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu masalah untuk
mata kuliah karya ilmiah dalam bidang gagasan tertulis ini adalah :
1. Bagaimana cara yang efektif untuk megatasi permasalahan kekeringan lahan
pertanian?
2. Bagaimana cara agar inovasi alat penyiraman otomatis dapat diterima oleh
petani Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan diatas, maka tujuan program kreativitas
mahasiswa dalam bidang gagasan tertulis ini adalah :
1. Menawarkan sebuah solusi pintar dan modern untuk pemerintah pedesaan
yang wilayahnya sebagian besar merupakan sektor pertanian berupa
teknologi yang dapat digunakan untuk menyiram lahan secara otomatis.
2. Untuk meningkatkan perawatan lahan pertanian secara efektif dan efisien
sehingga hasil pertanian lebih produktif dan berkualitas.
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat program kreativitas mahasiswa dalam
bidang gagasan tertulis ini adalah :
1. Menemukan solusi pintar dan modern untuk pemerintah pedesaan yang
wilayahnya sebagian besar merupakan sektor pertanian berupa teknologi
yang dapat digunakan untuk menyiram lahan secara otomatis.
2. Dapat meningkatkan perawatan lahan pertanian secara efektif dan efisien
sehingga hasil pertanian lebih produktif dan berkualitas,
BAB II
GAGASAN
2.1 Kondisi Kekinian
Kegiatan budidaya pertanian setiap komoditas membutuhkan modal awal
baik untuk kebutuhan alat tani atau bahan tanam serta perawatan. Modal yang
digunakan dapat berbeda menyesuaikan kondisi lingkungan untuk dapat
menopang kebutuhan tanaman. Frantz et al., (2010) mengungkapkan bahwa
tenaga kerja merupakan biaya tunggal yang paling mahal untuk produksi
sementara energi adalah yang kedua. Perkembangan jaman semakin mengikis
ketersediaan tenaga kerja di bidang pertanian. Jumlah petani usia tua yang
dominan dan minat generasi muda bekerja di sektor pertanian yang merosot
ternyata juga dialami oleh negara-negara lainnya, bukan hanya negara-negara di
Asia yang memiliki keterbatasan lahan, namun juga di negaranegara Eropa dan
Kanada (Murphy 2012). Faktor lain ialah citra petani yang dipandang rendah oleh
mayoritas orang tua di Indonesia. Hasil kajian BI (2014) menyatakan hasil dari
suatu survei di Cina, dari seluruh contoh survei, tidak ada satu pun orang tua
sebagai petani yang mengharapkan anaknya menjadi petani seperti mereka.
Minimnya minat tenaga kerja bidang pertanian mengakibatkan cost yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja perawatan tanaman budidaya menjadi mahal.
Kebutuhan air pada tanaman merupakan hal esensial yang tidak dapat
digantikan, selain itu terdapat biaya operasional penyiraman yang menjadi mahal
seiring berjalannya waktu. Banyak pemilik lahan yang tidak dapat membayar cost
operasional yang mahal, dengan hasil panen yang setimpal. Hal ini berdampak
luas tidak hanya pada sektor pertanian, Schouten (2006) memaparkan beberapa
data yang menyajikan fakta bahwa air sangat penting peranannya dalam
pembangunan ekonomi sebagaimana ditampilkan dalam gambar di bawah ini.

Gambar 1. Curah Hujan di Etiopia (1982-2000)


Sumber 1. Schouten (2006)
Gambar 2. Pertumbuhan GDP di Zimbabwe (1979-1993)
Sumber 2. Schouten (2006)
Pertanian konvensional mengerahkan tenaga manusia setiap harinya untuk
kebutuhan penyiraman dan pemupukan. Hal ini tentu menjadi kendala untuk
perkembangan pertanian kedepan mengingat biaya tenaga kerja yang semakin
terbatas, dilain sisi kegiatan penyiraman merupakan kegiatan monoton yang
memiliki kronologi kerja yang sama setiap harinya. Sehingga hal ini dapat
disematkan teknologi untuk menggantikan tenaga kerja manusia yang semakin
mahal.
2.2 Solusi Yang Pernah Ditawarkan
Permasalahan kekeringan sangat berdampak buruk bagi para petani,
sehingga diperlukan cara untuk mengatasi kekeringan tersebut. Solusi yang
pernah ditawarkan oleh Kementrian Pertanian (Kementan) yaitu berupa sejumlah
kebijakan dan program yang digunakan untuk mengantisipasi jika ada kekeringan
di lahan pertanian serta dampaknya seperti pembangunan embung (Maarif, 2011).
Kementan merasa optimis jika kebijakan dan program tersebut dapat menjadi
solusi dari masalah kekeringan yang terjadi. Dengan adanya solusi tersebut,
masalah kebutuhan air dapat tersalurkan secara efektif kepada wilayah pertanian
yang terdampak. Saat memasuki musim kemarau, beberapa lahan pertanian di
beberapa wilayah mulai mengalami kekeringan. Untuk mengantisipasi kekeringan
tersebut, pemerintah telah membangun banyak infrastruktur air selama tiga tahun
terakhir. Sebanyak tiga juta hektar infrastruktur air sudah dibangun selama tiga
tahun terakhir dan diharapkan dapat meminimalisasi masalah kekeringan di
wilayah pertanian.
2.3 Konsep Gagasan
Permasalahan dalam peningkatan jumlah kekeringan lahan pertanian
belum dapat terselesaikan dengan solusi yang pernah ditawarkan sebelumnya.
Maka dari itu, diperlukan sebuah inovasi baru yang mampu memperbaiki gagasan
dan solusi sebelumnya dengan membuat inovasi teknologi berupa Circular Disk
Watering Device (CDWD) untuk Mengatasi Kekeringan Lahan Berbasis Sensor.
Alat ini terinovasi dari alat yang bernama drone yang berfungsi untuk
menyemprotkan pestisida dari atas. Namun solusi baru telah diciptakan yaitu alat
inovasi yang diberi nama Circular Disk Watering Device (CDWD) yang
dirancang dengan menggunakan teknologi yang berbasis sensor kebutuhan nutrisi
pada tanaman dan dilakukan secara otomatis disetiap prosesnya.
Suseno (2007) menyatakan bahwa belakangan ini petani kita seringkali
menghadapi masalah seperti kekeringan, kelangkaan pupuk, hama, puso, dan
gagal panen. Petani pada umumnya menggunakan alat yang mekanisme kerjanya
secara manual. Seperti pada penanaman bibit maupun benih yang dilakukan
dengan mengelilingi lahan pertanian untuk menyemprotkan cairan tersebut. Dan
hal ini membutuhkan tenaga dan waktu yang cukup banyak. Namun hasilnya
belum tentu maksimal ketika diserap oleh tanah. Menurut Aldillah (2015),
keberlangsungan pertanian membutuhkan adanya bantuan dari mekanisasi
pertanian. Oleh karena itu, mekanisme kerja pada alat Circular Disk Watering
Device (CDWD) dirancang secara lebih canggih serta modern. Pada proses
penyemprotan itu dilakukan secara otomatis tergantung pada kemampuan sensor
untuk mendeteksi kebutuhan nutrisi pada tanaman dan lahan. Sehingga tidak perlu
menguras banyak tenaga untuk menyemprotkan air untuk lahan pertanian yang
mengalami kekeringan.
Alat ini dibuat dari bahan utama yaitu dari alumunium karena bahan
tersebut memiliki sifat yang lebih baik dari logam lainnya, seperti lebih kuat dan
lebih ringan untuk memudahkan proses penyiraman diatas lahan pertanian. Alat
ini digerakkan dengan sistem sensor yang mampu menggerakkan sendiri alat
Circular Disk Watering Device (CDWD) dengan sistem dan program yang telah
dirancang sebelumnya.

Gambar 3 Ilustrasi Alat CDWC


Sumber 3. https://encrypted-
tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcS98OvRtl5GeWUKGIPP-f4d-
61eKIG7DXePvVr2ubm1hZ3ppEqa&usqp=CAU

2.4 Pihak Terlibat


Dalam proses merealisasikan dari hasil inovasi yang diciptakan
membutuhkan partisipasi dari beberapa pihak. Menurut Prasetya, et al. (2014)
pihak-pihak terlibat yang dapat membantu dan berpartisipasi dalam proses
produksi Circular Disk Watering Device (CDWD), diantaranya :
1. Ahli di bidang mesin
Ahli di bidang mesin berperan dalam merangkai dari berbagai macam
mesin untuk menghasilkan sebuah inovasi teknologi alat. Dalam hal ini yaitu
mahasiswa dari Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin. Diharapkan
mahasiswa Fakultas Teknik ini dapat menghasilkan teknologi alat penyiraman
air dan nutrisi otomatis yang bernama Circular Disk Watering Device
(CDWD).
2. Ahli di bidang programming
Ahli di bidang programming berperan merangkai program software untuk
sistem sensor penyiraman. Dalam hal ini yaitu mahasiswa dari Fakultas Ilmu
Komunikasi dengan Program Studi Software Engineering. Diharapkan
mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi ini dapat menghasilkan sistem sensor
penyiraman yang dapat mendeteksi kebutuhan air dan nutrisi pada tanaman
maupun lahan. Sensor ini akan diterapkan pada alat Circular Disk Watering
Device (CDWD).
3. Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah dapat memberikan dukungan dalam proses
merealisasikan inovasi alat ini. Pemerintah daerah yang termasuk yaitu Dinas
Pertanian. Dinas pemerintahan berperan dalam memberikan penyuluhan
kepada kelompok tani yang mengalami kegagalan dalam bertani akibat
kekeringan lahan yang terjadi pada musim kemarau, bahwa adanya sebuah
solusi yang dapat mengatasi kekeringan lahan tersebut dengan suatu inovasi
teknologi alat penyiraman air dan nutrisi otomatis yang bernama Circular
Disk Watering Device (CDWD).
4. Kementerian Pertanian
Kementrian pertanian dapat memberikan dampak yang paling besar
dalam proses merealisasikan inovasi alat ini. Kementrian pertanian berperan
dalam membuat suatu kebijakan untuk penggunaan inovasi teknologi alat
penyiraman air dan nutrisi otomatis yang sudah modern yang bernama
Circular Disk Watering Device (CDWD).
5. Petani Indonesia
Petani Indonesia dalam hal ini berperan sebagai pengguna inovasi alat
ini. Diharapkan para petani dapat menerima inovasi dan solusi yang diberikan
untuk mengatasi kekeringan lahan. Petani Indonesia berperan sebagai
pengguna alat penyiraman air dan nutrisi otomatis yang bernama Circular
Disk Watering Device (CDWD).
2.5 Langkah Strategi
Terdapat langkah-langkah yang dapat membantu implementasi gagasan
Circular Disk Watering Device (CDWD). Menurut Arief, et al. (2008) langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam proses merealisasikan suatu inovasi alat
yaitu:
Dalam proses merealisasikan sebuah inovasi alat, langkah pertama yang
dilakukan yaitu merancang serta membuat inovasi alat dari pihak-pihak yang
terkait. Langkah kedua yaitu melakukan realisasi teknis yang dibutuhkan dalam
perancangan Circular Disk Watering Device (CDWD). Setelah itu, langkah ketiga
yaitu membuat suatu kebijakan mengenai penggunaan Circular Disk Watering
Device (CDWD) oleh Kementrian Pertanian. Langkah keempat yaitu melakukan
penyuluhan serta demonstrasi penggunaan alat Circular Disk Watering Device
(CDWD) kepada para petani. Langkah kelima yaitu melakukan perawatan dan
pengembangan terhadap Circular Disk Watering Device (CDWD) agar alat ini
dapat terus berkembang mengikuti perubahan teknologi. Langkah terakhir dalam
merealisasikan yaitu mematenkan hak cipta Circular Disk Watering Device
(CDWD) agar tidak diakui oleh pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aldillah, R. 2015. Kinerja Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian Dan Implikasinya Dalam
Upaya Percepatan Produksi Pangan Di Indonesia, Forum Penelitian Agro
Ekonomi, Vol. 34 No. 2, Desember 2016: 163-177
Arief, f.f., Muchlas, dan T. Sutekno. 2008. Kompas Digital dengan Output Langkah
Implementasi. Telkomnika. Vol. 6 (1) : 1-6. Universitas Ahmad Dahlan.
European Comission. 2012. Rural development in the European Union: statistical and
economic information report 2012. Brussel (BG): The European Directorate-
General for Agriculture and Development. Also available.
Frantz, J.M., B. Hand, L. Buckingham, and S. Ghose, 2010. Virtual grower: Software to
calculate heating costs of greenhouse production in the United States.
Hort Technology. 20:778-785.
Maarif, S. 2011. Meningkatkan Kapasitas Masyarakat dalam Mengatasi Risiko Bencana
Kekeringan. Jakarta: Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 13(2).
Murphy D. 2012. Young farmer finance. Nuffield Australia Project No. 1203, Australia.
Nasaruddin. (2012). Nutrisi Tanaman. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Prasetya, Y.W., B. Argo., dan D. W.A. Nurgroho. 2014. Perencanaan pihak-pihak yang
Terlibat dalam Perencanaan. Jurnal Keteknikan Pertanian. Vol. 2 (3) : 246-255
Sakya, A. T. (2016). Peningkatan Ketersediaan Nutrisi Mikro pada Tanaman: Upaya
Mengurangi Malnutrisi pada Manusia. Caraka Tani – Journal of
Sustainable Agriculture, 31(2) : 118-128.
Schouten, M. (2006). Integrated Water Resources Management. Unpublish lectures note.
Delft UNESCO‐IHE Institute for Water Education.
Suseno, D. 2007. Mewujudkan Kebijakan Pertanian yang Pro-Petani. Jurnal Ilmu Sosial
dan Politik Volume 10, No. 3, Maret 2007.
Uchiyama T. 2014. Recent trends in young people'sentry into farming in Japan: an
international perspective. Proceedings of the 2014 FFTC-RDAInternational
Seminar on Enhanced Entry of Young Generation into Farming; 2014 Oct 20-24;
Jeonju, Korea. Taipei (TW): Food and Fertilizer Technology Center for the
Asian and Pacific Region. p. 1-16.
Wang JH. 2014. Recruiting young farmers to join smallscale farming: a structural policy
perspective. Proceedings of the 2014 FFTC-RDA International Seminar on
Enhanced Entry of Young Generation into Farming; 2014 Oct 20-24; Jeonju,
Korea. Taipei (TW): Food and Fertilizer Technology Center for the Asian and
Pacific Region. p.17-32.

Anda mungkin juga menyukai