Abstrak
Pengelolaan sampah selama ini hanya dilakukan oleh petugas pemerintah dengan urutan dari
sumber sampah menuju TPS dan pada akhirnya ke TPA. TPA selama ini menjadi harapan
solusi utama dalam mengatasi sampah. Perhatian utama pemerintah tersita pada TPA dan
masyarakat tinggal membuang sampahnya. Padahal keberadaan TPA banyak menimbulkan
dampak negatif seperti konflik dengan masyarakat dan pencemaran. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Rathje (1987) membuktikan bahwa sampah pada TPA yang sudah lama
ditutup ternyata sebagian besar tidak mengalami pembusukan. Sebagian besar sampah-
sampah yang ada di TPA adalah sampah rumah tangga yang dibungkus menggunakan plastik
(bercampur organik dan anorganik). Karena adanya TPS dan TPA, maka masyarakat
cenderung berpikir praktis dengan membuang sampah seadanya (tanpa perlakuan,
pemisahan). Sehingga tertanam pola pikir bahwa pemerintah yang bertanggung jawab atas
semua sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Pemerintah berusaha melakukan inovasi ke
arah perbaikan pengelolaan TPA contohnya pengembangan teknologi landfilling, teknologi
pengolah sampah, kerjasama dengan pihak luar, dimana terbatasnya biaya adalah hal utama
yang menjadi kendala walaupun selama ini pembiayaan pemerintah fokus kepada TPA, bukan
pada perubahan pola pikir. Permasalahan utama sampah adalah permasalahan paradigma,
perilaku dan kesadaran. Sedangkan teknologi pengolahan sampah dan TPA adalah urutan
kesekian setelah faktor perilaku manusia. Perhatian utama kepada TPA sebagai solusi
sepertinya telah membentuk karakter masyarakat yang tidak peduli sampah, tidak mau
bertanggung jawab atas sampah, dan dimanjakan pemerintah. Pembahasan mengenai
pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan teori manajamen lingkungan akan menghasilkan
jawaban terhadap pertanyaan mengenai cara mengatasi permasalahan pengelolaan sampah.
nilainya. Hal yang sedikit berbeda mentah dan saat proses produksi. Setelah
diungkapkan oleh McDonough dan bahan mentah diperoleh, lebih banyak lagi
Braungart (2002: 92) dalam Scheinberg sampah diproduksi saat pemprosesan
(2010: 9) yang mengatakan bahwa sampah barang yang kemudian akan dikonsumsi
mempunyai nilai yang sama dengan oleh masyarakat. Cara yang paling efektif
makanan. Pernyataan ini dapat diartikan untuk mengurangi masalah sampah adalah
bahwa McDonough dan Braungart dengan mengurangi jumlah dan toksisitas
memandang bahwa sampah mempunyai sampah yang dihasilkan. Tetapi dengan
nilai yang sangat tinggi dan berharga meningkatnya keinginan untuk standar
bahkan sampai mempunyai nilai yang sama hidup yang lebih baik, manusia menjadi
dengan makanan. memiliki tingkat konsumsi yang lebih
Sampah adalah sesuatu yang harus tinggi dan menghasilkan lebih banyak
dikelola agar mempunyai nilai tambah, sampah. Konsekuensinya masyarakat harus
dapat dipakai kembali dan tidak mencemari mencari metode pengelolaan sampah yang
lingkungan. Menurut sejarah, pengelolaan efektif dan cara untuk mengurangi jumlah
sampah diidentikkan dengan fungsi sampah yang perlu dibuang ke landfill
keteknikan. Peningkatan produksi telah (Tchobanoglous et al., 2002: 1.1). Sesuai
menciptakan masalah yang membutuhkan dengan UU No. 18 tahun 2008 yang
tempat pembuangan sampah. Aliran mencantumkan bahwa pengelolaan sampah
material pada masyarakat digambarkan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
secara skematis pada gambar 1. Sampah masyarakat dan kualitas lingkungan serta
dihasilkan pada tahapan penggalian bahan menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Bahan mentah
Pabrik
Pemprosesan Pabrik
dan pemulihan sekunder
Penggunaan
produk oleh
konsumen
Pembuangan Akhir
Energi
Sampah
Bahan mentah, produk dan
recovered material
Gambar 1. Aliran material dan sampah pada masyarakat industri (Tchobanoglous et al.,
2002: 1.2)
Rizqi Putri Mahyudin/EnviroScienteae 10 (2014) 33-40 35
sampah yang ditujukan pada pengurangan komersial setelah produk yang asli tidak
konsumsi sumberdaya dan melindungi memiliki manfaat lagi. Sampah menjadi
lingkungan. Tchobanoglous et al. (2002: energi adalah pilihan berikutnya karena
1.20) mengungkapkan 4 (empat) pilihan sampah dapat menghasilkan energi
pengelolaan sampah (pengurangan sampah daripada hanya dengan dibakar atau
dari sumber, daur ulang, sampah menjadi dikubur. Landfilling adalah pilihan terakhir
energi dan landfilling) yang dapat yang merupakan pilihan yang tidak lebih
dilakukan secara interaktif atau hirarki baik atau bahkan lebih buruk dibandingkan
(Gambar 2a, 2b). insinerasi (Tchobanoglous et al., 2002:
Di wilayah dengan tanpa penekanan 1.20). UNEP Waste Climate and Change
terhadap aspek ekonomi, perangkat untuk (2010: 5) mencantumkan hirarki sampah
pengelolaan sampah dipilih berdasarkan yang mirip dengan Tchobanoglous et al.
tingkat kejelasan penerimaan lingkungan. (2002) (Gambar 2c). Dengan semakin
Pengurangan sampah dari sumber akan meningkatnya masalah dalam pengelolaan
berada di tingkatan paling utama untuk sampah maka pengelolaan sampah tidak
mencegah permasalahan sampah untuk dapat diselesaikan dengan hanya satu
dikelola. Daur ulang termasuk pilihan pengelolaan sampah, tetapi dengan
pengomposan akan menjadi pilihan sistem pengelolaan yang komprehensif dan
pengelolaan berikutnya karena dapat terintegrasi.
mengembalikan sumberdaya menjadi
a b
dalam pengelolaan sampah. Chung dan Lo tahun). Disaat penghalang fisik pada TPA
(2003: 123) menggunakan empat kriteria gagal untuk menghambat pencemaran,
dalam menilai keberlanjutan pengelolaan pelepasan emisi mengakibatkan tingginya
sampah di Hongkong, yaitu kriteria daya beban lingkungan yang harus diatasi untuk
dukung lingkungan (enviromental menghindari ancaman terhadap kesehatan
desirability), optimisasi ekonomi, manusia dan lingkungan.
penerimaan masyarakat, keadilan dan Pengelolaan sampah yang
ketentuan administratif. berkelanjutan dan terintegrasi atau ISWM/
Dalam beberapa tahun terakhir di Integrated Sustainable Waste Management
beberapa negara, pembuangan sampah ke fokus pada pengelolaan sampah sebagai
TPA telah diupayakan untuk dikurangi multi aktor, kesepakatan multi lapisan
jumlahnya dengan regulasi yang lebih ketat, sistem sosial teknik (Ijgosse, Anschütz and
menggalakkan pengurangan sampah dari Scheinberg 2004; Spaargaren and van Vliet
sumber (source reduction), penggunaan 2000 dalam Scheinberg 2010: 9). ISWM
kembali sampah yang masih bisa digunakan meletakkan sektor formal dan bisnis
dan daur ulang, serta produksi energi dari informal pada keseluruhan sistem sosial
sampah. Menurut Huber-Humer dan teknis pada pengelolaan sampah. Kerangka
Lechner (2011:1427), TPA yang ISWM seperti pada gambar 3 di bawah
berkelanjutan didefinisikan sebagai suatu mengenali tiga dimensi utama pada
sistem yang ditujukan untuk mencapai pengelolaan sampah yaitu stakeholder,
keseimbangan yang dapat diterima oleh elemen sistem sampah dan aspek
lingkungan dalam satu generasi (30-40 keberlanjutan (Scheinberg, 2010: 9).
Gambar 3. Kerangka Pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan terintegrasi atau ISWM
(Integrated Sustainable Waste Management) Sumber: Ijgosse, Anshutz dan
Scheinberg, 2004 dalam Scheinberg (2010: 9).
Keterangan:
NGOs: Non Governmental Organizations
CBOs: Community Based Organizations
Rizqi Putri Mahyudin/EnviroScienteae 10 (2014) 33-40 39
EPA Waste Guidelines. 2009. Waste UNEP. 2010. Waste and Climate Change:
Definition. Global trends and strategy
http://www.epa.sa.gov.au/xstd_files/ framework. United Nations
Waste/Guideline/guide_waste_definit Environmental Programme. Division
ions.pdf. Diakses tanggal 14 Pebruari of Technology, Industry and
2012 Economics. International
Fehr M. 2006. The Environmentalist Environmental Technology Centre.
Journal. A Successful Pilot Project of Osaka/Shiga.
Decentralized Household Waste Zaman AU. 2009. Life Cycle Enviromental
Management in Brazil. Asessment of Municipal Solid Waste
http://www.springerlink.com/earth- to Energy Technologies. Global
and-environmental-science/journals/. Journal of Enviromental Research 3.
Diakses tanggal 11 Nopember 2010 http://kth.academia.edu/AtiqUzZama
Huber-Humer M And Lechner P. 2011. n/Papers/121546/Life_Cycle_Environ
ScienceDirect Waste Management mental_Assessment_of_Municipal_S
Journal. Sustainable landfilling or olid_Waste_to_Energy_Technologies.
sustainable society without Diakses tanggal 5 Juli 2011.
landfilling? Waste Management. 31:
1427–1428.
Keraf AS. 2010. Etika Lingkungan Hidup.
Kompas Media Nusantara. Jakarta.
McDougall F, White P, Franke M and
Hindle P. 2001. Integrated Solid wase
Management: Life Cycle Inventory
Second Edition. Blackwell Publishing
Company. Malden USA.
Meidiana C, Gamse T. 2010. Development
of Waste Management Practices in
Indonesia. European Journal of
Scientific Research. ISSN 1450-
216X Vol.40 No.2 (2010): 199-210.
Roseland M, Cureton M, and Wornell H.
1998. Toward Sustainable
Communities, Resources For Citizens
and Their Governments. New Society
Publisher. Canada.
Scheinberg A. 2010. The Need for the
Private Sector in a Zero Waste, 3-R,
and Circular Economy Materials
Management Strategy. Discussion
paper for the CSD 18/19
Intercessional, 16-18 February 2010.
Tokyo, Japan.
Tchobanoglous G, Kreith F, Williams ME.
2002. Chapter 1 Introduction. In G.
Tchobanoglous & F. Kreith,
Handbook of Solid Waste
Management Second Edition. (pp.
1.1-1.27). McGraw-Hill. United
States of America.