PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan sehari-hari kita tidak dapat terlepas dari sampah.
Menurut Yuwono(2010),menyatakan bahwa sampah adalah sisa usaha atau kegiatan
manusia yang berwujud padat baik berupa zat organik maupun anorganik, yang bersifat
terurai maupun tidak dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan.
Menurut Widawati,ddk(2014),menyatakan bahwa sampah adalah hasil sisa dari produk atau
sesuatu yang dihasilkan dari sisa-sisa penggunaan yang manfaatnya lebih kecil dari pada
produk yang digunakan oleh penggunanya, sehingga hasil dari sisa ini dibuang atau tidak
digunakan kembali.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tadi maka dapat disimpulkan bahwa pengertian sampah
adalah hasil sisa kegiatan manusia yang berbentuk padat dan dianggap tidak berguna lagi
karena nilai manfaatnya berkurang atau tidak disenangi sehingga dibuang ke lingkungan.
Menurut Sucipto(2012),bahan sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan
anorganik. Di negara yang sudah menerapkan pengolahan sampah secara terpadu , tiap jenis
sampah ditempatkan sesuai dengan jenisnya untuk mempermudah pengangkutan sampah
menuju TPA (tempat pembuangan sampah akhir), sampah dipilah berdasarkan klasifikasinya.
Kegiatan pemilahan sampah harus dilaksanakan pada tingkat penghasil sampah pertama,
yaitu perumahan maupun perhotelan.
Menurut Sucipto (2012) sampah dipilah menjadi tiga, yaitu sampah organik, sampah
anorganik, dan sampah B3.
1. Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun
tumbuhan.
2. Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa berasal dari
bahan yang bisa diperbaharui dan bahan yang berbahaya serta beracun. Jenis yang
termasuk bisa didaur ulang (recycle) ini misalnya bahan yang terbuat dari plastik dan
logam.
3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).Sampah B3 merupakan jenis sampah
dikategorikan beracun dan berbahaya bagi manusia. Umumnya, sampah jenis ini
mengandung merkuri seperti kaleng bekas cat semprot atau minyak wangi. Namun,
tidak menutup kemungkinan sampah mengandung racun lain yang berbahaya.
Menurut Bambang Suwerda(2012), sumber sampah dapat dibagi dalam beberapa golongan,
yaitu :
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga antara lain berupa sisa hasil
pengolahan makanan barang bekas dari perlengkapan rumah tangga, kertas, kardus, gelas,
kain, tas bekas, sampah dari kebun dan halaman, batu beterai, dan lain-lain. Terdapat jenis
sampah rumah tangga yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), yang perlu
penanganan khusus, agar tidak berdampak pada lingkungan, seperti batu baterai, bekas
kosmetik, pecahan lampu, bekas semir sepatu dan lain-lain.
Sampah yang merupakan sampah yang mudah membusuk, umumnya berupa sampah yang
mudah membusuk seperti penumpukan dan jerami. Penanganan sampah dari kegiatan
pertanian pada umumnya dilakukan pembakaran, yang diakukan setelah panen. Jerami
dikumpulkan di pojok sawah, kemudian dibakar. Masih sedikit petani yang memanfaatkan
jerami untuk pupuk. Selain sampah yang mudah membusuk, kegiatan pertanian menghasilkan
sampah yang masuk kategori B3 seperti pestisida dan pupuk buatan, sehingga perlu
dilakukan penanganan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian lainnya
adalah plastik yang digunakan sebagai penutup tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi
untuk mengurangi penguapan dan menghambat pertumbuhan gulma, seperti pada tanaman
cabai.
Kegiatan pasar tradisional, warung, supermarket, toko, pasar swalayan, mall, mengasilkan
jenis sampah yang beragam. Sampah dari perdagangan banyak mengasilkan sampah yang
mudah membusuk, seperti sisa makanan, dedaunan, dan mengasilkan sampah tidak
membusuk seperti kertas, kardus, plastik, kaleng dan lain-lain. Kegiatan perkantoran
termasuk fasilitas pendidikan mengasilkan sampah seperti kertas bekas, alat tulis-menulis,
toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita
mesin ketik, klisa film, komputer rusak, dan lain-lain.
Kegiatan di industri mengasilkan jenis sampah yang beragam, tergantung dari bahan baku
yang digunakan proses produksi dan out produk yang dihasilkan. Penerapan produksi bersih
(cleanerproduction) di industri perlu dilakukan untuk meminimisasi jumlah sampah yang
dihasilkan.
Sampah-sampah yang menumpuk dapat menjadi sarang penyakit.Hal ini dikarenakan virus
dan bakteri lainnya yang menyukai tempat-tempat yang kotor dan bau untuk mereka
berkembang biak.Mereka akan memperbanyak diri mereka dan menyebar melalui udara.
Virus dan bakteri inilah yang nanti nya dihirup manusia sehingga kita bisa terjangkit
penyakit.Oleh karena itu SMAS Panca Setya Sintang membuat Gerakan Cinta Sekolah
Bersih(GENTASIH) berupa kegiatan E-LISA(Lihat Sampah Ambil),dengan cara ini dapat
menanamkan kepedulian siswa siswi terhadap lingkungan,siswa siswi sudah terbiasa dengan
perilaku ini sehingga akan timbul kesadaran dan kebiasaan menjaga lingkungan hingga
mereka dewasa.Oleh karena itu, buanglah sampah pada tempatnya agar tidak menjadi sarang
bagi virus dan bakteri.
Disekolah itu juga melakukan aksi bersih-bersih dan memungut sampah diluar sekolah yang
berlokasi di pasar inpres Sintang pada saat pelajaran pertama dan kedua.Aksi ini berhasil
mengumpulkan sampah sebanyak 145 kg.Kegiatan ini mengajarkan kita semua untuk peduli
akan lingkungan dan juga melatih siswa siswi akan fenomena sosial dan membangun sikap
kritis dan analisis akan anak terhadap budaya membuang sampah sembarangan dan
perubahan dalam diri anak sendiri.
Di sekolah juga bisa menggunakan metode pengolahan sampah,Di SMAS Panca Setya
Sintang tidak menyediakan tempat sampah dengan tujuan siswa siswi menyediakan atau
membawa kantong kresek masing-masing guna membangun dan membangkitkan rasa
tanggung jawab diri sendiri terhadap sampah,selain membangkitkan rasa tanggung jawab
siswa siswi hal ini juga dapat mengurangi sampah dalam arti tidak membiarkan tumpukan
sampah yang berlebihan. Siswa siswi juga diwajibkan menyumbang bunga atau tanaman
yang dapat mengasrikan sekolah,sisa sampah juga dapat digunakan sebagai pupuk tanaman
tersebut,di bidang PKWU juga siswa siswi dapat mempelajari cara mendaur ulang sampah
menjadi kreasi atau kerajinan tersendiri.
Berdasarkan latar belakang diatas,penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“Membangun Sikap Kritis Terhadap Sampah Di SMAS Panca Setya Sintang”.
B.RUMUSAN MASALAH
Agar permasalahan lebih terarah dan sistematis,maka dirumuskan sub masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana strategi sekolah dalam membangun sikap kritis terhadap sampah?
2. Apa saja faktor penghambat dalam mengembangkan sikap kritis terhadap sampah?
C.TUJUAN PENELITIAN
D.MANFAAT PENELITIAN
1).Manfaat Teoritis
2).Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambahkan wawasan dan pengetahuan
yang berkaitan dengan masalah sampah,membangun dan membangkitkan rasa
tanggung jawab diri sendiri terhadap lingkungan sekitar.
b) Bagi Siswa
Dapat meningkatkan siswa terhadap pentingnya mengelola sampah sebelum
dibuang.Keberhasilan ini dapat membawa dampak positif bagi siswa karena
secara tidak langsung akan berpotensi meningkatkan nilai tambah dalam aspek
pendidikan,aspek lingkungan,dan aspek ekonomi.
c) Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
evaluasi atau masukan dalam melalukan pembinaan atau edukasi terhadap
sampah terutama di lingkungan sekolah.serta dalam hal ini guru bisa lebih
berperan aktif dalam membimbing atau membina siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.PENGERTIAN SAMPAH
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sampah adalah sesuatu yang sudah tidak
berguna lagi dan tidak dipakai lagi oleh seseorang yang dihasilkan atau berasal dari kegiatan
manusia itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.Sampah yang telah dibuang ada yang dapat
di daur ulang dan ada yang tidak bisa di daur ulang.
2.BENTUK SAMPAH
Dapat disimpulkan sampah dapat dikategorikan berbagai macam, sampah terurai dapat
disebut juga sampah organik sampah ini dapat dikatakan sebagai sampah ramah lingkungan.
Sama tidak dapat terurai disebut juga dengan sampah anorganik, sampai ini memang sulit
terurai tetapi dapat dimanfaatkan kembali juga.
3.PERMASALAHAN SAMPAH
Dari uraian diatas,dapat disimpulkan permasalahan sampah masih menjadi persoalan yang
perlu mendapatkan perhatian serius oleh semua pihak, sampah juga menjadi ancaman yang
potensial sehingga mengganggu kehidupan dan penghidupan bagi makhluk hidup, tetapi
permasalahan sampah tidak luput dari kesalahan masyarakat, kurangnya kesadaran dalam
lingkungan sekitar dan faktor sarana dan prasarana yang tidak tersedia.
4.PENGOLAHAN SAMPAH
g) Reduksi ukuran sampah secara mekanisme yaitu memperkecil ukuran sampah yang
merupakan pengubahan sampah yang telah dikumpulkan ke dalam potongan yang
lebih kecil.Untuk memperkecil ukuran sampah dalam prakteknya dilakukan dengan
jalan shredding(pemotongan),grinding(penggilingan),milling(pengilingan).
5.BANK SAMPAH
Salah satu usaha mengatasi permasalah sampah dengan prinsip 3R ialah melalui program
Bank Sampah.Dalam peraturan menteri lingkungan hidup Nomor 13 tahun 2012 tentang
program pendoman pelaksanaan reduce,reuse,dan recycle melaui Bank Sampah menjabarkan
bahwa Bank Sampah adalah tempat pemilihan atau pengumpulan sampah yang dapat didaur
ulang dan atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomis.
Sedangkan menurut Utami,Eka(2013:3),memamparkan bahwa Bank Sampah adalah
suatu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk
berperan aktif dalam pelaksanaannya.Bank Sampah merupakan sebuah konsep pengumpulan
sampah kering yang berasal dari rumah untuk memaksimalkan partisipasi warga dan
menambah nilai ekonomis.
Dapat disimpulkan bahwa dengan pembentukan Bank sampah membantu menangani
pengolahan sampah sehingga dengan seiring berjalannya waktu juga menyadarkan
masyarakat akan lingkungan yang sehat,rapi dan bersih.
Dapat disimpulkan bahwa karakter yang baik dapat dibentuk melalui pendidikan, salah
satunya melalui pendidikan karakter di sekolah, untuk mewujudkannya dapat dilakukan
dengan menanamkan nilai-nilai karakter terhadap peserta didik. Salah satu karakter yang
harus dibentuk sejak usia dini yaitu karakter peduli lingkungan. Pembentukan karakter di
lingkungan dapat dimulai dari lingkungan sekolah dengan program piket bersama di kelas
dan lingkungan sekolah serta belajar merawat tumbuhan dan menjaganya.
Dalam membangun sikap kritis pasti terdapat hambatan, kita juga dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang luas yaitu dengan cara mencari informasi yang relevan sebanyak-
banyaknya untuk membongkar maksud dan tujuan dibalik suatu gagasan tertentu.
Adapun faktor yang penghambat mengembangkan sikap kritis :
1. Egoisme
Egoisme adalah kecenderungan untuk memprioritaskan keinginan dan kebutuhan
sendiri di atas kebutuhan dan keinginan orang lain.Seseorang dengan sikap ini kerap
bertindak berlebihan dengan caranya.Semata-mata untuk keuntungan diri sendiri,
meski harus merugikan orang lain.
2. Sosiosentrism
menurut peneliti bukan UGM, Dr.Zainal Arifin Mochtar, menyatakan bahwa
sosiosentrism yaitu menganggap kelompoknya, lembaganya,organisasinya, sendiri
yang paling benar dan baik diantarakelompok.lain sosiosentrism berlawanan dengan
prinsip berpikir yang kritis dan menjadi penghalang untuk mengembangkan sikap
kritis.
Dapat disimpulkan bahwa dalam proses mengembangkan sikap kritis pasti ada penghambat,
baik dari faktor lingkungan maupun faktor diri sendiri. Di satu sisi, sifat egois yang
berlebihan membawa dampak yang negatif dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.POPULASI
2.SAMPEL
1.Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan
2.Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMAS Panca Setya Sintang,Jalan Imam Bonjol No.59
Sintang.
A. Observasi
Menurut Sugiyono (2017;203),menyatakan bahwa observasi adalah teknik
pengumpulan data untuk mengamati perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-
gejala alam, dan responden. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan
langsung untuk menemukan fakta-fakta di lapangan.
Menurut Riyanto (2010:96),menyatakan bahwa observasi merupakan metode
pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung maupun
tidak langsung.
B. Wawancara
Menurut Sugiyono (2017,194) Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melaksanakan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang akan diteliti, dan apabila peneliti juga
ingi mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah dari
responden tersebut sedikit.
C. Dokumentasi
Dokumentasi Menurut Sugiyono (2017) dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, dan
karya-karya monumental dari seseorang. Hasil wawancara akan lebih
kredibel apabila didukung oleh dokumen-dokumen, dan menambah informasi
untuk penelitian.