Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH

PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM) TAHU

YUDITH VEGA PARAMITADEVI

IKA RESMEILIANA

FANY APRILIANI

PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Lembar Pengesahan

Judul Proposal : Studi Penerapan Produksi Bersih pada IKM Tahu


Nama : 1. Yudith Vega Paramitadevi ST MSi
2. Ika Resmeiliana, SHut MSi
3. Fany Apriliani, SE MT
Rincian Anggaran : Rp 14 980 000,00

Disetujui oleh
Koordinator Program Keahlian
Teknik dan Manajemen Lingkungan

Dr Ir Sulistijorini MSi
NIP 19630920 198903 2001

Diketahui Oleh
Direktur

Dr Ir Bagus P. Purwanto, MAgr


NIP 19600503 198503 1 003
Kata Pengantar

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
segenap rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyusun proposal penelitian yang
berjudul “Studi Penerapan Produksi Bersih pada IKM Tahu” sebagai prasyarat pengajuan
program penelitian di Program Diploma IPB.

Produksi bersih merupakan sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat pencegahan
dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup
produk dengan tujuan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (UNEP 2003).
Aplikasi produksi bersih di industri memerlukan komitmen yang kuat tidak saja dari
manajemen puncak namun juga dari karyawan di tiap lini industri. Pemilihan produksi bersih
di IKM tahu bertujuan meminimisasi penggunaan sumber daya air, mencegah timbulan
limbah cair, melaksanakan good house keeping dan menghemat penggunaan energi listrik.

Penulis ingin berterimakasih kepada Dr Ir Sulistijorini, MSi selaku Koordinator Program


Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan dan Ketua PRIMKOPTI Kota Bogor. Penulis
menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, proposal penelitian ini tidak akan selesai pada
waktunya.

Penulis berharap semoga proposal penelitian ini terseleksi sehingga menjadi penelitian yang
memberikan manfaat untuk IKM tahu yang terpilih. Amin.

Bogor, 1 Agustus 2017

Penulis
Daftar Isi

Lembar Pengesahan ................................................................................................................................ 2


Kata Pengantar ........................................................................................................................................ 3
Daftar Isi ................................................................................................................................................. 4
Daftar Tabel ............................................................................................................................................ 4
Daftar Gambar ........................................................................................................................................ 4
Pendahuluan ............................................................................................................................................ 5
1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 5
2. Tujuan ......................................................................................................................................... 7
Metodelogi .............................................................................................................................................. 7
1. Bahan Metode ............................................................................................................................. 7
2. Ruang Lingkup............................................................................................................................ 7
3. Tahapan Studi ............................................................................................................................. 7
4. Jenis Data .................................................................................................................................... 9
5. Metode Pengumpulan Data ....................................................................................................... 10
6. Analisis Data ............................................................................................................................. 12
7. Lokasi Studi .............................................................................................................................. 13
Jadwal Penelitian .................................................................................................................................. 14
Personalia .............................................................................................................................................. 14
Rincian Anggaran ................................................................................................................................. 15
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 16

Daftar Tabel

Tabel 1 Klasifikasi industri berdasarkan jumlah tenaga kerja di Indonesia ............................................ 5


Tabel 2 Jadwal penelitian penerapan produksi bersih di IKM tahu ...................................................... 14
Tabel 3 Rincian anggaran kebutuhan penelitian ................................................................................... 15

Daftar Gambar
Gambar 1 Tahapan proses penelitian ..................................................................................................... 9
Gambar 2 Tahapan proses produksi ..................................................................................................... 11
Pendahuluan

1. Latar Belakang
Keberadaan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang tersebar di masyarakat
Indonesia telah memberikan andil yang cukup besar dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat Indonesia. Menurut BPS (2013), industri diklasifikasikan atas jumlah
penggunaan tenaga kerja dengan menggunakan mesin dan tidak menggunakan mesin
(Tabel 1).

Tabel 1 Klasifikasi industri berdasarkan jumlah tenaga kerja di Indonesia

Jumlah tenaga kerja (orang)


Tidak memakai
Perusahaan mesin Memakai mesin
Industri Kecil 1 - 49 1-4
Industri Menengah 50 - 99 5 - 49
Industri Besar ≥ 100 ≥ 50
Sumber : BPS (2013)

Pada umumnya, industri tahu di Indonesia berskala kecil dan menengah. Menurut
BPS (2013), jumlah industri besar di Indonesia adalah 23 941 buah, sedangkan jumlah
industri kecil yang terdaftar di Pusdatin Kemenperin pada tahun 2014 adalah 284 501
buah. Menurut data PRIMKOPTI Kota Bogor tahun 2016, industri tahu berskala kecil
dan menengah di Kota Bogor berjumlah 144 buah. Industri sejumlah itu memberi
andil pada besarnya tingkat pencemaran yang disebabkan oleh industri ini, karena
penggunaan air yang cukup besar dalam proses produksinya.

Dampak positif dan negatif dari kegiatan industri tidak hanya pada industri yang
berskala besar, tetapi juga pada industri berskala kecil dan menengah. Dampak negatif
yang ditimbulkan bagi lingkungan berupa pencemaran dan kerusakan. Hal ini terjadi
karena karakteristik dari IKM yang tidak mendukung, antara lain (Pujianto 2015):
a. Berlokasi di tengah pemukiman penduduk dan berpotensi tinggi sebagai sumber
pencemar.
b. Pemerintah mengalami kesulitan untuk mengetahui keberadaan IKM karena
banyak yang beroperasi tanpa izin.
c. Manajemen dan teknologi yang digunakan sederhana.

IKM dikarakteristikkan sebagai industri dengan tingkat efisiensi energi yang rendah
dan tingkat pencemaran yang tinggi. Menurut Utami RD dan Lantu DC (2014), Eravia
D et al. (2015) dan Lopez-Ortega E et al. (2016), hal ini disebabkan oleh :
a. Usia tenaga kerja, teknologi yang kurang efisien, kurangnya informasi dalam
penggunaan energi dan teknologi yang berwawasan lingkungan.
b. Kurang atau tidak adanya sistem pembuangan dan penanganan limbah dimana
sistem tersebut lebih mengutamakan keuntungan daripada kesadaran akan
lingkungan.
c. Kurangnya infrastruktur dalam industri.
d. Adanya hambatan dari segi teknik, ekonomi, informasi, sosial, dan institusi untuk
mengadopsi dan mengimplementasikan teknologi berwawasan lingkungan.

Proses produksi tahu memerlukan air baku dalam jumlah yang besar, hal ini dapat
menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Meningkatnya kebutuhan akan air baku
berkaitan dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga konsumsi air meningkat.
Ketidakseimbangan antara laju penyediaan dan peningkatan kebutuhan air akan
menyebabkan sumber air tanah semakin menipis. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pendekatan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Pendekatan yang menerapkan prinsip efisiensi dan pencegahan terbentuknya limbah


pada sumbernya, yang bersifat lebih proaktif dikenal dengan pendekatan produksi
bersih. Produksi bersih bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan
memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi,
dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan
sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk
terhadap lingkungan dari siklus hidup produk dengan rancangan yang ramah
lingkungan, namun efektif dari segi biaya (Ferenhof HA et al. 2014, Indrasti NS dan
Fauzi AM 2009, Visvanathan dan Kumar 1999). Diharapkan penerapan produksi
bersih di industri tahu dapat mengurangi timbulan limbah cair, menghemat
penggunaan energi sekaligus memperbaiki manajemen lingkungan dengan
pelaksanaan good housekeeping.

Produksi bersih atau ekoefisiensi dapat diterapkan di semua sektor IKM. Hasil
penelitian Fernández-Viñé et al. (2010) menunjukkan bahwa IKM di Venezuela
mengetahui peraturan resmi lingkungan yang ada tetapi mereka kurang memahami
permintaan konsumen tentang produk ramah lingkungan. Penerapan produksi bersih
tidak bertujuan untuk meningkatkan daya saing sehingga strategi produksi bersih
hanya dipakai untuk mengurangi biaya produksi dan menghindari image negatif
perusahaan. Langkah umum yang dipakai seperti daur ulang bahan dan penggunaan
kembali khususnya untuk kemasan tetapi perangkat produksi bersih lain tidak
dilaksanakan seperti desain proses, produk dan jasa berdasarkan daur hidup produk,
penggunaan energi terbarukan atau pemasaran yang ramah lingkungan. Dari delapan
sektor industri yang dianalisa, industri pangan dan kimia mempunyai indeks
penerapan ekoefisiensi tertinggi, sedangkan industri plastik dan kayu terendah.

Studi mengenai proses produksi secara teknis, ekonomis serta lingkungan terhadap
penerapan produksi bersih di IKM tahu dilakukan untuk mengidentifikasi peluang,
secara ekonomis dan lingkungan, serta memberikan rekomendasi dan saran yang
dapat dijadikan sebagai alternatif kebijakan penerapan produksi bersih.
2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. memperkenalkan konsep dan aplikasi produksi bersih pada industri kecil
(khususnya industri tahu) melalui analisa kemungkinan penerapan produksi bersih
pada industri tahu,
b. melakukan analisa finansial terhadap kemungkinan penerapan produksi bersih
yang direkomendasikan dengan menghemat biaya penggunaan air dengan cara
daur ulang air serta memanfaatkan limbah cair tahu (whey) yang terbentuk,
dengan demikian timbulnya pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh industri
ini dapat dihindari dan efisiensi dapat ditingkatkan.

Metodelogi

1. Bahan Metode
Instrumentasi atau alat pengumpul data yang digunakan beragam, antara lain:
a. Daftar pertanyaan/ daftar periksa.
b. Alat perekam berupa hand phone.
c. Alat pencatat berupa alat tulis.
d. Timbangan untuk mengukur bobot tahu.
e. Gelas ukur 100 mL untuk mengukur debit limbah tahu.
f. Stopwatch untuk mengukur debit limbah tahu.
g. Meteran untuk mengukur panjang, lebar dan kedalaman dimensi bak pada proses
produksi di usaha IKM tahu.

2. Ruang Lingkup
Penelitian ini merupakan studi penerapan produksi bersih pada bagian produksi tahu.
Studi penerapan produksi bersih pada produksi tahu, meliputi aspek teknis dan
ekonomis. Kegiatan yang bersifat teknis adalah daur ulang air pada tahap pencucian,
sisa perendaman dan sanitasi. Kegiatan yang bersifat ekonomis adalah menganalisa
nilai ekonomis terhadap daur ulang air dan pemanfaatan limbah cair tahu (whey).

3. Tahapan Studi
Studi penerapan produksi bersih pada industri tahu dimulai dengan memahami
permasalahan yang ditimbulkan, yaitu penggunaan jumlah air yang cukup besar
(Djayanti S 2015 dan Widodo L 2011), akibatnya air buangan dan whey yang
dihasilkan cukup besar dan dapat mencemari lingkungan di sekitar industri. Jumlah
air yang dibutuhkan untuk mengolah 5 kg kedelai sebesar 106 – 125 L dengan limbah
cair yang dihasilkan sebesar 88 – 104 L (Khamdan DRF et al 2010 dan Djayanti S
2015). Oleh karena itu, kajian penerapan produksi bersih perlu dilakukan. Penerapan
produksi bersih yang dikaji adalah minimalisasi air yang meliputi usaha daur ulang air
dan usaha pemanfaatan whey.
Selama ini penanganan limbah yang dihasilkan oleh industri tahu hanya sebatas
menjual ampas tahu yang dihasilkan kepada pengusaha oncom atau pakan ternak
(Said NI 2001). Limbah cair yang dihasilkan dari proses pencucian dan pengepresan
belum terolah dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk itu diperlukan
perubahan pola pikir dari pengusaha industri tahu, yaitu bagaimana caranya agar
limbah cair yang dihasilkan tidak terlalu berlebih dan dapat menambah keuntungan
bagi pengusaha itu sendiri. Apabila usaha ini dilaksanakan, dapat menghemat
penggunaan air, mengurangi limbah cair yang dihasilkan dan menambah penghasilan
bagi industri tahu tersebut. Tahapan proses yang dikaji dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.
Mulai

Pustaka yang
Survei & Persiapan
relevan

Pengumpulan Data
Lapangan

Data & Informasi :


1. Aliran proses
2. Volume input-
output

Analisis permasalahan-permasalahan utama

Identifikasi tahapan proses yang dapat


diefisiensikan

Penyusunan alternatif penerapan produksi

Minimisasi air :
1. Instalasi daur ulang air
2. Pemanfaatan limbah
tahu (whey)
Penerapan good house keeping
Efisiensi energi dengan modifikasi tungku

Analisa finansial

Layak

Rekomendasi

Selesai

Gambar 1 Tahapan proses penelitian

4. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
a. Data Primer berupa :
1. Data umum perusahaan diperoleh dari pemilik objek usaha IKM tahu
mengenai harga, asal bahan baku dan bahan penunjang, biaya produksi,
jumlah dan besaran upah karyawan, jumlah produksi tahu, biaya pembayaran
listrik, biaya bahan bakar, jumlah karyawan, dan sejarah berdirinya
perusahaan.
2. Data tahapan proses produksi diperoleh dari pengamatan langsung serta
wawancara dengan karyawan di masing-masing bagian dengan metode
stratifikasi merata untuk setiap tahapan pembuatan tahu.
3. Data pemakaian bahan baku, energi dan air diperoleh dari pengamatan
langsung pada tahapan proses produksi dilengkapi pertanyaan mendalam
kepada 1-2 orang karyawan yang menangani masing-masing bagian. Data
yang diperoleh kemudian diolah untuk dihitung pemakaian air, bahan dan
energi setiap hari.
4. Data limbah cair diperoleh dengan mengambil sampel limbah cair pada siang
hari saat pencucian alat serta limbah cair yang menggenang dalam selokan
untuk kemudian diujikan ke Laboratorium Terpadu IPB Baranangsiang Bogor.
Parameter yang diujikan adalah parameter kunci pH, suhu, BOD, COD dan
TSS.
5. Dokumentasi berupa foto-foto setiap tahapan proses produksi tahu mulai dari
bahan baku sampai menjadi produk; foto alat; bahan dan kondisi lingkungan
di dalam serta sekitar lokasi IKM tahu.
b. Data sekunder berupa :
1. Hasil penelitian sebelumnya tentang penerapan produksi bersih di industri
pangan; diperoleh dari buku, jurnal, dan tesis.
2. Studi literatur tentang pengertian dan definisi produksi bersih serta proses
pembuatan tahu secara umum dari pustaka, internet dan penelitian
sebelumnya.
3. Peta lokasi penelitian yaitu Kec. Tegal Gundil, Kota Bogor, Provinsi Jawa
Barat diperoleh dari google earth.

5. Metode Pengumpulan Data


Data diperoleh melalui tahap :
a. Wawancara
Wawancara pada 1 orang pimpinan usaha IKM tahu dan masing-masing 1-2 orang
karyawan di setiap bagian proses produksi yang mengerti dan memahami tahapan
proses pembuatan tahu mulai dari bahan baku, proses, sampai pengangkutan
produk menggunakan metode stratified random sampling dilakukan dengan
menggunakan pedoman pertanyaan, dan dikembangkan sesuai kondisi di
lapangan.
b. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung dilakukan terhadap setiap tahapan proses produksi tahu
(Gambar 2).
Kedelai
Air

Air Pencucian
Kotoran

Perendaman
(6-12 jam)

Penirisan Air

Air Penggilingan

Bubur Kedelai

Pemasakan
Air panas Bubur Kedelai menguap Air
(90-1050C, 10-15 menit)

Penyaringan Ampas Tahu

Susu Kedelai

Biang Penggumpalan Whey

Pencetakan

Pemotongan

Tahu

Gambar 2 Tahapan proses produksi

Pengamatan juga dilakukan terhadap bahan baku, bahan penunjang, air dan energi
yang inefisien, mengukur dan menghitung timbulan non product output (NPO)
berupa limbah padat, cair dan emisi karbon yang berpotensi menimbulkan dampak
lingkungan.
c. Pengukuran
Pengukuran dilakukan secara lengsung di lokasi penelitian meliputi penggunaan
bahan baku, bahan penunjang, penggunaan bahan bakar, penggunaan air dan
jumlah limbah cair, serta limbah padat. Tujuan pengukuran pada bahan baku,
energi dan air (input) serta limbah (output) adalah mengetahui jumlah bahan baku,
air, energi dan limbah pada tiap tahapan proses yang akan digunakan dalam
perhitungan neraca massa.
Pengambilan sampel kualitas air limbah dilakukan pada saat jalannya proses
produksi tahu untuk menganalisis baku mutu limbah cair sesuai dengan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup no 14 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi Usaha dan/ atau Kegiatan Pengolahan Kedelai di Lampiran XVIII.
Tujuannya mengidentifikasi kondisi eksisting penerapan tata kelola yang baik
(good housekeeping) di usaha IKM tahu, maka dikumpulkan data menggunakan
daftar periksa dengan cara wawancara terhadap pemilik usaha, karyawan
diperkuat dengan observasi dan pengambilan dokumentasi.
Berdasarkan data yang diperoleh diasumsikan bahwa usaha daur ulang air dan aplikasi
produksi bersih lainnya dapat meningkatkan produktivitas sekaligus menghemat biaya
produksi pembuatan di IKM tahu.

6. Analisis Data
Data yang terkumpul akan dilakukan analisis permasalahan utama pada proses
produksi yang perlu mendapat perhatian dan pembahasan secara khusus. Setelah itu
dilakukan identifikasi tahapan proses yang dapat diefisienkan dan penyusunan
alternatif penerapan produksi bersih berdasarkan permasalahan yang ada sehingga
diperoleh suatu cara atau proses yang dimodifikasi sebagai usulan kepada pihak
perusahaan.
Dalam analisa finansial dikaji kelayakan investasi yang meliputi Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan Pay Back
Period (PBP) dari daur ulang air, serta besar penghematan biaya produksi.
Perhitungan IRR, NPV, Net B/C, PBP, dan BEP untuk pemanfaatan whey menjadi
nata de soya juga dilakukan.
1. Net Present Value (NPV)
Menurut Zizlavsky (2014), NPV adalah metode yang digunakan untuk
menghitung selisih antara jumlah seluruh penerimaan (benefit) dengan jumlah
seluruh biaya (cost) dalam bentuk nilai yang berlaku kini (present value).
𝑛
Bt − Ct
NPV = ∑
(1 + i)t
𝑡=0
dimana Bt = benefit social brutto pada tahun ke t
Ct = biaya social brutto sehubungan dengan proyek pada tahun ke t
i = tingkat suku bunga (persen)
n = umur ekonomis proyek
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah nilai discount factor rate i yang membuat nilai NPV dari proyek sama
dengan nol (Percoco dan Borgonovo 2012).
NPV1
IRR = i1 + . (i − i )
NPV1 − NPV2 2 1
dimana i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
3. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang positif
dengan jumlah present value yang negatif (Asplund D dan Eliasson J 2016).
n Bt − Ct
B ∑t=0 (1 + i)t untuk Ct − Bt > 0
Net =
C ∑n Ct − Bt untuk Ct − Bt > 0
t=0 (1 + i)t

4. Pay Back Period (PBP)


PBP adalah suatu jangka waktu untuk mengembalikan jumlah investasi dari usaha
yang direncanakan (Marimuthu dan Kirubakaran 2013).
∑ni=0 Ii − ∑ni=0 Bp−1
PBP = Tp−1 +
Bp
dimana Tp-1 = tahun sebelum terdapat PBP
Ii = jumlah investasi yang telah didiscount
Bp-1 = jumlah benefit yang telah didiscount sebelum PBP
Bp = benefit pada PBP berada
5. Break Even Point (BEP)
Menurut Potkany dan Krajcirova (2015), suatu usaha dikatakan break even (BE)
apabila setelah dilakukan perhitungan rugi-laba dari suatu periode kerja atau dari
suatu kegiatan usaha tertentu, usaha itu tidak memperoleh laba, tetapi juga tidak
menderita kerugian.
𝑇𝐶
𝐵𝐸𝑃(𝑅𝑝) =
𝑝 − 𝑉𝐶
𝑇𝐶
𝐵𝐸𝑃(𝑈𝑁𝐼𝑇) =
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑠𝑖 𝑉𝐶
dimana TC = jumlah biaya tetap yang ditanggung oleh proyek tiap
masa operasi tertentu
P = harga jual yang direncanakan untuk setiap satuan produk
VC = jumlah biaya tidak tetap tiap satuan produk

7. Lokasi Studi
Usaha tahu yang menjadi objek dalam penelitian ini diambil pada salah satu produsen
IKM tahu yang belum menerapkan produksi bersih, berdasarkan data yang diambil
dari PRIMKOPTI Kota Bogor. Penentuan sampel tersebut menggunakan metode
purpossive sample yang diambil berdasarkan populasi terbesar wilayah kecamatan
pengolah kedelai menjadi tahu di Kota Bogor yakni di Kec. Tegal Gundil.
Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesuai
Tabel 2.

Tabel 2 Jadwal penelitian penerapan produksi bersih di IKM tahu

No Tahapan Kegiatan Sep-17 Okt-17 Nov-17 Des-17 Jan-18 Feb-18


Survei tempat, pemilihan,
observasi dan wawancara di IKM
1 tahu
Pengumpulan data,
kondisi eksisting dan scanning
2 gap
Analisis gap untuk
3 IKM tahu
Perancangan penerapan
4 produksi bersih
Penerapan produksi bersih
dan penetapan jadwal
evaluasi produksi bersih di IKM
5 tahu
Laporan kemajuan
6 penelitian
Monitoring produksi bersih
7 di IKM tahu
8 Laporan akhir
Persiapan seminar
9 hasil penelitian

Personalia

Susunan tim dalam penelitian ini antara lain :

Ketua Yudith Vega Paramitadevi, ST MSi


Anggota 1. Ika Resmeiliana, SHut MSi
2. Fany Apriliani, SE MT
Rincian Anggaran

Rincian anggaran yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3 Rincian anggaran kebutuhan penelitian


Jumlah
Biaya
Jenis Pengeluaran Volume Harga (dalam Rp.)
1 Gaji dan upah
a. Rapat 3 kali x 3 orang Rp 100 000,00 900.000
b. Konsumsi 3 kali x 3 orang Rp 20 000,00 180.000
Bahan habis pakai
2 dan Peralatan :
1. Timbangan digital 1 buah Rp 200 000,00 200.000
2. ATK 3 set Rp 30 000,00 90.000
3. Gelas ukur 100 mL 2 buah Rp 35 000,00 70.000
4. Stopwatch 1 buah Rp 75 000,00 75.000
5. Meteran bangunan 5 m 1 buah Rp 40 000,00 40.000
6. Instrumen daur ulang air 1 buah Rp 3 000 000,00 3.000.000
7. Bahan pembantu &
peralatan untuk membuat
nata de soya 10 L Rp 100 000,00 1.000.000
8. Modifikasi Ketel uap 1 buah Rp 3 500 000,00 3.500.000
9. Energy saver 1 buah Rp 300 000,00 300.000
10. Exhaust fan 2 buah Rp 250 000,00 500.000
3 Jasa analisis laboratorium :
1. Analisis COD 2 kali Rp 60 000,00 120.000
2. Analisis pH 2 kali Rp 25 000,00 50.000
3. Analisis TSS 2 kali Rp 20 000,00 40.000
4 Transportasi/ Perjalanan
Survei 6 hari kerja x 3 orang Rp 50 000,00 750.000
Pelaksanaan penelitian 60 hari kerja x 1 orang Rp 50 000,00 3.000.000
Monitoring 20 hari kerja x 1 orang Rp 50 000,00 1.000.000
Lainnya : Laporan dan
Fotokopi,
5 Meterai
Proposal 2 eks Rp 15 000,00 30.000
Laporan Antara 2 eks Rp 15 000,00 30.000
Laporan Akhir 2 eks Rp 25 000,00 50.000
Meterai 5 buah Rp 6000,00 30.000
Surat menyurat 10 lembar Rp 2500,00 25.000

Total 14.980.000
Daftar Pustaka

Asplund D, Eliasson J. 2016. Does uncertainty make cost-benefit analyses pointless?


Transportation Research Part A: Policy And Practice 92: 195-205.
Badan Pusat Statistik. 2016. Profil Usaha Kecil Dan Menengah Tidak Berbadan Hukum.
Jakarta.
Djayanti S. 2015. Kajian penerapan produksi bersih di industri tahu di desa Jimbaran,
Bandungan, Jawa Tengah. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri
6(2): 75-80.
Eravia D, Handayani T, Julina. 2015. The opportunities and threads of small and medium
enterprises in pekanbaru: comparison between smes in food and restaurant
industries. Procedia-Social and Behavioral Sciences 169: 88-97.
Ferenhof HA, Vignochi L, Selig PM, Lezana AGR, Campos LMS. 2014. Environmental
management systems in small and medium sized-enterprises: an analysis and
systematic review. Journal of Cleaner Production 74: 44-53.
Indrasti NS, Fauzi AM. 2009. Produksi Bersih. Bogor (ID): IPB Pr.
[KLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2014. Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup no 14 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha
dan/ atau Kegiatan Pengolahan Kedelai Lampiran XVIII. Jakarta (ID): KLHK.
Khamdan DRF, Purwanto, Hadiyarto A. 2010. Evaluasi kinerja produksi bersih pada IKM
tahu yang telah menerapkan dan belum menerapkan produksi bersih. Jurnal
Presipitasi 5(2): 11-19.
Lopez-Ortega E, Canales-Sanchez D, Bautizta-Godines T, Machias-Herrera S. 2016.
Classification of micro-small and medium enterprises (M-SME) based on their
available levels of knowledge. Technovation 47: 59-69.
Marimuthu C, Kirubakaran V. 2013. Carbon pay back period for solar and wind energy
project installed in India: A critical review. Renewable and Sustainable Energy
Reviews 23: 80-90.
Percoco M, Borgonovo E. 2012. A note on the sensivity analysis of the internal rate of return.
International Journal of Production Economics. 135(1): 526-529.
Potkany M, Krajcirova L. 2015. Quantification of the volume of products to achieve the
break even point and desired profit in non-homogenous production. Procedia
Economics and Finance 26: 194-201.
Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia. 2016. Daftar Rekapitulasi Kebutuhan Kedelai
Anggota dan Non Anggota Pengrajin Tempe Tahu. Bogor : PRIMKOPTI.
Pusat Data Info Kementerian Perindustrian. 2014. Industri Kecil Dan Menengah Sektor
Agribisnis di Indonesia. Jakarta.
Said NI. 2017. Teknologi Pengolahan Air Limbah: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Penerbit
Erlangga.
UNEP. 2003. Cleaner Production Process In Industries. Paris.
Utami RD, Lantu DC. 2014. Development competitiveness model for small-medium
enterprises among the creative industry in Bandung. Procedia-Social and Behavioral
Sciences 115: 305-323.
Visvanathan, Kumar. 1999. Issues for better implementation of cleaner production in small
medium industries. Journal of Cleaner Production 7: 127-134.
Widodo L. 2011. Penerapan produksi bersih di industri tahu desa Kalisari dan Cikembulan
kabupaten Banyumas Purwokerto. Jurnal Rekayasa Lingkungan 7(2): 179-191.
Zizlavsky O. 2014. Net present value approach: method for economic asessment for
economic project. Procedia-Social and Behavioral Sciences 156: 506-512.

Anda mungkin juga menyukai