Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sampah


Definis sampah menurut World Health Organization (WHO) adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Sedangkan menurut Standar
Nasional Indonesia (1991), sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan
zat an-organik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa
makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-
kaleng, debu sisa penyapuan, dan sebagainya.
Sahnung (2000), mengklasifikasikan sampah (waste) dari segi sifat, jenis, dan proses
terjadnya: Berdasarkan sifatnya: terdapat dua macam sampah yaitu organik dan anorganik,
sampah organik terdiri dari : daun-daun, kertas, kayu, karon, tulang, sisa bahan makanan ternak,
sayur, dan buah. Sedangkan yang termasuk sampah non-organik seperti: plastik, besi, gelas,
gelas, mika, dan logam. Berdasarkan jenisnya, sampah dapat digolongkan ke dalam sembilan
golongan: a. Sampah makanan; b. Sampah kebun/pekarangan; c.Sampah keras; d. Sampah
plastik, karet, kulit; e. Sampah kain; f. Sampah kayu; g. Sampah kayu; h. Sampah gelas dan
keramik; i. Sampah berupa abu dan debu.
Slamet (1994), membedakan sampah atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya menjadi:
1. Sampah yang mudah terdegradasi; 2. Sampah yang sulit terdegradasi; 3. Sampah yang
berbahaya bagi kesehatan seperti sampah industri yang mengandung zat kimia fisis yang
berbahaya. Sampah yang mudah terdegradasi terutama terdiri atas zat-zat organik seperti sisa
sayuran, sisa daging, dan daun sampah. Sampah yang sulit terdegradasi dapat berupa plastik,
kertas, logam, abu, bahan bangunan dan kayu-kayuan.
2.2 Program Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah
bentuk menjadi lebih bermanfaat, antara lain dengan cara pembakaran, pengomposan,
penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan (Standar Nasional Indonesia, SNI T-13-1990-
F). Adapun teknik pengolahan sampah adalah sebagai berikut:
1. Pengomposan (Composting)
Pengomposan adalah suatu cara pengolahan sampah organik dengan memanfaatkan
aktifitas bakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos (proses pematangan);
2. Pembakaran sampah
Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnya lapangan yang jauh
dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian pembakaran ini sulit
dikendalikan bila terdapat angin kencang, sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap
akan terbawa ketempat-tempat sekitarnya yang akhirnya akan menimbulkan
gangguan. Pembakaran yang paling baik dilakukan disuatu instalasi pembakaran,
yaitu dengan menggunakan incinerator, namun pembakaran menggunakan incinerator
memerlukan biaya yang mahal;
3. Recycling
Recycling merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, di mana dilakukan
pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti: kertas, plastik, karet, dan lain-
lain dari sampah yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunaklan
kembali baik dalam bentuk yang sama atau berbeda dari bentuk semula;
4. Re-use
Reuse Merupakan teknik pengolahan sampah yang hampir sama dengan recycling,
bedanya re-use langsung digunakan tanpa ada pengolahan terlebih dahulu;
5. Reduce
Reduce adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya tidak
menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.
Sampah plastik adalah

Persoalan lingkungan yang di hadapi ini adalah permasalahan yang bersifat global dan bukan
hanya lokal/translokal ( Laurensius Arliman S, 2018 )

Persoalan terkait lingkungan yang masih menjadi problematika baik di daerah perkotaan maupun
hingga pada sekup pedesaan adalah terkait dengan pengelolaan sampah (Prawira, 2017)

Data menunjukkan saat ini bahwa dari negara – negara di dunia, salah satu penghasil sampah
plastik adalah Indonesia yang berada pada posisi nomor dua di dunia ( Mongabay, 2019 )

Sampah tersebut sebagian di hasilkan dari aktivitas manusia tetapi tidak termasuk sampah
biologis manusia ( Human Waste ). (Susanti & Ardana, 2013 )

Ironisnya slah satu sifat plastik adalah sulit terdegradasi atau bisa saja tidak sama sekali ( Fuad,
2020 )

Di Indonesia sendiri konsumsi terhadap produk air kemasan dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan, Pada tahun 2013 sendiri konsumsi prodek air kemasan telah mencapai
angka 20,3 milyar liter ( Krisnawati, 2016 )

Salah satunya Eksekutif Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) Ecoton, Prigi Arisandi yang
dengan tegas mengkritik pemerintah untuk segera memberikan larangan terhadap penggunaan
kemasan plastik air minum kemasan sekali pakai karena juga berbahaya bagi kesehatan ( Riski,
2012 )

Terdapat satu kesatuan sistem yang harus diperhatikan dalam pengembangan hukum yakni
kelembagaan, materi hukum, dan budaya hukum ( Randang, 2009 )

Penyuluhan atau yang dikenal dengan street law adalah salah satu bentuk pengembangan dan
penyebarluasan hukum yang menarik untuk dilaksanakan dengan langkah kolaboratif dalam
pelaksanaan penyuluhan hukum, faktor utama yng diperhatikan adalah kesadaran hukum
sehingga tercipta budaya hukum tertib hukum (Ernis, 2018)
Sebagaimana menurut Friedman yang mengatakan bahwa budaya hukum mencakup nilai dan
sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum (As et al., 2020)

Sampah plastik dapat menyebabkan banjir dengan menyumbat saluran air, masalah pernapasan
saat dibakar, memperpendek rentang hidup hewan saat dikonsumsi, serta mencemari badan air
saat dibuang ke kanal dan lautan (Baconguis 2018)

Di bawah sinar ultraviolet dari matahari, plastik mengalami degradasi menjadi “mikroplastik”
yang hampir tidak mungkin dipulihkan dan mengganggu rantai makanan dan merusak habitat
alami (Amerika Serikat NOAA n.d.)

KAJIAN PUSTAKA

Inovasi dalam konteks sektor publik adalah penciptaan dan implementasi proses, produk,
layanan dan metode penyampaian baru yang menghasilkan peningkatan signifikan dalam
efisiensi, efektivitas atau kualitas hasil. Singkatnya, inovasi adalah penerapan ide-ide baru untuk
menghasilkan hasil yang lebih baik. Hal yang penting inovasi adalah sarana untuk mencapai
tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Dalam penelitian ini, inovasi yang diteliti adalah proses inovasi
kebijakan sebagai bagian dari kebijakan WaliKota Balikpapan dan menjadi program Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan dalam pengurangan sampah plastik di wilayah
tersebut.

Osborne, dalam Matei dan Bujac

(2016: 763) memberikan suatu pandangan bahwa kebijakan publik melihat inovasi sebagai solusi
untuk masalah besar masyarakat, inovasi adalah suatu keharusan dalam kebijakan publik. Pada
masa pemerintahan dengan sumber daya terbatas, inovasi layanan

ISSN: 2442-3777 (cetak) ISSN: 2622-691X (online)

Submitted 2 Agustus 2021, Reviewed 11 Agustus 2021, Publish 31 Agustus 2021


publik telah menjadi sine qua non dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Mulgan dan Albury,
dalam

Australian National Audit Office (2009: 1) menyatakan bahwa inovasi secara

singkat dapat didefinisikan sebagai “ide-ide baru yang berhasil”. Lebih tepatnya: Inovasi dalam
konteks sektor

publik telah didefinisikan sebagai “penciptaan dan implementasi proses, produk, layanan dan
metode penyampaian baru yang menghasilkan peningkatan signifikan dalam efisiensi, efektivitas
atau kualitas hasil”. Mulgan dan Albury (2003: 13) menguraikan beberapa pendekatan khusus di
masingmasing elemen utama dari proses inovasi, yaitu: 1. Kemungkinan menghasilkan -
bagaimana kita dapat merangsang dan mendukung ide-ide untuk inovasi?, 2. Inkubasi dan
pembuatan prototipe - mekanisme apa yang ada untuk mengembangkan ide yang menjanjikan
dan mengelola risiko yang menyertainya?, 3. Replikasi dan peningkatan/perluasan - bagaimana
kita dapat mempromosikan difusi cepat dan efektif dari inovasi yang sukses?, 4. Analisis dan
pembelajaran - bagaimana kita harus mengevaluasi mana yang berhasil dan apa yang tidak untuk
mempromosikan pembelajaran dan peningkatan berkelanjutan? Setiap elemen proses mengacu

pada keterampilan, sumber daya, metode organisasi, kepemimpinan, dan budaya yang berbeda.
Prosesnya tidak linier. Misalnya, analisis dan pembelajaran dari keberhasilan dan kegagalan saat
ini dapat menghasilkan

Halaman | 551Jurnal MODERAT, Volume 7, Nomor 3 Website:


https://ojs.unigal.ac.id/index.php/modrat

kemungkinan dan menyarankan metode inkubasi dan prototipe. Kesederhanaan proses di atas
menyamarkan kerumitan inovasi di dunia nyata. Leadbeater, dalam Mulgan dan Albury (2003:
13). Mulgan dan Albury (2003: 31-34)

menjelaskan beberapa faktor penyebab terjadinya hambatan terhadap inovasi sebagai: 1.


Pressures and burdens Tekanan dan hambatan administrative, 2. Short-termism - Anggaran
jangka pendek dan perencanaan cakrawala, dan 3. Skills - Keterampilan buruk dalam risiko aktif
atau manajemen perubahan, 4. Incentives - Tidak ada penghargaan atau insentif untuk berinovasi
atau mengadopsi inovasi, 5. Organisational arrangements - Teknologi tersedia tetapi membatasi
pengaturan budaya atau organisasi, 6. Over-reliance on high performers - Ketergantungan yang
berlebihan pada karyawan berkinerja tinggi sebagai sumber inovasi,7. Dealing with failure -
Keengganan untuk menutup program atau organisasi yang gagal, 8. Risk aversion- Budaya
keengganan terhadap risiko. Lebih lanjut berdasarkan Widodo

(2014) menjelaskan Pedoman Umum Inovasi Administrasi Negara, mempunyai kriteria: (a)
Kebaruan, (b) Kemanfaatan, (c) memberikan solusi, (d) dapat direplikasi, (e) kompatibel
terhadap lingkungan sistem d luar dirinya. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudahkan
identifikasi sebuah tindakan sebagai sebuah inovasi atau hanya pengulangan tindakan yang telah
ada.

ISSN: 2442-3777 (cetak) ISSN: 2622-691X (online)

Submitted 2 Agustus 2021, Reviewed 11 Agustus 2021, Publish 31 Agustus 2021


Tchobanoglous, Theisen & Vigil,

dalam Direktorat Jenderal Cipta Karya Bidang PLP (2006: 3) mendefinisikan sampah sebagai
semua jenis limbah berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan, dan dibuang
karena tidak bermanfaat atau tidak diinginkan lagi kehadirannya. Sedangkan Undang-Undang
No. 18 Tahun 2008 mendefinisikan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat Pengaturan terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Pemanfaatan plastik banyak sekali digunakan

baik itu di rumah tangga, di pasar, di kantor dan lain sebagainya yang digunakan untuk
keperluaan sehari-hari. Penggunaan plastik itu sendiri pada akhirnya berdampak pada banyaknya
sampah plastik di lingkungan sekitarnya. Plastik sendiri sebagaimana kita ketahui sangat sulit
terurai baik di lingkungan terbuka maupun di kuburkan di dalam tanah.

Jenis-Jenis Dan Klasifikasi Limbah Plastik Beberapa jenis plastik umumnya dapat
diklasifikasikan berupa nomor yaitu dari nomor 1 sampai dengan nomor 7, sebagaimana dapat
digambarkan dibawah ini: Secara umum, kemasan plastik diberikan labellabel sebagai berikut:
Berikut keterangan lanjut dari peristilahan secara

kimiawi bagan 1 di atas. PETE atau PET ( Polyethylene Terephthalate), HDPE (High Density
Polyethylene), PVC (Polyvynil Chloride), LDPE (Low Density Polyethylene), PP
(Polypropylene), PS (Polystyrene) dan other (lainnya) biasanya dalam bentuk polycarbonate.
Berikut gambaran sifat dan karakteristik dari

beberapa jenis plastik dan beberapa dampaknya pemakaiannya terhadap kesehatan manusia. 1.
PETE atau PET (polyethylene terephthalate) dengan berlabel angka 01 dalam segitiga

159 ISSN : 2528-3561Serambi Engineering, Volume II, No.4, Agustus 2017 Edisi Khusus

biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/ transparan/tembus pandang seperti botol air
mineral. Botol-botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan
dipakai untuk menyimpan air hangat apalagi panas.

2. HDPE (high density polyethylene) berlabel angka 02 dalam segitiga biasa dipakai untuk botol
susu yang berwarna putih susu. Direkomendasikan hanya pemakaian.

untuk sekali

3. V atau PVC (polyvinyl chloride) berlabel angka 03 dalam segitiga adalah plastik yang paling
sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan
botolbotol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat
bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk
ginjal, hati dan berat badan.

4. LDPE (low density polyethylene) berlabel angka 04 dalam segitiga biasa dipakai untuk tempat
makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan berkode ini dapat di daur ulang
dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang ini bisa dibilang
tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

5. PP (polypropylene) berlabel angka 05 dalam segitiga adalah pilihan terbaik untuk bahan
plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman

melarang pemakaian tempat ISSN : 2528-3561 makanan berbahan styrofoam termasuk negara
China.

7. Other (biasanya polycarbonate) berlabel angka 07 dalam segitiga bisa didapatkan di tempat
makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem
hormon.

Kemasan plastik yang paling banyak dan

paling aman digunakan adalah yang terbuat daripolyethylene (PE) dan polyprophylene (PP) yang
dilabeli terkadang juga dilabeli dengan gambar gelas

dan garpu atau ada tulisan `untuk makanan` atau `for food use`.

Anda mungkin juga menyukai