Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM PENYULUHAN TENTANG MANFAAT KOMPOS DAN

TEKNIK PEMBUATANNYA UNTUK PENGELOLAAN LIMBAH


PERTANIAN

Nama anggota

Meisa Anindia (05101282328049)

M Rakha Pangestu H (05101282328051)

Naila Aswaq Sukaningrum (05101282328052)

M Ikhwan Hafidzi (05101282328016)

Kelompok 17

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2024
Analisis Situasi

Sampah organik yang berasal dari rumah tangga dapat dimanfaatkan menjadi
pupuk padat dan cair dengan cara yang sederhana dan murah, karena dapat
dilakukan oleh masyarakat tanpa memerlukan biaya yang besar (Mardwita dkk.,
2019). Secara umum persepsi dan perilaku masyarakat masih belum berorientasi
pada pengelolaan limbah domestik yang dapat berdampak buruk terhadap kualitas
lingkungan dan kualitas air sebagai sumber penghidupan manusia (Windiani,
2011).

Sampah dianggap sebagai sesuatu yang tidak berguna berasal dari sisa-sisa
kegiatan manusia yang dibuanag ke lingkungan. Maka dari itu permasalahan
mengenai sampah ini membutuhkan penanganan dari pemerintah utamanya dalam
hal menjaga kelestarian serta kesehatan lingkungan karena banyaknya sampah
yang berserakan di lingkungan akan berakibat pada lingkungan yang semakin
tercemar. Pada dasarnya sampah ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah
organik dan sampah anorganik (Ashlihah, et al., 2020). Sampah organik
merupakan sampah yang berasal dari makhluk hidup seperti daun kering, sampah
dapur, d an kotoran ternak yang dimana dapat terurai lebih cepat dibanding
sampah anorganik. Sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang tidak
bisa terurai secara cepat karena bersifat sintetis contohnya seperti plastik, kaca
dan lain sebagainya. Sampah organik sebagai salah satu jenis sampah yang
dihasilkan dari kegiatan sehari - hari manusia dapat diolah mejadi pupuk kompos
dan pupuk organik cair yang memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan
pupuk anorganik, seperti meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi pencemaran
lingkungan dan mengurangi biaya produksi. Di Desa Nanggerang kecamatan
cililin kabupaten bandung barat, Pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk
kompos dan pupuk organik cair sebagai solusi untuk memperbaiki struktur tanah
pada Perkebunan.

Daur ulang limbah ternak mempunyai peranan penting dalam mencegah


terjadinya pencemaran lingkungan. Limbah ternak sebagai hasil akhir dari usaha
peternakan memiliki potensi untuk dikelola menjadi pupuk organik seperti
kompos yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya dukung lingkungan,
meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan pendapatan petani dan
mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan (Nenobesi, et al., 2017).

Pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk kompos dan pupuk organik cair
telah menjadi solusi cerdas yang digunakan oleh masyarakat Desa Nanggerang
untuk mengatasi permasalahan lingkungan sekaligus meningkatkan hasil pertanian
mereka. Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan-bahan organik yang
(dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk
organik sangat diperlukan karena berperan sebagai penyangga sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas
lahan (Studi Agroekoteknologi and Pertanian 2012). Pupuk organik terbagi
menjadi dua yaitu pupuk organik padat dan cair. Penggunaan pupuk organik pada
tanaman tidak hanya memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, tetapi
juga dapat memperbaiki struktur tanah.

Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik berupa sampah
sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit telur, sampah buah
seperti anggur, kulit mangga, jeruk, dan lain sebagainya (Rahmah et al. 2014).
Bahan organik memiliki peranan yang penting di dalam tanah yaitu terhadap sifat-
sifat tanah. Bahan organik yang diberikan dalam tanah akan mengalami proses
pelapukan dan perombakan yang selanjutnya akan menghasilkan humus.
Keuntungan dari penambahan pupuk organik ke dalam tanah tidak hanya terletak
pada kadar unsur haranya saja tetapi juga mempunyai peranan lain ialah
memperbaiki keadaan struktur, aerasi, kapasitas menahan air tanah,
mempengaruhi atau mengatur temperatur tanah, dan menghasilkan suatu zat
perombakan yang dapat membantu pertumbuhan tanaman (Intara et al. 2011).

Limbah pertanian merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan yang


signifikan. Penumpukan limbah pertanian dapat mencemari tanah, air, dan udara.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengolah limbah
pertanian menjadi kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang kaya akan
unsur hara dan bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Program penyuluhan tentang manfaat kompos dan teknik pembuatannya
untuk pengelolaan limbah pertanian sangatlah penting untuk meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan petani tentang pengelolaan limbah yang ramah
lingkungan.

Berikut analisis situasi berdasarkan SWOT:

1. Kekuatan (Strengths)

 Adanya potensi besar untuk mengolah limbah pertanian menjadi kompos


di Indonesia.
 Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
kelestarian lingkungan.
 Dukungan dari pemerintah dalam bentuk program dan kebijakan terkait
pengelolaan limbah pertanian.
 Ketersediaan bahan baku yang melimpah (limbah pertanian).

2. Kelemahan (Weaknesses)

 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani tentang pembuatan dan


penggunaan kompos.
 Keterbatasan akses terhadap teknologi dan peralatan pengolahan kompos.
 Lemahnya kelembagaan dan jaringan petani dalam pengelolaan limbah
pertanian.
 Stigma negatif terhadap kompos sebagai pupuk yang kurang efektif.

3. Peluang (Opportunities)

 Meningkatnya permintaan pupuk organik di pasar domestik dan


internasional.
 Perkembangan teknologi pengolahan kompos yang lebih modern dan
efisien.
 Kerjasama dengan berbagai pihak terkait untuk meningkatkan program
penyuluhan dan pengelolaan limbah pertanian.
 Potensi kompos sebagai sumber pendapatan tambahan bagi petani.
4. Ancaman (Threats)

 Persaingan dengan pupuk kimia yang lebih mudah didapat dan digunakan.
 Kurangnya insentif dan dukungan ekonomi bagi petani dalam mengolah
limbah pertanian.
 Bencana alam yang dapat mengganggu produksi dan distribusi kompos.
 Perubahan kebijakan pemerintah yang kurang mendukung pengelolaan
limbah pertanian.

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi, program penyuluhan tentang manfaat kompos


dan teknik pembuatannya untuk pengelolaan limbah pertanian dihadapkan pada
beberapa masalah utama, yaitu:

1. Kurangnya Pengetahuan dan Keterampilan Petani

 Banyak petani yang belum mengetahui manfaat kompos secara detail dan
bagaimana cara membuatnya dengan benar.
 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam menggunakan
kompos secara efektif dalam kegiatan pertanian.

2. Keterbatasan Akses Terhadap Teknologi dan Peralatan

 Ketersediaan teknologi dan peralatan pengolahan kompos yang masih


terbatas, terutama di daerah pedesaan.
 Biaya teknologi dan peralatan pengolahan kompos yang relatif mahal.

3. Lemahnya Kelembagaan dan Jaringan Petani

 Kurangnya kelembagaan dan jaringan petani yang kuat dalam pengelolaan


limbah pertanian.
 Kesulitan petani dalam mengakses informasi dan pelatihan tentang
kompos.
4. Stigma Negatif Terhadap Kompos

 Masih ada stigma negatif di kalangan sebagian petani bahwa kompos


adalah pupuk yang kurang efektif dibandingkan pupuk kimia.
 Kurangnya edukasi dan promosi tentang manfaat dan keunggulan kompos.

5. Kurangnya Dukungan Kebijakan dan Ekonomi

 Kurangnya kebijakan dan program pemerintah yang secara khusus


mendukung pengelolaan limbah pertanian melalui kompos.
 Kurangnya insentif dan dukungan ekonomi bagi petani dalam mengolah
limbah pertanian menjadi kompos.

Dari identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan utama


yang akan dibahas dalam proposal ini, yaitu: "Bagaimana meningkatkan program
penyuluhan tentang manfaat kompos dan Teknik pembuatannya untuk
pengelolaan limbah pertanian?"

Kerangka Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan, kegiatan


penyuluhan ini akan dirancang dengan pendekatan yang komprehensif. Kerangka
pemecahan masalah terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Analisis Masalah

 Melakukan analisis mendalam terhadap setiap masalah yang telah


diidentifikasi, termasuk penyebab, dampak, dan potensi solusinya.
 Melibatkan berbagai pihak terkait, seperti petani, penyuluh, akademisi,
dan pemangku kepentingan lainnya, dalam proses analisis masalah.
2. Brainstorming Solusi

 Melakukan brainstorming untuk menghasilkan ide-ide solusi yang kreatif


dan inovatif untuk setiap masalah yang diidentifikasi.
 Mendorong partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat dalam proses
brainstorming.

3. Evaluasi dan Pemilihan Solusi

 Mengevaluasi ide-ide solusi yang dihasilkan berdasarkan berbagai kriteria,


seperti kelayakan, efektivitas, efisiensi, dan keberlanjutan.
 Memilih solusi yang paling optimal untuk setiap masalah yang
diidentifikasi.

4. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

 Menyusun rencana tindak lanjut yang terstruktur dan jelas untuk


implementasi solusi yang telah dipilih.
 Menentukan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan rencana tindak lanjut.
 Memastikan ketersediaan sumber daya yang dibutuhkan untuk
implementasi rencana tindak lanjut.

5. Implementasi dan Monitoring

 Melaksanakan rencana tindak lanjut dengan cermat dan terkendali.


 Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memastikan
efektivitas dan efisiensi implementasi program.
 Melakukan penyesuaian terhadap rencana tindak lanjut jika diperlukan.

Tinjauan Pustaka

Pemakaian pupuk buatan secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan


pada tanah. Panjaitan et al., (2011), dan Jamilah 2009 menyatakan bahwa
penggunaan pupuk buatan terus menerus dapat penurunan tingkat kesuburan lahan
pertanian karena populasi mikroorganisme tanah berkurang dan mati (Priyadi, et
al 2021). Di samping itu, struktur tanah menjadi keras, daya sangga tanah untuk
menahan air berkurang, tanah miskin hara dan menjadikan lahan pertanian krisis
(Jayanti WD., et al 2020). Sedangkan pemanfaatan pupuk organik dapat
menambah cadangan unsur hara di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah dan
menambah kandungan bahan organik tanah. Pengaruhnya terhadap sifat kimia
tanah diantaranya memperbaiki pH tanah, meningkatkan kandungan C-organik
dan KTK. Menurut Didiek dan Yufnal (2006), kompos kulit buah kakao
mempunyai pH 5,4, N total 1,30%, C-organik 33,71%, P2O5 0,186%, K 2O 5,5%,
CaO 0,23%, dan MgO 0,59%. Pupuk kandang memiliki kandungan 0,5 % N, 0,25
% P2O5, dan 0,56% K2O (Goenadi, 1997). Jerami padi memiliki kandungan
kurang lebih 0,6% N, 0,1 % P, 1,5 % K. Hasil penelitian Sunarjono dkk, 2006,
kandungan unsur hara pupuk kompos jerami jagung antara lain 1,2% N; 0,25% P;
1,32% K. Berarti setiap 1 ton kompos jerami jagung mengandung unsur 120 kg N,
57,25 kg P2O5 dan 159,25 kg SP36. Menurut Sudirja (2014) limbah tongkol
jagung mengandung 0,81% N; 0,16% P dan 1,33% K atau setara dengan
menggunakan 81 kg N; 36,64 kg P2O5 dan 160,20 kg K2O.

Mulyana (2015) dalam penelitiannya di Garut, Jawa Barat, menemukan


bahwa penyuluhan tentang pupuk organik dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran petani tentang manfaat pupuk organik. Hal ini mendorong petani untuk
mengadopsi praktik penggunaan pupuk organik, meskipun masih dalam skala
kecil.

Djunaedi et al. (2013) dalam penelitiannya di Kabupaten Magelang, Jawa


Tengah, menemukan bahwa program penyuluhan dan pembuatan pupuk organik
bersama kelompok tani dapat meningkatkan produksi padi dan meningkatkan
pendapatan petani.

Hajar (2017) dalam penelitiannya di Kecamatan Pattallassang, Kabupaten


Gowa, Sulawesi Selatan, menemukan bahwa penyuluhan tentang pupuk organik
melalui website dan demonstrasi lapangan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani dalam membuat dan menggunakan pupuk organik.
Tujuan dan Manfaat

Tujuan

Program penyuluhan tentang manfaat kompos dan teknik pembuatannya


untuk pengelolaan limbah pertanian memiliki beberapa tujuan utama, yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani tentang manfaat dan jenis


pupuk organik.

 Memberikan informasi tentang manfaat kompos bagi tanaman dan tanah,


seperti meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan retensi air, dan meningkatkan hasil panen.
 Menjelaskan berbagai jenis pupuk organik, termasuk kompos, pupuk
kandang, dan pupuk hijau.

2. Meningkatkan keterampilan petani dalam pembuatan dan penggunaan pupuk


organik.

 Melatih petani dalam teknik pembuatan kompos yang benar, termasuk


pemilihan bahan baku, pencampuran bahan, dan proses fermentasi.
 Memberikan panduan tentang cara penggunaan pupuk organik yang
optimal, seperti dosis, waktu aplikasi, dan cara aplikasi.

3. Mendorong petani untuk mengadopsi praktik penggunaan pupuk organik dalam


kegiatan pertanian.

 Memotivasi petani untuk beralih dari penggunaan pupuk kimia ke pupuk


organik yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
 Memberikan informasi tentang manfaat ekonomi dan lingkungan dari
penggunaan pupuk organik.

4. Meningkatkan pengelolaan limbah pertanian yang ramah lingkungan.

 Mengurangi penumpukan limbah pertanian yang dapat mencemari tanah


dan air.
 Mendorong petani untuk memanfaatkan limbah pertanian secara produktif
dengan mengolahnya menjadi kompos.

5. Meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas hasil panen.

 Meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang penting bagi


kesuburan tanah.
 Meningkatkan hasil panen dan kualitas produk pertanian.

Manfaat

Program penyuluhan tentang manfaat kompos dan teknik pembuatannya


memiliki banyak manfaat bagi petani, lingkungan, dan ketahanan pangan, antara
lain:

Manfaat bagi Petani:

a. Meningkatkan produktivitas tanaman dan hasil panen.

b. Menurunkan biaya produksi pertanian karena mengurangi ketergantungan


pada pupuk kimia.

c. Meningkatkan kualitas hasil panen yang lebih sehat dan aman untuk
dikonsumsi.

d. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

e. Memperkuat kelembagaan kelompok tani dan meningkatkan rasa


kemandirian petani.

Manfaat bagi Lingkungan:

a. Meningkatkan kesuburan tanah dan menjaga kelestarian lingkungan.

b. Mengurangi pencemaran tanah dan air akibat penggunaan pupuk kimia


yang berlebihan.

c. Meningkatkan keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem.

d. Mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.


Manfaat bagi Ketahanan Pangan:

a. Meningkatkan produksi pangan yang berkelanjutan dan aman.

b. Memperkuat ketahanan pangan nasional.

c. Mendukung upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)


Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Khalayak sasaran

Kegiatan penyuluhan ini adalah petani yang belum pernah menggunakan


pupuk organic termasuk kompos. Petani yang ingin meningkatkan
pengetahuannya dan keterampilannya dalam pembuatan dan penggunaan pupuk
organic. Serta petani yang ingin mneingkatkan hasil panen dan kualitas produk
pertanian

Metode Pelaksanaan

1. Analisis Situasi

 Melakukan analisis situasi untuk memahami kondisi dan kebutuhan


khalayak sasaran, termasuk:
o Karakteristik dan tingkat pendidikan petani.
o Pengetahuan dan keterampilan petani tentang kompos.
o Akses petani terhadap teknologi dan peralatan pengolahan kompos.
o Kelembagaan dan jaringan petani.
o Kebiasaan dan pola pikir petani terkait penggunaan pupuk.
o Potensi dan kendala dalam pelaksanaan program penyuluhan.
 Teknik pengumpulan data:
o Wawancara dengan petani, penyuluh pertanian, dan pihak terkait
lainnya.
o Observasi lapangan.
o Focus Group Discussion (FGD).
o Kuesioner.
o Studi literatur.

2. Penetapan Tujuan dan Sasaran

 Merumuskan tujuan dan sasaran program penyuluhan yang jelas, terukur,


dan realistis.
 Contoh tujuan: Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani
tentang manfaat kompos dan teknik pembuatannya.
 Contoh sasaran:
o 80% petani memahami manfaat kompos dalam waktu 3 bulan.
o 50% petani mampu membuat kompos dengan benar dalam waktu 6
bulan.
o 30% petani menerapkan penggunaan kompos dalam kegiatan
pertanian dalam waktu 1 tahun.

3. Penyusunan Materi Penyuluhan

 Mengembangkan materi penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan dan


tingkat pendidikan khalayak sasaran.
 Materi penyuluhan:
o Manfaat kompos bagi tanaman dan tanah.
o Jenis-jenis pupuk organik.
o Teknik pembuatan kompos yang benar.
o Cara penggunaan kompos yang optimal.
o Studi kasus dan contoh penerapan kompos yang sukses.
 Media penyuluhan:
o Brosur, leaflet, dan poster.
o Video edukatif.
o Peraga visual.
o Alat peraga.
 Gaya bahasa:
o Sederhana, mudah dipahami, dan sesuai dengan budaya setempat.
4. Pemilihan Metode Penyuluhan

 Memilih metode penyuluhan yang tepat dan efektif untuk mencapai tujuan
program.
 Pertimbangan:
o Karakteristik dan kebutuhan khalayak sasaran.
o Ketersediaan sumber daya dan dana.
o Kondisi geografis dan infrastruktur.
o Pengalaman dan kemampuan penyuluh.

5. Pembentukan Tim Pelaksana

 Membentuk tim pelaksana program penyuluhan yang terdiri dari:


o Penyuluh pertanian.
o Tenaga ahli di bidang pertanian dan lingkungan.
o Tokoh masyarakat dan influencer lokal.
o Perwakilan petani.
 Tugas dan tanggung jawab tim:
o Menyusun rencana kerja program.
o Melaksanakan kegiatan penyuluhan.
o Melakukan monitoring dan evaluasi program.
o Membuat laporan program.

6. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB)

 Menyusun RKAB yang memuat:


o Tujuan dan sasaran program.
o Jadwal kegiatan penyuluhan.
o Metode penyuluhan yang akan digunakan.
o Kebutuhan sumber daya dan dana.
o Penanggung jawab masing-masing kegiatan.

7. Sosialisasi dan Koordinasi


 Melakukan sosialisasi program kepada berbagai pihak terkait, termasuk:
o Pemerintah daerah.
o Lembaga penelitian dan pengembangan pertanian.
o NGO yang bergerak di bidang pertanian dan lingkungan.
o Kelompok tani.
o Masyarakat umum.
 Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mendukung
pelaksanaan program.
.

Waktu dan Rencana

Tahap Persiapan (1 Bulan)

 Analisis situasi: Melakukan analisis situasi untuk memahami kondisi dan


kebutuhan khalayak sasaran (petani).
 Penetapan tujuan dan sasaran: Merumuskan tujuan dan sasaran program
yang jelas, terukur, dan realistis.
 Penyusunan materi penyuluhan: Mengembangkan materi penyuluhan yang
sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pendidikan khalayak sasaran.
 Pemilihan metode penyuluhan: Memilih metode penyuluhan yang tepat
dan efektif untuk mencapai tujuan program.
 Pembentukan tim pelaksana: Membentuk tim pelaksana program yang
terdiri dari berbagai pihak terkait.
 Penyusunan RKAB: Menyusun RKAB yang memuat tujuan, sasaran,
jadwal kegiatan, metode penyuluhan, kebutuhan sumber daya, dan
penanggung jawab masing-masing kegiatan.
 Sosialisasi dan koordinasi: Melakukan sosialisasi program kepada
berbagai pihak terkait dan melakukan koordinasi untuk mendukung
pelaksanaan program.
Tahap Pelaksanaan (6 Bulan)

 Penyuluhan dan pelatihan: Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan


pelatihan kepada petani tentang manfaat kompos dan teknik
pembuatannya.
 Demonstrasi dan praktek lapangan: Melakukan demonstrasi dan praktek
lapangan tentang pembuatan dan penggunaan kompos.
 Pembentukan kelompok tani: Membentuk kelompok tani kompos untuk
meningkatkan kerjasama, kemandirian, dan daya saing petani.
 Pendampingan dan monitoring: Melakukan pendampingan dan monitoring
kepada petani untuk memastikan mereka menerapkan praktik pengelolaan
limbah yang ramah lingkungan.
 Evaluasi: Melakukan evaluasi program secara berkala untuk mengetahui
efektivitas dan efisiensi program.

Tahap Tindak Lanjut (Berkelanjutan)

 Pemberdayaan petani: Memberdayakan petani untuk memproduksi dan


memasarkan kompos secara mandiri.
 Advokasi dan kemitraan: Melakukan advokasi dan kemitraan dengan
berbagai pihak terkait untuk mendukung pengembangan program
pengelolaan limbah pertanian yang berkelanjutan.
 Pengembangan jaringan: Mengembangkan jaringan informasi dan
komunikasi untuk menyebarkan informasi dan edukasi tentang kompos.
 Penelitian dan pengembangan: Melakukan penelitian dan pengembangan
untuk meningkatkan kualitas kompos dan teknik pembuatannya.

Rencana Biaya

Rencana biaya untuk pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini adalah sebagai berikut

Komponen Biaya Jumlah Satuan Biaya Satuan Total Biaya


Tenaga Kerja 5 Orang Rp 2.000.000 Rp10.000.000
Materi Penyuluhan 100 Set Rp50.000 Rp5.000.000
Peralatan dan Infrastruktur 1 Set Rp10.000.000 Rp10.000.000
Konsumsi dan Sarana Prasarana 100 Orang Rp50.000 Rp5.000.000
Monitoring dan Evaluasi 1 Kali Rp5.000.000 Rp5.000.000
Biaya Tidak Terduga 10% Total Biaya - Rp5.000.000

Total Biaya Rp40.000.000


Daftar Pustaka

Aslihah, Saputri, M. M., & Fauzan, A. (2020). Pelatihan Pemanfaatan Limbah


Rumah Tangga Organik menjadi Pupuk Kompos. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Bidang Pertanian Vol. 1, No. 1, 30-33

Intara, Yazid Ismi, Asep Sapei, Namaken Sembiring, and Bintoro Djoefrie. 2011.
“Pengaruh Pemberian Bahan Organik PadaTanah Liat Dan Lempung
BerliatTerhadap Kemampuan Mengikat Air (Affected Of Organic Matter
Application AtClay And Clay Loam Soil Texture On Water Holding
Capacity).” Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 16.

Mardwita, Yusmartini, E.S., Melani, A., Atikah, Ariani, D. (2019). Pembuatan


kompos dari sampah organik menjadi pupuk cair dan pupuk padat
menggunakan komposter. Suluh Abdi, 1(2), 80-83.

Nenobesi D., W Mella., P Soetedjo. 2017. Pemanfaatan Limbah Padat Kompos


Kotoran Ternak Dalam Meningkatkan Daya Dukung Lingkungan Dan
Biomassa Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiate). L. Pangan. 26 (1) : 43
– 56

Panjaitan, S., R. S. Wahyuningtyas, dan D. Ambarawati. 2011. Pengaruh Naungan


Terhadap Proses Ekofisiologi dan Pertumbuhan Shorea selanica (DC)
Blume di Persemaian. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. 5 (2): 73—82.

Rahmah, Atikah, Munifatul Izzati, Sarjana Parman, and Jurusan Biologi. 2014.
“Pengaruh Pupuk Organik Cair Berbahan Dasar Limbah Sawi Putih
(Brassica Chinensis L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis
(Zea Mays L. Var. Saccharata).” Buletin Anatomi Dan Fisiologi. Vol.
XXII.

Rudi Priyadi, Rina Nuryati, Faqihuddin, 2021, Perilaku Petani Terhadap Adopsi
Teknologi M-Bio untuk Pengembangan Usahatani Agroforestri,
Sarwahita: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 19(1): 65-82

Studi Agroekoteknologi, Program, and Fakultas Pertanian. 2012. “E-Jurnal


Agroekoteknologi Tropika Aplikasi Jenis Pupuk Organik Pada Tanaman
Padi Sistem Pertanian Organik I NYOMAN YOGI SUPARTHA GEDE
WIJANA *) GEDE MENAKA ADNYANA” 1 (2)

Sudirja. 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing Terhadap
Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Fluventic Eutrudepts. Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran.Bandung.

Windiani, W. (2011). Pengelolaan limbah domestik berbasis komunitas di


kawasan daerah DAS Tawing: Studi Kasus di Kabupaten Trenggalek.
Jurnal Sosial Humaniora, 4(1), 26-39.

Anda mungkin juga menyukai