DISUSUN OLEH:
Triyandar Arief
Bunaiyah Honorita
Herwenita
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN
2017
1
KATA PENGANTAR
Tim Kegiatan
2
I. PENDAHULUAN
3
mendukung dan terkait dalam suatu sistem alih teknologi dan tidak dapat bekerja sendiri-
sendiri.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis Badan
Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi informasi, komunikasi dan
diseminasi (3-Si) diharapkan menjadi roda penggerak dalam mempercepat dan memperluas
pemanfaatan berbagai inovási pertanian hasil litkaji oleh pengguna (pelaku utama dan
pelaku usaha sektor pertanian). Diseminasi adalah cara dan proses penyebarluasan
inovasi/teknologi hasil-hasil litkaji kepada masyarakat atau pengguna untuk diketahui dan
dimanfaatkan. Kegiatan diseminasi hasil litkaji dapat dimaknai juga sebagai upaya scalling
up hasil litkaji (Kasryno, 2006). Untuk itu, perlu strategi atau mekanisme yang efisien dan
efektif.
Salah satu faktor yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani-
peternak adalah melalui penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Penyuluhan Pertanian
merupakan suatu pendidikan non-formal yang ditujukan kepada petani-peternak dan
keluarganya untuk meningkatkan pengetahuannya di sektor pertanian. Keberhasilan
penyelenggaraan penyuluhan pertanian sangat ditentukan oleh materi pendukung, seperti
media dan metode penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai dengan
kebutuhan. Media dan metode penyuluhan pertanian dalam berbagai bentuk dan sesuai
dengan sasaran yang ingin dituju, mutlak diperlukan karena tingkat kemampuan dan
pendidikan petani-peternak berbeda.
Dari evaluasi pelaksanaan diseminasi dari berbagai media dan metode penyuluhan,
dipandang perlu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan diseminasi sehingga
lebih berdaya guna dan memenuhi pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani sesuai
dengan perkembangan pembangunan. Mengingat masih banyaknya hasil litkaji yang belum
diadopsi oleh petani karena kurangnya informasi teknologi yang diterima, maka diperlukan
kegiatan percepatan adopsi inovasi oleh BPTP Sumatera Selatan. Percepatan adopsi inovasi
di Provinsi Sumatera Selatan salah satunya dilakukan dengan metode demonstrasi plot
(demplot). Demplot merupakan kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang
penerapan teknologi pertanian yang dilaksanakan oleh perorangan. Salah satu inovasi
teknologi yang didiseminasikan BPTP Sumatera Selatan melalui demplot kegiatan
Pendampingan Pengembangan Kawasan Jagung adalah teknologi budidaya jagung hibrida
dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang dilaksanakan di Kabupaten
OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan.
4
1.2. Tujuan
1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh BPTP dalam mempercepat proses
adopsi inovasi teknologi budidaya jagung hibrida dengan pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
2. Mendiseminasikan teknologi budidaya jagung hibrida dengan pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kepada petani dan penyuluh.
3. Mengetahui minat dan respon petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi
budidaya jagung hibrida dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT).
1.3. Keluaran
1. Meningkatnya peran peneliti dan penyuluh BPTP dalam mempercepat proses
adopsi inovasi teknologi budidaya jagung hibrida dengan pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).
2. Terdiseminasinya teknologi budidaya jagung hibrida dengan pendekatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) kepada petani dan penyuluh.
3. Diketahuinya minat dan respon petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi
budidaya jagung hibrida dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT).
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
6
Alternatif penerapan teknologi budidaya jagung, yaitu teknologi dasar dan pilihan.
Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua areal pertanaman
jagung, yaitu:
1) Penggunaan varietas unggul baru hibrida (Bima 19 – Bima 20 URI).
2) Benih bermutu dan berlabel. Benih bermutu adalah benih yang mempunyai tingkat
kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%) yang umumnya ditemukan pada benih
yang berlabel. Sebelum dilakukan penanaman benih diberi perlakuan dengan bahan
kimia, seperti Metalaksil sebanyak 2 gr per 1 kg benih yang dicampur dengan 10 ml air,
larutan tersebut dicampurkan dengan benih secara merata, selanjutnya benih baru
ditanam. Kebutuhan benih adalah 15 - 20 kg/ha, dan tergantung ukuran benih,
semakin kecil ukuran benih dengan bobot 1.000 butir (200 g) semakin sedikit kebutuhan
benih. Benih bermutu yang baik, jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat umur 4
HST dalam kondisi normal. Untuk menciptakan hal ini bila pH kurang dari 5, sebaiknya
ditambah kapur dengan dosis 1.200 kg/ha.
7
4) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
Pemberian pupuk berbeda antar lokasi, pola tanam, benih jagung yang digunakan
(hibrida/komposit) dan pengelolaan tanaman. Penggunaan pupuk spesifik lokasi
meningkatkan hasil dan menghemat penggunaan pupuk. Kebutuhan hara N tanaman
dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan daun jagung dengan
Bagan Warna Daun (BWD), sedangkan kebutuhan hara P dan K dengan Perangkat Uji
Tanah Kering (PUTK). Penggunaan BWD pada 40-45 hari setelah tanam (HST) untuk
mendeteksi kecukupan N bagi tanaman, sedangkan pemberian pupuk P dan K mengacu
pada PUTK (lahan kering) dan PUTS (lahan sawah). Secara umum jenis, dosis dan
pemberian pupuk dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Takaran pupuk dan waktu pemberian pada tanaman jagung
Waktu pemupukan Urea (kg/ha) SP-36 (kg/ha) KCl (kg/ha)
7-10 HST 100 150 100
30-35 HST 150 - -
45-50 HST (gunakan 100-150 - -
BWD)
Teknologi Pilihan
Komponen teknologi pilihan merupakan komponen teknologi yang harus
disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat seperti:
1. Penyiapan lahan. Pengolahan lahan untuk penanaman jagung dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu: olah tanah sempurna (OTS), umumnya
dilakukan pada lahan kering, dengan mengolah tanah cara dibajak
menggunakan traktor atau dibajak ditarik sapi, atau menggunakan cangkul
kemudian digaru dan disisr hingga rata. Kemudian tanpa olah tanah (TOT) atau
olah tanah minimum dan umumnya dilakukan pada lahan sawah setelah padi.
2. Pembuatan saluran drainase atau saluran irigasi. Pada lahan kering atau
lahan sawah sangat diperlukan saluran drainase atau saluran irigasi, karena
tanaman jagung sangat peka terhadap kelebihan air. Pada lahan kering saluran
8
drainase diperlukan untuk mengalirkan air sekaligus berfungsi sebagai pengatur
air di areal pertanaman terutama pada saat musim hujan dan biasanya dibuat
pada saat penyiangan pertama dengan menggunakan cangkul atau mesin
pembuat alur. Pada lahan sawah perlu dibuat saluran irigasi untuk memudahkan
pengaturan pengairan tanaman biasanya dibuat pada saat penyiangan pertama
dan dibuat setiap dua baris tanaman agar lebih efisien.
3. Pemberian bahan organik dapat berupa sisa tanaman. Kotoran hewan,
pupuk hijau dan kompos (humus), biasanya diberikan sebagai penutup tanam
benih dengan dosis 1-2 ton/ha. Bahan organik bermanfaat untuk memperbaiki
kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah dan hendaknya persyaratan teknis
pupuk organik mengacu pada Permentan Nomor 2 tahun 2006, kecuali
diproduksi untuk keperluan sendiri.
4. Pembumbunan. Pembumbunan bertujuan untuk memberikan lingkungan akar
yang lebih baik, agar tanaman dapat tumbuh kokoh dan tidak mudah rebah.
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan
pembuatan saluran, atau setelah pemupukan kedua (35 HST) bersaman dengan
penyiangan kedua yang dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau
mesin.
5. Pengendalian gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis
ataupun dengan herbisida kontak dengan dosis 1-2 liter per hektar. Penyiangan
secara mekanis dilakukan dengan cangkul. Penyiangan juga bertujuan untuk
meningkatkan jumlah udara dalam tanah dan merangsang pertumbuhan akar.
Penyiangan pertama dilakukan pada tanaman umur 15 hari setelah tanam dan
penyiangan kedua dilakukan pada tanaman umur 30-35 HST. Penyiangan dapat
dilakukan bersamaan dengan pembumbunan dengan mencangkul tanah di
antara barisan lalu ditimbunkan ke bagian barisan tanaman sehingga
membentuk guludan yang memanjang dan dilakukan dengan memperhatikan
periode kritis tanaman jagung terhadap gulma yaitu pada dua bulan pertama
masa pertumbuhan.
6. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan berdasarkan pendekatan pengendalian secara terpadu, oleh sebab itu
dianjurkan : a) Identifikasi jenis populasi hama oleh petani atau pengamat OPT
di lapangan, b) Penentuan tingkat kerusakan tanaman menurut kerugian
ekonomi atau ambang tindakan yang sering digunakan sebagai dasar teknik
pengendalian, c) Usaha pengendalian menggunakan taktik dan teknik, agar
9
tanaman selalu sehat, pengendalian secara hayati, penggunaan varietas tahan,
secara fisik dan mekanik, penggunaan senyawa hormon dan pestisida kimia.
7. Panen tepat waktu dan lakukan pengeringan segera. Panen jagung
dilakukan pada saat jagung telah berumur sekitar 100 HST tergantung jenis
varietas yang ditanam. Jagung yang telah siap panen atau disebut juga masak
fisiologis bisa ditandai dengan memperhatikan :
Kelobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras
dan telah berbentuk lapisan hitam minimal 50% pada setiap baris biji.
Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur atau diangin-anginkan jika
terjadi hujan.
Tidak menyimpan tongkol dalam keadaan basah karena dapat
menyebabkan tumbuhnya jamur.
Pemipilan biji setelah tongkol kering (kadar air biji kurang lebih 20%)
dengan alat pemipil.
Jagung pipil dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 15%.
10
III. PROSEDUR KERJA
3.1.3. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot yang
Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan
Demplot budidaya jagung hibrida dengan pendekatan PTT dilaksanakan oleh petani
kooperator yang telah disepakati oleh penyuluh sebagai pendamping di lapangan.
11
3.1.5. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BP3K
Diskusi dan pertemuan dilaksanakan di lahan sebanyak 3 kali, yaitu: 1) Awal
pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis budidaya jagung dengan pendekatan PTT;
2) Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan pengolahan data; 3)
Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot.
12
semakin kecil ukuran benih dengan bobot 1.000 butir (200 g) semakin sedikit kebutuhan
benih. Benih bermutu yang baik, jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat umur 4
HST dalam kondisi normal. Untuk menciptakan hal ini bila pH kurang dari 5, sebaiknya
ditambah kapur dengan dosis 1.200 kg/ha.
13
mendeteksi kecukupan N bagi tanaman, sedangkan pemberian pupuk P dan K mengacu
pada PUTK (lahan kering) dan PUTS (lahan sawah). Secara umum jenis, dosis dan
pemberian pupuk dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Takaran pupuk dan waktu pemberian pada tanaman jagung
Waktu pemupukan Urea (kg/ha) SP-36 (kg/ha) KCl (kg/ha)
7-10 HST 100 150 100
30-35 HST 150 - -
45-50 HST (gunakan 100-150 - -
BWD)
Teknologi Pilihan
Komponen teknologi pilihan merupakan komponen teknologi yang harus
disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat seperti:
1) Penyiapan lahan. Pengolahan lahan untuk penanaman jagung dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: olah tanah sempurna (OTS), umumnya dilakukan pada
lahan kering, dengan mengolah tanah cara dibajak menggunakan traktor atau
dibajak ditarik sapi, atau menggunakan cangkul kemudian digaru dan disisr
hingga rata. Kemudian tanpa olah tanah (TOT) atau olah tanah minimum dan
umumnya dilakukan pada lahan sawah setelah padi.
2) Pembuatan saluran drainase atau saluran irigasi. Pada lahan kering atau
lahan sawah sangat diperlukan saluran drainase atau saluran irigasi, karena
tanaman jagung sangat peka terhadap kelebihan air. Pada lahan kering saluran
drainase diperlukan untuk mengalirkan air sekaligus berfungsi sebagai pengatur
air di areal pertanaman terutama pada saat musim hujan dan biasanya dibuat
pada saat penyiangan pertama dengan menggunakan cangkul atau mesin
pembuat alur. Pada lahan sawah perlu dibuat saluran irigasi untuk memudahkan
pengaturan pengairan tanaman biasanya dibuat pada saat penyiangan pertama
dan dibuat setiap dua baris tanaman agar lebih efisien.
14
3) Pemberian bahan organik dapat berupa sisa tanaman. Kotoran hewan,
pupuk hijau dan kompos (humus), biasanya diberikan sebagai penutup tanam
benih dengan dosis 1-2 ton/ha. Bahan organik bermanfaat untuk memperbaiki
kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah dan hendaknya persyaratan teknis pupuk
organik mengacu pada Permentan Nomor 2 tahun 2006, kecuali diproduksi
untuk keperluan sendiri.
4) Pembumbunan. Pembumbunan bertujuan untuk memberikan lingkungan akar
yang lebih baik, agar tanaman dapat tumbuh kokoh dan tidak mudah rebah.
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan
pembuatan saluran, atau setelah pemupukan kedua (35 HST) bersaman dengan
penyiangan kedua yang dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau
mesin.
5) Pengendalian gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis
ataupun dengan herbisida kontak dengan dosis 1-2 liter per hektar. Penyiangan
secara mekanis dilakukan dengan cangkul. Penyiangan juga bertujuan untuk
meningkatkan jumlah udara dalam tanah dan merangsang pertumbuhan akar.
Penyiangan pertama dilakukan pada tanaman umur 15 hari setelah tanam dan
penyiangan kedua dilakukan pada tanaman umur 30-35 HST. Penyiangan dapat
dilakukan bersamaan dengan pembumbunan dengan mencangkul tanah di antara
barisan lalu ditimbunkan ke bagian barisan tanaman sehingga membentuk
guludan yang memanjang dan dilakukan dengan memperhatikan periode kritis
tanaman jagung terhadap gulma yaitu pada dua bulan pertama masa
pertumbuhan.
6) Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan berdasarkan pendekatan pengendalian secara terpadu, oleh sebab itu
dianjurkan : a) Identifikasi jenis populasi hama oleh petani atau pengamat OPT
di lapangan, b) Penentuan tingkat kerusakan tanaman menurut kerugian
ekonomi atau ambang tindakan yang sering digunakan sebagai dasar teknik
pengendalian, c) Usaha pengendalian menggunakan taktik dan teknik, agar
tanaman selalu sehat, pengendalian secara hayati, penggunaan varietas tahan,
secara fisik dan mekanik, penggunaan senyawa hormon dan pestisida kimia.
7) Panen tepat waktu dan lakukan pengeringan segera. Panen jagung
dilakukan pada saat jagung telah berumur sekitar 100 HST tergantung jenis
varietas yang ditanam. Jagung yang telah siap panen atau disebut juga masak
fisiologis bisa ditandai dengan memperhatikan :
15
Kelobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras
dan telah berbentuk lapisan hitam minimal 50% pada setiap baris biji.
Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur atau diangin-anginkan jika
terjadi hujan.
Tidak menyimpan tongkol dalam keadaan basah karena dapat
menyebabkan tumbuhnya jamur.
Pemipilan biji setelah tongkol kering (kadar air biji kurang lebih 20%)
dengan alat pemipil.
Jagung pipil dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 15%.
16
3.5. Rencana Pelaksanaan
BULAN
No Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Koordinasi antar instansi (Dinas Pertanian, BKP3, BPP dan BPTP)
2. Pemesanan Benih
3. Persiapan lahan/Pengolahan lahan
4. Penanaman
5. Pemupukan ke I (7 – 10 HST)
6. Pemupukan ke II (28 – 30 HST)
7. Pembuatan saluran drainase
8. Penyingan ke I
9. Penyingan ke II
10. Pengendalian hama dan penyakit (HPT) tanaman
11. Pengamatan
12. Panen
13. Penjemuran
14. Pemipilan
17
3.6. Jadwal Palang
Pelaksanaan
No. Uraian Kegiatan Keterangan
Rencana Realisasi
1. Koordinasi antar instansi (Dinas Pertanian, BKP3, BPP dan
BPTP)
2 Pemesanan Benih
3. Persiapan lahan/Pengolahan lahan
4. Penanaman
5. Pemupukan ke I (7 – 10 HST)
6. Pemupukan ke II (28 – 30 HST)
7. Pembuatan saluran drainase
8. Penyingan ke I
9. Penyingan ke II
10. Pengendalian hama dan penyakit (HPT) tanaman
11. Pengamatan
12. Panen
13. Penjemuran
14. Pemipilan
18
3.7. Tabel Pengamatan Demplot Teknologi Budidaya Jagung
1. Tinggi tanaman
2. Panjang tongkol
3. Tinggi tongkol
4. Lingkar tongkol
5. Produksi
19