Anda di halaman 1dari 5

BULETIN UDAYANA MENGABDI, VOLUME 16 NO.

2, MEI 2017

PELATIHAN HIDROPONIK DI SMAN 1 DENPASAR, BALI

M. Pharmawati 1, N. N. Wirasiti 2, I.G.A.S. Wahyuni 3, R. Kawuri 4

ABSTRAK
Hidroponik merupakan salah satu teknik budidaya tanaman khususnya sayuran yang memiliki beberapa
keuntungan antara lain tidak memerlukan lahan yang luas, nutrisi seimbang, bebas gulma serta produksi yang
tinggi. Teknik budidaya sayuran secara hidroponik dapat memanfaatkan pekarangan rumah atau halaman
sekolah. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pengenalan bertanam sayuran secara hidroponik. Tujuan
kegiatan in adalah memperkenalkan dan melatih bertanam sayuran secara hidroponik bagi siswa SMAN 1
Denpasar. Metode yang digunakan terdiri dari metode ceramah, praktek dan diskusi yang meliputi
pengenalan jenis-jenis tanaman sayuran, pengenalan berbagai teknik hidroponik serta teknik bertanam mulai
dari persemaian, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan. Sistem hidroponik yang dipilih adalah sistem
hidroponik statis sederhana dengan menggunakan wick (sumbu). Kegiatan pertama di SMAN 1 Denpasar
diikuti oleh 18 siswa dan dua guru pendamping. Evaluasi dilakukan melalui antusias dan keaktifan murid
serta pertumbuhan tanaman yang dipraktekkan. Sumbu yang terbuat dari kain flannel mengakibatkan
pertumbuhan tanaman yang lebih baik dibandingkan sumbu kompor. Kegitan kedua merupakan pengenalan
teknik hidroponik aktif diikuti oleh 8 orang siswa dan 2 guru pendamping.

Kata kunci : hidroponik, sayuran, sumbu, NFT, SMAN 1 Denpasar

ABSTRACT

Hydroponic is a technique in horticulture especially for vegetable crop. This technique has several advantages
such as balance nutrition, does not require wide land, free from weeds and high productivity. Cultivation of
vegetable using hydroponic can be done at house backyard or schoolyard. Therefore, hydroponic need to be
introduced to school children. The aim of the activity was to tain highschool students of SMA 1 Denpasar to
be able to grow vegetables using hydroponic technique. The methods used in this activity were lecture on
types of vegetables, types of hydroponic systems, seedbed development and nutrition, practical class and
discussion. Hydroponic system used in practical class was simple technique using floating system with wick.
The first activity was attended by 18 students and two teachers. Evaluation was done on the enthusiasm of
students during activity and the growth of vegetables planted. Wick using flannel fabric resulted in better
growth of vegetables as compare to using stove wick. The second activity was traning using active
hydroponic system NFT. The activity was attended by 8 students and two teachers.

Keywords : hydroponic, vegetable, wick, NFT, SMAN 1 Denpasar

1
Staf Pengajar Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, made_pharmawati@unud.ac.id.
2
Staf pengajar Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, wirasiti@unud.ac.id
3
Staf pengajar Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, sugi_wahyuni@unud.ac.id
4
Staf Pengajar Program Studi Biologi Fakultas MIPA, Universitas Udayana, retno_kawuri@unud.ac.id
82
M. Pharmawati , N. N. Wirasiti , I.G.A.S. Wahyuni , R. Kawuri

1. PENDAHULUAN

Sayuran merupakan komuditas pertanian penting yang menjadi sumber serat dan vitamin serta
mengandung senyawa yang bersifat antioksidan. Data di Indonesia menunjukkan bahwa konsumsi
sayuran oleh masyarakat Indonesia masih rendah, yaitu 40.90kg/kapita/tahun, sedangkan standar
konsumsi sayur yang direkomendasikan FAO sebesar 73kg/kapita/tahun, dan standar kecukupan
untuk sehat sebesar 91.25kg/kapita/tahun atau 150 sampai 170g/hari (Tribunnews, 2013). Para
remaja termasuk golongan masyarakat yang kurang menyenangi konsumsi sayuran (Rejeki, 2000).

Masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran guna memenuhi
kebutuhan gizi keluarga. Teknik budidaya yang sederhana dan tidak memerlukan lahan yang luas
seperti bertanam sayur dengan sistem hidroponik dapat diperkenalkan kepada masyarakat termasuk
siswa sekolah, karena teknik budidaya secara hidroponik ini tidak memerlukan lahan yang luas
sehingga dapat memanfaatkan halaman sekolah.

Sistem hidroponik merupakan salah satu teknik dalam pertanian tanpa menggunakan tanah dan
memberikan lingkungan yang terkontrol (Mas’ud, 2009). Metode hidroponik dalam budidaya
tanaman dapat dilakukan dengan cara merendam sistem akar dalam air (kultur air), atau dalam
udara yang berisi titik-titik air (aeroponik), atau sistem akar berada dalam substrat atau growing
medium (kultur agregat) (Echeverria, 2008). Dalam pertanian normal di lahan tanah, sangat susah
untuk mendapatkan nutrisi yang tersedia dalam jumlah yang tepat yang dibutuhkan tanaman. Di
samping itu, tanah juga merupakan habitat bermacam-macam spesies dari organisme pengganggu
tanaman (OPT) seperti larva, insekta maupun bakteri patogenik yang mengganggu dan merusak
tanaman sehingga menurunkan hasil (Rosliani dan Sumarni, 2006). Pada sistem hidroponik,
tanaman tidak mendapat kontak dengan tanah dan nutrien selalu seimbang yang terdiri dari hara
makro dan mikro (Rosliani dan Sumarni, 2006).

Bertanam sayuran dalam system hidroponik memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat dikerjakan
di tempat yang sempit, sebagai alternatif untuk tanah pekarangan/halaman yang tidak subur, mudah
untuk dipindah, dapat sekaligus berfungsi sebagai tanaman hias. Bertanam dengan sistem
hidroponk dapat meningkatkan hasil misalnya pada hidroponik tomat, bobot buah per tanaman
meningkat 1.2 kg (Wijayani dan Widodo, 2005). Kegiatan ketrampilan budidaya tanaman sayuran
dengan sistem hidroponik dapat dipromosikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa sekolah.
Hobi bertanam sayuran, dapat dikenalkan kepada kalangan remaja, terutama yang berada di
perkotaan. Budidaya dan pemeliharaan tanaman sayuran hidroponik relatif mudah dilakukan serta
dapat menjadi sumber penghasilan, karena terbuka peluang usaha sayuran.

Kegiatan ini bertujuan melatih siswa SMAN 1 Denpasar cara budidaya tanaman sayuran yang
praktis dan murah dengan teknik hidroponik yang dapat dilakukan pada lahan yang sempit,
termasuk halaman sekolah. Kegiatan juga bertujuan memperkenalkan macam-macam tanaman
sayuran dan formula nutrisi yang sesuai untuk hidroponik. Pengenalan ketrampilan budidaya
sayuran di samping untuk manfaat kesehatan, juga dapat diperoleh manfaat komersial dan
pelestarian lingkungan.

2. METODE PELAKSANAAN

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah (1) Identifikasi masalah dengan berkunjung ke
SMAN 1 dan SMAN 7 Denpasar dan berdiskusi dengan pembina ekstrakurikuler kelompok ilmiah
siswa, serta meninjau lokasi tempat set-up sistem hidroponik; (2) Pengumpulan materi pelatihan
yang dikumpulkan melalui buku teknik bertanam secara hidroponik, dari internet, serta dari
pengetahuan dan pengalaman bertanam sayuran secara hidroponik, (3) Ceramah, (4) Praktek, (5)
Diskusi dan (6) Evaluasi.
VOLUME 16 NO. 2, MEI 2017 | 83
PELATIHAN HIDROPONIK DI SMAN 1 DENPASAR, BALI

Ceramah mencakup pengenalan tanaman sayuran meliputi penjelasan teori mengenai jenis-jenis
tanaman sayuran, yang dapat dipilah berdasarkan bagian tanaman yang dimanfaatkan, yaitu: (a)
Sayuran daun: kubis, sawi, bayam, kangkung, selada, seledri, bawang daun, dan petsai, (b) Sayuran
buah: mentimun, tomat, terong, kecipir, (c) Sayuran biji: kacang panjang, kacang merah, kacang
bogor, dan buncis, (d) Sayuran bunga antara lain: brokoli, dan kembang kol, (e) Sayuran tunas
(muda) antara lain: rebung bambu, dan asparagus, (f) Sayuran umbi antara lain: kentang, lobak,
wortel, bawang putih, dan bawang merah.

Ceramah pengenalam hidroponik meliputi pengertian dan macam-macam sistem hidroponik serta
berbagai macam wadah dan media yang dapat digunakan sebagai wadah tanam termasuk teknik
budidaya yang meliputi persemaian sampai pemeliharaan (Edi dan Bobihoe, 2010). Hidroponik
dapat menggunakan kultur agregat dengan media non tanah yaitu sabut kelapa dan pakis
(Nurlaeny, 2014). Praktek yang dilakukan adalah: (1) Persemaian dan pembibitan, (2) Pembuatan
larutan nutrisi, (3) Penanaman dan (4) Pemeliharaan.

Diskusi berupa tanya jawab dengan nara sumber untuk memantapkan pelatihan yang diberikan,
sehingga para siswa benar-benar mengerti dan dapat melakukan dan menerapkan praktek pelatihan
dengan baik. Evaluasi pelaksanaan program pengavdian kepada masyarakat ini akan dilakukan
berdasarkan beberapa hal yaitu jumlah peserta (siswa) dilakukan pada saat pelaksanaan ceramah
dan saat praktek, antusiasme peserta dinilai dari pertanyaan yang diajukan dan
keaktifan/keikutsertaan dalam prektek. Evaluasi juga dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman
sayuran. Tolok ukur dari evaluasi poin ketiga ini adalah bibit yang berhasil tumbuh dan jumlah
yang berjasil dipanen.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan dilakukan mulai tanggal 15 Agustus 2016 dengan kegiatan sosialisasi ke SMAN 1
Denpasar. Selanjutnya persiapan dilakukan mulai dari pembelian bahan dan alat meliputi alat dan
media semai, benih sawi hijau, bak hidroponik, sumbu dan nutrisi hidroponik. Persiapan tersebut
dilakukan mulai 30 Agustus 2016 sampai 21 September 2016. Kegiatan ceramah dan praktikum di
SMAN 1 Denpasar dilakukan pada tanggal 22 September 2016. Kegiatan kedua di SMAN 1
Denpasar dilakukan pada tanggal 5 November 2016.

Kegiatan tanggal 22 September di SMAN 1 Denpasar diikuti oleh 18 orang siswa, yang terdiri dari
11 orng kelas X, 2 orang kelas XI dan 5 orang kelas XII, serta 2 orang guru pendamping.
Kegiatan pada tanggal 5 November di SMAN 1 Denpasar diikuti oleh 8 orang siswa dan 2 orang
guru. Pada kegiatan tanggal 22 September 2016, diperkenalkan sistem hidroponik sederhana
menggunakan sistem sumbu pada bak plastik dan bak sterioform (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Alat dan Bahan yang Digunakan Pada Hidroponik Sistem Sumbu

84 | BULETIN UDAYANA MENGABDI


M. Pharmawati , N. N. Wirasiti , I.G.A.S. Wahyuni , R. Kawuri

Praktikum dilakukan siswa mulai dari membuat larutan nutrisi stok AB mix komersial, belajar
menghitung pengenceran untuk melarutkan nutrisi stok serta melakukan transfer bibit sawi hijau
dari persemaian ke hidroponik sistem sumbu (Gambar 3.2).

Gambar 3.2. Kegiatan Praktikum Siswa SMAN 1 Denpasar Mentransfer Bibit Sawi Hijau ke Hidroponik
Sistem Sumbu

Pada kegiatan praktek hidroponik ini, dibandingkan penggunaan bak plastik dengan bak sterioform
sebagai bak hidroponik penampung nutrisi. Di samping itu dicoba juga penggunaan sumbu kompor
dan sumbu dari kain flannel. Diskusi dengan siswa berlangsung selama kegatan ceramah dan
praktikum. Pertanyaan meliputi keuntungan dan kerugian sistem hidroponik.

Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan pertumbuhan antara tanaman sawi hijau pada bak plastik
dengan bak sterioform. Perbedaan pertumbuhan teramati pada penggunaan sumbu kompor dan
sumbu berbahan kain flannel. Pada sistem hidroponik menggunakan sumbu kain flannel,
pertumbuhan tanaman sawi hijau lebih baik, yang terlihat dari daun yang lebih besar (Gambar 3.3).

Gambar 3.3. Tanaman Sawi Hijau pada Hidroponik Sistem Sumbu. (A) Sistem Sumbu menggunakan
Sumbu Kompor; (B) Sistem Sumbu Menggunakan Sumbu Kain Flannel

Sistem sumbu merupakan sistem penarikan larutan nutrisi ke atas untuk membasahi akar
menggunakan kekuatan kapiler (Fangueiro et al., 2010). Sistem ini termasuk sistem hidroponik
sederhana (Echeverria, 2008). Bahan sumbu merupakan hal penting dalam hidroponik. Sumbu
harus memliki daya kapiler yang baik. Menurut Wesonga et al. (2014) bahan sumbu selain
memiliki daya kapiler yang baik juga harus memiliki penyerapan air yang tinggi serta kapasitas
menahan air yang baik. Sumbu kain berbahan polyester dinyatakan paling baik digunakan pada
hidroponik sistem sumbu. Kemampuan mengalirkan nutrisi dari suatu kain ditentukan oleh
distribusi dan lintasan pori yang efektif (Fangueiro et al., 2010).

VOLUME 16 NO. 2, MEI 2017 | 85


PELATIHAN HIDROPONIK DI SMAN 1 DENPASAR, BALI

4. KESIMPULAN

Kegiatan pengenalan sistem hidroponik tanaman sayuran di SMAN 1 Denpasar diikuti oleh 18
siswa dan 2 guru pada pelatihan pertama, dan 8 siswa serta 2 guru pada pelatihan kedua. Tanaman
sawi hijau yang ditanam pada hidroponik sistem sumbu dapat tumbuh baik dan penggunaan sumbu
dari kain flannel memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih baik, yaitu tanaman lebih besar,
dengan daun lebar dan batang tebal.

UCAPAN TERIMAKASIH

Kegiatan ini didanai oleh Universitas Udayana melalui Hibah Udayana Mengandi DIPA PNBP Universitas
Udayana Sesuai Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor:640-
93/UN14.2/PKM.01.03/2016, tanggal 15 Juni 2016

DAFTAR PUSTAKA

Echeverria, L.P (2008) Hidroponics for The Home. IICA, Costa Rica.
Edi, S. dan J. Bobihoe (2010) Budidaya Tanaman sayuran. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Kementerian Pertanian
Fangueiro, R., A. Filgueiras, F. Soutinho and X. Meidi (2010) Wicking Behavior and Drying Capability of
Functional Knitted Fabrics. Textile Res. J.. Vol 80: 1522–1530
Mas’ud, H (2009). Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Selada. Media Litbang Sulteng. Vol 2:131-136
Nurlaeny, N (2014) Teknologi Media Tanam dan Sistem Hidroponik. Unpad Press, Bandung
Rejeki, A.R (2000) Kebiasaan Makan Sayuran pada Remaja Putri di Perkotaan. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Rosliani, R. dan N. Sumarni (2005) Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Sistem Hidroponik. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung
Tribunnews. (2013). Survey: 93,6 Persen Penduduk Indonesia Kurang Sayur dan Buah.
http://www.tribunnews.com/kesehatan/2013/04/30/survei-936-persen-penduduk-indonesia-kurang-
sayur-dan-buah. Diakses pada 1 Desember 2016
Wijayani, A. dan W. Widodo (2005). Usaha Meningkatkan Kualitas Beberapa Varietas Tomat Dengan
Sistem Budidaya Hidroponik. Ilmu Pertanian. Vol 12: 77-83
Wulansari, N.D (2009) Konsumsi Serta Preferensi Buah dan Sayur pada Remaja SMA dengan Status Sosial
Ekonomi yang Berbeda di Bogor. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Wesonga, J.M., C. Wainaina, F.K. Ombwara, P.W. Masinde and P.G. Home (2014). Wick Material and
Media for Capillary Wick Based Irrigation System in Kenya. Intl. J. Sci. Res. Vol 3: 613-617

86 | BULETIN UDAYANA MENGABDI

Anda mungkin juga menyukai