Anda di halaman 1dari 13

USULAN KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN PRODUKSI SAYURAN SAWI HIDROPONIK DI BBLM


SLEMAN

Disusun oleh:
Mahadthir Bakti Manurung
2016010051
Agribisnis

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

MANAJEMEN PRODUKSI SAYURAN SAWI HIDROPONIK DI

BBLM SLEMAN

Disusun Oleh :

Nama : Mahadthir Bakti Manurung

Nim : 2016010051

Prodi : Agribisnis

Usulan ini telah disetujui

Menyutujui : Tanggal : Tandatangan :

1. Nanang Kusuma Mawardi, SP., M.Sc.

Yogyakarta,22-DESEMBER-2018
Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian


Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

(Ir. Sri Endah Prasetyowati S., M.P.)


NIDN. 0003085701
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………...

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………


1.2 Tujuan Kerja Lapangan…… …………………………………………..
1.3 Manfaat Kerja Lapangan……………………………………………….

BAB II. METODE PELAKSANAAN…………………………………………...

1.4 Tempat Pelaksanaan……………………………………………………


1.5 Waktu Pelaksanaan…………………………………………………….
1.6 Tabel Waktu Dan Rencana Pelaksanaan Kerja Lapangan……………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang senantiasa


memberikan rahmat dari Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
peaktek kerja lapangan dengan judul “ Management Produksi sayuran sawi
hidroponik pada BBLM YOGYAKARTA’’ Laporan praktek kerja lapangan ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah, Fakultas
Pertanian ,Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Laporan ini disusun
berdasarkan hasil penelitian di BBLM ( Balai Besar Latihan Masyarakat ) Yogyakarta
sebagai salah satu penggerak swadaya masyarakat .Tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui manajemen produksi budidaya tanaman sawi hidroponik. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan terdapat kekurangan
karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga laporan praktek kerja
lapangan ini dapat bermanfaat dikemudian hari.

Yogyakarta, 22 Desember 2019

Mahadthir Bakti Manurung


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sayur dibutuhkan manusia untuk beberapa macam manfaat. Kandungan aneka


vitamin, karbohidrat dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan
pokok (Nazaruddin, 1995). Salah satu sayuran yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat adalah sawi hijau Brassica juncea L. Akhir-akhir ini terdapat cara
bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah atau sering disebut teknik
hidroponik, pada prinsipnya memberikan nutrisi pada tanaman sehingga kebutuhan
tercukupi untuk proses pertumbuhannya. Teknik ini dijadikan sebagai cara alternatif
untuk meningkatkan produktifitas suatu budidaya tanaman sayuran karena tidak
membutuhkan lahan yang cukup luas.
Tanaman sawi “ Brassica juncea L “ salah satu contohnya, merupakan
tanaman jenis sayuran semusim. Tanaman ini masih berfamili dengan kubis-kubisan
berupa kubis bunga, brokoli dan lobak atau di sebut Crucifera ( Brassicaceae ).
Tanaman sawi ini juga merupakan kelompok tanaman sayuran dua yang memiliki
kandungan tinggi bagi kesehatan tubuh. Biasnya di gunakan sebagai bahan tambahan
masakan bahkan juga untuk lalapan tanaman yang memiliki nama latin Brassica
sinensis L ini termasuk dalam keluarga Brassicaceae Secara umumnya tanaman sawi
memiliki tiga jenis yang dapat dibudidayakan yaitu sawi putih, sawi hijau, dan sawi
buma. Tanaman sawi ini memiliki morfologi yang hampir sama, terumaanya di
bagian akar, batang, daun, bunga, buah dan juga biji. Sawi putih berbatang pendek,
berdaun lebar dengan warna hijau tua, bertangkai halus dan panjan, serta bersayap.
Sawi hijau mempunyai batang pendek dengan daun lebar, tak bersayap, dan berwarna
hijau keputih-putihan. Sedangkan sawi huma memiliki batang pendek, kecil dan juga
tanamannya mini atau kerdil. Sawi hijau termasuk sayuran yang mempunyai sedikit
kalori, tapi mempunyai serat tinggi dengan vitamin dan mineral yang baik.

Pengertian hidroponik

Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa


menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
tanaman.Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada
budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok
diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.

Hidroponik (Inggris: hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang
berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless
culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman
yang memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau
soilless. Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan
ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik
bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari
pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali
oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi
tanaman.

Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik
apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini
fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan
pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman. Pola pikir inilah yang akhirnya
melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, di mana yang ditekankan adalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Pertumbuhan tanaman darat tanpa tanah dengan larutan yang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan nutrisi mineral bagi tanaman. Dengan cepat menjadi standar
penelitian dan teknik pembelajaran, dan masih banyak digunakan saat ini. Sekarang,
Solution culture dianggap sebagai jenis hidroponik tanpa media tanam inert, yang
merupakan media tanam yang tidak menyediakan unsur hara.

Pada tahun 1929, William Frederick Gericke dari Universitas California di


Berkeley mulai mempromosikan secara terbuka tentang Solution culture yang
digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian.Pada mulanya dia menyebutnya
dengan istilah aquaculture (atau di Indonesia disebut budidaya perairan), namun
kemudian mengetahui aquaculture telah diterapkan pada budidaya hewan air.
Gericke menciptakan sensasi dengan menumbuhkan tomat yang menjalar setinggi
duapuluh lima kaki, di halaman belakang rumahnya dengan larutan nutrien mineral
selain tanah.

Pertanian di Indonesia dianggap penting hal ini dapat dilihat dari peranan sektor
pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyediaan pangan dan penyumbang
devisa negara dengan mengekspor komoditi pertanian. Oleh karena itu, wajar kalau
biaya pembangunan untuk sektor pertanian selalu berada beraturan tiga besar di
antara pembiayaan sektor lain (Soekartawi, 1995).

Teknik hidroponik pasang surut adalah salah satu jenis hidroponik yang
menggunakan media air untuk melarutkan nutrisi pada tanaman budidaya dengan alat
radiator aquarium. Beberapa keunggulan teknik hiroponik ini adalah tidak
membutuhkan lahan yang cukup luas, kebersihan tanaman lebih terjaga, ketersediaan
air tercukupi, penanggulanagan hama dan penyakit dapat diatasi secara langsung dan
nutrisi tidak mengendap. Selain itu juga terdapat beberapa kelemahanya diantaranya
membutuhkan tenaga kerja yang terdidik dan terlatih dan biaya cukup besar. Jenis
tanaman sayur yang tepat dibudidayakan dengan teknik hidroponik selain sawi yaitu
seledri, bayam, selada dan kangkung.
Mengingat tingginya permintaan sawi di masyarakat Indonesia,maka petani
sawi masih tetap mengusahakan komoditi ini dibanding dengan memilih komoditi
atau usaha lain. Pengembangan budidaya sawi mempunyai prospek baik untuk
mendukung upaya peningkatan pendapatan petani,peningkatan gizi masyarakat,
perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, peningkatan pendapatan
negara melalui pengurangan impor dan memacu laju pertumbuhan ekspor
(Anonim,2011)

Menurut data Badan Pusat Statistik (2012), produksi sawi di Indonesia dari
tahun 2008-2011 mengalami fluktuasi yang dapat dilihat secara berturut-turut (Badan
Pusat Statistik, 2012) : 565,636 ton (2008), 562,838 ton (2009), 583,770 ton (2010)
dan 580,969 ton (2011). Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) Kementerian Pertanian menyatakan saat ini
konsumsi buah dan sayur nasional kurang lebih 40kg/kapita/tahun.Tingkat konsumsi
tersebut masih di bawah standar kecukupan pangan terhadap buah dan sayur yang
ditetapkan FAO yakni 65,75 kg/kapita/tahun (Anonim, 2012).

Keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh faktor produksi (modal, tanah,


tenaga kerja). Modal diperlukan untuk pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk,
pestisida dan peralatan), biaya pemeliharaan tanaman, biaya penyimpanan,pemasaran
pengangkutan. Petani cenderung mengalami hambatan dalam mengembangkan hasil
usaha taninya menambah luas lahan maupun pengadaan sarana produksi (Darmawaty,
2005). Kecenderungan konsumen saat ini untuk mengkonsumsi sayuran hidroponik
terus meningkat seiring dengan gaya hidup sehat yang berkembang. Sayuran
hidroponik seringkali diklaim lebih sehat dibandingkan budidaya konvensional.
sayuran hidroponik memiliki kandungan nutrisi lebih lengkap. Nutrisi lengkap
tersebut karena pengaruh pemupukan yang lengkap. pemupukan lengkap juga
membuat sayuran hidroponik lebih renyah. Selain itu, sayuran hidroponik tidak
mengandung pestisida. Itulah yang diklaim bahwa sayuran hidroponik lebih
menyehatkan. 
Sayuran sawi dapat membantu mencegah kanker, khususnya kanker prostat, kanker
usus, kanker payudara, dan kanker ovarium. Sawi juga sarat dengan nilai mineral,
diantaranya : kalium, magnesium, asam folat. Selain itu, sawi juga mengandung
beberapa jenis vitamin, yakni : Vitamin C, Vitamin E, karoten dan glukosinolat yang
berfungsi membantu anda untuk memerangi radikal bebas dan menyembuhkan
infeksi.

BBLM Yogyakarta mengembangkan hidroponik mulai Tahun 2015, diawali


dengan Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM) BBLM Yogyakarta yang kursus,
kunjungan kerja dan pelatihan hidroponik diaplikasikan di Lahan Praktek Karang
Tumaritis, selain mengadakan pelatihan hidroponik kepada masyarakat BBLM juga
menjual hasil kebun berupa sayuran-sayuran segar dan sehat(organik) melalui
mitra/alumni pelatihanya. Pemsaran hasil bukan hanya di jual untuk Pengunjung
tetapi di jual pada supermarket. BBLM Yogyakarta memiliki sarana dan prasarana
lengkap untuk pelatihan hidroponik, juga mempunyai lahan praktek sebagai tempat
uji coba dan praktek yang khusus untuk hidroponik. Di kebun hidroponik ada
instalasi pembenihan, peremajaan dan pembesaran dengan beberapa model instalasi
dan tanaman sayuran yang dibudidayakan. Dengan melihat aspek ( hukum, pasar &
pemasaran, keuangan/biaya,ekonomi sosial dan aspek dampak pada lingkungaan).
Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha
yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun
sosial benefit.

1.1 Tujuan Kerja Lapangan


Untuk mengetahui manajemen produksi budidaya tanaman sawi hidroponik.

1.2 Manfaat Kerja Lapangan


1. Bagi Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Menjadi bahan bacaan dan referensi bagi mahasiswa untuk menambah wawasan
tentang manajemen produksi budidaya tanaman sawi dengan cara hidroponik.
2. Bagi Instansi
Menjdi bahan evaluasi terhadap manajemen produksi budidaya tanaman sawi
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan produksi tanaman sawi.
3. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarttakat tentang manajemen produksi sawi
dengan hidroponik sehingga mendorong masyarakan untuk menjadi pelaku
usaha budidaya tanaman sawi hidroponik yang diharapkan memberi dampak
positif terhadap bisnis pertanian dan juga ekonomi masyarakat.
BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Tmpat Pelaksanaan

Praktek kerja lapangan ini dilakukan di Balai besar latihan masyarakat


(BBLM) yogyakarta. Jalan parasmya No. 16,beran, Tridadi, Kec. Sleman,Kabupaten
sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta 55511
2.2 Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan pada tanggal 3 januari 2019 – 3 februari 2019


2.4 Rencana Pelaksanaan Kerja Lapangan Yaitu Sebagai Berikut:

No Tanggal Jenis Kegiatan Keterangan


Menentukan lokasi
Penyusunan
6 November yang akan dijadikan
1. rencana praktik
2018 tempat Kerja
Kerja Lapangan
Lapangan
Menyesuaikan jadwal
7 November
2. Survey lokasi yang ada di tempat
2018
Kerja Lapangan
Mengajukan judul
18 November Konsultasi Kerja
3. Proposal Kerja
2018 Lapangan
Lapangan
23 November Penyusunan Pembuatan rencana
4.
2018 proposal kerja di lapangan
 Mengamati proses
3 Januari - 3 Pelaksanaan produksi
5.
Februari 2019 Kerja Lapangan  Pengumpulan data
 Dokumentasi
6 Februari- 27
7. Konsultasi Penyunan Laporan
Februari 2019
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2012.Komsumsi Sayuran Indonesi Dibawah Standar FAO.http://ww
w.iposne ws.com / 2012/08/10 (diakses tanggal 17 maret 2018)

Anonimous,2011.Pengembangan budidaya sawi. http://jurnal ekonimis


syariah Com 2016/11/23 teori-produksi

Mulyadi, Manajemen produksi, Edisi 5, Penerbit FE uGM, Yogyakarta, 1998

Nazaruddin, 1995. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran


Rendah.PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Setiawan, Ade Iwan.,1993.sayuran d


ataran tinggi budidaya dan pengaturan panen. Jakarta: penebar
Swadaya. Soekartawi 1995.

Widjaya Tunggal, Amin, Cetakan Pertama, PenerbitPT.Rineka Cipta, Jakatra.


1998

Anda mungkin juga menyukai