Anda di halaman 1dari 8

EnviroScienteae 10 (2014) 33-40 ISSN 1978-8096

STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH BERKELANJUTAN

Rizqi Puteri Mahyudin

Fakultas Teknik Prodi Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat


rizqiputeri@yahoo.com

Abstrak

Pengelolaan sampah selama ini hanya dilakukan oleh petugas pemerintah dengan urutan dari
sumber sampah menuju TPS dan pada akhirnya ke TPA. TPA selama ini menjadi harapan
solusi utama dalam mengatasi sampah. Perhatian utama pemerintah tersita pada TPA dan
masyarakat tinggal membuang sampahnya. Padahal keberadaan TPA banyak menimbulkan
dampak negatif seperti konflik dengan masyarakat dan pencemaran. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Rathje (1987) membuktikan bahwa sampah pada TPA yang sudah lama
ditutup ternyata sebagian besar tidak mengalami pembusukan. Sebagian besar sampah-
sampah yang ada di TPA adalah sampah rumah tangga yang dibungkus menggunakan plastik
(bercampur organik dan anorganik). Karena adanya TPS dan TPA, maka masyarakat
cenderung berpikir praktis dengan membuang sampah seadanya (tanpa perlakuan,
pemisahan). Sehingga tertanam pola pikir bahwa pemerintah yang bertanggung jawab atas
semua sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Pemerintah berusaha melakukan inovasi ke
arah perbaikan pengelolaan TPA contohnya pengembangan teknologi landfilling, teknologi
pengolah sampah, kerjasama dengan pihak luar, dimana terbatasnya biaya adalah hal utama
yang menjadi kendala walaupun selama ini pembiayaan pemerintah fokus kepada TPA, bukan
pada perubahan pola pikir. Permasalahan utama sampah adalah permasalahan paradigma,
perilaku dan kesadaran. Sedangkan teknologi pengolahan sampah dan TPA adalah urutan
kesekian setelah faktor perilaku manusia. Perhatian utama kepada TPA sebagai solusi
sepertinya telah membentuk karakter masyarakat yang tidak peduli sampah, tidak mau
bertanggung jawab atas sampah, dan dimanjakan pemerintah. Pembahasan mengenai
pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan teori manajamen lingkungan akan menghasilkan
jawaban terhadap pertanyaan mengenai cara mengatasi permasalahan pengelolaan sampah.

Strategi Pengelolaan Sampah sampah dan komposisi sampah yang tidak


diketahui.
Sampah dapat didefinisikan sebagai Menurut EPA Waste Guidelines
beban atau sumberdaya yang bernilai (2009: 11) sampah adalah segala sesuatu
tergantung dari cara bagaimana sampah yang dibuang, ditolak, diabaikan, tidak
dikelola (Zaman, 2009: 1). Menurut UU diinginkan, atau materi yang tidak terpakai,
No. 18 Tahun 2008 Bab 1 Pasal 1 sampah materi yang tidak terpakai tersebut tidak
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia untuk dijual, didaur ulang, diproses ulang,
dan/atau proses alam yang berbentuk padat. diperbaiki atau dimurnikan oleh kegiatan
McDougall et al. (2001:1) mendefinisikan terpisah yang memproduksi materi tersebut.
sampah sebagai sesuatu yang kurang Selain itu sampah juga didefinisikan
berguna dan bernilai, atau sisa-sisa yang sebagai segala sesuatu yang dideklarasikan
tidak berguna. Sampah adalah produk dari oleh peraturan atau kebijakan perlindungan
aktivitas manusia. Secara fisik terdiri atas lingkungan yang didefinisikan sebagai
material yang sama dengan barang yang sampah, baik bernilai ataupun tidak. Dari
berguna, hanya dibedakan dari kurangnya berbagai definisi diatas terdapat kesamaan
nilai. Sebab kurangnya nilai atau kegunaan definisi sampah secara umum, yaitu sampah
dapat dihubungkan dengan tercampurnya adalah materi yang dibuang dan berkurang
34 Rizqi Putri Mahyudin/EnviroScienteae 10 (2014) 33-40

nilainya. Hal yang sedikit berbeda mentah dan saat proses produksi. Setelah
diungkapkan oleh McDonough dan bahan mentah diperoleh, lebih banyak lagi
Braungart (2002: 92) dalam Scheinberg sampah diproduksi saat pemprosesan
(2010: 9) yang mengatakan bahwa sampah barang yang kemudian akan dikonsumsi
mempunyai nilai yang sama dengan oleh masyarakat. Cara yang paling efektif
makanan. Pernyataan ini dapat diartikan untuk mengurangi masalah sampah adalah
bahwa McDonough dan Braungart dengan mengurangi jumlah dan toksisitas
memandang bahwa sampah mempunyai sampah yang dihasilkan. Tetapi dengan
nilai yang sangat tinggi dan berharga meningkatnya keinginan untuk standar
bahkan sampai mempunyai nilai yang sama hidup yang lebih baik, manusia menjadi
dengan makanan. memiliki tingkat konsumsi yang lebih
Sampah adalah sesuatu yang harus tinggi dan menghasilkan lebih banyak
dikelola agar mempunyai nilai tambah, sampah. Konsekuensinya masyarakat harus
dapat dipakai kembali dan tidak mencemari mencari metode pengelolaan sampah yang
lingkungan. Menurut sejarah, pengelolaan efektif dan cara untuk mengurangi jumlah
sampah diidentikkan dengan fungsi sampah yang perlu dibuang ke landfill
keteknikan. Peningkatan produksi telah (Tchobanoglous et al., 2002: 1.1). Sesuai
menciptakan masalah yang membutuhkan dengan UU No. 18 tahun 2008 yang
tempat pembuangan sampah. Aliran mencantumkan bahwa pengelolaan sampah
material pada masyarakat digambarkan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
secara skematis pada gambar 1. Sampah masyarakat dan kualitas lingkungan serta
dihasilkan pada tahapan penggalian bahan menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Bahan mentah

Pabrik

Pemprosesan Pabrik
dan pemulihan sekunder

Penggunaan
produk oleh
konsumen

Pembuangan Akhir
Energi
Sampah
Bahan mentah, produk dan
recovered material

Gambar 1. Aliran material dan sampah pada masyarakat industri (Tchobanoglous et al.,
2002: 1.2)
Rizqi Putri Mahyudin/EnviroScienteae 10 (2014) 33-40 35

Peningkatan jumlah sampah informasi yang mendidik dan


mengakibatkan semakin kompleksnya dukungan disediakan oleh kota
masalah untuk mengelola sampah. tersebut. Pemeliharaan/perawatan
Pengelolaan sampah padat adalah proses penimbunan kompos dibagi dengan
yang komplek karena mencakup banyak rumah tangga yang berpartisipasi.
teknologi dan disiplin ilmu. Mencakup Hampir 10% dari populasi penduduk
teknologi yang diasosiasikan dengan kota tersebut berpartisipasi dalam
pengendalian atas timbulan, penyimpanan, program ini.
pengumpulan, pemindahan dan 3. Penguasaan ilmu bidang komposter
pengangkutan, pengolahan dan Di Seattle, Washington penduduk yang
pembuangan sampah, yang dapat diterima tertarik dapat ikut pelatihan program
dan sesuai dengan prinsip-prinsip dalam komposter. Partisipan yang telah
kesehatan masyarakat, ekonomi, menguasai kemudian terjun ke
keteknikan, estetika dan pertimbangan- komunitas untuk melatih penduduk. Di
pertimbangan lingkungan lainnya termasuk Indonesia pelatihan ataupun
tanggap (responsive) terhadap masyarakat penguasaan pendidikan dalam
umum (Tchobanoglous et al., 2002: 1.2). teknologi sampah masih rendah,
Menurut Scheinberg (2010:9) dengan didirikannya sekolah
pengelolaan sampah akan gagal saat penguasaan kompos merupakan salah
sampah jumlahnya terlalu banyak, berada di satu upaya penanggulangan sampah
tempat yang salah, tidak cukup dekat yang signifikan.
dengan tempat menjual sampah, atau tidak 4. Program penghargaan (award)
didaur ulang dengan cukup. Solusinya pengurangan sampah
terletak pada mendesain ulang produk, Salah satu bentuk penghargaan yang
kemasan, dan proses sehingga sesuai untuk terkait dengan sampah di Indonesia
input ke dalam rantai nilai. Inisiatif dan adalah Adipura. Penghargaan Adipura
perangkat juga dapat digunakan untuk diberlakukan untuk mendorong
mendukung kesuksesan strategi pemerintah daerah dan masyarakat
pengelolaan sampah yang berkelanjutan. dalam mewujudkan kota bersih dan
Beberapa contoh perangkat dan inisiatif teduh dengan menerapkan prinsip-
telah dilakukan di beberapa kota dalam prinsip good governance dalam
usaha untuk mendukung pengelolaan pengelolaan lingkungan hidup. Untuk
sampah yang berkelanjutan (Roseland et Adipura, sampah menjadi salah satu
al., 1998:74) : substansi masalah lingkungan yang
1. Pemberian informasi dan pendidikan menjadi isu utama. Untuk itu dalam
Untuk mempopulerkan program daur penilaian Adipura diantaranya adalah
ulang, Greater Vancouver Regional kebersihan kota dan kondisi TPA.
District, B.C menerbitkan buku “101 5. Eco-labelling
Uses for Your Old Shoes and Other Pelabelan pada produk yang
Stuff” tahun 1996 berisi cara daur ulang memberikan informasi tentang
dan perbaikan barang-barang rumah persentase konten yang dapat didaur
tangga sebagai sumber arahan bisnis ulang pada suatu produk dapat
serta organisasi untuk daur ulang, membantu konsumen untuk memilih
dengan memperbaiki dan menyewakan produk yang ramah lingkungan.
barang-barang di daerah tersebut. Selain pendekatan strategi melalui
2. Kerjasama dan kemitraan perangkat dan inisiatif, dalam pengelolaan
Program pembuatan kompos pada sampah dikenal istilah hirarki sampah yang
komunitas di Switzerland terdiri dari merupakan konsep dan perangkat prioritas
hampir 600 lingkungan tempat yang dapat mengarahkan dalam
pengomposan. Tempat yang cocok, mengembangkan strategi pengelolaan
36 Rizqi Putri Mahyudin/EnviroScienteae 10 (2014) 33-40

sampah yang ditujukan pada pengurangan komersial setelah produk yang asli tidak
konsumsi sumberdaya dan melindungi memiliki manfaat lagi. Sampah menjadi
lingkungan. Tchobanoglous et al. (2002: energi adalah pilihan berikutnya karena
1.20) mengungkapkan 4 (empat) pilihan sampah dapat menghasilkan energi
pengelolaan sampah (pengurangan sampah daripada hanya dengan dibakar atau
dari sumber, daur ulang, sampah menjadi dikubur. Landfilling adalah pilihan terakhir
energi dan landfilling) yang dapat yang merupakan pilihan yang tidak lebih
dilakukan secara interaktif atau hirarki baik atau bahkan lebih buruk dibandingkan
(Gambar 2a, 2b). insinerasi (Tchobanoglous et al., 2002:
Di wilayah dengan tanpa penekanan 1.20). UNEP Waste Climate and Change
terhadap aspek ekonomi, perangkat untuk (2010: 5) mencantumkan hirarki sampah
pengelolaan sampah dipilih berdasarkan yang mirip dengan Tchobanoglous et al.
tingkat kejelasan penerimaan lingkungan. (2002) (Gambar 2c). Dengan semakin
Pengurangan sampah dari sumber akan meningkatnya masalah dalam pengelolaan
berada di tingkatan paling utama untuk sampah maka pengelolaan sampah tidak
mencegah permasalahan sampah untuk dapat diselesaikan dengan hanya satu
dikelola. Daur ulang termasuk pilihan pengelolaan sampah, tetapi dengan
pengomposan akan menjadi pilihan sistem pengelolaan yang komprehensif dan
pengelolaan berikutnya karena dapat terintegrasi.
mengembalikan sumberdaya menjadi

a b

Gambar 2. Hubungan antara pilihan pengelolaan sampah dikompilasi dengan pengelolaan


sampah yang terintegrasi: (a) interaktif, (b) hirarki (Tchobanoglous dan Kreith,
2002: 1.20), (c) hirarki sampah menurut UNEP Waste Climate and Change
(2010:5).
Rizqi Putri Mahyudin/EnviroScienteae 10 (2014) 33-40 37

Teori Manajemen Lingkungan dalam Manajemen ekosentris adalah bentuk


Pengelolaan Sampah pengelolaan yang merupakan kebalikan
dengan manajemen tradisional. Bentuk
Manusia mulai menaruh perhatian pengelolaan yang ekosentris lebih
besar terhadap lingkungan hidupnya mengutamakan keberlanjutan, kualitas
terutama pada dasawarsa 1970-an setelah hidup dan kesejahteraan. Paham ekosentris
diadakan konferensi PBB tentang dan biosentris adalah paham yang
lingkungan hidup di Stockholm. Perhatian mendukung ekosentris manajemen.
tersebut terutama disebabkan oleh semakin Biosentrisme ekosentrisme adalah paham
banyaknya pencemaran yang disebabkan yang menentang antroposentrisme.
oleh limbah industri sehingga mengganggu Biosentrisme memandang bahwa etika dan
kehidupan manusia. Manusia secara nilai tidak hanya dimiliki manusia, tetapi
ekologis adalah bagian dari lingkungan juga semua makhluk hidup. Kelanjutan dari
hidup. Kelangsungan hidup manusia biosentrisme adalah ekosentrisme atau deep
tergantung dari keutuhan lingkungannya. ecology memandang semua komunitas
Hubungan antara manusia dengan ekologis (hidup dan tidak hidup) memiliki
lingkungan mengalami banyak perubahan nilai sehingga etika mencakup lebih luas
dari masa ke masa. Perubahan hubungan ini lagi dibanding biosentrisme.
telah membawa bumi menuju perubahan Perbedaan mendasar antara
yang kemudian membuat banyak pengamat manajemen tradisional dengan manajemen
membaca fenomena yang terjadi pada ekosentris terletak pada bagaimana cara
hubungan antara lingkungan dengan memandang dan memanfaatkan peran
manusia dan menciptakan teori untuk lingkungan terhadap pemenuhan kebutuhan
mengelola lingkungan atau disebut juga manusia. Manajemen tradisional masih
manajemen lingkungan. bertumpu pada pemanfaatan lingkungan
Buchholz (1993) membagi teori secara penuh untuk memenuhi kebutuhan
manajemen lingkungan menjadi dua yaitu manusia tanpa memikirkan masa depan
manajemen tradisional dan manajemen lingkungan di kemudian hari. Sedangkan
ekosentris (tabel 2). Terjadinya kerusakan manajemen ekosentris adalah bentuk
di bumi penyebab utamanya adalah adanya pemanfaatan lingkungan yang seimbang
krisis moral manusia secara global yang dengan alam dan menggunakan prinsip
salah tentang cara pandang terhadap diri berkelanjutan.
manusia, alam dan posisi manusia dalam Perubahan fundamental untuk
lingkungan. Tradisional manajemen menjadikan bumi lebih baik adalah dimulai
ditandai dengan tujuan yang dari perubahan moral/perilaku manusia.
menitikberatkan pada mendapatkan Memandang pemulung sebagai komunitas
keuntungan ekonomi dan laba. Tradisional yang penting bagi lingkungan adalah salah
manajemen merupakan bentuk pengelolaan satu perwujudan dari bentuk manajemen
yang menganut paham antroposentrisme. ekosentris. Sebagai sebuah komunitas yang
Keraf (2010:1) memandang pentingnya serasi dengan alam, pemulung masih belum
moral/etika/perilaku manusia yang menjadi dipandang penting bagi pengelolaan
dasar perlakuan manusia terhadap sampah yang berkelanjutan.
lingkungan. Antroposentrisme merupakan
paham yang menjadi dasar kesalahan cara Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan
pandang manusia terhadap alam dimana
paham ini memandang hanya manusia yang Pembangunan yang berkelanjutan
punya nilai dan berkuasa mutlak pada alam dapat berarti supaya hidup lebih bermakna,
sehingga alam menjadi alat pemuas tidak sekedar pemenuhan kebutuhan. Istilah
kebutuhan manusia. keberlanjutan banyak dipakai dalam
berbagai bidang termasuk keberlanjutan
38 Rizqi Putri Mahyudin/EnviroScienteae 10 (2014) 33-40

dalam pengelolaan sampah. Chung dan Lo tahun). Disaat penghalang fisik pada TPA
(2003: 123) menggunakan empat kriteria gagal untuk menghambat pencemaran,
dalam menilai keberlanjutan pengelolaan pelepasan emisi mengakibatkan tingginya
sampah di Hongkong, yaitu kriteria daya beban lingkungan yang harus diatasi untuk
dukung lingkungan (enviromental menghindari ancaman terhadap kesehatan
desirability), optimisasi ekonomi, manusia dan lingkungan.
penerimaan masyarakat, keadilan dan Pengelolaan sampah yang
ketentuan administratif. berkelanjutan dan terintegrasi atau ISWM/
Dalam beberapa tahun terakhir di Integrated Sustainable Waste Management
beberapa negara, pembuangan sampah ke fokus pada pengelolaan sampah sebagai
TPA telah diupayakan untuk dikurangi multi aktor, kesepakatan multi lapisan
jumlahnya dengan regulasi yang lebih ketat, sistem sosial teknik (Ijgosse, Anschütz and
menggalakkan pengurangan sampah dari Scheinberg 2004; Spaargaren and van Vliet
sumber (source reduction), penggunaan 2000 dalam Scheinberg 2010: 9). ISWM
kembali sampah yang masih bisa digunakan meletakkan sektor formal dan bisnis
dan daur ulang, serta produksi energi dari informal pada keseluruhan sistem sosial
sampah. Menurut Huber-Humer dan teknis pada pengelolaan sampah. Kerangka
Lechner (2011:1427), TPA yang ISWM seperti pada gambar 3 di bawah
berkelanjutan didefinisikan sebagai suatu mengenali tiga dimensi utama pada
sistem yang ditujukan untuk mencapai pengelolaan sampah yaitu stakeholder,
keseimbangan yang dapat diterima oleh elemen sistem sampah dan aspek
lingkungan dalam satu generasi (30-40 keberlanjutan (Scheinberg, 2010: 9).

Gambar 3. Kerangka Pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan terintegrasi atau ISWM
(Integrated Sustainable Waste Management) Sumber: Ijgosse, Anshutz dan
Scheinberg, 2004 dalam Scheinberg (2010: 9).
Keterangan:
NGOs: Non Governmental Organizations
CBOs: Community Based Organizations
Rizqi Putri Mahyudin/EnviroScienteae 10 (2014) 33-40 39

Sistem pengelolaan sampah yang membandingkan sistem pengelolaan


terintegrasi memerlukan kerjasama dari sampah di Indonesia pada 3 (tiga) periode:
semua pihak dan aspek. Salah satu aspek sebelum desentralisasi (1999), 1999-2004,
penting yaitu kurang memadainya peraturan dan 2005-2010. Meidiana menemukan
hukum pengelolaan sampah berdampak bahwa hanya 1 aspek yang mengalami
pada tidak efisiennya pengelolaan sampah peningkatan pada ketiga periode yaitu
di Indonesia. Peraturan hukum yang ada adanya program pelatihan sistem
tidak mengatur sistem pengelolaan sampah pengelolaan sampah. Hal ini menunjukkan
secara spesifik. Peraturan yang terbaru yang rendahnya peningkatan kualitas
UU No. 18 Tahun 2008 tidak pengelolaan sampah di Indonesia. Berikut
diimplementasikan dengan baik karena ini adalah perbandingan implementasi
rendahnya tingkat pelayanan pengelolaan aspek pengelolaan sampah kota pada tiga
sampah. Meidiana (2010:207-208) periode di Indonesia:

Tabel 1. Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia pada tiga periode


Sebelum Desentralisasi 1999 - 2004 2005 –
Aspek Pengelolaan Sampah
Tahun 1999 (UNEP) Sekarang
1. Kebijakan sistem pengelolaan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
sampah yang terintegrasi
2. Hukum pengelolaan sampah Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3. Pengaturan institusional untuk
Ada Ada Ada
mengelola sampah
4. Kerangka peraturan pengelolaan
Ada Ada Ada
sampah
5. Dukungan pembiayaan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
6. Program pelatihan Tidak ada Tidak ada Ada
7. Partisipasi sektor swasta Tidak ada Tidak ada Tidak ada
8. Partisipasi komunitas Ada Ada Ada
9. Sistem informasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
10. Instrumen ekonomi Ada Ada Ada
Sumber: Meidiana (2010: 208)

Kesimpulan Brazil tidak mengarahkan solusi untuk


mengatasi masalah sampah secara
Keberlanjutan tidak akan bisa komprehensif. Konsekuensi dari model
berjalan tanpa adanya kemauan dan paradigma pengelolaan sampah yang kuno
kesadaran dari masyarakat, selama ini dan tidak berkembang mengarahkan ke
indikator pemenuhan kebutuhan masyarakat situasi yang tidak berkelanjutan dan tetap
dan peningkatan standar ekonomi dan berkembangnya pembukaan TPA sebagai
perkembangan kemajuan telah dijadikan tempat pembuangan.
dasar alasan dalam meningkatnya jumlah
sampah yang harus ditampung lingkungan.
Fokus pengelolaan sampah baru tertuju Daftar Pustaka
pada masalah teknis, dampak lingkungan,
ekonomi dan sosial. Tapi akar Chung S and Lo CWH. 2003. Evaluating
permasalahan utama yaitu permasalahan sustainability in waste management:
paradigma dan pola pikir belum menjadi the case of construction and
pertimbangan banyak pihak dalam demolition, chemical and clinical
mengelola sampah. Fehr (2006:319) wastes in Hong Kong. Resources,
mengungkapkan bahwa paradigma Conservation and Recycling. 37:
pengelolaan sampah yang telah terjadi di 119-145.
40 Rizqi Putri Mahyudin/EnviroScienteae 10 (2014) 33-40

EPA Waste Guidelines. 2009. Waste UNEP. 2010. Waste and Climate Change:
Definition. Global trends and strategy
http://www.epa.sa.gov.au/xstd_files/ framework. United Nations
Waste/Guideline/guide_waste_definit Environmental Programme. Division
ions.pdf. Diakses tanggal 14 Pebruari of Technology, Industry and
2012 Economics. International
Fehr M. 2006. The Environmentalist Environmental Technology Centre.
Journal. A Successful Pilot Project of Osaka/Shiga.
Decentralized Household Waste Zaman AU. 2009. Life Cycle Enviromental
Management in Brazil. Asessment of Municipal Solid Waste
http://www.springerlink.com/earth- to Energy Technologies. Global
and-environmental-science/journals/. Journal of Enviromental Research 3.
Diakses tanggal 11 Nopember 2010 http://kth.academia.edu/AtiqUzZama
Huber-Humer M And Lechner P. 2011. n/Papers/121546/Life_Cycle_Environ
ScienceDirect Waste Management mental_Assessment_of_Municipal_S
Journal. Sustainable landfilling or olid_Waste_to_Energy_Technologies.
sustainable society without Diakses tanggal 5 Juli 2011.
landfilling? Waste Management. 31:
1427–1428.
Keraf AS. 2010. Etika Lingkungan Hidup.
Kompas Media Nusantara. Jakarta.
McDougall F, White P, Franke M and
Hindle P. 2001. Integrated Solid wase
Management: Life Cycle Inventory
Second Edition. Blackwell Publishing
Company. Malden USA.
Meidiana C, Gamse T. 2010. Development
of Waste Management Practices in
Indonesia. European Journal of
Scientific Research. ISSN 1450-
216X Vol.40 No.2 (2010): 199-210.
Roseland M, Cureton M, and Wornell H.
1998. Toward Sustainable
Communities, Resources For Citizens
and Their Governments. New Society
Publisher. Canada.
Scheinberg A. 2010. The Need for the
Private Sector in a Zero Waste, 3-R,
and Circular Economy Materials
Management Strategy. Discussion
paper for the CSD 18/19
Intercessional, 16-18 February 2010.
Tokyo, Japan.
Tchobanoglous G, Kreith F, Williams ME.
2002. Chapter 1 Introduction. In G.
Tchobanoglous & F. Kreith,
Handbook of Solid Waste
Management Second Edition. (pp.
1.1-1.27). McGraw-Hill. United
States of America.

Anda mungkin juga menyukai