Anda di halaman 1dari 8

Prospek Pengembangan Tanaman Buah Dalam Pot (Tabulampot) Di

Indonesia

(Makalah)

Oleh

Kelompok 4

Bondan Wibisono 2054121006


Deva Septia Sri Luffi 2014121015
Wullan Rhegina Pranita 2054121013
Agung Putra Wijaya 2054121004
Jaya Adi Irawan 2054121030

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis dan orientasi agraris, memiliki
Indonesia adalah negara yang diberkati dengan kekayaan alam yang melimpah,
terutama dalam sektor pertanian. Pertanian telah lama menjadi tulang punggung
ekonomi Indonesia dan mendukung pemenuhan kebutuhan pangan bagi populasi
yang terus tumbuh. Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, tantangan
pemenuhan kebutuhan pangan yang berkelanjutan menjadi semakin mendesak.

Penting untuk memahami bahwa pertanian bukan hanya tentang produksi pangan,
tetapi juga tentang menciptakan lapangan kerja, menjaga keamanan pangan, dan
mendukung perekonomian negara. Oleh karena itu, pengembangan sektor
pertanian adalah hal yang sangat penting untuk masa depan Indonesia. Dalam
konteks ini, muncul sebuah konsep yang menarik, yaitu "tabulampot" atau
tanaman buah dalam pot. Tabulampot merupakan alternatif pertanian yang
menjanjikan. Ini bukan hanya solusi inovatif dalam menghadapi tantangan
pertanian, tetapi juga mencerminkan semangat adaptasi terhadap kondisi pertanian
yang semakin kompleks di Indonesia. Dalam konteks ini, muncul sebuah konsep
yang menarik, yaitu "tabulampot" atau tanaman buah dalam pot. Tabulampot
merupakan alternatif pertanian yang menjanjikan. Ini bukan hanya solusi inovatif
dalam menghadapi tantangan pertanian, tetapi juga mencerminkan semangat
adaptasi terhadap kondisi pertanian yang semakin kompleks di Indonesia (Satriani
dkk., 2019).

Tabulampot adalah sebuah konsep pertanian yang semakin mendapatkan


perhatian di Indonesia. Istilah "tabulampot" adalah singkatan dari "tanaman buah
dalam pot." Konsep ini mengizinkan budidaya berbagai jenis buah-buahan dalam
pot atau wadah terbatas, sebaliknya dengan metode pertanian konvensional yang
memerlukan lahan yang lebih luas. Tujuan utama dari konsep tabulampot adalah
untuk mengoptimalkan penggunaan ruang, sumber daya, dan lingkungan secara
efisien. Beberapa prinsip dasar yang mendasari tabulampot meliputi pemilihan
jenis tanaman yang sesuai, penggunaan media tanam yang berkualitas, perawatan
yang cermat, dan pengendalian hama serta penyakit yang efektif. Metode
tabulampot melibatkan budidaya berbagai jenis buah dalam pot atau wadah
dengan ukuran yang sesuai. Biasanya, tanaman-tanaman tabulampot ditempatkan
di lokasi yang dapat mendapatkan cahaya matahari yang cukup, bahkan jika
tersedia lahan dalam jumlah terbatas. Konsep tabulampot bukan hanya tentang
membatasi pertumbuhan tanaman, melainkan juga tentang mengoptimalkan
penggunaan nutrisi, air, dan perawatan, yang pada akhirnya menciptakan peluang
untuk pertanian yang berkelanjutan dan dapat menghasilkan hasil panen
berkualitas tinggi (Swarna dkk., 2020).

Di Indonesia, potensi konsep tabulampot sangat besar karena negara ini memiliki
iklim yang mendukung pertumbuhan berbagai jenis buah-buahan. Pemerintah
Indonesia bahkan telah mempromosikan tabulampot sebagai solusi potensial
untuk meningkatkan produksi buah-buahan di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Tabulampot juga menjadi alternatif menarik dalam pengembangan bisnis bibit
tanaman buah dengan unsur rekreatif, di mana ukuran tanaman yang tidak terlalu
besar namun tetap menunjukkan proses pembuahan sehingga memberikan nilai
tambah yang signifikan (Kusuma dkk., 2021). Dalam makalah ini, kita akan
menjelajahi lebih lanjut tentang prospek tabulampot di Indonesia, menggali
manfaat, tantangan, serta berbagai aspek yang terkait dengan konsep pertanian
inovatif ini.

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :


1. Mengidentifikasi prospek pengembangan tabulampot di Indonesia,
2. Menganalisis manfaat dan tantangan yang terkait dengan pertanian
tabulampot.
II. PEMBAHASAN

3.1 Potensi Tabulampot

Sistem tabulampot tepat diterapkan untuk kawasan perkotaan dimana tiap jengkal
tanah diperhitungkan nilai ekonomisnya. Metode tabulampot sebenarnya telah ada
sejak tahun 1970-an dan hingga saat ini telah mengalami perkembangan yang
cukup signifikan baik dari sisi teknologi maupun varietas tanaman. Tabulampot
yang biasa dibudidayakan pada media yang terbatas. Pengembangan tabulampot
sangat pesat karena alasan estetika dan fungsional serta memiliki nilai ekonomis
yang tinggi (Djamain dkk., 2022).

Tabulampot memiliki keuntungan dari segi ekonomi dan estetika yaitu


memungkinkan pemanfaatan ruang terbatas untuk memenuhi kebutuhan dapur
dengan menanam sayuran dan rempah-rempah, sementara juga menambahkan
keindahan alami pada lingkungan sekitar yaitu dengan kemampuannya
menciptakan taman cantik tanpa perlu melakukan olah tanah, Tabulampot menjadi
pilihan yang praktis, fleksibel, dan terjangkau. Selain itu, tanaman dalam wadah
ini juga meningkatkan suplai oksigen di sekitar, sambil memberikan perlindungan
dari risiko banjir dengan sistem drainase yang baik. Hal tersebut adalah solusi
berkebun yang cerdas bagi mereka yang memiliki ruang terbatas dan ingin
menghasilkan hasil panen segar tanpa kesulitan yang berlebihan (Djamain dkk.,
2022).

3.2 Tantangan Tabulampot

Menurut Djamain (2022), dalam bercocok tanam, apapun metode yang


diterapkannya bibit merupakan faktor yang fundamental dengan metode
tabulampot. Bibit merupakan faktor utama penentu keberhasilan dari sebuah
budidaya penanaman. Kesalahan dalam proses pemilihan bibit akan menjadi fatal
akibatnya yang kadang-kadang disadari setelah beberapa waktu merawatnya.
Umur bibit juga sangat menentukan kecepatan tanaman dalam berbuah. Setiap
jenis bibit memiliki sifat bawaan cepat dan lambatnya menuju masa generatif.
Bibit yang berkualitas menjadi faktor utama yang harus kita perhatikan sebelum
melangkah ke tahapan berikutnya. Secara umum, ada dua jenis bibit tanaman
Tabulampot yaitu bibit hasil perbanyakan secara generatif (pembibitan dari biji)
dan bibit hasil perbanyakan secara vegetatif (melalui metode cangkok,
penyambungan dan okulasi).

Menurut Fu’adi dan Agus (2020), perawatan pada tabulampot meliputi


penyiraman, penyiangan, pemangkasan dahan dan akar, pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit, serta penggantian media tanam dan pot. Penyiraman
merupakan perawatan yang paling penting. Kesalahan dalam penyiraman dapat
menyebabkan tanaman mati karena layu dan kering. Salah satu kendala adalah
jika terlewat menyirami tanaman maka tanaman akan layu. Penyiraman tanaman
adalah hal yang harus lebih diperhatikan untuk keberlangsung tanaman untuk
hidup dan tumbuh dengan baik.

3.3 Solusi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya sistem tabulampot salah satunya
adalah persiapan bibit. Dalam mengatasi tantangan yang ada dalam tambulampot,
bibit yang digunakan dalam tabulampot dapat menggunakan bibit dari hasil
perbanyakan vegetatif. Bibit vegetatif memiliki sifat yang sama dengan
indukannya sehingga hasil yang didapat terseleksi dengan baik dan memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi. Bibit vegetatif dapat diperoleh dari proses
pencangkokan, stek, dan perbanyak vegetatif lainnya. Selain sumber bibit, perlu
juga memperhatikan bibit yang bebas dari hama dan penyakit tanaman (Hidayati,
2021).

Selain bibit unggul, perawatan tabulampot sama halnya dengan budidaya


konvensional pada umumnya. Tanaman tabulampot membutuhkan air untuk
keberlangsungan hidup tanaman. Salah satu tahap perawatan tambulampot adalah
penyiraman. Adanya keterbatasan akar tanaman untuk menyerap air dalam pot
sehingga diperlukan penyiraman yang rutin. Untuk mengatasi tantangan yang ada
dalam tambulampot, dapat dilakukan penyiraman 1-2 hari sekali pada saat pagi
atau sore hari agar kebutuhan air tanaman tercukupi serta menjadikan tanaman
lebih segar dan tumbuh baik (Sitepu, dkk. 2023).
III. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.Budidaya tabulampot merupakan solusi bagi masyarakat khususnya perkotaan


atau masyarakat yang memiliki lahan pertanian yang terbatas, namun
membutuhkan tanaman buah di sekitar rumah untuk memenuhi kebutuhan
psikologis maupun kesehatan serta keuntungan finansial
2. Keuntungan memelihara tabulampot di perkarangan rumah yaitu dapat
diaplikasikan pada perkarangan atau lahan sempit bahkan tanpa harus ada tanah
terbuka karena menggunakan media pot, pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tidak akan merusak bangunan di sekitarnya, Kebutuhan unsur hara
mineral dan air dapat terpenuhi secara optimal, dan mudah dalam perawatan
terutama dalam penanggulangan hama dan penyakit, sedangkan kendalanya
produktifitas tabulampot kurang maksimal karena berada pada lahan yang
terbatas dan sempit.
DAFTAR PUSTAKA

Djamain, Y., Rizqia C., Luqman, Hengki, S., Iriansyah, B.M.S., Ranti, H.,
Tajuddin, dan Afifyudri. 2022. Pemanfaatan multimedia untuk sosialisasi
tanamanbuah dalam pot (Tabulampot) guna memenuhi kebutuhan buah di
pesantren. Prosiding. Institut Teknologi PLN. Jakarta.

Fu’adi, A., & Prianggono, A. 2020. Sistem Pengairan Otomatis Untuk Tanaman
Buah Dalam Pot Berbasis Arduino. Jurnal Informa: Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, 6(2), 45-50.

Hidayati, N. 2021. Tanam Buah Dalam Pot (Tabulampot) Sebagai Penguatan


Ekonomi Dan Sosial Masyarakat Desa Caluk, Dusun Gupit, Kecamatan
Slahung, Ponorogo. Indonesian Engagement Journal. 2(1), 1-14.

Kusuma, B., & Rahayu, S. 2021. Potensi Tabulampot dalam Mendukung


Ketahanan Pangan dan Pengurangan Dampak Lingkungan. Jurnal
Pertanian Berkelanjutan, 5(2), 45-52.

Satriani, D., & Wijaya, K. 2019. Penerapan Tabulampot untuk Budidaya Buah-
Buahan di Lahan Terbatas. Jurnal Pertanian Terapan, 3(1), 12-19.

Sitepu, R., K., K., Sebayang, V., B. 2023. Keputusan Rumah Tangga Dalam
Menerapkan Pertanian Perkotaan (Household Decisions in Implementing
Urban Farming). Jurnal Agribisnis Komun Pertan. 6(1), 1-13.

Swarna, S., & Putra, A. D. (2020). Tabulampot: Inovasi Pertanian Urban Masa
Depan. Jurnal Ilmiah Pertanian Agroteknologi, 4(2), 53-58.

Anda mungkin juga menyukai