Disusun oleh:
Kelompok 4 Kelas E
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan pengerjaan laporan besar Komoditas Ubi
Jalar. Tidak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh pihak yang telah
memberikan dukungan moriil dan materi sehingga dapat terselesainya pembuatan
makalah ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan ini. Oleh sebab itu,
penulis sangat menerima kritik dan saran demi kebaikan bersama. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
Malang, September 2017
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Gejala dari serangan hama penggulung daun pisang (Erionata thrax Linnaeus)
yang menyerang tanaman budidaya menurut Rahmad et al (2012), yaitu: Daun yang
diserang ulat biasanya digulung menyerupai tabung, dan apabila dibuka akan
ditemukan larva di dalamnya. Larva memotong bagian tepi daun kemudian digulung
mengarah ke dalam. Larva yang masih muda memotong tepi daun secara miring,
lalu digulung hingga membentuk tabung kecil. Apabila daun dalam gulungan
tersebut sudah habis, maka larva akan pindah ke tempat lain dan membuat
gulungan yag besar. Larva ditutupi oleh semacam lilin berwarna putih. Apabila
serangan berat, daun akan habis dan tinggal pelepah daun yang penuh dengan
gulungan daun sehingga dapat menurunkan produksi pisang.
Secara umum menurut Rahmad et al. (2012), terdapat beberapa permasalahan
yang menyebabkan kurang berkembangnya tingkat produksi pisang di Indonesia,
anatara lain:
a. Pola pembudidayaan yang belum jelas dan teratur.
b. Kurangnya penerapan teknologi budidaya pisang secara benar pada tingkat
petani.
c. Kultivar pisang yang ditanam masih beragam.
d. Ketersediaan dan penggunaan bibit pisang yang sehat dari kultivar unggul
masih terbatas.
e. Penyebaran hama dan penyakit penting tanaman pisang yang cukup luas di
sentra produksi pisang.
E. Aspek Pemasaran
Manipulasi harga yang dilakukan oleh tengkulak di desa Pisangcandi dapat
diatasi melalui pola kemitraan antar petani, dimana semua petani pisang di desa
tersebut melakukan asosiasi dengan perusahaan atau UKM yang membutuhkan
pisang sebagai bahan baku usahanya. Melalui kemitraan antar petani, petani pisang
memiliki kemampuan bargaining position yang tinggi sehingga harga yang diterima
petani juga tinggi. Selain itu, untuk mengatasi pertanian yang masih subsisten
seperti pada Bapak Sugeng perlu dilakukan peningkatan produksi pisang. Sehingga,
pisang yang dibudidayakan tidak hanya untuk keluarganya sendiri melainkan
diperjualbelikan dan sebagai sumber pendapatan keluarganya.
2.5 Rancangan kegiatan perbaikan habitat tanaman Pisang baik diatas dan di
dalam tanah
2. Pemberian Pupuk
Pemberian pupuk pada tanaman pisang dilakukan pada saat sebelum tanam dan
setelah tanam atau pada fase pertumbuhan. Pada saat sebelum tanam pemberian
pupuk yaitu 10 20 kg pupuk kandang/lubang tanam dan penggunaan pupuk kimia
2 4 kali selama satu tahun dengan dosis (Urea 150 gr, SP-36 100 gr, dan KCl 100
gr). Selain itu juga dapat memberi sisa batang pisang yang telah panen dicacah dan
diberikan dibawah tanaman pisang untuk menjaga kelembaban tanah dan sebagai
pupuk organik.
3. Sanitasi Lahan
Sanitasi lahan dilakukan bertujuan untuk membersihkan gulma dan tanaman
sakit di sekitar pertanaman agar tanaman dapat tumbuh optimal. Gulma yang
tumbuh di sekitar pertanaman pisang kalau tidak dibersihkan dapat menimbulkan
persaingan hara antara gulma dan tanaman, sehingga akan mengurangi suplai hara
ke tanaman. Sementara tanaman yang sakit kalau tidak dibersihkan dapat menjadi
sumber penyakit bagi tanaman lainnya. Pengendalian gulma penting dilakukan pada
3 bulan pertama. Pengendalian gulma pada tanaman pisang umumnya dilakukan
secara manual atau mekanis. Pengendalian secara manual dilakukan dengan
membuang gulma minimal 100 cm sekeliling tanaman pisang. Pengendalian dapat
dilakukan dengan menggunakan alat seperti cangkul, kored dan parang. Untuk
perkebunan skala luas, dengan alas an pertimbangan ekonmi penyiangan dapat
dilakukan dengan penyemprotan herbisida. Penyemprotan herbisida dapat
dilakukan apabila tanaman sudah cukup tinggi (1- 1.5 m) dan apabila tanaman
sudah ada yang terserang layu fusarium. Penyemprotan dengan herbisida dapat
dilakukan 4-5 kali dalam satu tahun.
Menurut Prima Tani (2008), meningkatnya harga berbagai jenis pupuk kimia
akhir-akhir ini, berdampak terhadap menurunnya aktivitas usahatani dan berdampak
pada penurunan produktivitas pisang barangan. Salah satu cara untuk mengatasi
mahalnya harga pupuk adalah melakukan efisiensi, yaitu dengan peningkatan
populasi tanaman pisang barangan sebesar 85% dengan teknologi pertanaman
sistem tanam 2 jalur (double row) (populasi 2400/ha) dan dosis pupuk yang
diaplikasikan sama seperti yang dilakukan pada penanaman satu jalur (populasi
1300/ha). Teknologi pertanaman yang selama ini diterapkan petani pada pisang
barangan adalah dengan sistem 1 jalur.
a. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan adalah tanah solum dalam, gembur,
drainase baik dan banyak mengandung humus.
b. Keasaman tanah (Ph) antara 4,5-7,5
c. Dapat ditaam di tanah datar hingga berbukit dan pada tanah datar harus
dibuatkan saluran drainase dan di daerah berbukit sebaiknya dibuatkan teras
d. Dataran rendah hingga dataran medium dan memerlukan curah hujan
merata sepanjang tahun (2000-2500 mm per tahun)
e. Suhu udara berkisar 16-38 derajat celcius dengan suhu optimal rata-rata 27
derajat celcius
f. Lahan pisang bebas penyakit layu
Persiapan Lahan
Perawatan Tanaman
Menurut Martiansyah (2015), bibit pisang asal kultur in vitro yang di produksi di
Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) merupakan bibit
tanaman unggul yang diproduksi dengan teknik kultur propagul yang menghasilkan
tunas-tunas baru berupa planlet dalam waktu yang relatif singkat. Asal indukan bibit
pisang dari setiap varietas yang diproduksi di PPBBI berada di kebun percobaan
yang dikelola dengan baik. Selama 3 (tiga) tahun terakhir PPBBI telah memproduksi
tak kurang dari 350.000 bibit pisang siap salur dari lima varietas pisang yang
dikembangkan yaitu Cavendish, Barangan, Mas Kirana, Raja Bulu, Raja Sereh.
Pada beberapa waktu ke depan PPBBI berencana menambah koleksi produksi
pisangnya dengan varietas yang cukup banyak diminati masyarakat yaitu, Kepok
Kuning dan Tanduk sehingga diharapkan menjadi pelopor produksi pisang
terlengkap asal kultur in vitro.
Syarat Tumbuh
Tanah lapisan atas dipisah dengan tanah lapisan bawah. Pada saat
penutupan lubang tanam dilakukan dengan memasukkan tanah lapisan bawah
terlebih dahulu. Pada lubang tanam sangat dianjurkan untuk diberi pupuk
kandang/kompos plus yang berisi campuran kompos, fungisida hayati Greemi-G,
dan pupuk hayati MicroSol (diproduksi PPBBI) sebanyak 0,5-1 kg kompos
plus/lubang. Cara kerja aplikasi pupuk kompos plus: untuk keperluan 1 ha,
campurkan 2.000 kg kompos asal pupuk kandang (pengomposan sempurna)
dengan 50 kg Greemi-G dan 50 kg MicroSol. Selain itu pemberian pupuk kimia
berbahan dasar posfat (rock posfat atau SP-36) sebagai pupuk dasar dapat juga
dilakukan untuk memberikan ketersediaan hara pada awal penanaman dosis 100
gr/lubang tanam. Penanaman dilakukan dengan cara menyayat pinggiran polibeg
hingga ke bagian dasar lalu media beserta bibit ditanam pada lubang tanam yang
telah tersedia. Lubang ditutup secara bertahap lalu dipadatkan.
Pemeliharaan
Pada masa ini pengendalian gulma dapat dilakukan dengan herbisida karena
tanaman sudah cukup tinggi sehingga daun tanaman tidak terkena herbisida.
Perakaran tanaman pisang berada lapisan tanah atas sehingga perlu dilakukan
pembumbunan dengan tanah untuk menjaga agar tanaman tidak roboh apabila
terkena angin. Penjarangan anakan bertujuan untuk mengurangi jumlah anakan,
menjaga jarak tanam dan menjaga agar produksi tidak menurun. Pengaturan
anakan dilakukan dengan memotong setiap anakan yang muncul hingga tanaman
berumur 3-4 bulan. Penjarangan anakan dilakukan dengan memelihara 1 tanaman
induk (umur 9 bulan), 1 anakan (umur 6 bulan), dan 1 anakan muda (umur 3 bulan)
sehingga proses panen dapat dilakukan secara bertahap. Jumlah anakan yang
dianjurkan untuk dipelihara adalah sebanyak 2 anakan. Biasanya pada tahun ke-3
(panen anakan yang ke -2) produksi dan kualitas buah pisang akan menurun,
apabila dibiarkan dapat muncul gejala-gejala penyakit yang tidak diinginkan
sehingga diperlukan introduksi bibit baru yang berkualitas dari kultur in vitro.
Pemupukan tanaman yang sudah ditanam dilapang dilakukan sebanyak 4 kali yaitu
pada umur tanaman 3, 6, 9 dan 12 bulan pada saat akan terbentuk calon bakal buah
(tergantung varietas). Pupuk kimia yang diberikan pada adalah 300 kg Urea, 125 kg
SP-36, dan 125 kg KCL per hektar/tahun atau 0,25 kg Urea, 0,1 kg SP-36 dan 0,1 kg
KCl per tanaman (dibagi 4 kali pemberian).
Pupuk diberikan dengan cara dimasukan ke dalam lubang pada alur dangkal
berjarak 60-70 cm dari tanaman dan ditutup tanah. Hama yang cukup merugikan
adalah ngengat yang menyerang buah pisang yang baru tumbuh. Serangan ngengat
ini dicirikan dengan mengkerutnya buah menjadi kecil dan muncul kudis/kerak pada
kulit buahnya sehingga menurunkan kualitas buah. Pencegahan untuk hama ini
adalah dengan memberi sarung pada tandan buah pisang dengan plastik atau
bahan lainnya. Untuk pemberantasan dilakukan dengan menyemprotkan insektisida
Decis konsentrasi 0,03% (3 ml/10 liter air) sebanyak 3 kali yaitu 1 kali pada saat
kelopak jantung pisang terbentuk, dan 2 kali saat buah pada tandan mulai terbentuk.
Penyakit utama pada pisang adalah penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh
cendawan Fusarium oxysporum. Bibit pisang asal kultur in vitro adalah salah satu
bibit pisang yang bebas penyakit dan bisa bertahan pada lahan yang baik terutama
tidak ada sumber bibit penyakit layu Fusarium. Pencegahan untuk penyakit ini
adalah menyingkirkan tanaman sakit sedini mungkin dan dikeluarkan dari kebun
beserta bonggol dan tanah sekelilingnya, melakukan sanitasi lahan untuk
mengurangi inang lain dari cendawan ini dan menggunakan agensia hayati seperti
Trichoderma sp dan Gliocladium sp sebagai mikroba antagonis (fungisida hayati
Greemi-G). Buah pisang yang akan dipanen disesuaikan dengan tujuannya. Untuk
tujuan konsumsi, panen dilakukan setelah buah tua atau bahkan sudah ada yang
masak di pohon. Sedangkan untuk ekspor, pisang dipanen tidak terlalu tua (derajat
ketuaan 75-85%), tetapi sudah masak fisiologi. Waktu panen buah pisang dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menghitung jumlah hari dari bunga mekar
sampai siap dipanen atau dengan melihat bentuk buah. Buah yang tua biasanya
sudut buah tumpul dan membulat, daun bendera mulai mengering, bekas putik
bunga mudah patah. Cara pemanenan yaitu batang pisang dipotong kira-kira
setengah diameter batang pada ketinggian 1 m dari permukaan tanah. Tandan buah
ditahan agar tidak jatuh ke tanah kemudian dipotong.
Jenis landscape yang ada didaerah survey lapang kelompok 4 adalah tipe reliactual
landscape karena daerah hutan alaminya < 10 %. Berikut adalah gambar daerah
survey yang disajikan dengan dokumentasi melalui google earth :
Pisang salah satu buah yang cukup populer di Indonesia. Buah Pisang mudah
dibudidayakan dan memiliki kandungan gizi yang sangat lengkap. Kegiatan
budidaya tanaman pisang biasanya dimulai dari penyediaan bibit, persiapan lahan,
penanam, pengairan, penjarangan anakan, pemupukan, sanitasi lahan,
pengendalian HPT serta panen dan pasca panen. Berdasarkan hasil wawancara
kami dengan petani pisang, setelah melakukan proses pemanenan Pak Wasis dan
Pak Sugeng biasanya akan membersihkan sisa daun dan batang tanaman pisang
pada pohon. Sisa daun dan batang ini kemudian dipotong kecil-kecil untuk dijadikan
pupuk atau dijadikan tutupan lahan. Kedua pemilik lahan ini juga tidak melakukan
sortasi maupun pengkelasan buah pisang setelah melakukan pemanenan, buah
pisang yang telah dipanen biasanya hanya dibersihkan kemudian dijual kepada
tengkulak ataupun tetangga yang ingin membelinya seharga Rp 25.000,- setiap
tandannya. Pada saat proses budidaya, ada beberapa permasalahan yang dapat
menurunkan produksi pisang yaitu:
1. Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
Pada lahan pisang Bapak Sugeng terdapat penyakit bayong atau layu
fusarium yang menyebabkan pohon pisang layu dan lama kelamaan akan
mati. Penyelesaian masalah yang dilakukan oleh Bapak Sugeng dalam
mengatasi permasalahan penyakit bayong (layu fusarium) yaitu dengan cara
melakukan pencabutan pada pohon yang terserang penyakit tersebut.
Pencabutan dilakukan sampai ke akar-akarnya agar penyakit tidak
menyerang tanaman pisang lain. Sementara itu, untuk mengatasi
permasalahan hama penggulung daun pisang (Erionata thrax Linnaeus)
Bapak Sugeng mengambil bagian daun yang terserang hama lalu memotong
daun tersebut
2. Usaha tani skala kecil
Budidaya tanaman pisang yang dilakukan oleh Bapak Sugeng dan Bapak
Wasis termasuk dalam usaha tani skala kecil sehingga tingkat produksi yang
dihasilkan dalam kegiatan budidaya belum maksimal dan kurang efisien.
Perlu adanya pengembangan usaha tani dalam mengatasi permasalahan
usaha tani skala kecil melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat desa
Pisang candi dalam melakukan peningkatan potensi serta produksi pisang
yang dihasilkan.
3. Luasan lahan usaha
Lahan yang digarap oleh Bapak Sugeng yaitu luasannya hanya 8x10 meter
sedangkan lahan yang digarap oleh Bapak Wasis luasannya hanya 7x17
meter. Berdasarkan survei yang telah dilakukan terdapat penyempitan lahan
pertanian yang terjadi karena adanya pengalihan fungsi lahan yang
sebelumnya sebagai lahan perkebunan pisang menjadi perumahan atau
pemukiman masyarakat. Padahal, Desa Pisangcandi sebelumnya dikenal
sebagai desa penghasil pisang. Hal tersebut berdampak pada rendahnya
produksi pisang yang dihasilkan. Upaya pencegahan alih fungsi lahan
pertanian dengan cara membuat serta menerapkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur pelarangan alih fungsi lahan pertanian yang dibuat
dan diawasi oleh pemerintah setempat
4. Minimnya informasi dan pelayanan penyuluhan
Petani yang membudidayakan pisang belum mendapatkan pelayanan
penyuluhan secara khusus yang dapat meningkatkan kemampuan serta
inovasi petani. Perlu adanya peningkatan peran dan partisipasi penyuluh
pertanian dalam meningkatkan kemampuan serta kapabilitas petani dalam
hal sistem budidaya tanaman pisang. Sehingga, petani mampu melalukan
inovasi teknis budidaya, adopsi teknologi pertanian, serta penanganan pasca
panen yang tepat. Pengembangan peran penyuluh pertanian berkaitan
dengan tugasnya sebagai konsultan agribisnis, pemberdayaan petani, serta
mediator pedesaan.
5. Aspek pemasaran
Sistem pemasaran yang dilakukan oleh Bapak Wasis masih sangat
sederhana yaitu dengan menjual pisang masak di pohon hasil panennya ke
tengkulak. Pisang yang dijual tersebut tanpa melalui penanganan pasca
panen terlebih dahulu sehingga harganya sangat murah. Melalui kemitraan
antar petani, petani pisang memiliki kemampuan bargaining position yang
tinggi sehingga harga yang diterima petani juga tinggi
Berdasarkan rekomendasi solusi dari buku Building Soils For Better Crops:
Sustainable Soil Management direkomendasikan bahwa untuk menghasilkan
produksi tanaman yang maksimal perlu dilakukan beberapa hal yaitu: (1) Menanam
tanaman sehat dengan kemampuan pertahanan kuat. Hal ini berkaitan dengan
pemilihan bibit tanaman. Sumber bibit dapat berasal dari anakan, bonggol
(cormit/bits) dan kultur jaringan. Pada umumnya petani menggunakan bibit yang
berasal dari anakan dan belahan bonggol. Bibit yang siap ditanam berukuran 40-50
cm bila dari kultur jaringan, atau anakan berumur 6 bulan. (2) Menciptakan kondisi
lingkungan yang tidak disukai hama (Stressing pest) bermanfaat bagi keberlanjutan
budidaya dan juga menurangi jumlah hama serta menekan dampaknya bagi
tanaman pisang. Dalam praktek tanaman pisang hal yang perlu dilakukan seperti
perlakuan jarak tanam yang akan mempengaruhi kepadatan tanaman serta
serangan OPT. (3) Tingkatkan keberadaan organisme yang bermanfaat.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam upaya untuk memperbaiki
habitat pisang di atas maupun di dalam tanah seperti (1) membuat lubang tanam
dengan ukuran yang sesuai dan (2) memberi pupuk pada tanaman pisang pada saat
sebelum tanam dan setelah tanam. Selain itu, untuk memperbaiki habitat diatas
tanah perlu dilakukan kegiatan (1) irigasi dan pengairan untuk membantu
penyediaan air yang cukup untuk produksi dan pertumbuhan tanaman, (2)
Penjarangan anakan juga perlu dilakukan untuk mengurangi persaingan hara antar
tanaman dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas hasil,
(3) sanitasi lahan dilakukan bertujuan untuk membersihkan gulma dan tanaman sakit
di sekitar pertanaman agar tanaman dapat tumbuh optimal. Gulma yang tumbuh di
sekitar pertanaman pisang kalau tidak dibersihkan dapat menimbulkan persaingan
hara antara gulma dan tanaman, sehingga akan mengurangi suplai hara ke tanaman.
Teknologi yang diterapkan untuk meningkatkan hasil produksi adalah dengan
sistem penanaman dua jalur. Sistem penanaman ini bisa meningkatkan hasil
produksi hingga 85 %. Selain itu dapat juga diterapkan Budidaya Pisang Kultur In
Vitro dengan teknologi PBBI yaitu merupakan bibit tanaman unggul yang diproduksi
dengan teknik kultur propagul yang menghasilkan tunas-tunas baru berupa planlet
dalam waktu yang relatif singkat. Berdasarkan hasil survei lapang didapatkan hasil
bahwa landscape lahan pisang termasuk landscape reliactual yang kurang dari 10 %
hutan alaminya, sehingga perlu dilakukan konversi biodiversitas seperti penerapan
pola penanaman tumpang sari ataupun rotasi tanam. Dengan adanya tumpang sari
dan pemberian tanaman pagar, keberagaman serangganya akan semakin banyak.
Selain itu akan muncul musuh alami dari hama yang menyerang tanaman utama,
sehingga tidak perlu diberi pestisida kimia. Pemberian mulsa dan pemberiaan
tutupan lahan juga dapat dilakukan untuk mengurangi erosi.
DAFTAR PUSTAKA